"Yuma, kau sudah dengar berita kalau Hito kecelakaan?" Tanya gadis berambut panjang, dia adalah Rena Anastasya, teman sekelas Mayuma Dameetha. Yuma gadis berambut sebahu itu hanya diam, dia tahu tentang berita kecelakaan yang menimpa Arnamawa Hito teman sekelasnya juga dan dia adalah cowok yang Yuma sukai.
"Sejak sembuh sifat Hito berubah drastis ya," Ucap Rena dengan sedih karena dia juga menyukai Hito sama seperti Yuma. Yuma menoleh ke Hito yang duduk di bangku depan di dekat pintu, dia hanya diam sepanjang waktu dan mengabaikan orang yang mengajaknya ngobrol.
Kenapa auranya berbeda dari sebelum kecelakaan?. (Batin Yuma)
Sebelum itu dia sangat menyenangkan....
#Flashback Hito sebelum kecelakaan.
Yuma berjalan masuk ke dalam kelasnya, dan dia melihat Hito yang sedang mengobrol asik dengan Laksan Ranji teman sekelasnya juga, sebelum menyapa Hito, Yuma menata rambutnya agar terlihat rapi di depan cowok yang di sukai itu, dan setelah dia merasa rapi dia berlari kecil ke arah mereka dan dia menggeser Ranji agar dia bisa dekat dengan Hito.
"Selamat pagiiii Hitooo," Sapa Yuma sambil menampilkan senyum cerahnya.
"Selamat pagi Yumaku sayang..." Jawab Ranji dengan ceria, Yuma menoleh ke Ranji dengan tatapan datar karena bukan Ranji yang dia harapkan untuk menjawab salamnya. Sedangkan Hito menoleh ke Ranji karena dia tiba-tiba di geser oleh Yuma padahal mereka sedang mengobrol tadi.
"Hito, tidak usah pedulikan dia, pedulikan saja aku...." Ucap Yuma sambil tersenyum.
"Yuma aku disini loh," Ucap Ranji dengan kesal.
"Siapa yang nanya?" Tanya Yuma dengan nada kesal.
"Ayo ke kelas sebelum bel bunyi," Ajak Hito sambil tersenyum. Yuma menghentak-hentakan kakinya dengan senang karena mendapatkan senyuman manis dari cowo idamannya itu, dan mereka berdua berjalan duluan meninggalkan Ranji.
"Hito..Hito terus, kapan sih Yuma ada waktu buat aku?" Tanya Ranji dengan kesal.
"Sadarlah kenyataan tak seindah imajinasi." Jawab cowok yang berjalan melewati Ranji, dia adalah Candra Dalvin Nugraha, dia juga teman sekelas Ranji dan mulutnya sangat pedas di bandingkan cewek-cewek sekelasnya.
"Ihhhhh anak itu," Geram Ranji dengan kesal.
Saat jam pelajaran, Hito fokus mendengarkan penjelasan dari guru, Ranji memainkan pensilnya karena dia jenuh, Dalvin juga mendengarkan penjelasan dari guru, dan hampir semua cewek di kelas ini hanya menatap ke arah Hito. Dan Bu Susi guru matematika itu sudah hafal dengan murid-muridnya di kelas ini.
"Bagi anak yang melihat Hito saya suruh mengerjakan semua soal ini di depan tanpa bantuan saya!" Tegas Bu Susi, mereka semua para cewek langsung duduk menghadap depan, Hito hanya diam dia sebenarnya merasa tidak enak dengan guru-guru karena setiap jam pelajaran selalu seperti ini.
"Kenapa semua tergila-gila sama Hito?" Tanya Ranji dengan heran. Lalu Rena menoleh ke Ranji sambil tersenyum.
"Karena kita masih waras, tidak mungkin pilihan kita itu kau!" Jawab Rena sambil tersenyum manis. Ranji berdecak kesal lalu dia melempar kertas kecil ke arah Rena.
"Berani ha?" Omel Rena dengan kesal.
