PROLOG
“Gilang....Cepetan napa sih! elaaaaah lama banget, lo pake konde dulu apa gimana?” teriak Mila yang sudah sedari 30 menit yang lalu menunggunya di ruang tamu.
“Tau...perasaan lama banget kalah anak perawan juga dandannya” kata Hans yang juga kesal karna dia bahkan telah menunggunya lebih dari satu jam..”Nih si Joko udah nelponin gue aja lagi, Jawab jangan?” Tanya Hans pada Mila.
“Bilang aja lagi di jalan lah gitu, ini si Kila juga dah WA terus. Kalau sampe telat ke kawinannya Kila mah bisa ngambek tar dia” jawab Mila
Gilang, Mila, Kila, Hans, dan Joko sudah menjalin pertemanan bisa juga dikatakan persahabatan cukup lama. Malah Gilang, Mila dan kila sudah mengenal dari taman kanak2 karena kebetulan mereka bertetangga. Sedangkan Hans dan Joko gabung dengan mereka ketika mereka sekolah menengah pertama. Karena kecocokan di antara mereka, persahabatan mereka tetap terjaga hingga sekarang.
GILANG RAHARJA Seorang anak pengusaha bidang properti yang cukup sukses. Dia banyak di gilai kaum hawa karna ketampanannya yang seperti aktor-aktor korea ceunah. Namun walaupun mempunyai wajah yang tampan dan juga kaya tak membuat kisah percintaannya mulus. Kadang banyak wanita yang hanya memanfaatkan ketulusan seorang Gilang. Hanya ingin menikmati harta ataupun hanya untuk ajang pamer.
KARMILA SANJAYA biasa dipanggil Mila, gadis yatim piatu yang tinggal berdua dengan neneknya. Dia mandiri dan pekerja keras. Karna mempunyai sifat yang mudah bergaul, tidak banyak menuntut dan jarang sekali marah membuatnya banyak disukai teman-temannya. Wajahnya memang bukan wajah yang mudah digilai oleh kaum pria bukan tipe yang cantik paripurna maupun seksi bahenol tapi dia memiliki wajah yang manis jika dilihat berkali-kali itu tidak membuat orang bosan. Kulitnya sawo matang khas wanita Indonesia, mempunyai wajah yang imut seperti masih anak SMA. Bahkan mungkin masih cocok jika dia memakai seragam SMP.
SYAKILA PUTRI yang akrab di sapa kila ini paling alim diantara yang lain, paling solehah, paling rajin sholatnya. Gadis yang sehari-hari memakai hijab ini anak dari pak Ustadz kondang yang banyak disegani orang sekampung. Walaupun dia yang kiranya mempunyai ilmu agama yang lebih baik tetapi dia tidak pernah bersikap menggurui terhadap temannya.
HANS SYAPUTRA WIJAYA ini keturunan tionghoa jadi mukanya itu China banget. Matanya sipit nyaris merem. Tapi dia ini bijaksana dan berwibawa, enak buat diajak curhat. Agamanya sendiri kristen katolik beda dari keempat sahabatnya yang beragama islam. Kalaupun begitu mereka tetap kompak. Kaya bunyi slogan ‘berbeda-beda tetapi enggak sama, eh maksudnya berbeda-beda tetapi sama jua.’
Nah yang terakhir ini si JOKO SAPUTRO. Si Joko ini paling kocak, paling lucu, paling aneh, paling heboh laaaah. Kalo lagi punya masalah jangan curhat ama dia nanti bukannya kelar masalah malah tambah depresi yang ada, soalnya susah di ajak seriusnya. Tapi kalo enggak ada dia yaaa enggak rame.
Hari ini mereka akan menghadiri acara resepsi pernikahannya syakila yang digelar di sebuah gedung di Jakarta. Kila sekeluarga pindah rumah dari Tangerang ke Jakarta saat lulus SMA. Untuk menempati rumah warisan yang di tinggalkan orangtua dari ayahnya syakila.
“eh sorry yaaa gue lama. Mules tadi” setelah hampir seabad akhirnya si Gilang keluar juga dari ‘tapanya’ maksudnya dari kamarnya. Mila dan Hans langsung menoleh, mereka menatap dengan tatapan yang mengerikan. “Panggilan alam” kata Gilang lagi yang langsung berjalan keluar di ikuti Mila dan Hans.
