NovelToon NovelToon

Dosen Galak, Suamiku

Bab 1

"Apa" ucap dua manusia bersamaan namun berbeda gender yang sekarang sedang duduk berseberangan dengan wajah kaget dan bingung.

"Ma, Pa. Kenapa tiba-tiba Dini dijodohkan dengan laki-laki itu?" tanya Dini kepada kedua orang tuanya.

"Dini, sayang. Kamu kan sudah kenal dengan Nak Dimas lama. Nak Dimas juga baik kan? Dia pasti bisa mengayomi kamu" jelas Mama Sekar.

"Apanya yang baik? Mama mah ga tau aja tuh dosen galaknya minta ampun" omel Dini dalam hati.

Dimas yang mendengar penuturan calon mertuanya tersenyum. Namun, Dimas masih tidak percaya kalau dia akan dijodohkan.

Dua keluarga sedang duduk bersama disebuah restoran. Andini dan Dimas sebenarnya sudah saling mengenal karena mereka kebetulan dosen dan mahasiswanya.

"Bagaimana, Dini. Bisakan kamu menerima Dimas sebagai suamimu?" tanya Mama Dian.

"Aduh, gimana ini. Kalau jawab tidak bisa mengamuk ntar mama. Tapi kalau jawab iya, bisa gr itu tuh dosen. Dikira gue suka" Dini bingung.

"Gimana, Nak. Maukan?" Mama Dian bertanya lagi.

"Boleh dikasih waktu berfikir dulu, Tan?"

"Tinggal bilang iya aja apa susahnya? cepat atau lambat juga pasti harus jawab iya. Kayak bisa dibatalkan aja perjodohan ini" gerutu Dimas.

"Dimas" tegur Mama Dian.

"Humm"

Apa yang dikatakan Dimas sebenarnya ada benarnya. Susah untuk menolak perjodohan ini. Tapi, bisa gak bahasanya sedikit halus kalau bicara itu.

"Baik, Dini. Tante Dian kasih Dini waktu 3 hari. Tante harap jawaban Dini sesuai dengan harapan kami"

"Baik, Tante"

Akhirnya makan malam berakhir dan dua keluarga berpisah untuk kembali ke kediamannya masing-masing.

***

"Ma, Pah. Ga bisa ya perjodohan ini dibatalkan?" tanya Dini didalam mobil.

"Tidak bisa, sayang. Ini kemauan nenek kamu. Nenek percaya dengan keluarga niratama kalau mereka orang yang sangat baik dan bisa mngayomi kamu" jelas Papa Arya.

"Apanya yang baik, Pa. Pak Dimas itu nyebelin, dia dosen yang sangat galak" bela Andini.

"Mungkin dikampus dia seperti itu, Nak. Tapi yang Mama lihat dia anak yang baik" Kata Mama.

"Ah, kenapa orang tuaku malah pada bela cowok brengsek itu" Dini meradang mendengar orang tuanya malah pada menyukai Pak Dimas.

"Dijalanin saja dulu ya, Nak. Cinta akan tumbuh dengan sendirinya" elus Mama sekar dikepala Dini.

***

Lain Dini lain Dimas.

Dimas tidak banyak mengeluh atau menolak tentang perjodohan ini. Dimas mengenal Dini sebagai mahasiswa yang pintar namun suka bikin masalah.

Diawal perkulihan saja, Dini sudah berani datang terlambat. Dimana Dimas langsung mengusir Dini dari kelas dan tidak diperbolehkan masuk. Alhasil, Dini dapat tugas menyalin buku yang dikasih Dimas dan harus mengumpulkan esok harinya.

Dimas sedikit tersenyum mengingat bagaimana Dini memprotes tugas diberikan.

"Lah, bapak gila ngasih saya hukuman segini banyaknya dan besok harus dikumpul? Banyak loh ini pak bukan 1 atau 2 lembar tapi 1 bab" omel Dini

"Saya tidak peduli. Ini hukuman buat kamu yang datang terlambat" jelas Dimas.

"Pak, ban mobil saya kempes. Bagaimana saya bisa cepat-cepat kesini trus datang tepat waktu?" Dini masih memberi penjelasan kenapa datang terlambat

"Saya tidak mau tahu dengan alasanmu. Yang saya tahu besok itu tugas kamu antar keruangan saya. Dan satu lagi, jika saya percaya dengan alasan kamu. Sudah banyak mahasiswa yang membodohi saya dengan alasan yang sama" Dimas menatap Dini dengan tatapan yang horor. Dimas tidak peduli Dini cewek atau cowok. Dimatanya semua sama mahasiswanya.

Bab 2

"Tok..tok..tok.."

