HAPPY READING
🌸🌸🌸🌸🌸
Jam menunjukkan pukul 12 malam saat Kendra tiba dirumah. Begitu membuka pintu matanya langsung menangkap sosok lembut yang terlelap disofa, hingga membuatnya tertegun. Perlahan-lahan Kendra mendekati sosok wanita yang tak lain adalah istrinya itu.
"Najwa. Najwa" Kendra berusaha membangunkan istrinya dengan cara menggerak-gerakkan bahunya dengan lembut. Najwa yang sedang berbaur dengan alam mimpinya terkejut, saat sayup-sayup mendengar suara yang mengganggu tidurnya hingga dia terbangun.
"Kamu sudah pulang?" Najwa menatap suaminya sembari mengucek-ucek matanya dengan malas.
"Kamu kenapa tidur disini?" Kendra balik bertanya.
"Aku menunggumu. Kenapa kamu baru pulang jam segini? Kamu darimana saja?" Tanya Najwa sambil menguap.
"A-aku habis meeting. Kebetulan hari ini aku sibuk sekali" Jawab Kendra gugup sambil memalingkan wajahnya.
"Tumben? Selama ini sesibuk apapun, kamu tidak pernah pulang selarut ini? Dan ponselmu juga tidak bisa dihubungi. Padahal aku sudah menghubungi berulang kali" Tanya Najwa heran.
"Karena hari ini aku lebih sibuk dari biasanya. Karena kami akan ada pembangunan proyek besar. Ponselku juga lowbat. Aku sangat sibuk, sehingga lupa mengecarhnya. Ya sudah, aku tidur dulu ya" Kendra masih saja terlihat gugup saat memberi alasan pada istrinya. Dia bangkit dan hendak berjalan.
"Kamu tidak makan dulu? Aku sudah siapkan makan malam sedari tadi untukmu" Tanya Najwa sambil berdiri.
Kendra menatap istrinya dan berkata.
"Aku sudah makan kok. Lagipula, makanannya sekarang pasti sudah dingin kan? Aku mau istirahat saja" Dia pun melangkahkan kakinya, meninggalkan Najwa yang menatapnya dengan penuh tanya.
Entah kenapa dia merasa sikap suaminya hari ini sedikit aneh. Kenapa sikap lelaki itu terlihat dingin dan acuh terhadapnya? Padahal tadi pagi saat berangkat kekantor, sikap pria itu masih terlihat biasa saja. Dan selama enam tahun menikah, baru kali ini suaminya itu pulang larut malam, dan tidak memberinya kabar sama sekali.
Padahal selama ini sesibuk apapun Kendra, suaminya selalu memberinya kabar. Bahkan setiap hari puluhan kali menghubungi dan mengirimnya pesan. Apa ini hanya perasaannya saja? Tidak ingin berprasangka terlalu jauh, Najwa pun memutuskan untuk menyusul suaminya kedalam kamar.
Sesampainya didalam kamar, dia melihat Kendra sedang melepas jas dan dasi yang dikenakannya. Najwa mendekati suaminya lalu memeluknya dari belakang.
"Apa kamu sangat sibuk hari ini? Kamu pasti sangat kelelahan kan, sampai harus pulang selarut ini? Andai aku bisa membantumu suamiku" Lirih Najwa dengan senyum hangat yang terpancar diwajah cantiknya, sembari menyandarkan kepalanya dipunggung suaminya.
"Na, aku sangat lelah. Biarkan aku istirahat ya" Kendra melepaskan tangan Najwa yang melingkar dipinggangnya. Tampaknya dia begitu lelah untuk meladeni istrinya sendiri.
"Aku pasti akan membiarkanmu istirahat. Tapi kamu harus mandi dulu kan? Aku siapkanmu air hangat ya. Mau sekalian aku siapkan teh atau kopi juga?" Najwa masih memasang senyum manisnya dan berkata dengan suara lembut.
"Tidak perlu. Aku hanya ingin mandi. Setelah itu langsung tidur" Ucap Kendra datar.
"Ya sudah kalau begitu. Sebentar ya" Najwa meninggalkan Kendra menuju kekamar mandi, untuk menyiapkan keperluan mandi suaminya.
💮💮💮💮💮
Keesokan paginya.
Najwa sedang menyiapkan sarapan saat dia melihat Kendra turun dari tangga, dan sudah terlihat rapi dan tampan dalam balutan jas dan kemejanya.