Tin tin
Tanpa basa-basi Gilang langsung memasuki mobilnya dan duduk di bagian kemudi, Hans duduk di samping kemudi sedangkan Mila duduk di jok belakang. Sebelum ke tempat resepsi mereka akan berhenti di rumah Joko untuk menjemputnya yang kebetulan searah.
“Jalan yu, Bismilah” Kata Mila sambil tangan nya sibuk mengetik sesuatu di hapenya membalas pesan2 yang masuk. Yang kebanyakan dari Kila.
“Lets go” sahut Hans
Ting Ting Ting
Sebuah tanda pesan masuk yang datang berbarengan ke Handphone tiga manusia itu. Ternyata dari Joko yang mengirim pesan ke grup di aplikasi WhatsAu.
Isi pesan WhatsAu
JOKO: Woooooooooyyyyyyy buset jamuran ini gua? jadi jemput kagak siiih? jangan2 gue ditinggal lagi?
Mila: Sabar pak lagi menuju ini!
JOKO: Menuju kemana ni? ke Rahmatullah???
MILA: ISSSSSSSSH sialan Loh
HANS: udah Lu tunggu di luar bentar lagi nyampe
JOKO: hemmmmmm....
Tintin
Bunyi Klason yang tiba-tiba sukses mengagetkan Joko membuatnya beristighfar.
"Astagfirullah untung gue kagak jantungan" gumam Joko. Diapun langsung menghampiri mobil yang terparkir depan rumah tak lupa dia berpamitan dengan ibunya yang memang sedari tadi ikut menemani menunggu teman-temannya datang.
“Bunda langsung jalan yaaah bun udah telat kita” teriak Mila yang nongol dari kaca mobil menyapa ibundanya Joko, merasa bersalah karna tidak turun untuk sekedar bersalaman.
“iya iya, cepet jalan! titip salam yaaa buat Kila” teriak bunda sambil melambaikan tangan.
☆☆☆☆
“Keburu enggak yaaaah udah mau jam 7 ini” Kata Mila yang sambil merapihkan tatanan rambutnya yang sudah mulai berantakan. “Luh sih Gil lama banget, keburu ancur dandanan gue."
Joko yang duduk di samping Mila pun gatel pengen nyahut. “Laaaah muka luh emang dah ancur kali Mil”
“Sue!!” Mila memanyunkan bibirnya.
“Lagi emang ngapa sih lama banget? Bangun rumah 2 lantai juga kelar nih gua.” Tanya Joko.
Hans dan Mila langsung menunjuk si empunya mobil serempak. Gilang yang merasa terintimidasi memilih diam dan tetap melanjutkan perjalannnya sambil menyunggingkan senyum.
“Lo enggak usah ganteng2 kali Gil, biar enggak kalah saing ntar gue, kan gue kondangan mo sekalian cari jodoh. Siapa tau ada yang nyantol!” celetuk joko.
“hahahahahaha peniti kali nyantol... ganti dulu aja tuh nama Lo!!” tawa Hans meledek Joko.
“Loh aja tuh melek jangan merem mulu, gimana mo liyat cewek Luh?” ledek Joko enggak mau kalah.
Mila yang mendengarkan mereka saling meledek pengen ikutan juga “oh iya Jok, nanti kalo lw punya anak jangan namain Joko yaaaah?”
“emang kenapa?” Tanya Joko ngegas.
“Yaaaah masa bapak ama anak namanya Joko semua *** enggak lucu kali, trus tar namanya Joko 1 sama joko 2 gitu?” jawab Mila yang diikuti tawa oleh yang lain.
“iya juga yaaaah” joko dengan sok polosnya.
Setelah sibuk beradu mulut akhirnya Mila, Gilang, Hans dan joko sampai juga di gedung resepsinya Kila. Mereka pun langsung disambut sama salah satu anggota keluarga yang menyuruh mereka untuk segera masuk ke Aula karna acara akan segera di mulai. Mereka ini sudah memakai seragam yang di berikan oleh kila sebelumnya karna mereka akan menjadi pendamping pengantin wanita dan ikut andil dalam acara adat yang diselenggarakan.
RESEPSI PERNIKAHAN
Serangkaian acara resepsi pernikahan telah dilaksanakan, acara yang di pandu oleh MCpun berlangsung meriah.
Sekarang masuk acara ramah tamah, hiburan dan foto2 untuk keluarga dan teman2 dari kedua mempelai. Para tamu undangan berbaris untuk sekedar memberikan ucapan selamat memberikan doa restunya untuk kedua mempelai, tak ketinggalan ke empat sekawan yang sudah berbaris berdiri beriringan dimulai dari Mila, Joko, Hans dan terakhir Gilang.
