(Yuki Salon)
***
"Kau yang bernama Yuki?" suara serak full bass terdengar di telinga seorang gadis yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
"Kau siapa bisa mengenaliku?" kata gadis itu menatap pria yang berada dihadapannya.
Hari itu, Yuki terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai profesi seorang salon tentu ia memiliki wajah yang cantik karena perawatannya sehingga banyak pria yang tertarik padanya.
Pria yang berada di hadapannya sekarang sama sekali tak ia kenal."Cakep, tubuhnya juga sangat keren," batinnya saat memperhatikan pria itu.
"Apa aku terlihat menyeramkan?" menunjukan senyum tipisnya saat menyadari tatapan gadis itu kearahnya.
"Tidak, hanya saja kau menggangguku! Lihat lah pekerjaanku terhalang karenamu!" gadis itu memutar bola matanya malas sambil berjalan meninggalkan pria yang menurutnya sangat aneh.
Saat hendak melangkah, pria itu dengan beraninya menarik pergelangan tangannya sehingga ia terhenti.
" Ih lepas, apa sih pegang-pegang!" bentak Yuki menarik tangannya. "Ehm maaf, aku kesini hanya ingin mengobrol sebentar padamu," pria itu jadi gugup dan sedikit gemes melihat Yuki yang ternyata galak walaupun wajahnya begitu cantik dan ayu.
"Katakan pada intinya saja, kau tau aku sedang sibuk!" dengan beraninya Yuki melototin si pria itu sambil berdecak pinggang.
Pria itu mana mungkin takut melihat Yuki sok galak seperti itu, yang ada ia terlihat lucu dan menggemaskan membuat si pria menjadi semakin tertarik.
"Galak banget padahal, aku hanya ingin berkenalan padamu!" ucapnya menatap Yuki dengan mata coklatnya.
"Akhhg kau sungguh mengganggu ku, lain waktu saja," tanpa permisi Yuki pun meninggalkan pria itu tanpa perasaan sedikit pun.
Sikap seorang Yuki memang dasarnya seperti itu, dia di anugrahi wajah yang cantik dan imut, tubuh yang seksi dan berisi. Namun, di umurnya yang sudah 25 tahun masih saja menolak banyak pria. Ia hanya sibuk dalam pekerjaannya tanpa memikirkan seorang pendamping di sisinya.
Hari itu, seorang pria yang bernama Cakra menghampirinya dan memberanikan diri untuk berkenalan dengan Yuki, tapi gagal juga gadis itu tak ingin di ganggu. " Aku suka gadis sepertimu, membuat ku tak menyerah sampai kau jatuh dalam pelukanku," ucapnya masih menatap lekat Yuki yang berada di dalam sana.
Gadis itu kembali sibuk dengan pekerjaannya, walaupun ia tadinya sangat cuek dan tidak peduli tapi masih sempat - sempatnya ia penasaran dan menoleh diluar memastikan pria itu apa sudah meninggalkan tempatnya.
"Hemm kau pergi juga kan, kita lihat saja sampai mana kau mengejarku!" batinnya sambil tersenyum mengejek kearah pria itu.
SKIP
***
Di Kantor Cakra
"Kau dari mana sih, dari tadi aku menunggumu disini," ucap seorang perempuan yang sedari tadi bosan menunggu Cakra di dalam ruangannya.
Cakra tak menjawab, sungguh ia sangat terlihat dingin dan cuek. Pria itu berjalan masuk dan duduk di kursi kebesarannya tanpa menoleh kearah perempuan itu.
"Jawab aku Cakra kau habis dari mana?" serunya menghampiri tempat duduk Cakra.
"Bukan urusanmu," jawabnya ketus, menunjukan wajah datarnya.
Perempuan dihadapannya terlihat sangat kesal dan marah, selama ini ia terus berusaha mengambil hati Cakra. Biar pun ada ikatan status tunangan di antara mereka tapi semua itu Cakra penuhi demi orang tuanya bukan karena ia cinta kepada Elys.
Elys membuang nafasnya kasar sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa yang ada disana.
Kata-kata Cakra terdengar kesal, namun apa boleh buat ia hanya bisa diam dan menahan amarahnya.