Padahal jam masih menunjukkan pukul 6.15 WIB. Biasanya jam segini suaminya masih terlelap dalam tidurnya. Dan baru bangun setelah Najwa selesai menyiapkan sarapan. Itupun setelah dibangunkan olehnya.
"Eh sayang, kamu sudah bangun? Aku baru saja mau membangunkanmu. Ternyata kamu sudah siap duluan. Ya sudah, ayo sarapan dulu" Najwa tersenyum lebar dan menghampiri Kendra. Lalu memeluk lengan suaminya dengan manja dan penuh cinta.
"Mmm.... Na, aku sarapannya dikantor saja ya. Aku sudah telat. Aku harus berangkat sekarang" kendra berusaha melepaskan tangan Najwa yang bergelayut dilengannya.
Entah kenapa dia merasa risih dengan sikap istrinya yang menempel padanya. Padahal selama ini dia selalu senang dengan keberadaan Najwa didekatnya. Apalagi jika istrinya itu menunjukkan cinta padanya.
"Sudah telat? Ini masih sangat pagi. Biasanya juga kamu berangkatnya lebih telat dari ini" Tanya Najwa yang heran mendengar perkataan suaminya yang menurutnya agak aneh.
"Ya kan aku sudah bilang, sekarang aku sedang ada proyek besar bersama investor dari luar negeri. Jadi aku harus datang lebih awal dari biasanya, untuk memberikan kesan yang baik. Ya sudah, aku pergi dulu ya" Kilah Kendra dengan gugup sebelum dia berbalik dan hendak melangkahkan kakinya.
"Sayang, tunggu" Najwa menarik lengan Kendra saat lelaki itu hendak berjalan. Hingga mau tidak mau Kendra harus berhenti dan kembali menatap istrinya.
"Kenapa lagi?" Tanya Kendra dengan malas.
"Nanti aku rencananya mau kerumah Mama dan papamu. Ya.... Untuk menjalin hubungan silaturahmi. Sudah hampir satu bulan kan, aku tidak bertemu keluargamu?" Najwa meminta pendapat suaminya.
"Ya terserah kamu saja. Aku senang kalau kamu bisa semakin dekat dengan orang tuaku. Ya sudah aku duluan ya" Jawab Kendra dengan enggannya.
Dia merasa kurang tertarik dengan perkataan istrinya. Sehingga setelah memberikan pendapatnya yang singkat, dia langsung berlalu. Meninggalkan Najwa yang menatapnya dengan perasaan sedih.
Entah kenapa dia merasa sejak semalam sikap suaminya menjadi dingin terhadapnya. Bahkan lelaki itu menolak untuk sarapan dengan alasan sudah telat? Benarkah seperti itu?
Iya, mungkin memang itu alasannya. Mungkin saat ini suaminya sedang sangat sibuk, sehingga mempengaruhi moodnya terhadapnya. Dia tidak boleh punya pikiran yang negatif terhadap suaminya sendiri. Justru dia harus selalu mendukungnya.
💮💮💮💮💮
Setelah merasa lega karena bisa lolos dari ocehan istrinya, Kendra pun melajukan mobilnya. Namun dia tidak menuju kantor untuk bertemu investor seperti pengakuannya pada Najwa. Melainkan kesebuah gedung rumah sakit untuk bertemu seseorang yang sangat berarti dimasa lalunya, dan kini kembali hadir dalam hidupnya.
Kendra berjalan melewati lorong demi lorong, hingga akhirnya dia tiba disebuah kamar VVIP.
"Lho, Leora? Kamu mau kemana? Kenapa tidak memakai pakaian pasien?" Kendra terkejut melihat Leora mengenakan pakaian yang sama saat kemarin dia membawanya kerumah sakit itu. Bukan pakaian pasien yang seharusnya dikenakan pasien dalam masa opname pada umumnya.
Dengan khawatir Kendra menghampiri ranjang dimana perempuan itu sedang memeriksa isi tasnya.
"Aku mau pulang Ken. Dokter bilang kondisiku sudah membaik, dan sudah bisa meninggalkan rumah sakit" Jawab Leora dengan suara dan raut wajah yang masih tampak lemas.
"Kamu yakin mau meninggalkan rumah sakit ini?" Tanya Kendra yang kurang yakin dan khawatir melihat keadaan Leora.
"Aku tidak mungkin disini terus kan?"
"Lalu kamu mau kemana? Memangnya kamu punya tempat tinggal? Bagaimana jika nanti mantan suamimu sampai menemukanmu, dan dia menyakitimu lagi?"