Mila yang sedari tadi menahan tangis karna terharu mendapat gilirannya untuk bersalaman dengan mempelai yang sedang berbahagia ini.
"Kilaaaaaa...." meraka pun langsung berpelukan erat. "Dua bulan kemarin Lu masih jomblo sekarang malah udah punya suami duluan, masih belum nyangka gue"
"Jodoh enggak ada yang tau Mila" Kila memang tidak pernah berpacaran sebelumnya. Dia melakukan proses ta'aruf dengan anak dari pak Kiyai guru ngaji ayahnya Kila.
"Udah siiih pelukannya masih ngantri ini!!" Joko yang tak sabar menunggu gilirannya pun berusaha melepaskan pelukan kedua sahabat wanitanya itu.
"Bilang aja lu pengen buru-buru makan!" protes mila yang akhirnya melepaskan pelukannya dan berlanjut memberi selamat kepada mempelai pria. "Jaga Mila yaaaa Mas Zikri" Pria itu tersenyum dah menggangguk mengiyakan permintaan sahabat istrinya itu.
Setelah mengantri mengucapkan selamat kepada mempelai, sekarang mereka mengantri untuk mengambil makan.
Saat sedang makan sambil mengobrol tiba-tiba datang seorang wanita menegur mereka berempat.
"Hai semua?" Sapa wanita itu.
Mereka kompak memasang muka tidak senang ketika melihat seseorang yang menyapa mereka.
"Sisil" Joko menoleh ke arah Gilang, dia tau gilang saat ini merasa tidak nyaman. Bagaimana dia akan merasa nyaman ketika berhadapan dengan Sisil, sang mantan.
Sisil ini tipe orang yang mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi, tentu saja itu karena wajahnya yang cantik ditambah body yang terbilang seksi. Jika memakai baju yang pas body akan memperlihatkan lekukan tubuh yang sangat indah, seperti sekarang ini. Membuat para lelaki terkesima itu adalah harapannya. Dan itu membuat Sisil selalu merasa jika tidak ada yang bisa menolak kecantikannya. Cewek-cewek macam kayak Sisil ini yang sering datang menggoda si Gilang, yang menginginkan untuk menjadi pacarnya.
Awalnya Gilang tidak tau akan sifat asli si Sisil ini. Namun saat beberapa bulan berpacaran ternyata Sisi buruk Sisil lama-lama terlihat juga. Dia sering jalan sama cowok2 yang ada di kampus, tebar pesona kesana kemari. Mencari perhatian pada siapa aja. Bahkan si Joko dan Hans pun ikut jadi mangsanya. Sempat persahabatan mereka merenggang karna hal itu.
" Ngapa codot ada disini sih? emang tuh si Kila ngundang dia apa?" gumam Joko yang merasa jengah dengan tingkah sisil yang keganjenan itu.
Hans yang ada disamping Joko ikut merasakan suasana yang terasa aneh ini.
"Kamu enggak bawa pacar Gilang? atau jangan-jangan kamu belum move on yaaa dari aku?" ucap Sisil dengan pedenya.
Ke empat sekawan ini kompak menghembuskan nafas kasarnya "hadeeeeeh "
"Ya ampun si Sisil ini pede banget" Mila yang sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi hanya bisa bergumam dalam hati. Namun dia tersentak saat tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar dibahunya dengan erat.
"Ini pacar gue, yuk sayang kita kesana cari udara segar!!" Sontak Mila terkejut bukan karna pengakuan Gilang tapi karna cengkramannya yang terasa kuat, membuatnya merintih kesakitan.
Sisil merasa kesal karna dicuekin oleh Gilang, matanya bergerak mengikuti Gilang yang semakin menjauh. Akhirnya membuat Sisil pergi juga "aku kesana dulu yaaaa" ucapnya pada Hans dan joko, namun tidak digubris oleh kedua pemuda itu membuat rasa kesalnya bertambah.
Disisi lain gilang yang sudah berada di luar gedung akhirnya melepaskan tangannya dari pundak Mila.
"Sakit Gilang pundak gue, kesel sih kesel jangan ke gue juga kali lampiasinnya" ucap Mila setelah mereka berada di luar ruangan.
"Sorry sorry!! gitu doang ga bakal putus juga tuh tangan"
"Gua lagi aja yang jadi tumbal, bisa g sih g bawa2 gue ...trauma gue belum sembuh gara-gara dilempar telur busuk ama fans bar bar lu" lanjut Mila yang kesal atas sikapnya Gilang.
