Di tengah hutan yang lebat, dan angin yang bertiup secara pelan. Seorang pemuda terlihat berjalan dengan tertatih-tatih, tubuhnya saat ini terlihat penuh dengan luka, membuatnya tengah berada di ambang kematian.
*Brukk!
Tubuhnya yang sudah tak mampu berdiri dan berjalan terjatuh. Dengan mata yang terlihat sudah mulai kabur, wajahnya terlihat masam mengingat kejadian yang menimpanya saat ini tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Menyedihkan ... Kau sangat menyedihkan Jin Mu..." Lirihnya dengan mata penuh akan dendam dan ambisi yang tak berguna.
Mengingat bagaimana dia harus berlari seperti seorang sampah, dari kejaran orang yang hendak membunuhnya, benar-benar hal itu membuat Jin Mu sangat kesal.
Tidak berdaya, dan tidak mampu melawan untuk membela diri. Merupakan sesuatu yang sangat dia benci, bukan hanya benci terhadap keadaan saja, namun dirinya sendiri.
"Aku tidak ingin mati ... Aku ingin membalas semuanya..." Lirih Jin Mu dengan suara yang bergetar
Namun ditengah perasaan yang tidak karuan, tiba-tiba suasana terasa aneh. Angin yang tadi berhembus pelan, tiba-tiba semakin kencang dan sesuatu yang sangat mengerikan terasa mendekat kearah Jin Mu.
Ada satu hal yang Jin Mu lupakan, yaitu tentang hutan ini. Pantas saja kelompok yang mengejarnya berhenti, ternyata ini merupakan sebuah jebakan yang sudah di siapkan.
Hutan Jiwa, tempat dimana monster mengerikan tinggal. Sekaligus tempat dimana sebuah mahluk, yang tidak diketahui apa itu tinggal dan bersemayam disini.
Sosok seperti bayangan, namun dengan tubuh yang besar mendekat. Kedua matanya kuning menyala, dengan aura mengerikan membuat semua hewan dan burung-burung yang berada disekitar berlarian pergi.
"Ah sial ... Sepertinya aku benar-benar mati sekarang." Lirih Jin Mu menatap kearah mahluk yang mendekat.
*Badump! Badump! Badump! Badump!
Langkah besar nan gagah semakin mendekat, tatap mata Jin Mu sama sekali tak memperlihatkan rasa takut sama sekali, dia sudah pasrah akan hidupnya sekarang.
Berdiri di hadapan Jin Mu, mahluk yang terlihat seperti seekor naga itu duduk dengan santai. Kepalanya turun sedikit, menatap kearah Jin Mu, sembari memancarkan aura yang benar-benar mengerikan.
"Apa yang kau lihat ... Cepat bunuh aku sialan..." Keluh Jin Mu tersenyum meski dia tahu hal itu sangat mudah bagi mahluk di hadapannya untuk melakukan itu.
"Hahaha! Aroma dendam dan sorot mata yang Kusuka!" Tawa mahluk bayangan nan besar itu membuat Jin Mu sedikit terkejut.
Namun hal itu sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan. Mahluk beast yang memiliki tingkat tinggi, sudah pasti bisa berbicara seperti manusia, dan berpikir seperti manusia juga pada umumnya.
Akan tetapi, keberadaan mahluk yang memiliki akal sangatlah langka. Bisa dibilang presentasi mereka ada adalah 4% itupun hanya mahluk alam Saint yang mampu.
'Bisa berbicara? Kurasa aku beruntung meski sebentar lagi akan mati, mendengar dan melihat secara langsung mahluk yang sering disebut sebagai sesuatu yang langka ini?'
Namun luka yang Jin Mu terima sangatlah parah. Pandangannya juga semakin berat semakin lama, membuatnya terlihat semakin pucat dan nafas yang hampir terputus.
"Aku benar-benar..."
"Hmm?" Mahluk tersebut memiringkan kepalanya mendengar ucapan Jin Mu yang terputus.
"Ingin membunuh mereka semua..."
