NovelToon NovelToon

Suamiku Pelindungku

1. Pendahuluan..

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Siang ini cuaca rasanya begitu menyengat..

Sepanas hati seorang gadis cantik pemilik tubuh

indah yang saat ini sedang terbakar jiwanya.

Tatapannya begitu hancur saat dia keluar dari mobilnya yang terparkir di pinggir danau indah

yang ada di pinggiran kota.

Bagaimana tidak.??

Beberapa saat lalu dia baru saja melihat sebuah pengkhianatan nyata dari sang kekasih dengan berselingkuh di depan matanya sendiri.

Dan..yang lebih parahnya lagi, wanita yang jadi selingkuhan laki-laki yang selama ini sangat di

dambakan nya itu adalah adik nya sendiri.!

Adik nya ! adik satu ayah, namun beda ibu..!

Gadis itu berjalan gontai menuju sebuah bangku

di bawah pohon rindang di tepi danau tak peduli

pandangan orang-orang yang terlihat terpesona

pada dirinya. Rambutnya yang indah berkilau

sebatas pinggang tampak terbang melambai

tertiup angin di sekitar danau yang cukup kencang.

Dengan air mata yang mulai menetes dia terduduk lemas mencoba untuk menenangkan dirinya.

Matanya terpejam kuat, dia tidak ingin menangisi semua ini, karena itu adalah hal yang sia-sia saja baginya. Namun ternyata air matanya tidak sejalan dengan keinginannya, cairan bening itu tetap saja meluncur deras membasahi pipi mulusnya.

Tuhan..apa ini.?

Kenapa dirinya harus turut merasakan juga

rasa ini, rasa sakit yang hampir membuat dirinya

seakan ingin menenggelamkan diri ke dasar

danau saat ini juga agar semua rasa perih ini

bisa lenyap bersama hilang nya nama dia dari

muka bumi ini.

Di depan matanya dia melihat sendiri kekasihnya

itu sedang bergumul panas dengan adiknya di apartemen miliknya di siang hari bolong.!

Dia datang ke apartemen itu untuk membawakan

beberapa berkas pekerjaan yang harus di periksa

dan di tandatangani oleh bos sekaligus kekasihnya

itu. Tidak di nyana dirinya malah menyaksikan

semua kejadian menjijikkan itu secara langsung.

Sangat terlihat kalau mereka begitu menikmati perbuatan hina dina itu sebelum akhirnya

menyadari kedatangan dirinya.

Kenapa harus dengan adiknya, apa yang ada

dalam pikiran mereka ? Apa semua ini karena

satu hal.? Selama ini dirinya memang tidak pernah membiarkan kekasihnya itu menyentuh nya, dia

sangat menjaga diri dan kehormatan nya. Baginya kehormatannya adalah hal yang paling berharga

yang harus di jaganya baik-baik. Dan semua nya

hanya akan dia pasrahkan pada laki-laki yang

sudah memilki hak penuh atas dirinya.

**Evanindhia Sashikirana..

Atau yang biasa di panggil Kiran..adalah seorang

gadis berusia 23 tahun, dia sosok yang mandiri

dan berkomitmen kuat. Walau dirinya berasal dari keluarga yang berada di jajaran konglomerat kelas atas, namun Kiran tidak pernah memposisikan

dirinya sebagai gadis manja yang malas.

Dia merupakan sarjana di bidang akuntansi dan

bisnis dengan nilai sempurna. Saat ini dia lebih memilih bekerja di perusahaan lain daripada di perusahaan ayahnya. Dia bekerja menjadi asisten pribadi seorang CEO di perusahaan yang cukup

besar dan terkenal di kota ini.

Dan sang CEO itu tiada lain adalah kekasihnya

sendiri yang sudah di pacarinya selama 1 tahun

ini, semenjak dia bekerja di perusahaan miliknya.

Nathan Arsenio Wiranata, dia adalah seorang pengusaha muda yang banyak di gilai kaum hawa karena ketampanan dan nama besar keluarganya.

Kiran merupakan anak kedua dari 3 bersaudara.

Dia memiliki seorang kakak tiri laki-laki berumur

27 tahun bernama Samuel Gionino yang berprofesi

sebagai Dokter bedah. Kemudian adik perempuan

satu ibu yang berprofesi sebagai model bernama

Aryella Amandhita.

Ibu kandung Kiran sendiri sudah meninggal saat

melahirkan dirinya. Agar Kiran tidak kehilangan

sosok ibu, ayahnya kemudian menikah lagi

dengan seorang janda anak satu. Selang dua

tahun kemudian ibu sambungnya itu melahirkan seorang putri. Namun untungnya ibu tirinya itu

tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang terhadap mereka, dia sangat menyayangi Kiran

seperti putri kandungnya sendiri.

Kiran tersentak saat tiba-tiba saja sosok Nathan

telah berdiri di hadapannya tengah menatapnya

dengan sorot mata penuh rasa bersalah. Pria itu

langsung berjongkok di hadapan Kiran.

"Kita harus bicara.. walau kamu melihat semua

dengan mata kepalamu sendiri, tapi itu hanyalah

bentuk pelampiasan naluri lelakiku, tidak ada

kaitannya dengan perasaan ku terhadapmu.!"

Ucap Nathan dengan suara berat, Kiran langsung

menepis tangan pria itu begitu menyentuh nya.