"Rena! RANJI! DI DEPAN!" Bentak Bu Susi. Dan mereka berdua terpaksa berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran selesai karena mereka membuat kebisingan.
Aku harus stay cool jangan sampai aku di depan seperti mereka.(Batin Yuma)
Yuma mengeluarkan kaca dan memperhatikan rambutnya agar tetap rapi di depan Hito.
"Yuma...." Panggil Bu Susi sambil tersenyum. Yuma langsung menyembunyikan kacanya.
"Di depan yuk," Ajak Bu Susi sambil tersenyum, Yuma menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"YUKK!" Tegas Bu Susi sambil tersenyum, tapi itu sangat menakutkan bagi yang melihatnya dan dengan terpaksa Yuma ikut berdiri mereka berdua di depan. Dan Bu Susi melanjutkan pelajarannya.
Ahhh reputasiku sebagai cewek feminim di depan Hito gagal. (Batin Yuma).
"Ini semua gara-gara kalian," Bisik Yuma.
"Ni orang nih yang buat emosi." Jawab Rena sambil melirik Ranji.
"Siapa duluan yang bikin emosi ha?" Jawab Ranji dengan kesal.
"DIAMMMMM!!!!" Teriak Bu Susi.
Jam pelajaran selesai. Mereka bertiga duduk dengan penuh kelegaan.
"Kaki ku udah mati rasa...." Ucap Rena dengan kesal.
"Ahhh pasti penampilan ku jelek," Gumam Yuma dan dia segera mengambil kacanya. Sedangkan Ranji mengusap perutnya karena dia kelaparan.
"Hai Hito, bisa bantu kerjain ini enggak?" Tanya cewek dari kelas lain, dia membawa 4 temannya dan meminta bantuan Hito untuk mengerjakan tugasnya. Dan dengan polosnya Hito menuruti mereka, disaat dia menjelaskan rumusnya mereka malah fokus menatap wajah Hito. Cewek-cewek di kelasnya merasa kesal dengan 4 cewek itu.
"Kenapa enggak tanya Bu Susi saja!" Geram Rena dengan kesal.
"Ihhhh masa depan ku lagi-lagi di ganggu tikus-tikus itu." Gumam Yuma dengan kesal.
Ranji memperhatikan mereka dan dia tersenyum senang karena ide cermelangnya muncul.
"Kau pasti merencakan sesuatu yang aneh kan?" Tanya Dalvin. Ranji tersenyum kecil.
Setelah cewek-cewek itu pergi tiba-tiba Ranji di bangku Hito dan dia mengajak Hito keluar kelas dengan paksa.
"Ehhhh itu anak orang main seret-seret aja," Omel Yuma dengan kesal.
"Cih...ngaca mulu emang Hito bakal ngelirik situ apa," Sindir Rena dengan kesal.
"Ya pasti dong, kenapa sirik aja? kalah cantik ya?" Jawab Yuma dengan kesal.
"Dih apaan sih cantik juga aku!" Sahut Rena dengan kesal.
Dalvin menghela nafas dia tahu kelanjutan dari mereka berdua ini, dan untuk menghindari kebisingan mereka dia segera keluar dan benar setelah dia keluar Yuma dan Rena jambak-jambakan dan pukul-pukulan.
Sedangkan itu Ranji dan Hito berada di kantin.
"Hito ayo bisnis dengan ku," Ajak Ranji sambil tersenyum.
"Bisnis apaan?" Tanya Hito dengan heran.
Ranji tersenyum senang.
Setelah selesai makan di kantin Ranji kembali ke kelas karena dia mengantuk sedangkan Hito ke perpustakaan karena dia bosan di kelas. Saat Ranji masuk dia terkejut melihat rambut Yuma dan Rena acak-acakan.
"Astagaaaa istriku kenapa?" Tanya Ranji dengan heboh melihat Yuma, Yuma langsung memukul pundak Ranji dengan keras.
"Aduh.." Lirih Ranji sambil mengusap pundaknya.