"Kamu tidak usah khawatir. Aku akan bekerja supaya aku bisa mendapatkan tempat tinggal. Dan aku akan menjaga diriku, supaya bisa menghindar dari Chiko" Jawab Leora.
BERSAMBUNG
HAPPY READING
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Kamu tidak usah khawatir. Aku akan bekerja supaya aku bisa mendapatkan tempat tinggal. Dan aku akan menjaga diriku, supaya bisa menghindar dari Chiko" Jawab Leora.
Chiko adalah suami Leora yang ditinggalkan karena suka melakukan kekerasan terhadapnya, hingga membuat Leora ketakutan bertemu dengan suaminya itu.
Bahkan dia bisa berada dirumah sakit seperti saat ini pun karena kelakuan suaminya yang menyiksanya tanpa ampun. Padahal dia sedang dalam keadaan hamil. Karena sudah tidak tahan lagi menghadapi kebengisan lelaki yang menikahinya tujuh tahun yang lalu itu, Leora akhirnya memilih untuk melarikan diri.
Dan pada saat itu dia bertemu dengan Kendra yang hampir saja menabraknya. Dan Kendra membawa wanita itu kerumah sakit dalam keadaan yang sangat mengenaskan.
Namun begitu sampai dirumah sakit, dokter mengatakan bayi dalam kandungan perempuan itu tidak bisa diselamatkan. Dan hal itu tentu saja membuat Leora sangat terpukul dan trauma. Tangisan dan keterpurukan wanita itu membuat Kendra ikut merasa sedih dan sakit. Hingga dia tidak tega meninggalkan perempuan itu dalam keadaan terpuruk dan histeris.
Karena itulah kemarin dia pulang kemalaman. Dan berbohong pada istrinya bahwa dia habis meeting dengan investor. Karena dia tidak ingin Najwa sampai berpikiran yang macam-macam.
Meskipun Najwa tidak pernah mengenal Leora, atau mengetahui apapun tentang masa lalu mereka.
Tepatnya tujuh tahun yang lalu, sebelum dia mengenal Najwa. Dia dan Leora bersahabat sejak lama. Dari persahabatan itu membuat Kendra memiliki perasaan lebih terhadap gadis itu.
Namun Leora berkali-kali menolaknya, karena dia lebih memilih mencintai Chiko. Hingga akhirnya mereka berdua menikah dan memutuskan bertolak keluar negeri untuk menetap disana.
Kendra sangat patah hati dengan kenyataan pahit yang harus dihadapi, akibat penolakan Leora yang lebih memilih pria lain.
Kendra berusaha untuk tetap melanjutkan hidupnya. Hingga setelah satu tahun berlalu dia bertemu dengan Najwa. Seorang gadis cantik, cerdas dan ceria yang seiring berjalannya waktu berhasil membuatnya jatuh hati dan melupakan Leora. Hingga mereka pun memutuskan untuk menikah dan menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia.
Meskipun ibunya selalu mengeluh dan mengomel karena sudah enam tahun menikah, namun mereka tak kunjung mendapat momongan. Mama Kendra selalu menuding Najwa memiliki kekurangan alias m*ndul, hingga tidak bisa memberinya cucu.
Namun Kendra tidak pernah terpengaruh dengan perkataan mamanya. Dia selalu membela dan tetap mencintai istrinya. Karena baginya Najwa adalah wanita yang sempurna.
Namun pertemuannya dengan Leora kemarin setelah bertahun-tahun lamanya, membuatnya tidak tau lagi bagaimana perasaannya sekarang. Entah kenapa dia mulai merasa risih dan tidak nyaman berada didekat Najwa. Yang ada dalam pikirannya hanya Leora.
Entah karena perasaannya untuk perempuan itu sebenarnya memang masih ada, dan selama ini tertutupi oleh keberadaan Najwa disisinya?
Entahlah. Dia sendiri tidak bisa memastikannya. Yang jelas saat ini, kondisi Leora membuatnya tidak bisa meninggalkan wanita itu begitu saja. Entah itu karena perasaannya, atau karena rasa kemanusiaan.
"Baiklah. Kalau kamu begitu yakin ingin meninggalkan rumah sakit ini. Tapi sekarang kamu ikut aku. Aku akan membawamu ketempat, dimana Chiko tidak akan bisa menemukanmu" Kendra menarik tangan Leora.
"Kemana Ken?" Tanya Leora penasaran saat tangannya ditarik oleh lelaki itu, hingga dia harus berjalan mengikutinya.