Tatapannya tajam menghujam wajah tampan

Nathan yang saat ini tampak sangat menyesal.

"Kehormatan bukan hanya milik wanita saja, tapi

sebagai laki-laki pun seharusnya kamu mampu

menjaga harga dirimu.!"

"Kiran sayang.. walaupun mungkin kelakuanku

bejat, tapi perasaanku ini tidak pernah bisa aku

bagi untuk orang lain."

"Cukup.! apapun alasanmu, sekuat apapun kamu

berusaha untuk membela diri, apa yang aku lihat

tadi adalah sebuah hal yang sangat fatal,dan aku

tidak akan pernah bisa memaafkan mu.!"

Nathan menggenggam tangan Kiran yang lagi-

lagi segera menepisnya kemudian berdiri.

Keduanya kini saling berhadapan dengan

tatapan yang sama-sama panas.

"Aku sangat mencintaimu Kiran.. adikmu yang

selama ini sudah menawarkan dirinya padaku.!"

Kiran berdecak di penuhi rasa jijik mendengar

ucapan Nathan. Sungguh klise alasan yang telah

keluar dari mulut manisnya itu.

"Bagiku, apapun itu..pengkhianatan tetap lah

pengkhianatan. Mulai sekarang..kita berakhir

sampai di sini, kau bebas sekarang.! "

"Tidak ! aku tidak terima semua ini.! sebentar

lagi kita akan bertunangan.!"

Debat Nathan dengan tatapan yang berubah

menjadi semakin panas dan tidak terima. Kiran

tersenyum miring merasa sangat gerah dengan

perkataan laki-laki itu.

"Hohh..tunangan..? dalam mimpi mu saja Tuan Nathan.! Aku masih ingin menjaga harapan ku

untuk masa depan yang lebih baik..!"

Kiran beranjak mulai melangkah tapi Nathan

menarik tangan nya dengan kencang hingga

tubuh Kiran menabrak dada kokoh laki-laki itu.

Keduanya kembali saling pandang lekat. Masih

sangat terlihat tatapan penuh cinta bercampur

rasa sesal terpancar dari mata Nathan.

"Aku tidak akan melepaskan mu Kiran, selama

ini aku mati-matian menahan diri untuk tidak

menyentuh mu, karena aku sangat mencintaimu.

Aku tidak ingin merusak mu.!"

Kiran mendorong keras dada Nathan untuk

menjauhkan dirinya.

"Kalau kau benar-benar mencintaiku semua ini

tidak akan pernah terjadi.!"

"Aku laki-laki normal Kiran, siapa yang bisa tahan

untuk selalu berdekatan dengan mu tanpa bisa

menyentuh sama sekali, aku butuh pelampiasan."

"Lalu kenapa harus dengan adikku.? kenapa..?"

"Itu karena dia hanya wanita biasa saja, sama

seperti wanita-wanita murahan lainnya.!"

Plak !

Satu tamparan keras mendarat mulus di wajah

tampan Nathan. Tatapan Kiran terlihat semakin

terluka, Nathan mengetatkan rahangnya seraya

mengelus pipinya yang terasa cukup panas.

"Sehina apapun adikku, kalau kamu laki-laki setia

semua ini tidak akan terjadi.! "

Keduanya kembali saling pandang kuat. Setelah

itu Kiran membalikkan badannya kemudian

berlari dari hadapan Nathan menuju ke parkiran.

Nathan masih menatap nanar kearah kepergian

Kiran dengan tubuh sedikit bergetar menahan

luapan emosi dan kekesalan yang kini menguasai

dirinya.

"Kiran..aku tidak akan pernah melepaskan mu.

Kau adalah milikku, tidak ada yang berhak atas

dirimu.!"

Desis Nathan seraya kembali mengelus pipinya

yang tadi kena tampar Kiran dengan tersenyum

miring. Gerimis mulai turun membasahi bumi.

******* *******

Di sebuah ruangan kantor megah perusahaan

ternama berkelas internasional saat ini sedang

berlangsung pertemuan antara Tuan Zein, ayah

kandung Kiran dengan Presdir perusahaan itu.

Sangat sulit bagi Tuan Zein untuk bisa bertemu

langsung dengan pemilik perusahaan ini karena

orang nya memang jarang ada di tempat.

Setelah berbasa-basi sebentar akhirnya Tuan

Zein langsung berbicara pada intinya.

"Tuan..saya membawakan dokumen pengesahan

dan pengalihan aset nya hari ini.!"

Tuan Zein melirik kearah dua pengacara yang

datang bersamanya. Mereka tampak langsung

menyerahkan setumpuk dokumen ke hadapan

seorang pria muda yang tengah duduk santai

dengan gaya yang sangat elegan penuh wibawa

hingga orang-orang yang duduk di hadapannya

tidak berani untuk mengangkat muka.

Pria elegan itu hanya melirik sekilas pada berkas

yang ada di hadapannya itu.

"Sebenarnya aku tidak begitu membutuhkannya.

Semua nya aku lakukan semata-mata hanya

karena satu hal saja.!"

Ucapnya dingin dengan raut wajah yang terlihat

sangat tidak perduli pada semua yang ada di

depan matanya itu.