***
Sementara itu di sebuah Paviliun pribadi milik pangeran kedua. Beberapa saudara lain juga terlihat berkumpul, rencana untuk memusnahkan Jin Mu, sepertinya sudah direncanakan sangat rapi oleh mereka.
"Hahaha! Bagus sekali, akhirnya sampah tidak berguna itu mati!" Tawa Pangeran Mu Gong yang terlihat sangat bahagia, yang merupakan pangeran kedua.
"Yah memang dia dari dulu sudah bodoh, andai saja dia pergi mungkin nasib seperti ini tidak akan menimpanya!" Sambung Mu Hue anak ketiga
"Meski dia pergi sekalipun, aku tetap akan membunuhnya! Darah dari seorang anak haram tidak layak berada di dunia ini! Dia pantas merasakan hal itu, dan pantas untuk menyusul jalang yang mati lima tahun lalu!" Tawa Mu Gong terlihat senang mendengar informasi yang orang suruhannya berikan.
*Krekk!!
Sebuah kantong emas besar dilempar oleh pangeran pertama, Mu Yan. Dia terlihat duduk dengan santai, wajahnya cukup tampan dan sifatnya cukup datar tanpa menunjukkan ekspresi apa-apa.
"Apa yang terjadi hari ini hanya bisa kita lakukan sekali. Selanjutnya, aku tidak berniat untuk bekerja sama dengan kalian, kekuasaan mutlak akan menjadi milikku!" Ucapnya dengan nada angkuh berjalan pergi.
"Kau terlalu berambisi Mu Yan! Kau harusnya tidak lupa, bukan hanya kau saja yang memiliki ambisi untuk duduk di kursi singgasana!" Jawab Mu Gong dengan nada keras.
"Sudahlah, Mu Gong. Apa yang dikatakan Kakak pertama benar, kita hanya melakukan rencana ini sekali, selebihnya kita sudah tidak memiliki hak apapun lagi." Sambung Mu Ghi anak keempat.
Mu Yan tak memperdulikan apa yang Mu Gong ucapkan. Baginya dialah satu-satunya orang yang layak, untuk mendapatkan kursi di kekaisaran, dia tak perduli ideologi apapun yang pangeran lain miliki.
Rencana menyingkirkan pangeran kelima yang sebenarnya bukan sesuatu yang menjadi ancaman, sebenarnya hanyalah masalah kecil yang Mu Yan lakukan, lebih sedikit pesaing maka lebih baik.
"Hei Mu Hue! Kau akan berada bersama ku kan untuk mengambil kursi bukan?" Tanya Mu Gong yang kesal.
"Entahlah, namun aku hanya ingin berada pada pihak yang menguntungkan saja." Jawab Mu Hue berjalan pergi.
"Jalang itu!"
"Berhati-hatilah mulai sekarang, Kakak Kedua, mulai sekarang orang yang kau percaya sekalipun akan menggigit mu jika tidak waspada!" Sambung Mu Ghi berjalan pergi meninggalkan Mu Gong sendiri.
°°°
Alam Pemula
Alam Master
Alam Raja
Alam Kaisar
Alam Dewa
Alam Saint
Alam Dewa Saint
Note: Masing-masing alam terdiri dari lima bintang yang berarti keseluruhan memiliki nilai 35 bintang.
Entah sudah berapa lama, Jin Mu perlahan mulai membuka kedua matanya. Perasaan hangat yang dia rasakan, nampaknya hal itu membuat dirinya terbangun dari tidur panjang yang dia rasakan saat ini.
"Dimana..."
"Akhirnya kau bangun juga bocah sialan, aku kira kau akan mati!" Ucap seseorang yang berada di samping Jin Mu.
Melihat kearah samping, Jin Mu terkejut bukan main. Seekor Naga Putih disampingnya terlihat berbaring dengan santai, bahkan sambil menutup mata berbicara seperti semuanya adalah hal biasa.
"Kau kuat juga, masih bisa bertahan dengan luka yang kau terima."