"Sebaiknya kau keluar dari ruangan ku, malas lihat wajahmu!" dengan lantang si pria itu mengusir tunangannya, ia menatap layar monitor di hadapannya melanjutkan kembali pekerjaan yang terhenti.
Lagi-lagi Elys semakin geram mendengar ucapan Cakra yang mengusirnya, sangat malang nasibnya bertunangan dengan pria yang tak mencintainya, ia jadi iba dan ragu akan kah hubungan mereka berhasil sampai ke jejak pernikahan?
"Baiklah aku akan keluar, maaf jika mengganggumu terus!" dengan sekuat tenaga dan menabahkan hatinya, Elys berdiri mengusap pipinya yang dibasahi oleh air mata lalu beranjak dari sana.
"Permisi," ucapnya, lalu keluar dari ruangan Cakra.
" Huuffttt, sampai kapan aku terikat dengan wanita itu. Aku sangat menyesal telah menerima pertunangan ini dulu," ucapnya sambil mengusap wajahnya lega.
Cakra seorang Direktur utama di sebuah perusahaan milik keluarga Ibu nya yang telah diwarisi padanya.
Ia berasal dari keluarga kaya kelas atas, apa lagi ia adalah satu-satu nya cucu dari kedua belah pihak orang tua nya.
Keberuntungannya dalam harta sungguh tak ada tandingan, namun ia sangat tidak beruntung dalam urusan percintaan.
Di umurnya yang sudah menginjak 28 tahun dipaksa bertunangan dengan anak sahabat Ibunya karena tak ingin melawan akhirnya ia menerima tapi bukan karena cinta, bisa dikatakan pertunangannya dengan Elys hanyalah secara terpaksa.
(Keadaan Elys)
***
Masuk kedalam mobil sambil terisak tangis.
"Benar-benar gak punya hati, selama ini aku berusaha agar dia menerimaku tapi semua sia-sia," gerutu perempuan itu, ia menangis tersedu-sedu disana.
Sakit memang mengejar seseorang yang sangat sulit menerima kita.
Elys bukannya tak cantik, ia malah tak kalah cantik dengan Yuki tapi entah apa yang membuat Cakra tak menyukainya. Selama ini ia malah terus-terusan mencari cara agar ia bisa mendapatkan Yuki.
"Tapi lihat aja, aku gak akan menyerah sampai kau jatuh cinta padaku," ucapnya sambil mengusap pipinya.
Kesal dan emosi secara bersamaan menghantui pikiran Elys, ia dengan kasar melajukan mobilnya pergi dari sana.
***
(Sesampainya di kediaman Cakra)
"Eh sayang, kok datang gak bilang-bilang tante sih?" ucap Emi ibunya Cakra.
Ia menyambut Elys saat sampai ke dalam rumah yang terlihat mewah dan megah itu.
" Maaf tante, Elys tanpa sengaja kesini," ia terlihat begitu lusuh dan lemas, tante Emi bisa tebak jika Elys sedang sedih dan menangis.
Tante Emi mendekati dan mengajak duduk Elys calon menantunya itu.
"Kau kenapa sayang?" ucapnya dengan khawatir sambil mengelus rambut Elys.
Sesaat itu pun tangis Elys pecah, ia sangat tersentuh dengan perhatian calon mertuanya.
" Cakra tante, ia mengusir ku saat aku menemuinya di kantor," suara terdengar manja dan sangat mencari perhatian.
Kebiasaannya saat Cakra membentak atau cuek padanya ia selalu mengadu karena ia tau tante Emi selalu di pihaknya.
" Anak itu benar - benar keterlaluan, udah berapa kali juga tante bilang kalian lebih baik menikah saja," tante Emi mendengus, ia terlihat kesal mendengar Cakra yang selalu bersikap tidak sopan dan cuek pada Elys.
"Kau tenang Elys, tante akan berusaha agar secepatnya kalian menikah," kata tante Emi meyakinkan hati Elys.
Wajah perempuan itu tersenyum mendengar ucapan calon mertuanya barusan, menikah dengan Cakra adalah waktu yang selalu ia tunggu.
"Makasih tante, semoga aja Cakra mau," ucap nya dengan penuh senyum di bibirnya.
...****************...
BERSAMBUNG...
Satu hari penuh Yuki sibuk dalam pekerjaannya, sementara waktu telah menunjukan pukul 18:00 wib.