"Dengar ya Yuma kalau saja tidak ada guru BK aku enggak akan berhenti." Ucap Rena dengan kesal.
"Kau kira aku akan berhenti begitu saja???" Sahut Yuma dengan kesal.
"Aduh udah..udah jangan merebutkan aku dong," Ucap Ranji dengan cemas.
"DIAM!" Bentak mereka berdua.
Hito sedang membaca buku sambil menyandarkan punggungnya di tembok samping jendela lalu Dalvin berdiri di depan Hito sambil memasukan kedua tangannya di saku celana kanan kirinya.
"Ada apa? Tanya Hito dengan heran.
"Kau beneran melakukan itu sendirian?" Tanya Dalvin dengan heran.
Hito mengerutkan keningnya dengan heran, "Melakukan apa maksud mu?" Tanya Hito dengan heran.
"Hito, disini hanya ada aku jadi tidak usah berpura-pura lagi." Ucap Dalvin dengan nada datar. Hito sama sekali tidak paham dengan ucapan Dalvin, tapi dia hanya diam saja karena jika dia mengelak Dalvin tidak akan percaya dengannya.
"Hitoooo...." Sapa Yuma dengan senyum cerianya. Dalvin menghela nafas lalu dia pergi setelah menepuk pundak Hito, Yuma menoleh ke Dalvin dengan tatapan kesal karena dia merasa Dalvin mengganggu waktu berduanya dengan Hito.
"Hito kamu di ganggu ya sama tu anak?" Tanya Yuma dengan cemas, Hito menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Yaampun meleleh boleh enggak sih? (Batin Yuma).
Sedangkan Hito hanya diam dan memikirkan perkataan Dalvin tentangnya tadi.
Apa makasudnya tadi? (Batin Hito).
"Ada apa Yuma?" Tanya Hito dengan heran.
"Aku bikin kue untuk kita, makan yuk!" Ajak Yuma sambil tersenyum. Hito sebenarnya sudah kenyang tapi dia tidak enak jika menolak ajakan Yuma apalagi Yuma sudah bersusah payah untuk membuat kue itu. Dan akhirnya mereka berdua berada di taman sekolah, dan memakan kue buatan Yuma.
"Enak Hito?" Tanya Yuma dengan cemas. Hito mengangguk tersenyum, padahal rasa kuenya sedikit hambar tapi Hito tidak mungkin mengatakan itu karena Yuma bisa sakit hati karena ucapannya, dan Hito melihat waja Yuma yang memar.
"Kenapa wajah mu memar sekali?" Tanya Hito dengan heran.
"Ahaha iya tadi habis berantem sama kucing garong, udah jangan di bahas ya Hito makan saja kuenya...." Pinta Yuma sambil tersenyum malu. Hito mengangguk tersenyum.
"Wahhhhh enak banget kuenya....." Ucap Ranji dari belakang yang diam-diam mengambil kue itu. Yuma mendengus kesal melihat Ranji.
"Yuma, Ranji udah disini aku pergi dulu ya makasih kue nya..." Ucap Hito lalu dia pergi.
"Eh..Hito..." Lirih Yuma dengan sedih.
"Hito mah peka sama temen," Gumam Ranji dengan senang lalu dia duduk di samping Yuma.
"Hihhhhh kenapa sih ganggu???" Omel Yuma dengan kesal.
"Itu tandanya kita jodoh," Jawab Ranji sambil tersenyum. Yuma mendengus kesal lalu dia menyuapi kue itu ke mulut Ranji dengan paksa, "Nih makan nih!" Geramnya dengan kesal lalu dia pergi.
"Hambar...." Ucap Ranji dengan sedih.
Hito pergi mencari Dalvin karena dia masih belum paham dengan apa yang dikatakan Dalvin tentangnya. Lalu dia melihat Dalvin yang sedang main game sendirian di kursi dekat kelas itu.
"Dalvin," Panggil Hito.
"Kenapa? aku lagi fokus jangan ganggu!" Ucap Dalvin.
"Aku masih tidak paham dengan ucapan mu tadi," Ucap Hito.