Jin Mu tak bisa menjawab, dia terduduk dan duduk mepet dengan dinding. Melihat mahluk besar di hadapannya, benar-benar membuat Jin Mu membeku seperti sedang terkurung dalam lemari es.
"Hmm? Kenapa kau diam saja, apa kau mulai bisu?"
"J-jangan makan aku! Daging ku benar-benar tidak enak!" Jin Mu menatap dengan mata yang ketakutan.
"Huh? Kau pikir aku mau memakan mahluk kurus seperti dirimu? Jika aku mau maka sudah kulakukan dari tadi dasar bodoh! Dan juga, dimana keberanian mu tadi sialan!" Jawab Naga Putih
"Eh b-benarkah, kalau begitu syukurlah..."
Melihat tingkah laku Jin Mu, Naga Putih hanya berusaha memaklumi saja. Mengingat saat itu Jin Mu berada di ambang kematian, pasti saja dia waktu itu sudah benar-benar pasrah akan hidupnya.
"Haah ... Aku benar-benar salah mengira tadi. Jadi, karena kau kelihatannya sudah mulai membaik, sebaiknya kau pulang ketempat asal mu bocah."
Mendengar ucapan Naga Putih, Jin Mu hanya bisa terdiam. Kemana dia harus kembali, jika tempat pulang yang dia pikirkan, adalah tempat yang begitu membencinya, sekaligus neraka bagi hidupnya.
Naga Putih yang melihat perubahan ekspresi pada wajah Jin Mu, hanya bisa menatap diam sambil sedikit tersenyum. Dalam hati dia benar-benar ingin mencoba sesuatu.
"Hei kau tuli! Kubilang kembali dan jangan hanya diam saja bocah!" Teriak Naga Putih membuat Jin Mu terkejut.
"Ahh! I-itu, bolehkah aku tinggal disini s-sebentar saja?" Tanya Jin Mu nampak ketakutan, dan malu-malu.
"Tidak boleh! Kau seharusnya bersyukur aku masih menyelamatkan mu, jika aku mau bisa saja kau ku lempar dari tebing ini!' ucapnya dengan nada santai dan tegas.
"Tebing?"
Jin Mu menatap kearah sampingnya, yang benar saja. Ini adalah tebing yang sangat tinggi, bahkan melihatnya saja Jin Mu terlihat sampai pucat saat menatap kearah bawah.
"Pulanglah, atau kau bisa pergi!" Naga Putih tersenyum membelakangi Jin Mu
"A-apa! B-bagaimana bisa aku turun dengan ketinggian seperti ini?!" Tanya Jin Mu dengan panik menunjuk kebawah.
"Kau hanya perlu lompat, ya melompat saja maka kau akan sampai dibawah."
Sekali lagi melihat kebawah, benar-benar hal yang paling bodoh jika seseorang melompat dari atas. Bagaimana tidak, ketinggian tempat ini saja bukan main keberadaannya, kecuali jika seorang tersebut adalah seorang pendekar tingkat Dewa.
"A-anu ... Apa aku benar-benar tidak boleh untuk tinggal disini?" Tanya Jin Mu yang mulai berkeringat dingin.
"Sudah kubilang tidak-"
"Kumohon! Aku akan melakukan apapun agar bisa tinggal! Aku bisa menyapu, aku juga bisa memasak!"
"Aku tidak perlu, makanan ku sudah sangat banyak dibawah sana, dan tempat ku juga sudah bersih." Jawab Naga Putih dengan nada santai.
Keraguan semakin nampak di wajah Jin Mu. Dia tak punya pilihan apapun, melompat dari atas sini sama saja mati, bahkan meski dia melakukan sesuatu yang perlahan sekalipun.
Kembali juga bukan pilihan yang baik, atau saja jika Jin Mu berhasil turun. Dia akan pergi kemana memangnya, tempat tinggal dan hal seperti kenalan saja dia tidak punya.
"Kalau begitu, aku akan menjadi murid mu ... Guru..." Ucap Jin Mu yang entah darimana pikiran seperti itu muncul.