Tuan Zein memberanikan diri untuk melihat

wajah pria muda yang sangat di segani nya itu

dengan raut muka sedikit penasaran namun dia

tidak berani untuk bertanya.

"Ini adalah aset terakhir yang saya miliki Tuan

untuk bisa menyelamatkan perusahaan."

Ucap Tuan Zein dengan suara pelan dan kepala

yang menunduk dalam.

"Baiklah..hari ini juga aku akan memberikan

apa yang anda butuhkan, sepenuhnya.!"

Tegas pria tadi sambil kemudian meraih dokumen

tadi, membuka dan melihatnya secara seksama.

Wajah Tuan Zein terlihat cerah dan lega. Selama

ini dia sudah kelimpungan untuk mencari dana

besar agar bisa menyelamatkan perusahaan dari

kehancuran akibat kerugian besar yang di alami

beberapa tahun terakhir ini. Untunglah pengusaha

muda ini mau menerima penawaran nya.

"Terimakasih banyak Tuan Bimantara.."

"Hemm..!"

Tuan Zein serta asisten dan para pengacara yang

datang bersamanya kemudian berdiri.

"Kalau begitu kami permisi Tuan, sekali lagi saya ucapkan terimakasih ."

Ucapnya sambil kemudian membungkuk di ikuti

oleh para pengikutnya. Pria itu hanya melirik

sekilas lalu mengangguk sedikit. Tidak lama

mereka semua undur diri keluar dari ruangan

mewah itu.

Asisten pribadi pria muda tadi kini duduk di

hadapannya dengan menatap penasaran wajah

bos nya itu.

"Tuan.. perkebunan itu ada di daerah zona merah.

Selama ini pria tua itu selalu mengalami kerugian

besar karena pembalakan liar."

Pria muda itu tampak bergeming, tapi alisnya

sedikit bertaut. Matanya masih terfokus pada

berkas di tangannya. Kini ada sejumput rasa penasaran yang terlihat dari sorot matanya.

"Ada kendala apa saja di tempat itu.?"

"Ada banyak cukong besar yang selama ini

menguasai tempat itu dan memaksa para

pengusaha lokal untuk menjual hasil perkebunan

nya kepada mereka."

Mata pria itu tampak langsung menatap tajam

wajah asistennya. Alisnya mengernyit dalam

dengan ketertarikan yang sangat besar.

"Ohh..jadi begitu.? apa lelaki tua itu tidak punya

seseorang di belakangnya.?"

"Mereka semua tidak berdaya Tuan, semuanya

ada di bawah tekanan penguasa di sana.!"

Pria muda itu tampak terdiam, berpikir sejenak.

Dia kembali membuka berkas-berkas tadi.

"Baiklah.! kau cari data seakurat mungkin tentang semua tempat ini.! sekarang mereka harus tahu

siapa Tuannya.!"

Titahnya masih dengan pandangan yang terfokus

pada dokumen yang sepertinya sedikit menarik

perhatiannya, ada segaris senyum yang tercipta

di sudut bibirnya.

"Baik Tuan..segera laksanakan.!"

Sambut asistennya itu penuh semangat sambil

kemudian berlalu keluar dari ruangan bos nya itu.

Pria tadi menarik napas dalam-dalam, kemudian

merebahkan kepalanya di sandaran sofa seraya memejamkan mata mencoba mencari bayangan wajah seseorang yang telah membuat dirinya menerima tawaran Tuan Zein.

Kalau bukan karena wanita itu, dia tidak akan

sudi mengambil semua aset yang tidak bernilai apa-apa baginya itu..!!

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

TBC...

2. Permohonan

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Pintu kamar Kiran terus saja di ketuk dari luar

tiada henti. Cukup sudah.! tidak ada lagi air

mata yang musti keluar mulai detik ini.! bathin

Kiran seraya menghembuskan napasnya pelan

mencoba membuang semua rasa sesak yang

masih saja memenuhi dadanya.

Dengan tubuh yang terasa lemas dia berjalan

kearah pintu, kemudian membukanya. Wajah

sang ibu tampak cemas saat melihat putri

sambung nya itu bermata sembab, hidungnya

sedikit memerah, Kiran yang biasanya selalu

ceria, menebar senyum penuh keceriaan di

setiap kesempatan kini terlihat kacau.!

"Ada apa Kiran sayang ? dari tadi siang kamu

tidak pernah keluar dari kamar.?"

Nyonya Amelia mengelus lembut wajah Kiran

yang langsung merangkul dan memeluk erat

tubuh ibunya itu.

"Ada apa sebenarnya ? apa kamu sedang ada

masalah dengan bos mu itu.? dari tadi dia ada

di ruang tamu menunggumu sayang."

Tubuh Kiran sedikit menegang. Mau apalagi

pria brengsek itu datang kesini.? Dia segera

melepaskan pelukannya kemudian menatap

wajah teduh sang ibu.

"Apa ibu bisa bilang padanya kalau Kiran sedang

tidak ingin di ganggu saat ini.?"

Pinta nya namun sedikit ragu. Nyonya Amelia

tersenyum lembut seraya memegang tangan

Kiran dan mengusapnya lembut.

"Menurut ibu sebaiknya kamu temui dia,

selesaikan baik-baik kalau kalian ada masalah,

jangan menghindarinya, itu bukanlah solusi."