"Sudah, ikut saja"
Dan mereka pun meninggalkan rumah sakit itu.
💮💮💮💮💮
Menjelang siang hari Najwa meninggalkan rumah dengan mengendarai mobil nya. Tujuan utamanya adalah berkunjung kerumah mertuanya, seperti yang dikatakannya pada Kendra tadi pagi. Namun sebelumnya dia terlebih dulu mampir disebuah mall elit di Jakarta.
Najwa tau ibu mertuanya sangat menyukai barang-barang branded. Dia pun membelikan tas branded keluaran terbaru dengan edisi terbatas dan harga yang mencapai ratusan juta. Setelahnya dia mampir ketoko kue. Membelikan kue puding coklat kesukaan ibu mertuanya.
"Silahkan masuk Nyonya" Sesampainya dirumah kedua orang tua suaminya, Najwa disambut dengan ramah dan sopan oleh pelayan yang mempersilahkannya masuk kedalam.
"Terima kasih" Jawab Najwa tak kalah ramahnya.
"Najwa?" Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan elegan berkat polesan make up serta barang-barang branded yang melekat ditubuhnya pun, tiba-tiba muncul diruang keluarga dan menegurnya.
"Mama" Seru Najwa dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya, dia berlari mendekati, lalu menyalami dan mencium punggung tangan wanita yang telah melahirkan suaminya itu.
"Apa kabar Ma?" Tanya Najwa dengan sopan dan cerianya.
"Kabar Mama akan selalu buruk, selama kamu datang kesini bukan dengan kabar kehamilanmu" Jawab wanita bernama Inggrid itu dengan dingin dan tatapan tajam.
Najwa terhenyak mendengar perkataan ibu mertuanya. Hatinya terasa tertampar. Dia sudah berusaha untuk mendekat dan mengambil hati ibu mertuanya itu. Namun wanita itu tetap saja bersikap dingin dan ketus terhadapnya.
Dia paham wanita itu kecewa padanya, lantaran dia tak kunjung memberinya cucu diusia pernikahannya yang sudah genap enam tahun.
"Mmm.... Ma, tadi sebelum kesini aku mampir dulu ke mall. Dan, aku membelikan tas branded juga kue kesukaan Mama" Najwa mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menyodorkan kedua paper bag ditangannya, yang berisi tas dan kue yang baru saja dibelinya.
Meski rasanya ingin menangis mendengar ucapan ibu mertuanya, namun Najwa berusaha untuk menahannya dan memaklumi perasaan wanita itu yang ingin memiliki cucu.
"Tidak usah. Bawa pulang saja untukmu sendiri. Kalau hanya tas dan kue, Mama masih sangat mampu untuk membelinya" Tolak Inggrid yang sama sekali tidak tertarik dengan hadiah pemberian menantunya yang menurutnya tidak bisa diandalkan.
"Tapi aku membawakannya khusus untuk Mama. Aku sangat berharap Mama akan menyukainya. Ini tasnya limited edition lho Ma...." Bujuk Najwa yang masih berusaha tersenyum.
"Mama masih bisa beli sepuluh barang limited edition dimana pun yang Mama mau. Tapi tidak dengan cucu, yang hanya bisa Mama dapatkan dari Kendra. Karena dia adalah anak Mama satu-satunya. Maaf ya Najwa. Tapi kalau menurut Mama, coba deh kamu periksa lagi. Mungkin kamu yang bermasalah. Kendra itu bukan hanya suamimu saja. Tapi dia juga anak Mama. Selain punya tugas untuk bertanggung jawab padamu, dia juga punya tugas untuk membahagiakan kedua orang tuanya, dengan menghadirkan cucu ditengah-tengah kami"
Inggrid mengomel panjang lebar tanpa memikirkan perasaan menantunya.
Ucapan ibu mertuanya membuat dada Najwa terasa sesak dan teriris-iris. Dia bukannya tidak mau memberikan keturunan. Namun mungkin hingga saat ini dia masih belum diberi kepercayaan oleh Tuhan.
Dia sudah periksa dan berkonsultasi pada beberapa dokter kandungan. Mereka semua bilang kalau dirinya baik-baik saja, dan tidak ada masalah. Dia sangat bersyukur karena Kendra sangat mencintainya, dan selalu membelanya dihadapan mamanya.
Dia berharap agar cinta suaminya selalu melekat dan tidak akan pernah lekang. Karena dia tidak akan sanggup kehilangan suami tercintanya itu.