Ia melirik jam nya lalu merebahkan tubuhnya sebuah sofa yang ada disana.
"Ya ampun hari ini aku sangat capek, huuffttt!" gumamnya sambil merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Jiwanya yang selalu semangat walaupun sudah terlihat capek, ia kembali berdiri dan menutup salon nya.
Keadaan terlihat sepi, kesempatan baginya untuk segera pulang.
Ia meraih tas juga kunci motornya bersiap untuk pulang. Sementara di belakangnya tanpa ia sadari Cakra memperhatikannya.
Jarak kantor Cakra di tempat salonnya sangat dekat, maka dari itu pria tampan itu selalu mencuri waktu datang memperhatikan Yuki disana.
Dalam perjalanannya Yuki tak menyangka motor yang ia kendarai ternyata kempes.
"Aduh ini kenapa yah? Kok kayaknya motor ku kempes," gerutunya meminggirkan motornya sambil melihat ban motor itu.
" Tuh kan benar, motornya kempes. Astaga dimana lagi disini gak ada bengkel," Wajah yang tadinya masih ceria kini terlihat menyedihkan, ia pun memalingkan wajahnya sambil mencari bengkel terdekat.
Cakra yang masih setia berada di belakangnya seketika terhenti saat melihat Yuki yang tengah panik dan menyedihkan di pinggir jalan dengan motornya.
Pria itu menunjukan senyum sambil menatap lekat situasi yang ada di depannya.
Ia pun bersorak, mungkin waktu telah memberinya kesempatan menolong Yuki agar bisa kenal lebih dalam.
" Motornya kenapa?" tanya pria itu dengan wajah datar.
Refleks gadis itu menoleh cepat kearah suara pria di belakangnya." Gak apa-apa!" jawabnya cuek saat melihat pria itu adalah pria yang menemuinya tadi siang.
" Padahal kau membutuhkan bantuan, tapi masih saja jual mahal," sindirnya sambil menyilangkan kedua tangan di dada.
Yuki menatapnya semakin tak suka, bikin kesal saja mendengar perkataan pria itu.
"Maaf aku tidak membutuhkan bantuanmu!" lagi-lagi Yuki cuek dan sok tidak butuh bantuan siapa pun.
Dengan raut wajah kesal, ia menarik motornya meninggalkan pria itu.
Sementara Cakra ia masih berdiri disana sambil menatap punggung gadis yang sok jual mahal padanya.
"Sangat lucu, selain galak juga keras kepala. Gadis impian!" gumamnya sambil melukis senyum di bibirnya. Sesaat ia tersadar dari lamunan nya, "Astaga, aku mikirin apa! Akhhg!" cepat-cepat ia kembali masuk kedalam mobil, mengingat Yuki yang semakin jauh di depannya ia harus mengikuti gadis itu.
Nafas yang terengah-engah dan keringat yang bercucuran, Yuki masih setia mendorong motor kesayangannya sehingga tak sadar ia melewati jalan yang cukup jauh.
"Mampus lah aku ini, capekkk!" pekiknya membuang nafas kasar sambil menyekat keringat di dahinya.
Melihat sekeliling, seketika matanya berbinar. Dimana didepan yang tidak cukup jauh terdapat bengkel yang masih buka.
"Oh God, thank you! Ternyata di depan ada bengkel," semangatnya kembali saat melihat bengkel di depan.
Kembali ia mendorong motornya dengan penuh harap semoga saja yang punya bengkel masih nerima motor nya.
***
(Bengkel Motor)
"Permisi Om, apa masih buka?" tanya Yuki sambil memarkir motornya.
Si Om meliriknya sambil tersenyum ramah.
"Maaf neng, ini sudah mau tutup tidak menerima motor lagi," jawab si Om sambil membungkuk memberi maaf.
Senyum Yuki seketika memudar, tadinya ia sangat semangat ternyata gagal sudah.
"Ya'ampun Om tolong dong, apa Om gak kasihan sama gadis kayak aku ini? Please," dengan wajah memohon pun ia meminta agar si Om dapat membantunya.
"Tidak neng, klo gak neng tinggalin aja motornya besok ambil. Dimana-mana bengkel malam-malam begini gak buka lagi," jawab si Om, memberi pengertian kepada Yuki.