Saran Nyonya Amelia dengan bijak. Kiran nampak

terdiam menimbang-nimbang, sampai akhirnya

dia mengangguk pelan.

"Baiklah Kiran turun sekarang."

Lirihnya, Nyonya Amelia tersenyum lembut

seraya mengelus rambut Kiran penuh sayang.

"Jangan terbawa emosi."

Dia mengingatkan sambil melangkah pergi

dari hadapan Kiran.

Akhirnya mau tidak mau Kiran turun ke lantai

bawah langsung menuju ke ruang tamu. Nathan tampak langsung menegakkan badan nya begitu melihat kemunculan wanita yang di cintainya itu.

Matanya tampak berbinar, di tatapnya lekat wajah cantik Kiran yang saat ini terlihat sedikit pucat

dan tidak bersemangat itu.

Kiran memilih duduk di seberang Nathan dengan wajah datar tak berminat.

"Apa masih ada yang ingin anda sampaikan Tuan

Nathan ? surat resign akan saya kirim besok."

Suara Kiran terdengar dingin dan acuh membuat

hati Nathan terasa sakit. Dia beranjak dari kursi

nya mendekat kearah Kiran yang sontak bergeser menjauh. Wajah Nathan terlihat mulai memerah karena tidak terima dengan semua kebekuan Kiran.

"Kiran..aku mohon maafkan aku.! aku janji tidak

akan pernah lagi bermain api di luar sana. Aku

sangat mencintaimu, aku tak bisa jauh darimu.!"

Kiran melirik cepat, menatap jengah wajah Nathan

yang terlihat sangat serius dengan ucapannya.

Dia tersenyum getir masih menatap kearah laki-

laki yang sudah menghancurkan kepercayaan nya

itu. Kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa kau tahu, kau sudah menghinaku dengan

semua pengkhianatan mu itu.? apa kau bisa

bayangkan bagaimana perasaan ku saat ini.?"

Suara Kiran terdengar tertekan dan berat. Nathan

menundukan kepalanya seraya menggeleng.

"Aku mengerti perasaan mu Kiran.."

"Kalau begitu kamu juga pasti mengerti, bahwa

saat ini aku hanya butuh ketenangan, aku butuh

waktu untuk menata kembali hatiku yang sudah

kamu hancurkan.! jadi aku mohon jangan lagi

kamu datang dan memohon padaku, karena itu

semua akan berakhir sia-sia saja.!"

Tegas Kiran sambil kemudian berdiri, bersamaan

di pintu masuk muncul Aryella yang baru saja

datang. Gadis bertubuh tinggi semampai itu

terlihat menatap kedua orang di hadapannya itu dengan sorot mata di penuhi kecemburuan tapi

juga ada sedikit rasa malu terhadap kakak tirinya.

Kiran menatap wajah Aryella sambil tersenyum

miring. Sementara Nathan terlihat semakin

merasa tertekan karena sepertinya Kiran saat

ini masih di penuhi oleh emosi.

Kiran menghampiri Aryella yang terlihat

berpaling muka tidak berani mengadu tatap

dengan mata indah kakak tirinya yang seolah

sedang menghakimi dirinya.

"Aku minta, hentikan semua keliaranmu ini

sebelum terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.!"

Desis Kiran seraya menatap tajam wajah adik

nya itu yang kini melirik cepat saat mendengar

ucapan Kiran.

"Aku tidak menyesali semua yang telah terjadi,

karena aku mencintai Tuan Nathan.!"

Kiran terhenyak sesaat, wajahnya terlihat sedikit

pias. Nathan tampak menundukan kepalanya.

"Kenapa kamu tidak pernah bilang padaku.?

Kenapa malah meraihnya di belakang ku.?"

Mata kedua kakak beradik itu beradu panas.

Aryella kembali memalingkan wajahnya.

"Memangnya kamu rela melepasnya untukku

kalau aku memintanya baik-baik ?"

Kiran kembali tersenyum tipis sambil menarik

napas berat. Nathan tampak hanya bisa melihat

kedua wanita yang sudah membuat pusing kepala

nya itu. Namun tatapannya tidak lepas dari wajah

Kiran yang sekilas melirik kearahnya.

"Kalau kalian berjodoh aku bisa apa.?"

Aryella terdiam, sementara Nathan tampak

semakin terpuruk.

"Aku sungguh kecewa padamu, kau sudah

mengkhianati seluruh keluarga dengan kelakuan

kotormu di luar sana, tolong..lihatlah ibu yang

sangat percaya padamu.!"

Ucap Kiran dengan suara pelan. Aryella menatap

tajam wajah Kiran seolah memberi ancaman

agar Kakaknya itu tidak berani buka mulut.

Kiran lagi-lagi hanya tersenyum getir.

"Aku permisi Tuan Nathan, semoga kalian bisa

segera mengakhiri semua dosa ini.! "

Ucap Kiran sambil kemudian melangkah pergi.

"Kiran..aku mohon dengarkan aku dulu..Kiran...!".

Seruan Nathan tidak di gubris oleh Kiran yang

terus berlalu ke lantai atas. Aryella menghampiri

Nathan dan memeluknya erat.

"Sudahlah Nathan..semua sudah terjadi.! dia itu

memang tidak cocok untukmu..!"

Nathan mendorong tubuh Aryella seraya menatap

tajam wajah gadis itu yang terlihat kecewa.