"Udah lama kali itu mah jaman SMA"
"Lagi lu ada ada aja punya mantan, ulet keket gitu bisa bisanya lu pacarin?"
"Ulet keked? hahahahaha" tawa gilang meledak seketika.
"Pacar luh aneh-aneh heran, kalo gue enggak cuti kuliah dulu g bakal gue biarin lw deketin cewek model begitu!"
" Ngapain mikirin gue sih? hubungan Lu ama Rehan juga enggak jelas"
Mila hanya bisa berdengus memikirkan kisah percintaannya yang juga tidak pasti. "Kalo gue kan cuman terhalang restu"
" Tapi gue liyat lu jarang kontek2an lagi beneran masih tuh?"
"Dia kan kuliah S2 pasti sibuk laaah, kan ngejar target biar cepet kelar trus ngawinin gue dah"
"Pede amat, ya kali klo pulang langsung dikawainin kalo bawa bini gimana?"
"Tega bener, tinggal iyain aja siiih biar gue seneng!!"
"iya deh iya ... yuk ah balik ke dalam anak2 nunggu!!"
Setelah acara selesai meraka berempat berpamitan kepada Kila dan keluarga untuk pulang ke rumah.
"Kil, kita balik yaaaak!" ucap mila
"iya kita balik jangan lupa bagi-bagi pengalaman malam pertamanya ya kila!!" ucapan Joko ini sukses mendapat tabokan di kepala. "Biasa aja Hans naboknya"
Hans yang dari tadi diam tidak terima fitnah yang dilontarkan Joko "kok gue siiih noooh si Mila"
"eeeet kecil2 tenaganya kuat juga" Mila langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya tanda damai.
"Udah yuk ah dah malem besok hari senin dah harus kerja" kata Gilang pada temen2nya.
Susana di dalam mobil saat pulang sungguh berbeda saat berangkat tadi. Sunyi sepi tidak ada suara. Kedua orang yang duduk di belakang itu tertidur mungkin karna kelelahan. Kelelahan ngoceh sana sini.
Hans yang duduk di samping kemudi terjaga menemani Gilang mengobrol agar tidak mengantuk karna malam sudah sangat larut.
Gilang mengantarkan Joko terlebih dahulu, sedangkan Hans turun di perempatan Jalan kemudian melanjutkan perjalanan pulang dengan memesan taksi online. Menyisakan Mila yang sedari di jalan tadi tertidur tanpa mengetahui bahwa teman-temannya yang lain sudah turun dari mobil.
Rumah Mila memang dekat dengan Gilang hanya berjarak beberapa meter saja.
Gilang yang telah sampai rumahnya membuka pintu mobilnya dan menutup kembali dengan kencang membuat Mila yang tertidur di belakang terperanjat.
"Masya Allah...." Mila terbangun, matanya yang merah melihat sekeliling "Dah sampe yaaa"
Gilang yang melihat tersenyum, sukses gue kerjain, pikirnya.
Mila yang membuka pintu mobil itupun melihat raut wajah Gilang dengan penuh tanda tanya "Sengaja yaaa nutup pintu kenceng ?" lagi-lagi hanya dibalas senyum oleh Gilang.
"Enggak ada lembut-lembutnya heran?"
"Lagian Lu tidur nyenyak amat ampe ileran gitu" Mila refleks mengelap bibirnya sesaat lalu sadar kembali bahwa ia sudah dikerjai.
"Heeeeh ni orang belum pernah di getok hak sepatu yaaaa, mo nyoba?"
Gilang hanya tertawa-tawa melihat tingkah lucu dari sahabatnya itu "udah hayu gue temenin jalan, udah malem ini atau lu mau tidur di kamar Gladys?" tawarnya.
Mila memang dekat dengan semua keluarga Gilang, termasuk Gladys adiknya.
"Enggak ah kasian nenek dirumah" tolak Mila.
"Ya udah buruan, ngantuk nih gua" pinta gilang yang langsung berjalan keluar gerbang tanpa menunggu Mila yang sedang mengambil bawaannya.
"tungguin dong, ribet ini gua"
Setelah menemani Mila berjalan, Gilangpun kembali pulang ke rumahnya.
Hari terus berganti, waktu terus berlalu.
Mila disibukkan dengan rutinitas seperti biasa di pagi hari ini. Menyapu, mengepel, mencuci, memasak sudah menjadi kebiasaan sehari-harinya sebelum berangkat kerja.