"Huuuffft!" Yuki mendengus, ia membuang nafasnya kasar. Selain pasrah dengan keadaan ia tak tau harus berbuat apa lagi.
"Ya udah deh, motornya aku tinggal besok aku ambil," ia pun memutuskan motor kesayangannya ditinggal di bengkel itu.
Si Om mengangguk mengerti sambil membantu memasukan motor di dalam bengkelnya.
Yuki menatap jam di pergelangannya telah menunjuk pukul 21;35 wib, tak sadar ia hampir satu jam lebih mendorong motornya.
Selama itu juga, Cakra ternyata masih setia mengikutinya. Bukan maksud apa-apa cuman saja ia merasa khawatir dengan Yuki yang hanya sendirian di jalan.
***
(Menghampiri Yuki)
"Apa masih menolak klo aku menawarkan bantuan untuk mengantar mu pulang?" ucap Cakra yang berhasil membuat Yuki kembali terkejut.
Dengan cepat kepalanya menoleh dan mendapati pria yang sedari tadi membuatnya risih.
"Gak capek apa ngikuti aku terus!" gerutu gadis itu sambil membuang muka.
" Aku bahkan semakin bersemangat jika melihatmu terus," katanya menggoda si gadis yang sedari tadi terlihat jutek padanya.
Pria ini memang cukup aneh menurut Yuki juga sangat gigih dalam perjuangannya mengejar Yuki sampai tak kenal jika hari sudah semakin larut malam.
"Hem dan kau malah membuat ku sial hari ini!" Yuki malah melontarkan kekesalannya menuduh si pria menjadi dalang dari musibahnya.
"Ha ha, musibah mu hanya secara kebetulan untuk memberi ku kesempatan berbicara padamu," Cakra malah tak peduli dengan kata Yuki, hari ini pun ia terlihat semangat dan bahagia. Baru kali ini ia punya kesempatan mendekati Yuki yang super cuek dan jutek.
"Aku harap sekarang kau pergi sebelum kakak ku datang menjemputku," gertaknya, Yuki ternyata meminta kakak laki-lakinya untuk menjemput.
Bukanya pergi malah berjalan kearah Yuki dan duduk di sebelah gadis itu.
Yuki di buat kaget, matanya melotot menatap si pria yang tidak mendengar apa yang barusan ia katakan.
"Kau mau ngapain sih?" seru gadis itu sambil menggeser tubuhnya menjauh.
"Aku hanya mau menemanimu sebelum kakak mu datang," sambil duduk, ia tersenyum senang bisa menatap wajah Yuki dari jarak dekat.
"Enak aja, asal kau tau kakak ku sangat galak apa lagi klo dia melihat ku bersama pria macam kau ini !" bentak Yuki, membuat Cakra semakin tersenyum lebar.
"Aku gak takut, kakakmu cowok apa cewek?" ucapnya malah bertanya tentang kakak Yuki. "Kakak ku cowok, kau puas!" Yuki semakin menakut-takuti agar pria itu pergi.
Wajah nya benar-benar sangat cemberut dan kesal, juga sedikit tegang.
Yuki selama ini tidak pernah dekat dengan pria selain kakaknya. Apa lagi berdua seperti sekarang bersama Cakra.
"Oh my God kok jantungku bertak kencang dekat pria ini sih," batinnya sambil mengusap kedua lengannya.
Di bengkel si Om yang sedari tadi tutup terdapat dua insan yang saling tidak mengenal berteduh di sana.
Yuki benar-benar tegang dan malu tidak berani sama sekali menatap wajah Cakra yang sedari tadi menoleh kearahnya.
...****************...
BERSAMBUNG...
***
(Menatap lekat wajah Yuki)
"Cantik banget, pipinya mulus dan imut," batin Cakra tersenyum-senyum sendiri memandangi wajah Yuki yang merah merona.
Yuki dibuat tak berkutik dan malu dengan keberanian Cakra padanya, sedari tadi ia hanya membuang muka tanpa menatap kearah Cakra.
Sementara di seberang sana klakson mobil memanggil Yuki begitu nyaring membuat keduanya terkejut.
"Yuk ayo, kau mau pulang tidak! Kakak buru-buru nih!" teriak kakaknya yang masih berada di dalam mobil.
Hati Yuki terasa lega mendengar teriakan kakaknya.