"Semua ini gara-gara kamu.! aku jadi kehilangan

Kiran ku, kau tahu, aku sangat mencintai nya.!"

"Tapi Nathan sayang.. bagaimana dengan aku

yang juga mencintaimu.?"

"Kau..! di mataku dirimu tidak lebih dari wanita

lain di luar sana yang berani melakukan apapun

hanya untuk mendapatkan ku.!"

Dengus Nathan sambil kemudian melangkah

keluar dari dalam rumah dengan wajah yang

di penuhi oleh kemarahan sekaligus rasa

kecewa atas semua yang terjadi.

******* *******

Setelah makan malam Kiran menemui Tuan

Zein di ruang kerjanya, kemudian mengutarakan

niatnya pada ayahnya itu.

Tuan Zein nampak terkejut setengah mati saat

mendengar permohonan putrinya itu. Dia menatap tidak percaya kearah putrinya yang terlihat sangat serius dengan apa yang di sampaikan nya barusan.

"Apa kau serius dengan ucapan mu barusan

Kiran, kau tidak sedang bercanda kan.?"

Tanya Tuan Zein berusaha untuk meyakinkan diri.

Apa yang terjadi, kenapa putri kesayangannya ini

tiba-tiba saja ingin pergi ke tempat yang sangat

jauh itu.? dan tempat itu bukanlah tempat yang

cocok untuk di kunjungi oleh putrinya itu.

"Tidak Ayah.. Kiran sangat serius.! tolong ijinkan

Kiran pergi ke sana.!"

"Tapi perkebunan kita itu sekarang.."

Tuan Zein terhenyak dalam diam. Bagaimana dia

mengatakan hal sebenarnya pada Kiran kalau

tempat itu sudah beralih tangan sekarang.

"Bukankah beberapa bulan lagi perkebunan kita

itu akan mendekati masa panen.? peran Kiran

akan sangat di butuhkan saat ini untuk menangani

masalah penjualan nya. Kiran tidak mau kita harus

kembali mengalami kerugian seperti masa-masa

kemarin.!"

Susul Kiran terlihat sangat antusias. Tuan Zein semakin di buat bingung. Alasan apa yang harus

dia lontarkan pada putrinya ini.

"Kiran..kau tahu tempat itu bukanlah tempat yang

cocok untukmu.! di sana tidak aman nak.!"

"Bukankah di sana banyak penjaga Ayah.? Kiran

bahkan masih ingat waktu kecil Pak Badar selalu

menjaga dan melindungi Kiran. Lagipula sekarang

kan jaman nya sudah berubah Yah, di sana pun

tentunya mengikuti perkembangan zaman.!"

"Kiran..! ayah tidak berani mengambil resiko

dengan mengirimmu ke tempat itu !"

"Ayah..Kiran mohon.! Kiran sangat ingin kesana.

Kiran butuh menenangkan diri di sana.! Kiran

tidak ingin bertemu dengan Nathan dulu. Kiran

sedang ada masalah dengan nya, Kiran mohon

ayah.. ijinkanlah Kiran pergi..!"

Tuan Zein tampak terdiam, jadi rupanya putri

nya itu sedang ada masalah pribadi. Selama

ini dia memang tidak pernah bisa menolak

setiap keinginan putrinya itu. Tapi apakah

dengan mengirim nya ke tempat itu adalah

tindakan yang benar ? lagipula perkebunan

miliknya itu kini sudah beralih tangan.

"Ayah..Kiran mohon..ijinkan Kiran pergi..! dan

ini hanya antara kita berdua saja yang tahu."

Kiran kembali memohon seraya memeluk

erat Tuan Zein dari samping. Laki-laki paruh

baya itu semakin tidak tega melihatnya. Dia

mengelus lembut puncak kepala putrinya itu.

"Baiklah..ayah akan mengatur semuanya.."

Akhirnya Tuan Zein memutuskan. Wajah Kiran

tampak berbinar. Dia semakin mempererat

pelukannya tidak lupa mendaratkan kecupan

lembut di pipi sang ayah.

"Terimakasih Yah.. besok juga Kiran sudah

harus berangkat. ! Kiran janji panen tahun ini

pasti akan berhasil di tangan Kiran, kita tidak

akan mengalami kerugian lagi..!"

Ucap Kiran setelah melepaskan pelukan nya.

Tuan Zein menatap lekat wajah cantik putrinya di

penuhi keraguan dan sedikit was-was. Dia harus

segera berkoordinasi dengan semua staf dan

orang-orang kepercayaannya di tempat itu.

Setelah kepergian Kiran dari ruang kerja, dengan

sedikit ragu Tuan Zein mencoba menghubungi

nomor seseorang.

"Hallo Tuan Bara.? apa saya bisa berbicara dengan

Tuan Bimantara, ini sangat mendesak..!"

"Apa anda tahu ini jam berapa Tuan Zein..?"

"Saya tahu Tuan Bara..saya mohon maaf.."

"Ada apa, cepat katakan.?"

Tuan Zein membeku saat tiba-tiba suara yang

dia dengar telah berubah menjadi sebuah suara

bariton yang berkharisma. Dia menelan salivanya

dengan susah payah karena gugup.

"Tuan Presdir.. saya mohon maaf sudah berani

menganggu waktu istirahat anda.!"