💮💮💮💮💮
BERSAMBUNG
HAPPY READING
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Siang itu Najwa mengunjungi perusahaan Kendra. Akhir-akhir ini suaminya sangat sibuk dan jarang menghabiskan waktu bersamanya. Mereka bahkan jarang bertemu meski hanya sekedar dimeja makan.
Najwa sangat memahami kesibukan suaminya yang sedang tidak ada waktu untuknya. Namun dia juga sangat merindukan kebersamaan dan kemesraan mereka berdua.
Karena itulah hari ini dia memutuskan mendatangi Kendra, dengan membawakan makanan kesukaan suaminya itu. Dia berharap mereka bisa quality time bersama meskipun hanya untuk sejenak.
Najwa memasuki gedung perusahaan suaminya, dengan melempar senyum ramah dan ceria pada setiap karyawan yang ada didepannya.
Sekretaris pribadi Kendra yang bernama Wina langsung bangkit berdiri begitu melihat kedatangan istri atasannya.
"Selamat siang Bu Najwa" Sapa Wina dengan senyum ramah dan sopan sembari membungkukkan badannya.
"Siang Win. Apa Kendra ada diruangannya?" Najwa menunjuk ruangan suaminya.
"Maaf Bu, Pak Kendra sedang tidak ada ditempat"
"Apa dia sedang ada meeting diluar?"
"Maaf Bu, tapi setau saya, hari ini tidak ada jadwal meeting dengan siapapun" Jawab Wina yang membuat Najwa mengerutkan keningnya.
"Kamu yakin? Bukankah akhir-akhir ini, jadwal meeting Kendra dengan investor asing sangat padat, hingga dia sangat sibuk"
"Tapi setau saya saya, saat ini jadwal Pak Kendra sedang longgar kok Bu. Tidak ada meeting dengan investor manapun. Kalaupun ada, saya pasti akan ikut menemaninya. Dan akhir-akhir ini Bapak jarang masuk kantor. Beliau hanya masuk, kalau sedang ada masalah yang mendesak saja diperusahaan"
Najwa tertegun mendengar penjelasan sekretaris itu. Kepalanya berpikir dengan keras. Jika Kendra sedang tidak dikantor dan tidak juga meeting diluar, lalu dia sedang kemana? Dan apa yang sedang dilakukannya?
Padahal suaminya mengaku sangat sibuk akhir-akhir ini, hingga jarang punya waktu untuknya. Kendra selalu pulang larut malam saat dia sendiri sudah terlelap diruang keluarga menunggunya. Dia juga selalu berangkat sangat pagi hingga tidak sempat sarapan dengannya.
Bahkan pagi ini pun Kendra mengaku sibuk dan jadwal meetingnya pun sangat padat. Apa pria itu sedang membohonginya? Tapi untuk apa Kendra berbohong padanya?
Apapun itu, dia tetap tidak boleh berpikiran buruk tentang suaminya. Dia yakin suaminya tidak mungkin macam-macam, atau melanggar kepercayaannya.
💮💮💮💮💮
Malam itu Najwa kembali menunggu Kendra yang entah akan pulang darimana, karena dia tau suaminya sedang tidak begitu sibuk dengan pekerjaannya, tapi selalu mengaku padanya sibuk diperusahaan.
Meskipun dia sudah memutuskan untuk selalu percaya pada suaminya, namun entah mengapa kali ini dia merasa ragu.
Berjam-jam lamanya Najwa menunggu suaminya diruang keluarga. Makan malam yang dia siapkan pun sudah dingin sedari tadi. Namun yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang, hingga tengah malam dan seperti biasa, dia pun jatuh tertidur diatas sofa.
Najwa tersentak bangun saat bel rumah berbunyi. Tau bahwa itu pasti suaminya, Najwa bangkit berlari kepintu depan dengan sumringah, karena penantiannya berjam-jam telah berakhir. Dia membukakan suaminya pintu.
"Akhirnya kamu pulang juga" Najwa tersenyum dingin menatap suaminya yang baru tiba dirumah.
"Kamu belum tidur?" Tanya Kendra tak kalah dinginnya.
"Saat suamiku belum pulang, bagaimana aku bisa tidur dengan nyenyak? Aku menunggumu sedari tadi. Dan kamu baru pulang jam segini?" Tutur Najwa kecewa karena dia tau sekarang kalau suaminya sudah berbohong padanya soal pekerjaannya, padahal dia sangat percaya padanya.