"Masuk" ucap dosen didalam ruangan tersebut.

Andini langsung membuka handle pintu dan melihat Dimas sedang mengerjakan sesuatu didepan laptopnya.

"Pagi, Pak" Sapa Dini.

Mendengar sapaan Dini, Dimas mengangkat kepalanya sedikit dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Ada apa?" tanya Dimas setelah kesal Dini hanya diam saja.

"Boleh saya duduk disini?"

"Apa kursi itu sudah ada yang duduk?"

"Ga ada, Pak"

"Kalau tidak ada, kenapa kamu masih bertanya? Kamu tinggal duduk saja"

Skak! Astaga, Mulut Pak Dimas ini level berapa ya.

Sabar, Din. Masih pagi. Dini mengelus dadanya dengan pelan

"Kenapa kamu?" Dimas sedikit mengangkat kepalanya dan dijawab oleh Dini dengan gelengan kepala.

"Ga jadi duduk?" tanya Dimas kembali.

"Jadi, Pak. Jadi" Dini lekas menarik kursi didepan Dimas dan segera mendudukinya.

"Jadi gini, Pak. Saya kesini untuk membahas masalah perjodohan kita. Saya minta tolong kepada bapak untuk membatalkan perjodohan kita ini" jelas Dini

"Apa alasannya?"

What? Masih butuh alasan.

"Bapak kan tahu kita berdua hanya hubungan dosen dan mahasiswa. Diantara kita tidak ada cinta. Emang bapak mau nikah tanpa cinta?" ucap Dini.

"Humm"

"Pak, kok jawabnya cuma humm"

"Lah, jawaban apa yang kamu mau?"

"Bapak masih tanya? Saya kan minta bapak membantu membatalkan perjodohan ini"

"Kenapa kamu tidak bilang sendiri saja?"

"Astaga, Pak. Andai saja bisa sudah saya batalkan pernikahan konyol kita ini" jelas Dini emosi.

Posisi Dini tidak menguntungkan sama sekali. Keluarga Dimas berada diposisi yang harus dihormati. Jadi, jika ada pihak yang harus membatalkan harus dari keluarga Dimas.

Dimas sedikit tersenyum melihat bagaimana frustasinya Dini. Dini tidak menyadari senyum Dimas karena dia asyik mengomel.

"Kamu tidak ada jam pelajaran?" Dimas bertanya.

"Ehhh" Dini melirik jam tangannya, 15 menit lagi mata kuliah yang akan diajarkan Dimas akan dimulai.

"Kalau kamu masih betah disini dan kangen dengan hukuman dari saya. Silahkan tetap disini" Ucap Dimas sambil beranjak dari kursinya.

"Maaf, Pak. Saya pamit dulu"

Dini lekas membuka pintu dan langsung menutup pintu dengan kasar sehingga menimbulkan sedikit bunyi kasar membuat Dimas geleng kepala.

"Astaga, bisa gila aku" Dini menjambak rambutnya sambil menendang angin.

***

"Selamat pagi, sebelum memulai kuliah pagi ini. Saya akan mengabsen kalian satu persatu" ucap Dimas didepan kelas.

Satu persatu nama mahasiswanya dipanggil. Setelah selesai dia memulai kuliahnya.

"Pak Dimas ganteng ya. Sayang, emosinya tinggi" Gina memulai obrolan dengan berbisik.

"Percuma ganteng kalau galak" balas Dini.

"Aku penasaran kalau diranjang, Pak Dimas tetap galak ga ya"

Plak, Dini memukul lengan temannya.

"Kalian yang dibelakang, jika bosan dengan penjelasan saya, Silahkan keluar" ucap Dimas menegur mahasiswanya yang tidak lain adalah Dini dan Gina.

"Maaf, Pak" kata mereka bersamaan sambil menunduk.

Dimas segera membalikkan badannya dan melanjutkan penjelasan kuliah hari ini sampai waktu kuliah habis.

"Baik, kuliah hari ini sampai sini. Tolong dirangkum dan besok dikumpulkan ke penanggung jawab kuliah saya"

"Ada yang ingin ditanyakan?"

"Saya, Pak" Dini mengangkat tangannya.

"Ada apa?"

"Besok sabtu, Pak. Hari libur masa kita tetap pergi kekampus buat ngumpul tugas"

"Beginilah tanda-tanda mahasiswa pemalas. Jika kamu mau sukses jangan pernah mengenal hari libur. Saya ada dikampus besok sampai jam 12. Jadi saya tunggu tugas kalian diruangan saya. Jika tidak mengumpul maka kehadiran kalian hari ini saya anggap alfa"

Mahasiswa yang mendengar penjelasan Dimas langsung saja lemas. Sudah galak, kejam lagi.