Tak lupa dia memberi makan neneknya terlebih dahulu, menyuapinya dengan penuh kelembutan dan juga kesabaran.
Sang nenek memang sudah 4 tahun ini jatuh sakit, dan 2 tahun belakangan sakitnya bertambah parah. Dia mengalami kesulitan untuk berjalan. Kakinya tak mampu lagi menopang berat badannya sendiri. Untuk berjalan keluar rumah saja harus dengan susah payah.
Selama ini sang nenek rutin memeriksakan kesehatan setiap satu bulan sekali di sebuah rumah sakit. Pengobatannya hanya untuk mengurangi rasa sakitnya saja, karna walau bagaimanapun semua sakitnya dikarenakan faktor usia.
Mila sangat telaten mengurusi sang nenek, tidak pernah sekalipun dia merasa keberatan. Karna hanya sang nenek lah yang menjadi keluarganya saat ini. Hanya itu yang bisa Mila lakukan sebagai bakti kepada sang nenek yang sudah mengurusi dan menafkahinya sepeninggal orang tuanya.
Mila bahkan memutuskan untuk tidak kuliah. Dia hanya berharap bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk sang nenek, menemani disisa hidupnya.
"Nek, Mila berangkat kerja dulu yaa!!!" Izin Mila sambil mencium punggung tangan sang nenek.
"Iya, hati-hati yaaa !!"
Mila yang hendak melangkah keluar kamar kemudian kakinya terhenti seketika lalu menoleh kembali pada sang nenek.
"Tapi nenek enggak apa apa kan? Ada yang dirasa enggak nek? apa ada yang sakit?" Tanya Mila tanpa jeda, Entah kenapa pagi ini terasa berat untuk Mila meninggalkan sang nenek sendirian. Sang nenek terlihat pucat lain dari biasanya. Membuat Mila merasa sangat khawatir.
Sang nenek hanya menanggapi kekhawatiran cucu satu-satunya itu dengan tersenyum "Nenek enggak apa2... Sana berangkat nanti kamu kesiangan!!" Pinta Nenek pada sang cucu.
"ya udah kalo gitu nanti kalo ada apa2 telpon aku ya nek" dengan berat hati akhirnya Mila berangkat. "Assalamu 'alaikum" lanjutnya.
"Wa 'alaikum salam" balas sang nenek.
Mila bekerja sebagai Admin yang mengurusi pengeluaran dan pemasukan keuangan di sebuah Cafe sederhana yang dirintis oleh Gilang dan teman sekampus yang bernama Rendi.
Gilang tidak terjun langsung, operasional cafe diserahkan ke Rendi. Gilang hanya sebagai penyedia dana saja. Karena Gilang diminta ayahnya untuk ikut mengurus perusahaan keluarganya.
Gilang sengaja menyuruh Mila bekerja disana. Selain untuk membantu Mila, juga sebagai orang kepercayaan untuk ikut mengawasi cafe tersebut yang semakin berjalannya waktu cafe itu semakin ramai, karna letaknya yang strategis.
Setelah sampai di cafe, Mila yang berjalan ke arah ruangannya disambut ramah oleh para karyawan yang bekerja disana. Ya Mila memang sangat disukai.
"Pagi mba Mila !!" sapa salah satu karyawan.
" Pagi " balas Mila "aku langsung masuk yaaa !!" lanjut mila lagi.
Pada saat Mila sibuk dengan laptop yang ada di meja kerjanya, tiba-tiba entah dari kapan Rendi sudah duduk disampingnya, merangkul pundak Mila, Membuat Mila terkejut seketika.
"Ya ampun Ren, jantungan nih gua" Mila yang risih menyingkirkan tangan Rendi dan menggeser bangkunya agar menjauh. "Bisa g sih enggak usah deket2 !!"
Rendi dengan tidak tau malunya malah ikut menggeser bangkunya mendekati Mila.
" Yah " teriak Mila "gue kan dah bilang jangan asal pegang2, ini namanya pelecehan seksual tau g sih?" Mila beranjak berdiri hendak pergi keluar.
"Kok pelecehan sih? ini kan sama aja kayak lu sama Gilang dan sahabat cowo lu yang laen, kayaknya lu biasa aja kalo sama mereka" Rendi membela dirinya.