"Ha? yang mana?" Tanya Dalvin yang tidak fokus dengan Hito.
"Hihhhh....di ajak ngomong tuh dengerin!" Omel Rena setelah mengambil Hp Dalvin, Dalvin menghela nafas jika dia melawan gadis di depannya ini tidak ada gunanya.
"Hito jangan dekat-dekat sama dia, kamu sama aku aja," Ucap Rena sambil menggandeng lengan Hito dan dia membawanya pergi.
"Hah~ kenapa Hpku masih di bawa..." Gumam Dalvin dengan heran.
Sepulang sekolah, Hito mampir ke toko kue untuk membelikan kue kesukaan adiknya itu. Sampai di rumah saat dia masuk dia di sambut heboh dengan adik perempuannya yang berusia 5 tahun itu, dia bernama Arnamawa Lily.
"Kakak....." Teriak Lily dengan senang dan Hito langsung menggendong adiknya.
"Lily sudah makan? kakak bawa kue loh...." Ucap Hito sambil tersenyum senang.
"Mauuuu..." Teriak Lily dengan heboh. Hito tersenyum senang. Setelah itu mereka makan bersama. Lily sangat dekat dengan Hito karena orang tuanya sibuk kerja jadi anggota di rumah hanya Hito yang bisa mengawasi Lily meskipun mereka ada 3 pembantu.
Yuma mampir ke kedai mie milik keluarga Ranji, dan Ranji juga sering membantu ayahnya disana.
"Yuma, kenapa wajah mu kok cemberut terus?" Tanya Amar, ayah Ranji itu.
"Biasa yah, belum aku kasih cinta hari ini." Sahut Ranji yang sibuk memakai celemek itu. Yuma mengepalkan tangannya dengan kesal.
"Paman aku tidak mau tanggung jawab kalau kaki dan tangan anak paman patah!" Tegas Yuma dengan kesal. Amar terkekeh sedangkan Ranji cepat-cepat bersembunyi di belakang ayahnya.
"Kalian ini ya dari dulu tidak pernah akur," Gumam Amar dengan heran. Amar sangat dekat dengan Yuma karena orang tua mereka bersahabat dan mereka juga sudah kenal sejak kecil.
"Enggak apa-apa yah, kan kalau sering bertengkar itu tandanya jodoh!" Ucap Ranji sambil tersenyum, Yuma melirik ke Ranji dengan tatapan siap membunuh dan Ranji langsung berbalik badan dan mencuci piring yang kotor.
Amar hanya terkekeh melihat mereka berdua.
Rumah Hito. Setelah selesai makan kue Hito menemani adiknya yang sedang main boneka setelah itu adiknya tidur di sofa dan Hito memindah adiknya di kamarnya dan mereka tidur berdua.
Malam harinya.
Hito membantu menyiapkan makanan untuk keluarganya.
"Hito kenapa kamu repot sekali sih," Ucap Laura mama Hito itu.
"Hari ini spesial untuk keluarga ku tericinta," Jawab Hito sambil menaruh ikan bakar yang dia buat sendiri itu.
"Woahhhhh..heummmmm...baunya enak.." Ucap Lily dengan senang, lalu Hito tersenyum sambil mengusap rambut adiknya itu.
"Wahh anak papa nih kenapa sih hebat-hebat semua," Puji Damas, papa Hito.
"Papa modus nih biar di bikinin lagi," Sahut Laura. Hito tersenyum kecil.
"Ayo makan!" Ajak Hito sambil tersenyum. Orang tua Hito kerja di bidang yang berbeda, papanya seorang pengusaha batu bara sedangkan mamanya adalah seorang dokter bedah, dan Hito punya kakak yang umurnya beda 5 tahun dengannya, dia bernama Arnamawa Ervin dia seorang dokter sama seperti mamanya dan dia tidak pulang 2 minggu ini karena dia ada dinas di pedesaan.
"Kak Ervin kenapa tidak telepon Lily," Tanya Lily dengan sedih.