"Kan aku sudah bilang, aku sibuk dengan pekerjaanku. Sekarang jadwalku sangat padat. Aku mandi dulu ya" Jawab Kendra tanpa rasa bersalah sebelum dia meninggalkan istrinya didepan pintu, untuk menuju tangga yang akan mengantarkannya kelantai atas dimana kamarnya berada.
Najwa menatap punggung suaminya dengan tatapan pilu dan kecewa. Kenapa pria itu masih saja menjadikan pekerjaan sebagai alasannya pulang telat? Padahal menurut sekretarisnya, tidak ada jadwal padat yang sampai bisa menyita waktunya.
Entah siapa sebenarnya yang sedang berbohong. Wina, atau Kendra?
Najwa mengikuti Kendra dengan gontai dan lesu. Dia sangat lelah dengan pikiran-pikiran semrawutnya tentang suaminya sendiri. Jujur dia sangat benci perasaan seperti ini.
Sesampainya didalam kamar, Najwa tertegun melihat Kendra yang sedang melepaskan pakaiannya dari tubuhnya yang terasa lengket. Najwa mendekati Kendra dan membantu suaminya melepaskan dasinya.
"Kamu habis meeting, sampai baru pulang larut malam begini?" Tanyanya dingin tanpa menatap suaminya. Tangannya masih fokus melepas dasi suaminya itu.
Dia ingin mendengar jawaban Kendra sekali lagi, karena hatinya berkata kalau pria itu membohonginya selama ini.
"Iya. Kan aku sudah sering bilang padamu, kalau sekarang aku sedang sangat sibuk" Jawab Kendra malas.
Sedangkan nada suaranya begitu tegas dan tanpa adanya beban sedikitpun. Seakan apa yang dia katakan adalah kenyataan, bukan bualan semata.
"Aku mandi dulu ya" Ucap Kendra yang lantas melangkahkan kakinya hendak menuju kekamar mandi.
"Kamu tidak makan dulu? Memangnya kamu tidak lapar. Aku sudah siapkan makan malamnya" Lirih Najwa dengan tatapan hampa.
Kendra menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap istrinya.
"Aku sudah makan diluar. Jadi sekarang aku masih sangat kenyang" Jawabnya sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
Najwa berdiri mematung melihat suaminya memasuki kamar mandi, lalu menutup pintunya.
Dia menghenyakkan pinggulnya pada permukaan pinggir ranjang. Berusaha menetralkan pikirannya yang tidak karuan. Setelah mendengar pengakuan Wina, entah kenapa dia menjadi selalu gelisah.
Tidak tidak! Dia harus bisa berpikir jernih. Suaminya tidak mungkin macam-macam dengannya! Kendra sangat mencintainya. Buktinya selama enam tahun pernikahan mereka tetap harmonis, meski tanpa kehadiran anak. Dan selama ini Kendra juga selalu membelanya dari mamanya sendiri yang selalu memojokkannya.
💮💮💮💮💮
Pagi kembali datang. Najwa masuk kedalam kamar dengan membawa cangkir berisi kopi buatannya untuk Kendra. Kamar mewah dan luas itu nampak kosong. Kendra sedang mandi. Dia sudah menyiapkan kemeja, jas serta celana suaminya diatas kasur sebelum membuatkan kopi.
Najwa meletakkan cangkir itu diatas nakas. Dan berjalan menuju keranjang untuk mengambil pakaian kotor.
Meskipun Kendra mempekerjakan belasan pelayan, namun hal itu tidak membuat Najwa enggan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Sebagai seorang wanita khususnya seorang istri, dia merasa itu adalah kewajibannya dalam mengurus keperluan suaminya.
Najwa mengambil satu persatu pakaian kotor dari dalam keranjang itu. Saat dia mengambil pakaian Kendra, tiba-tiba ada secarik kertas yang jatuh dari saku celana suaminya itu. Sembari mengernyitkan keningnya, Najwa membungkuk dan mengambil kertas diatas lantai itu.
Dia tertegun melihat isi kertas itu yang tak lain adalah struk pembayaran sebuah unit apartment mewah, dengan harga berkisar ratusan juta rupiah yang ditransfer melalui rekening suaminya. Lengkap dengan tanda tangannya.
Apakah suaminya membeli apartemen baru? Tapi untuk apa? Siapa yang tinggal disana? Bukankah mereka berdua sudah sangat nyaman tinggal dirumah itu selama enam tahun sejak menikah?
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!