"Jangan bertele-tele, cepat katakan intinya.!"

"Be-begini Tuan..putri saya Kiran..!"

"Kiran..."

Tuan Zein kembali membeku saat suara di sebrang

sana memotong ucapan nya dengan cepat. Dia

semakin merasa gugup.

"Lanjutkan.!"

Perintah suara di sebrang sana.

"Baik Tuan, putri saya Kiran.. tiba-tiba saja

meminta untuk pergi ke perkebunan, dia ingin

menangani masa panen sekarang.! tapi saya

belum mengatakan semuanya pada putri saya."

Tuan Zein menjeda ucapannya mencoba untuk

mengambil napas. Tidak ada tanggapan dari

sebrang sana, namun Tuan Zein merasakan

ada aura mencekam yang kini terasa dari

keheningan suara di sebrang sana.

"Jadi Tuan..saya mohon ijinkan putri saya untuk

bekerja pada anda, sampai akhir masa panen."

"Atur saja semuanya seperti biasa.! pastikan

putrimu itu bekerja dengan baik.!"

"Baik Tuan.. terimakasih banyak.!"

"Jangan beritahu dulu putrimu yang sebenarnya.

Biarkan dia bekerja sepenuh hati, aku yakin dia

tidak menginginkan kerugian kembali menimpa

panen kali ini..!"

Tegas suara di sebrang sana membuat Tuan

Zein merenung sejenak.

"Baik Tuan, sekali lagi saya ucapkan terimakasih

banyak atas segala kemurahan hati anda."

Tidak ada jawaban dari sebrang sana, sambungan

telepon pun sudah terputus.

Tuan Zein menarik napas panjang. Keraguan

dan kecemasan kini menggelayuti hatinya, apakah

dia benar-benar akan membiarkan putrinya pergi

ke tempat itu.! Apakah Kiran akan mampu

menjalani hari-harinya di tempat yang jauh dari

hingar bingar dan keramaian kota besar.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

TBC.....

3. Kota Kecil

 

**********

 

Akhirnya Kiran pergi sesuai dengan keinginan

nya. Dia ingin menjauh sementara dari semua

hal yang bisa membuat dirinya teringat kembali

akan rasa sakit hatinya.Walau berat meninggalkan

ayah dan ibu yang sangat menyayanginya tapi

keputusan nya sudah tidak bisa di ubah lagi.

Semula Nyonya Amelia tampak berat untuk

melepas kepergian putri sambung nya itu.Tapi

ketika Tuan Zein mengatakan bahwa Kiran

tidak akan pergi lama, akhir nya dengan berat

hati dia membiarkan Kiran pergi sesuai dengan keinginannya. Namun Nyonya Amelia tahu nya

Kiran akan pergi ke luar negeri.

Tuan Zein sendiri terlihat sangat berat ketika

melepas kepergian Kiran saat mereka tiba di

terminal keberangkatan di bandara.

Penerbangan menuju kota kecil tersebut hanya

ada satu kali saja sekitar jam 1 siang.

"Hati-hatilah di sana..Badar akan menjemputmu

di bandara nanti."

"Baiklah..Kiran percaya ayah sudah mengatur

semuanya dengan baik."

Tuan Zein memeluk erat tubuh putrinya itu

penuh rasa tidak rela. Ada suatu perasaan tidak nyaman yang dia rasakan mengingat putrinya itu

akan pergi sendiri ke tempat itu.

"Sebenarnya ayah masih tidak tega melepasmu

pergi ke tempat itu tanpa ayah nak."

"Ayah tenang saja, percayakan semuanya sama

Kiran, insya Allah Kiran bisa jaga diri.."

Sahut Kiran setelah mereka saling melepaskan

diri. Tuan Zein memperhatikan seluruh tampilan

putrinya itu. Dia sudah memberi arahan agar

Kiran berpenampilan tidak mencolok.

Saat ini gadis itu memakai setelan kaos putih

polos di padu celana jeans biru plus jaket kulit

warna hitam, kacamata hitam, wajahnya juga di

tutup masker, rambutnya yang biasanya tergerai

indah kini di ikat kuncir kuda. Dia terlihat seperti seorang wanita tomboy pada umumnya, tidak

ada yang terlalu menonjol.

Setelah semuanya siap Tuan Zein akhirnya rela

tidak rela memang harus melepaskan kepergian

putrinya itu ke tempat yang entah apakah Kiran

akan bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan

di tempat barunya itu. Bahkan hanya untuk

sebuah jaringan selular saja harus mencari

arah tertentu untuk menemukannya.

Kini Kiran sudah berada di dalam pesawat, duduk

di kelas satu. Dia menatap tenang ke luar jendela

dengan perasaan yang begitu berkecamuk. Ada

tetesan cairan bening yang kini mulai menetes

menyusuri pipi putihnya. Bayangan wajah

Nathan terus saja bermain di pelupuk matanya.

"Kenapa kamu tega melakukan semua ini

padaku Nathan..hingga aku harus menjauh

seperti ini. Kalau masih ada di dekatmu..

aku tidak yakin bisa bertahan dengan semua

egoku, hatiku pasti akan luluh kembali..!"

Gumam Kiran dalam hatinya. Dia menghapus

kasar air matanya. Sudah cukup baginya untuk

membiarkan nama Nathan berada di hatinya.