"Kak Ervin kan sibuk sayang," Jawab Damas dengan lembut, Lily mendengus dengan sedih.
"Nanti kita telepon kakak ya," Ucap Laura, Lily mengangguk mengerti.
Keesokan harinya.
Jam istirahat. Hampir semua anak di kelas Yuma terbengong melihat banyak cewek-cewek yang mengantri di depan pintu hanya untuk meminta foto dengan Hito, tapi bukan itu yang membuat mereka heran tapi cewek-cewek itu memberikan uang ke Ranji yang berada di depan pintu. Dan polosnya Hito menuruti semua ucapan Rinji tentang bisnis yang mereka jalankan.
"Yok datang lagi yok... duhh kaya mendadak nih aku.." Gumam Ranji dengan senang. Dia sibuk menghitung uang yang dia dapatkan dari bisnis barunya ini.
"Ranji apa masih banyak?" Tanya Hito dengan heran.
"Masih Hito, tersenyum yang manis ya Hito..." Ucap Ranji sambil tersenyum.
"Ayokkk cepat..cepat....yang mau foto sama Hito cukup bayar 150 ribu per foto yokk...." Teriak Ranji dengan heboh.
"Ranji!!! kenapa Hito di jual murah banget!!!" Geram Yuma dengan kesal.
"Boleh aku menendangnya?" Tanya Rena dengan kesal.
"Tentu!" Jawab Yuma dengan kesal. Dalvin menghela nafas melihat mereka.
Itu hanya kenangan indah sebelum semuanya berubah menjadi aneh....
Hito bukanlah seperti Hito yang hangat seperti dulu...
Dia dingin dari wajah dan sifatnya...
"Hai Hito lama tidak bertemu apa kamu sudah sehat?" Tanya cewek dari kelas lain. Hito hanya diam tanpa menoleh ke cewek itu.
"Oh iya ini aku bawa kue untuk mu," Ucap cewek itu sambil memberikan kuenya ke Hito, dan Hito menghempaskan kue itu sampai jatuh ke lantai dan dia pergi begitu saja, semua orang di kelas terkejut melihatnya.
"Apa Hito hilang ingatan?" Tanya Rena dengan heran. Dalvin hanya diam dan dia menganggap jika ini aneh baginya juga.
"Hito..." Lirih Yuma dengan sedih, lalu Yuma keluar untuk mengejar Hito.
"Yuma mau kemana?" Teriak Rena.
"Hito," Panggil Yuma sambil memegang lengan Hito, Hito menghentikan langkahnya dan dia menoleh ke Yuma dengan tatapan datarnya.
"Jika kamu masih kurang sehat sebaiknya istirahat dulu deh," Ucap Yuma sambil tersenyum, dia hanya takut jika Hito masih kurang sehat makanya moodnya buruk hari ini, apalagi hari ini hari pertama Hito setelah dia 2 minggu di rumah sakit koma.
"Jangan menyentuhkuu!" Ucap Hito dengan kesal lalu dia pergi.
"Hito..." Lirih Yuma dengan sedih.
Malam harinya. Hito keluar dari kamar karena dia merasa lapar, saat dia keluar kamar dia memperhatikan kanan kirinya dia memperhatikan rumah di sekelilingnya itu.
"Sayang ayo makan, mama tadi mau manggil kamu loh..." Ucap Laura sambil tersenyum. Lalu Hito ikut duduk gabung dengan mereka dan dia makan tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Sebenarnya keluarga Hito merasa jika Hito berubah sejak dia sembuh, semua kepribadiannya berubah total tapi mereka memaklumi itu mungkin saja itu efek dari kecelakaan.
"Kak Hito...Lily nanti mau tidur sama kakak ya..." Ucap Lily sambil tersenyum manis.
"Kau tidak punya kamar? tidurlah sendiri di kamar mu!" Jawab Hito dengan ketus lalu dia masuk ke kamarnya, Lily menundukkan kepalanya dengan sedih lalu Laura mengusap rambut putri kecilnya itu.