," Huuhh, akhirnya kakak ku datang," senyum senang mengembang di bibirnya, ia menoleh sekilas kearah Cakra yang ikut berdiri setelahnya ia melangkah menuju mobil kakaknya.
***
Masuk kedalam mobil
"Kakak," panggil Yuki sambil tersenyum kearah kakaknya. "Hem, siapa pria yang bersama mu?" dan benar saja, kakaknya memang cemburuan dan sok galak terhadap orang yang sembarangan dekat dengan adik perempuannya.
" Aku juga gak kenal," balasnya tak acuh sambil mengedikan kedua bahunya"Udah ah ayo jalan," perintah Yuki agar kakaknya tak memperdulikan pria yang berdiri di seberang sana yang masih menatap kearah mereka.
Raut wajah kakaknya sudah terlihat menakutkan, dengan cepat ia menginjak pedal gas nya melajukan mobil meninggalkan tempat itu.
" Huhhh, Yuki ternyata segemes itu," gumamnya tersenyum sambil membuang nafas.
***
SKIP
(Sampai dirumah)
"Anak Mamah kok baru pulang sih, udah jam berapa ini?" sambut Mamah Yuki saat melihat anak gadisnya baru pulang.
Terlihat lesu sambil merebahkan tubuhnya diatas sofa.
"Aduh Mah, motorku kempes untung aja kak Varo mau jemput aku!" jawabnya dengan sangat lelah.
"Dan Yuki pun mengambil kesempatan berduaan dengan pria Mah," suara kakaknya reflek membuat Mamah Anni menoleh.
Yuki memperbaiki posisi duduknya sambil melotot kearah kakaknya.
"Kakak ngomong apa sih, mana ada aku berduaan sama pria. Aku aja gak kenal pria itu!" sela Yuki membatah ucapan kakaknya.
Varo ikut mendudukan tubuhnya di sofa yang sama denga Yuki sambil menatap jahil kearah adiknya.
"Jangan bo'ong deh, tadi kakak lihat pria itu menatap mu terus," kata-katanya semakin membuat telinga Yuki memanas. "Kak Varo gak nanya dulu udah main nuduh gitu," dengan kesalnya ia mengambil bantalan sofa lalu melemparkan kearah kakaknya.
"Kaburrrrr!!!!" teriak Yuki sambil berlari kencang kelantai dua dan menutup diri di dalam kamarnya.
"Awas aja kakak akan membalasmu!" teriak kakaknya menatap kesal kearah Yuki.
Sudah menjadi kebiasaan kakak beradik itu suka beradu mulut dan suka mencari-cari kesalahan satu sama lain.
Membuat suasa rumah megah itu semakin riuh saat kedua kakak beradik itu ribut. Hanya saja Varo sebagai kakak tertua memilih pindah beda rumah karena sudah mempunyai istri. Walau pun begitu Varo dan Istrinya Senna sering-sering berkunjung kerumah orang tuanya apa lagi jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh.
"Varo apa benar itu, Yuki ditemani sama seorang pria tadi?" tanya Mamah Anni yang penasaran mendengar kata Varo kepada Yuki.
Varo mendengus sambil berdiri dari duduknya.
"Iyah Mah, yang lebih jelas tanya sama Yuki. Varo mau pulang dulu takut Senna nyariin," balas pria itu berpamitan sambil menyalami Mamahnya.
"Hem, yaudah hati-hati di jalan," Mamahnya mengelus pucuk kepala sang anak sambil tersenyum menatap kepergiannya.
Sementara di satu tempat Cakra baru sampai di halaman rumahnya.
Dengan santai ia memasuki rumah tanpa ekspresi apa pun.
"Kenapa baru pulang?" suara seseorang terdengar saat Cakra hendak membuka pintu kamarnya.
Ia menoleh dan mendapati Mamahnya yang tengah berdiri di sana. Cakra tak menjawab ia menunjukan wajah dinginya tanpa senyum sedikit pun.
"Jawab Mamah!" ucap perempuan paruh baya itu. "Aku capek Mah, malas berdebat aku menjelaskannya besok aja," lain di tanya lain juga jawabanya.
Cakra tak peduli dengan Mamahnya ia masuk kamar dan menutupnya segera.
"Aneh benar, sikap Cakra berubah semenjak tunangan dengan Elys, huhh!!!" gumam Mamah Emi sambil melangkah dari sana.