"Aku tidak butuh."
"Tapi aku membutuhkannya!"
"Apa kau yakin?"
Jin Mu mengangguk dengan sangat cepat dan berseri-seri. Tentu saja dia sangat butuh, mengingat bagaimana caranya dia bisa turun dengan tubuh kurus dan kemampuan yang tidak punya sama sekali.
"Kalau begitu..."
"Aku akan menurutinya!"
"Melompat lah kebawah."
"Baik!"
"Eh? A-apa? Aku tidak mendengarnya?" Tanya Jin Mu yang terlihat berusaha tersenyum.
"Melompat lah, apa kau benar-benar tidak dengar apa yang kukatakan?"
"Melompat?" Jin Mu sekali lagi memandang kearah bawah, dan saat angin berhembus menerpa wajahnya, seketika ekspresi pucat semakin jelas.
"Jika kau ragu, aku tidak akan menerima-"
Saat menoleh kearah Jin Mu, dia benar-benar sudah hilang dari pandangan Naga Putih, yang membuat sang Naga terkejut apalagi saat mendengar teriakan Jin Mu.
"AGHHHH!!!"
°°°
Alam Pemula
Alam Master
Alam Raja
Alam Kaisar
Alam Dewa
Alam Saint
Alam Dewa Saint
Note: Masing-masing alam terdiri dari lima bintang yang berarti keseluruhan memiliki nilai 35 bintang.
"Berikan hormat kalian pada sang langit tertinggi!"
Serempak semua orang yang berada di aula kaisar memberikan hormat. Termasuk keempat saudara yang berdiri, mereka seketika memberikan hormatnya masing-masing.
"Angkat kepala kalian!" Ucap sang kaisar dengan nada dalam.
Semuanya mengangkat kepalan, namun saat itu pandangan kaisar terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Keberadaan pangeran yang kelima, terlihat sedang tidak ada.
Namun dia sama sekali tak memperdulikan hal itu. Mengingat kaisar juga tidak terlalu perduli dengan anak haram tersebut, bahkan selama ini dia sendiri sudah berusaha untuk mengabaikan dan menghiraukan anak itu.
"Putra pertama memberikan hormat!" Ucap Mu Yan memberikan salam.
"Putra kedua memberikan hormat!" Ucap Mu Gong
"Putri ketiga memberikan hormat!" Ucap Mu Hue
"Putra keempat memberikan hormat!" Ucap Mu Ghi
Empat pilar, itu adalah sebutan bagi keempat Klan yang berada dalam kekuatan Kaisar. Alasan lain adalah karena keempat istri kaisar berasal dari empat klan besar tersebut.
Empat klan sendiri, merupakan sebuah klan yang memiliki popularitas dan kekuatan yang kuat, dimana pengaruh yang mereka pegang sangatlah besar, namun persaingan serta pertarungan antara empat pilar juga tak bisa dihindarkan.
Itulah yang menjadi alasan kaisar untuk memilih menikahi, keturunan dari empat klan besar tersebut. Terlebih, dua dari klan itu juga memiliki pengaruh yang kuat, dan berada dalam naungan sekte besar.
Mendapatkan kursi kekuasaan, adalah hal yang mereka inginkan. Terlebih empat anak yang lahir dari darah daging mereka, merupakan sesuatu yang harus mereka jaga.
"Bagaimana keadaan kalian, anak-anak ku?" Tanya kaisar
"Semuanya baik, Ayah!" Jawab semuanya dengan nada serempak.
Namun ditengah perkumpulan itu, seorang pria tua terlihat melihat kesana-kemari. Dia memperhatikan dimana pangeran kelima saat ini sedang tidak ada.
Dia adalah Kakek Mong, seorang pria tua yang merawat Jin Mu dari kecil. Melihat Jin Mu yang tidak ada, perasaannya begitu khawatir, terlebih dia tahu Jin Mu pasti sedang berada dalam keadaan tidak baik-baik saja.