"Sayang, kakak kan masih sakit jadi tidurnya sama mama papa ya.." Jelas Laura sambil tersenyum, Lily mengangguk dengan sedih.
"Apa efeknya masih lama," Gumam Darwin dengan sedih yang melihat putra keduanya berubah total.
Hito melihat foto keluarganya yang dia pasang di atas meja belajarnya itu, lalu dia berdecih kesal, "Mereka tidak tahu apapun," Gumam Hito dengan kesal.
Sedangkan itu Yuma juga sama merasa sedih karena Hito yang berubah, dia takut kalau Hito terlau stress karena masalahnya makanya dia berubah seperti itu.
"Kenapa ya Hito," Gumam Yuma dengan cemas.
"Yumaaaa... dicariii.... Ranjiiii...." Teriak mama Yuma dari luar. Yuma menghela nafas dengan kesal padahal dia tidak mau diganggu hari ini tapi selalu saja Ranji mengganggunya.
"Aku tidak di rumah bilang ke-"
"YUMAAAAA...YUMAAA...YUMAAA.... TOLONG AKUUU....." Teriak Ranji dengan heboh setelah membuka pintu kamar Yuma tanpa mengetuk dahulu, dan Yuma berusaha mengontrol emosinya.
"Yumaaa..ternyata ada tugas fisika aku belum tolonggg...tolong aku...huwaaaaa...aku tidak mau di hukum pak Rendy menumpuk daun lagi enggak mau...enggak....andai saja aku tadi masuk pasti aku bisa nyontek Dalvin..." Ucap Ranji dengan heboh sendiri.
"Sudah selesai bicara Ranji?" Tanya Yuma sambil tersenyum.
"Heummm....manisnya senyum masa depan ku..." Ucap Ranji dengan senang.
PLAKKK!!!
"Aduhhhhh Yuma sakit taukkkkkk kenapa buku di pukul ke aku sihhh...otw KDRT nih..." Gumam Ranji dengan cemas.
"Habisnya masuk kamar anak gadis enggak ketuk pintu dulu, terus tadi kalau misalnya aku lagi ganti baju bagaimana ha?" Omel Yuma dengan kesal.
"Bonus hehehe..." Jawab Ranji sambil tersenyum. Yuma mengepalkan tangannya dengan kesal dan saat itu Ranji yang sudah sembuh dari sakit demamnya saat keluar dari kamar Yuma dia tambah sakit lagi.
"Lho Ranji katanya mau belajar kok cepat banget?" Tanya Ira mama Yuma yang sedang menonton TV itu, Ranji berjalan tanpa menoleh ke Ira karena wajahnya buruk hari ini.
"Bibi aku pulang ya..." Pamit Ranji dengan suara letihnya.
"Hah? apa dia tambah sakit? buatin bubur lagi enggak ya..." Gumam Ira dengan heran.
"Mending numpuk daun daripada numpuk masalah sama Yuma." Gumam Ranji dengan sedih.
Keesokan harinya. Ranji masuk ke kelasnya dengan wajah cerianya.
"Selamat pagi wahai penduduk bumi, saat ini yang mulia raja Ranji sudah kembali memimpin kalian huwahahahahaha..." Teriak Ranji dengan heboh, dan mereka semua hanya menghela nafas melihat kelakuan aneh Ranji itu.
"Bukannya tambah sembuh tapi tambah sakit," Ucap Rena dengan heran.
Yuma menghela nafas dengan kesal, dia sungguh lelah menanggapi manusia satu itu.
"Pembuat onar telah kembali," Ucap salah satu cowok di kelas itu.
Lalu Hito masuk ke kelas, dan seketika suasananya jadi hening karena kehadiran Hito.
"Hai Hito," Sapa Ranji sambil tersenyum. Hito hanya diam dan lewat di depan Ranji begitu saja lalu dia duduk.
Ranji apa kau menyadarinya? (Batin Yuma).