Mulai sekarang dia harus melupakan nya,

merelakan nya dan menghapus namanya

dari ingatannya untuk selamanya.

------- -------

Setelah menempuh penerbangan selama 4 jam

lamanya akhirnya pesawat yang di tumpangi

Kiran mendarat juga.

Kota xxx..adalah sebuah kota kecil yang ada di

pulau terpencil di bagian timur negara ini. Kota

ini memiliki pesona keindahan alam yang sangat eksotis dan masih sangat alami. Hampir 60% luas wilayah ini terdiri dari perkebunan yang sangat

subur, yang di kuasai hampir separuhnya oleh

pihak swasta diantaranya adalah perkebunan

kayu milik Tuan Zein yang termasuk paling luas

dan paling potensial untuk menghasilkan laba

yang sangat besar di setiap musim panen.

Kehidupan masyarakat di daerah ini juga masih

sangat sederhana, terikat oleh tradisi serta

mengacu pada kearifan lokal yang berlaku.

Namun jangan salah, di balik kesederhanaan

gaya hidup penduduk aslinya, ternyata kota

kecil ini banyak di datangi oleh beberapa

komunitas pecinta alam serta menjadi incaran beberapa pengusaha besar untuk mencoba

menggali dan mengeksplor segala potensi

yang tersembunyi di kota sejuk ini.

Kekuasaan di kota ini terpusat pada kepala

daerah yang memimpin kota kecil ini. Semua

orang tunduk dan patuh di bawah perintah atau

arahan kepala daerah tersebut.

Setelah melalui proses pengecekan terlebih

dahulu, Kiran keluar dari terminal kedatangan di bandara yang tidak begitu besar itu. Dia kembali memakai kacamata hitamnya.Keadaan di bandara

ini terlihat cukup sepi karena penerbangan dari

dan keluar kota ini sangat terbatas. Kebanyakan

para pengusaha selalu menggunakan helikopter

untuk keluar masuk kota ini.

Walau berusaha di sembunyikan seperti apapun

namun tetap saja aura kehadiran dirinya mampu

menarik perhatian semua orang yang ada di

sekitar bandara.

Bentuk tubuh Kiran yang sangat sempurna di

balut pakaian yang pas di badannya membuat

setiap mata kini terfokus pada dirinya yang

sedang berjalan tenang menuju titik

penjemputan. Namun Kiran berusaha untuk

tidak memperdulikan pandangan orang-orang

tersebut pada dirinya.

Kiran berdiri memperhatikan keadaan di sekitar

ruangan tempat penjemputan itu. Ada beberapa

orang yang sudah bertemu dengan penjemputnya

masing-masing dengan saling menyapa dan

berangkulan penuh kehangatan.

Kiran masih berdiri melihat ke sekitar, namun

Om Badar yang akan menjemput dirinya belum

juga kelihatan batang hidungnya. Kiran mencoba

untuk bertahan walau dia sedikit kesal mengingat

waktu sudah semakin mepet menjelang magrib.

Dia melihat lagi kearah depan tapi orang yang

di tunggu belum kunjung tiba.

"Kemana sih Om Badar ini, apa mungkin ada

masalah di jalan."

Kiran bergumam sendiri seraya mendudukkan

bokong nya di bangku sambil menghembuskan

napas kasar membuang rasa kesal. Beberapa

security tampak memperhatikan dirinya.

Kiran membuka kacamata nya membuat mata

lebarnya yang indah terpampang nyata hingga

membius semua orang yang kebetulan bertemu pandang dengannya.

Kiran mencoba menghindari kontak mata dengan orang-orang dengan melihat kembali jam tangan

nya, sudah lebih dari setengah jam dia menunggu, orang-orang yang tadi datang bersamanya kini

sudah pergi semua ke tempat tujuan mereka masing-masing. Dia kembali menghembuskan

napasnya pelan seraya menundukan kepala,

mengurut keningnya yang terasa sedikit pusing.

"Apa anda Nona Kiran..?"

Ada sebuah suara berat di samping nya. Kiran

mendongakkan kepala, mata mereka bertemu.

Dia melihat seorang pria tinggi tegap dengan

tampang sedikit urakan, memakai anting-anting

kecil di telinganya, kalung kecil menggantung di

lehernya, rambut sedikit berantakan, tubuhnya

berbalut jaket kulit hitam kini tengah berdiri di

depannya dengan tatapan setajam elang.

Kiran segera sadar dari keterkejutan nya.

"Iya.. saya Kiran, anda siapa ya.?"

Sahut Kiran kemudian dengan nada penuh rasa

curiga, dia berdiri berhadapan dengan laki-laki

berwajah dingin itu.

"Ikuti saya..!"

Pria dengan tampang urakan itu langsung

menarik koper dari tangan Kiran kemudian

melangkah.

"Hei.. tunggu dulu, siapa kamu ini..hei..!"

Sontak saja Kiran langsung mengejar langkah

pria tadi kemudian mengambil koper nya.

"Jangan asal ambil ya kamu, enak saja..! kamu

maling ya..?"

Ketus Kiran sambil memegang kuat pegangan

koper nya. Pria tadi menatap dingin wajah Kiran

dengan sorot mata lebih tajam dari tadi membuat

nyali Kiran sedikit ciut.

"Saya orang yang di tugaskan untuk menjaga

anda selama anda ada di tempat ini. !"