***
"Mati! Aku benar-benar akan mati!" Teriak Jin Mu saat memegang kedua tanduk banteng yang menyeretnya entah kemana.
Dari langit Naga Putih hanya berdiri diam sambil tersenyum. Entah sudah berapa kali, dia tak bisa berhenti kagum dengan tubuh Jin Mu yang memiliki ketahanan tinggi.
"Tidak perduli berapa kali aku menyiksanya, tubuhnya benar-benar sangat kuat. Andai saja sedari kecil dia melakukan kultivasi, aku yakin dia akan menjadi sebuah permata yang sangat berharga."
"Namun, melihatnya di usia sekarang yang belum membuka internal Qi, aku merasa ada sesuatu yang aneh." Gumam sang Naga sembari memperhatikan.
"Sialan! Aku benar-benar hanya menjadi bahan tontonan!" Jin Mu yang berusaha keras agar tidak terpental, berusaha berpikir sebaik mungkin.
Mengingat dirinya yang sama sekali tidak bisa menggunakan kultivasi. Jin Mu malah berpikir sesuatu yang mengerikan, dengan menarik nafas, dia menggigit leher banteng tersebut dengan sangat kuat.
Mengamuk, dan berlari serta menghantamkan tubuhnya disekitar pohon. Membuat Jin Mu yang menggigit sedikit kewalahan, namun hal itu tidak membuatnya berhenti.
"Aku benar-benar akan membunuhmu!" Teriak Jin Mu menggigit leher banteng tersebut dengan sangat kuat.
Naga Putih yang memperhatikan terliha semakin tersenyum. Apa yang dia saksikan merupakan Insting seorang manusia, insting untuk bertahan hidup.
*Brukk!! Brukk!!
Banteng yang mengamuk beberapa kali mulai menghantamkan tubuhnya. Jin Mu yang saat ini berada di punggungnya pun, tak hayal dari hantaman yang dilakukan.
"Ughhh!!"
"Sialan! Aku tidak akan mati hanya dengan hal seperti ini!" Teriak Jin Mu yang semakin kuat menggigit leher Banteng hingga berdarah dan terluka sangat parah.
*Brukk!!
Berlari dan berhenti mendadak, membuat Jin Mu terpental. Dirinya yang tadi berada di atas banteng langsung terjatuh, melihat itu banteng tadi mengais kakinya dan bersiap hendak menyerang balik.
Dengan sangat cepat banteng yang sedang mengamuk berlari. Jin Mu yang melihatnya segera berdiri, namun tetap saja wajahnya tak terlihat baik-baik saja.
"Apa kau pikir aku takut!" Berlari kearah banteng yang mengamuk, dengan sebuah tinju di tangannya.
*BOOOM!!
Belum sempat pukulan itu mengenai tubuh banteng. Naga Putih melesat turun dan menginjak tubuh banteng tersebut hingga hancur dan darahnya menyembur tubuh Jin Mu.
"Haah ... Haah ... Hampir saja!" Teriak Jin Mu yang terduduk.
"Kau lumayan gila, seharusnya kau tahu jika melawan menggunakan pukulan lemah mu itu hanya akan membawa mu pada kematian." Ucap sang Naga.
"Aku tidak punya pilihan, kau bilang akan menjadikan ku murid jika berhasil membunuh banteng itu!"
"Yah memang aku mengatakan itu, tapi tidak seperti itu juga caranya."
"Aku tidak bisa kembali dengan tangan kosong!"
"Hmm?"
"Aku ... Benar-benar ingin membalas apa yang telah mereka lakukan!" Jin Mu mengepalkan tangannya, dengan tatapan yang penuh akan dendam yang membara.
"Huh! Dendam saja tidak akan cukup, kau harus mempertahankan ambisi mu!" Naga Putih tersenyum lebar.
°°°
Alam Pemula
Alam Master
Alam Raja
Alam Kaisar
Alam Dewa
Alam Saint
Alam Dewa Saint
Note: Masing-masing alam terdiri dari lima bintang yang berarti keseluruhan memiliki nilai 35 bintang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!