"Woahhhh Hito kau mengubah gaya rambut mu ya, dengan begitu nilai jual mu pasti lebih mahal..." Ucap Ranji dengan senang karena dia memikirkan bisnisnya yang akan semakin naik harga dengan perubahan penampilan Hito yang semakin keren. Dulu Hito selalu rapi, dari seragam sampai rambutnya tapi sekarag dia sedikit berantakan, dia tidak merapikan rambutnya tapi justru itu dia terlihat lebih tampan dari sebelumnya.
Sudah kuduga si onar itu tidak menyadarinya.(Batin Dalvin).
Hito hanya diam, dia tidak merespon Ranji sama sekali. Lalu Ranji merangkul pundak Hito.
"Hito bagaimana kalau harganya kita naikin jadi 250 ribu? aku yang 200 kau yang 50?" Tanya Ranji. Hito melirik ke Ranji dengan tatapan tajam.
"Singkirkan tanganmu!" Tegas Hito. Ranji menatap Hito dengan heran.
"Ranjiiiiii duduk di tempat muuuuu..." Teriak Pak Randy dengan kesal. Ranji menghela nafas.
"Penderitaan ku di mulai." Gumam Ranji dengan sedih.
Dan Ranji di hukum menumpuk daun di tengah lapangan sampai 100 daun tapi kali ini dia tidak sendiri karena Hito juga di hukum.
"Hito apa kecelakaan itu mengubah otak mu?" Tanya Ranji dengan heran. Hito diam dan dia fokus menumpuk daunnya.
"Wah setelah berabad-abad baru lihat Hito di hukum...duh nilai jualnya menurun bagaiamana ini??" Gumam Ranji dengan cemas.
Hito tetap diam di saat Ranji sibuk mengoceh sendiri.
"Yaa...sebenarnya aku sengaja tidak mengerjakan bukan karena aku tidak bisa tapi ya kau tahu sendirikan orang tampan seperti ku sibuknya bagaimana jadi yahh begitu deh aku tidak bisa membagi waktu ku dengan baik..tapi dengan kekuatan cinta masa depan ku Mayuma aku jadi lebih uwawwww...dari sebelumnya." Ucap Ranji.
"Berisik!" Tegas Hito dengan kesal.
"Ngomong-ngomong Hito apa kau sudah bertemu dengan pria itu lagi?" Tanya Ranji dengan heran, Hito langsung menoleh ke Hito dengan tatapan heran.
Apa dia tahu tentang aku? (Batin Hito).
"Apa maksud mu?" Tanya Hito dengan tatapan kesal.
"Haa?? kok malah balik nanya sih? kan aku-"
"SIAPA YANG SURUH KALIAN NGOBROL??" Teriak Pak Randy dan Ranji langsung menumpuk daunnya kembali.
"Pak, kalau mau hukum orang tuh yang logis dikit kek. Mana bisa menumpuk 100 daun di tengah lapangan, baru 4, 5 saja sudah di terpa angin." Protes Ranji dengan kesal.
"Eh eh kok protes. Saya ini mikir berat loh mau hukum kamu apa, semua hukuman sudah kamu lakukan jadi saya pengen menghukum kamu lebih berat lagi." Omel Pak Randy dengan kesal.
"Ya tapi mikir-mikir kek, ngeselin banget jadi orang tua." Ucap Ranji dengan kesal.
"Apa? bilang apa tadi? bilang apa?" Tanya Pak Randy sambil mukul Ranji dengan penggaris yang dia bawa.
"Coba ayo ulangi! ulangi!" Omel Pak Randy dengan kesal.
"Ngeselin jadi orang tua." Jawab Ranji dengan kesal.
"Eh lho kok di ulangi lagi???" Omel Pak Randy sambil memukul Ranji lagi.
"Aduhhh gimana sih pak katanya suruh ngulangi ya saya ulangi lah," Sahut Ranji dengan kesal. Dan mereka malah adu mulut di tengah lapangan yang panas itu sedangkan itu Hito hanya diam dan menatap Ranji dengan heran.
Bagaimana bisa dia tahu tentangku? siapa orang ini? (Batin Hito).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!