Bab 3

"Arrgghh"

Sinta yang baru saja mau menyuapkan bakso kemulutnya seketika kaget ketika melihat Dini langsung menaruh kepalanya diatas meja kantin.

"Kenapa lo?" tanya Sinta

"Dosen gue kejam banget, Sin" Dini mengangkat kepalanya.

"Kenapa lagi Pak Dimas?"

Sinta merupakan teman Dini dari SMA kelas 1, mereka selalu sekelas. Tapi ketika kuliah, minat study diantara keduanya berbeda.

"Lo tahu besok hari sabtu kan? Masa dia ngasih tugas hari ini dan besok harus dikumpulkan. Dan lebih parahnya lagi jika tidak dikerjakan maka kehadiran hari ini dianggap alfa" oceh Dini meluapakan amarahnya.

"Mampus dah Lo, gagal dah drakoran malam ini"

"Dasar dosen galak, Gue sumpahin lo ga nikah-nikah" ucap Dini bar-bar.

"Hmm, kamu lagi doakan saya?" terdengar suara bariton laki-laki yang dia kenal.

"Habis dah gue" Dini seketika menoleh untuk menyapa dosen yang baru saja didoakannya.

"Halo, Pak Dimas. Mau makan?" sapa Dini dengan halus. Muka Dimas tetap saja datar tanpa ada senyum diwajahnya.

"Selain makan, emang mau ngapain dikantin?" tanya Dimas.

Dini yang mendengar pertanyaan Dimas segera memukul kepalanya.

"Oh iya, Pa" Dini tersenyum bodoh memperlihatkan giginya yang rapi.

"Selesai makan, kamu keruangan saya" suruh Dimas.

"Mau ngapain, Pak?" Dini heran setahu dia hari ini dia tidak melakukan kesalahan.

"Nanti kamu juga tahu" Kata Dimas sambil melangkah pergi.

"Din" Sinta menegur Dini yang masih saja memperhatikan dosennya pergi.

"Iya"

"Lo ada masalah apa lagi?"

"Entah, perasaan gue hari ini ga ada bikin masalah"

"Cepat pesan makan gih" suruh Sinta

"Astaga, jadi lupa gue"

Dini segera pesan batagor dan es teh. Setelah makanannya datang, Dini dengan cepat memakannya sebelum dosennya tambah galak dia datang telat.

***

Tok.. Tok.. Tok..

Suara pintu diketuk Dini dengan sedikit emosi.

"Masuk" suara khas Dimas terdengar.

"Siang, Pak" ucap Dini dibalik pintu.

"Mau masuk atau tetap begitu?" tanya Dimas yang melihat Dini tidak ada niat untuk melangkahkan kakinya.

"Galak amat, Ya Allah" gerutu Dini sambil menutup pintu.

"Ada apa bapak memanggil saya kemari?" tanya Dini to the point.

"Orang tua saya menyuruh saya membawa kamu kerumah hari ini"

"Apa? Saya ga bisa pak kalau hari ini" tolak Dini.

Dimas yang mendengar penolakan Dini langsung memicingkan mata.

"Bapak lupa apa amnesia?' omel Dini ketika melihat reaksi Dimas. Dosennya ini benar-benar bikin darah tinggi dah.

"Kamu ngatai saya amnesia setelah kamu mendoakan saya tidak nikah-nikah. Dan sebenarnya kamu yang amnesia kalau saya tidak nikah pasti kamu juga tidak nikah?" kata Dimas.

Dini langsung menutup mulutnya dengan tangan. Benar apa yang dibilang Dimas, kalau Dimas ga nikah ya berarti dia juga ga nikah.

"Bukan begitu, Pak. Hari ini saya harus mengerjakan tugas yang bapak berikan. Kalau saya kerumah bapak, kapan saya ngerjainnya"

"Itu bukan urusan saya"

What? Tolong siapapun bantu gue hilangkan dosen ini. Batin Dini

"Kamu sudah tidak ada kuliah habis ini kan? Selesai shalat temui saya diparkiran dosen" perintah Dimas

"Tapi saya bawa kendaraan sendiri, Pak"

"Biarkan saja mobilmu disini, besok saya akan jemput kamu sebelum ke kampus"

"Tapi, Pak ..."

"Bisa ga kamu tidak usah membantah perkataan saya"

"Belum jadi suami aja sudah semena-mena" gerutu Dini

"Bilang apa kamu barusan?"

"Ga ada, Pak. Saya pamit dulu" Dini langsung lekas-lekas pergi dari ruangan tersebut. Sungguh atmosfer yang sangat mencekam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!