" Beda tampang lu tuh tampang mesum, gua
peringatin yaaa !! gue enggak segan-segan bilang ama Gilang" ancam Mila, kemudian dia mengambil HP lalu melangkah pergi setelah di depan pintu dia berbalik "atau lu mau gue lapor polisi atas tindakan kurang menyenangkan?"
Rendi hanya bisa diam kemudian meminta maaf namun dilihat dari raut wajahnya tak menunjukan rasa menyesal. "Huh dasar munafik" pikirnya dalam hati.
Mila membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Sebenarnya bukan kali ini saja Rendi bersikap seperti itu. Bukan hanya kepada Mila bahkan pada hampir karyawan wanita disana.
Rendi sudah pernah diperingatkan oleh Gilang, hanya saja dia berkilah tidak ada maksud apa-apa dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Mila saat ini berada di luar cafe dia duduk di sebuah bangku kayu yang terletak di taman dekat lahan parkir. Pikirannya kacau saat itu, tak lama terdengar suara musik menandakan panggilan masuk dari hapenya.
"Gilang? tumben nelpon" gumam Mila sesaat setelah melihat nama yang tampil di layar depan HPnya.
"Halo assalamu 'alaikum ! kenapa Gil?" tanya Mila.
"Lu dimana?"
"Di cafe lah gue, kenapa sih kayak panik gitu?"
"Lu siap-siap yaaa, gue jemput sekarang !!
"Kan belum jam pulang?"
"Udah jangan cerewet !! 15 menit lagi gue nyampe"
tut tut tut...
Gilang menutup sambungan telponnya, sedangkan Mila mematung, dia merasa heran. "Kenapa sih ?" tanyanya dalam hati.
Setelah kembali kesadarannya, Mila
langsung masuk kembali, dia pergi keruangannya yang baru saja dia tinggalkan.
Ketika membuka pintu, Mila merasa terkejut mendapati Rendi yang masih berada di ruangannya. "Ngapain??" Tanyanya.
"Oh nga dem gue ... ruangan gue ACnya mati soalnya" jawab Rendi dengan terbata.
"Ya udah w keluar yah, biasa aja tuh muka"
kata Rendi lagi sambil hendak menyentuh dagu Mila namun Mila mengelak.
"Enggak usah macem-macem deh"
Mila segera membereskan meja, mematikan Laptopnya kemudian mengambil tas dan berjalan keluar. Lalu pamit pada salah satu penanggung jawab cafe tersebut.
Setelah 10 menit menunggu akhirnya mobil Gilang muncul, tanpa basa basi dia langsung membuka pintu mobil kemudian duduk di jok depan.
" Ada apa sih?" tanya Mila ketika iya baru saja duduk. Namun yang ditanya sepertinya enggan untuk memberi jawaban.
Gilang langsung memutar arah mobilnya dan kembali menginjak pedal gasnya. Melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali mengebut ketika dirasa jalanan melenggang.
" Kenapa sih gak jelas deh, bikin gua takut" tanya Mila lagi.
"Nenek Mil" Akhirnya Gilang membuka mulutnya.
" Kenapa Nenek gua?" tanyanya panik.
" Lu gak usah panik dulu" mencoba untuk menenangkan Mila yang sudah berkaca-kaca.
Gilang kemudian melanjutkan "Tadi si mamah mampir ke rumah Lu trus liyat Nenek udah g sadar di depan pintu kamar" ucapnya dengan pelan pelan.
"Sekarang beliau ada di rumah sakit, mama yang jagain di sana " katanya lagi berusaha untuk membuat Mila tenang.
Mila histeris, dia menangis keras setelah mendengar itu. Tubuhnya gemetar, air matanya sudah tak bisa dia bendung. Tubuhnya melemas, dia ketakutan. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi, sesuatu yang bahkan tidak mau iya bayangkan.
Pikirannya melayang mengingat kembali peristiwa 14 tahun silam yang merenggut kebahagian karna meninggalnya sang ibu, dan mengingat kembali bagaimana ayahnya menderita sepeninggal ibunya. Lalu setelah satu tahun Mila harus kembali merasa kehilangan atas kepergian sang ayah.
Mila belum siap jika harus kembali ditinggalkan oleh orang yang dia sayang, nenek yang menjadi satu-satunya keluarga yang dia miliki saat ini, satu-satunya orang yang akan selalu berada disampingnya. Membelanya, dan menyayanginya tanpa pamrih.
"Harusnya tadi gua gak usah berangkat kerja" Mila kembali menangis, menyesali sikapnya sendiri karna mengabaikan firasat buruknya tadi pagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!