***
(Keesokan paginya)
Seperti biasa para pelayan di rumah Yuki terlihat sibuk mempersiapkan sarapan untuk tuan rumah mereka.
Berbagai makanan pun tersaji rapi memenuhi meja makan.
Disana terlihat kedua orang tua Yuki tengah bersantai menyantap makanannya.
"Pagi Mah, Pa!!" ucap Yuki menghampiri meja makan tak lupa memberikan kecupan manis di pipi kedua orang tuanya.
"Pagi sayang," balas Mamahnya sambil tersenyum senang melihat anak gadisnya yang sangat cantik.
Yuki mendudukan tubuhnya sambil mengambil makanan untuknya.
Pagi ini ia terlihat semangat seperti hari-hari biasanya.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu nak, apa berkembang?" tanya laki-laki paruh baya yang berada di unjung meja yang tak lain adalah Robert Papah Yuki.
Menatap kearah Papah nya sambil tersenyum.
"Berkembang kok Pah, bahkan customer banyak yang datang," pekerjaan Yuki yang membuat kesenangannya selalu di dukung oleh keluarganya walau pun sebelumnya Robert pernah menawarkan padanya satu perusahaan untuk ia kelola namun Yuki menolak.
Cita-cita nya sejak kecil menjadi seorang tukang Salon yang handal, dan benar saja semua itu terwujud karena dukungan kedua orang tua nya.
Semenjak berada di bangku SEKOLAH MENENGAH ATAS ia mengambil jurusan tata rias hingga sampai kuliah mengambil jurusan yang sama.
Saat ini ia bisa dikatakan sudah sangat pandai atau senior dalam urusan merias.
"Syukurlah sayang, setelah ini kau bisa mencari jodohmu untuk menikah,"
Ucapan Mamah Anni membuat Yuki seketika terhenti dengan kegiatannya. Ia menatap wajah Mamahnya.
"Aku gak mau menikah dulu Mah, kenapa sih Mamah kayak maksa banget! Pah???" ucap gadis itu memasang wajah memalas minta tolong kepada Papah nya agar menegur Mamah Anni.
"Benar kata Mamah mu sayang, lagian umur mu sudah matang, apa salahnya kan?" bukannya membela, Papahnya malah mendukung apa kata istrinya membuat Yuki jadi tak berselera makan.
Ia menatap wajah kedua orang tua nya sendu membuatnya terpojok dengan apa yang di katakan padanya.
"Yuki pikirkan dulu Mah, Pah," jawabnya kembali menyuapkan makanan di mulutnya.
Membuatnya patah semangat, bagaimana mau menikah sementara ia masih belum puas melepaskan masa gadisnya.
Teman-teman nya semasa kuliah hampir semua telah menikah dan Yuki mendengar kabar jika diantara itu ada yang tak bahagia dan menyesal telah menikah secepat itu.
Kenyataan itu yang membuat Yuki takut, belum tentu jodoh yang ia dapat baik atau sebaliknya, jangan sampai ia jadi janda jika ia gegabah mau menikah.
"Ehm Yuki duluan yah Mah, Pah," pamit Yuki setelah ia menghabiskan sarapannya.
"Kok buru-buru sayang?" tanya mamahnya mengerutkan keningnya. "Yuki harus periksa motor dibengkel Mah," Gadis itu terlihat buru-buru ingin segera pergi dari sana.
"Sudah juga Papah bilang kau tinggalkan motor mu itu, mobil masih banyak yang nganggur di bagasi," jelas Robert, bukannya tak pernah menegur Yuki untuk memakai motor, tapi gadis itu selalu ngotot tak mau mengendarai mobil melainkan membawa motor kemana pun ia pergi.
"Aku senang dengan motor Pah, terlihat sederhana dan nyaman," sahutnya sambil tersenyum.
Sikap Yuki yang ingin terlihat sederhana selalu membuat hati kedua orang tuanya luluh, ia tidak pernah memamerkan kekayaan orang tuanya dan tidak menyombongkan diri sedikit pun.
"Ya sudah apa boleh buat," dan akhirnya Robert selalu mengalah, ia mengangguk mengiyakan saja mau anak gadis nya. Asalkan itu menurutnya baik ia tidak membantah Yuki.
...****************...
"Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!