"Apa, siapa yang memberimu perintah.? yang

aku tahu Om badar lah yang akan menjagaku

di sini.! bukan orang macam kamu ini..!"

Sergah Kiran seraya menatap sekilas penampilan

pria tadi yang terlihat seperti preman jalanan itu.

Tapi anehnya aura yang dimiliki nya sangat kuat

dan berbeda.

Dengan gerakan cepat pria tadi kembali meraih

kopper dari tangan Kiran kemudian melangkah

acuh. Kiran langsung mengejarnya.

"Hei.. tunggu ! aku tidak bisa percaya begitu saja.! mana buktinya kalau kamu suruhan Om Badar !

Kamu pikir saya percaya sama omongan orang

asing seperti kamu, tunggu dulu, aaww...!"

Pria tadi menghentikan langkahnya mendadak

membuat Kiran menubruk punggung kokohnya.

Kiran terhuyung sambil meringis sedikit. Wajah

Kiran memerah menahan rasa kesal atas sikap

seenaknya pria aneh itu.

"Sebentar lagi gelap Nona, sebaiknya anda

jangan banyak bertanya.!"

Desisnya masih dalam posisi yang sama

membelakangi Kiran, tanpa rasa bersalah pria itu kembali berjalan acuh menuju sebuah mobil yang sudah terparkir di halaman bandara.

Kiran mengetatkan rahang nya menahan geram.

Kenapa Om Badar harus mengirim orang model

begini sih untuk menjemputnya.!

"Tunggu dulu.! aku akan menelepon Om badar !

aku harus yakin bahwa kamu adalah orang yang

telah di perintahkan untuk datang kesini.!"

Gertak Kiran seraya mengambil ponselnya dari

dalam tas punggung nya. Ohh shit ! ponselnya

ternyata kehabisan daya.

"Uhh.. bagaimana ini.! kenapa harus mati segala

sih hape nya.! gimana aku bisa menghubungi

Om Badar kalau begini.!"

Gerutu Kiran sambil terpaksa mengikuti langkah

pria tadi yang terlihat sudah sampai di depan

sebuah mobil bak terbuka.

Tiba di depan mobil mata Kiran membulat tak

percaya, apakah dia akan pergi dengan mobil

model begini.? Dengan cepat Kiran merebut

kembali kopper nya, kemudian mengunci di tangannya.

"A-apa..kita akan pergi dengan mobil ini.?"

Tanya nya dengan wajah tidak percaya. Pria

itu kembali menarik koper dari tangan Kiran

hingga akhirnya mereka tarik-tarikan dengan

mata saling menatap panas.

"Mobil ini sudah lebih baik daripada anda harus

berjalan kaki ke perkebunan.!"

Ucap pria itu setelah dia berhasil menarik koper

dari tangan Kiran kemudian memasukkannya

ke bagian jok kedua karena mobil ini merupakan

jenis Jeep dobel kabin.

"Silahkan naik Nona..!"

Dia membukakan pintu mobil untuk Kiran yang

masih berdiri kaku di tempat nya.

"Aku tidak mau, aku akan naik taksi saja..!"

Tolak Kiran dengan wajah kesalnya. Pria tadi

tampak tersenyum miring. Dia berdiri seraya

menyandarkan tubuhnya di pintu mobil dengan

kaki menyilang.

"Di sini tidak ada taksi Nona, cepat masuk.!"

Titahnya dengan tatapan tajam penuh intimidasi.

Kiran menatap kesal kearah pria tadi sambil

kemudian melengos sebal. Dengan terpaksa dia

nurut juga beranjak naik ke dalam mobil yang

memiliki ukuran cukup tinggi itu, namun kakinya

yang menggunakan sepatu high heels tidak pas menginjak pijakan mobil membuat tubuhnya

terpelanting ke belakang, ketika sadar dia sudah

berada di dalam pangkuan pria tadi.

Kedua mata mereka kembali bertemu dengan

wajah sedikit pias karena terkejut, tangan Kiran

tanpa sadar melingkar kuat di leher kokoh pria

itu, wajah mereka begitu dekat. Mata mereka

saling bertaut dalam. Napas mereka kini saling

berkejaran.

Dengan perlahan pria itu mendudukkan Kiran di

atas jok, wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi

apapun. Dia melirik kearah tangan Kiran yang

masih belum terlepas dari lehernya.

"Maaf, aku tidak sengaja.."

Desis Kiran dengan wajah yang kini sudah

semerah tomat, malu bukan main, apa yang

akan dipikirkan oleh pria aneh itu.! Kiran

merutuki diri sendiri atas kebodohan nya.

Pria itu menutup pintu mobil kemudian dia

memutar badannya berjalan masuk ke balik

kemudi. Tidak lama mobil yang sudah sedikit

usang dan menimbulkan suara decitan yang

cukup menggangu kenyamanan Kiran itu

mulai melaju meninggalkan area bandara.

Hari sudah semakin gelap ketika mobil yang

membawa Kiran semakin jauh menyusuri

jalanan yang tidak selicin jalanan di ibukota

dengan suasana yang sangat mencekam sebab

di kanan kiri jalan hanya di hiasi oleh hutan

lebat yang cukup menyeramkan bila di lihat

malam hari seperti ini..

 

***********

 

TBC....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!