Sore itu, angin tertiup pelan menyapu dedaunan yang berguguran di halaman rumahku. Aku masih asyik dengan handphone di tanganku. Umurku 25 tahun, lahir dari keluarga yang Alhamdulillah serba berkecukupan. Aku anak perempuan pertama dari 3 bersaudara .
"Kak, lagi apa sih asyik banget kelihatannya ?" tanya Dita adik bungsu perempuanku yang tiba-tiba datang dari arah belakang.
"Apa sih dek, kepo banget kamu." Jawabku sedikit meledek.
"Yaaaaah di tanya baik-baik jawabnya gitu amat." ketus adikku sambil melangkah ke dalam rumah.
Aku hanya melirik sinis pada Dita .
Allahu akbar .. Allahu akbar .. Suara adzan magrib berkumandang. Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung mengambil air wudhu. Ayah, ibu, aku dan ke 2 adikku melaksanakan sholat magrib bersama.
Pagi hari semua keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku berangkat bekerja dengan membawa kendaraan sendiri. Aku bekerja di salah satu kantor perusaan di Bandung.
"Hei Fat, pulang kerja nanti jalan yuk?" Ajak Nuri salah satu teman kantorku.
"Mau jalan kemana ?" Tanyaku balik
"Kemana aja sih Bandung kan luas banget, banyak juga tuh tempat-tempat nongkrong"
"Oke boleh deh, tapi nanti aku lapor ibu dulu ya takutnya khawatir kalo aku pulang telat."
"Siaaaaap!" Jawab Nuri tegas.
Jam kerja pun telah usai. Aku dan Nuri berencana akan jalan dulu ke salah satu tongkrongan di Bandung. Ketika kami sedang bejalan sambil berbincang di lobby kantor, tiba-tiba salah satu teman laki-lakiku menghampiri.
"Fatma mau langsung pulang hari ini ?" Tanya Mas Bagas lembut.
"Eh Mas Bagas. Enggak Mas aku mau jalan dulu sama Nuri."
"Oh begitu ya. Tadinya Mas mau antar kamu pulang , sekalian ada hal penting yang mau Mas bicarakan sama kamu."
"Yaaa .. gimana ya aku sudah ada janji sama Nuri." Jawabku sedikit nyengir. Nuri yang dari tadi terdiam berada di antara kami berdua langsung memotong pembicaraan.
"Eh Fat, santai aja kali. aku gak apa-apa ko kan bisa kapan-kapan."
Aku pun terdiam, sambil berfikir karena aku merasa penasaran apa yang mau Mas Bagas bahas sama aku. Tapi di sisi lain aku juga merasa tidak enak jika harus membatalkan acaraku dengan Nuri.
"Fatma kalau sudah ada janji sama Nuri tidak apa-apa,pergi saja ya. Mas bisa ko besok atau lusa ke rumah kamu. Lagian ini salah Mas juga, enggak bilang kamu dulu mendadak banget ya. Hihi." Mas Bagas sedikit nyengir..
"Benar nih Mas enggak apa-apa?" Tanyaku.
"Iya Mas enggak apa-apa ko, nanti Mas akan kabarin kamu dulu kalo Mas mau ke rumah kamu ya."
"Mas enggak marah kan sama aku ?" Tanyaku lagi.
"Enggak, beneran deh enggak apa-apa." Jawab Mas Bagas meyakinkanku.
Aku dan Nuri pun berpamitan untuk pergi duluan kepada Bagas. Suasana kantor seketika hening, karena hampir semua karyawan sudah pulang, tinggal petugas kebersihan dan beberapa satpam yang masih berjaga di sana.
...****...
Aku dan Nuri sampai di salah satu tempat makan di Kota Bandung. Langsung saja kami memesan makanan yang kami mau. Kebetulan perutku sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi, sepertinya cacing-cacing imut di dalam perutku sudah tantrum akibat kelaparan juga. Hehe ..
Setelah kurang lebih 15 menit menunggu , akhirnya makanan datang. Langsung saja aku santap , sambil mendengarkan live musik yang lagu nya sudah tidak asing lagi di telingaku.
Suasana di tempatku dan Nuri nongkrong tidak begitu ramai karena ini bukan malam minggu, hanya beberapa pasangan pria dan wanita saja yang terlihat, ada juga yang mungkin sama sepertiku pergi bersama teman yang sekedar hanya untuk melepas penat dari pusing nya mikirin soal kerjaan.
"Fatma, kamu ko bisa-bisanya nolak ajakan Mas Bagas tadi, padahal kan aku enggak apa-apa kalo misalnya kamu mau pergi sama dia."
Nuri membuka pembicaraan, seperti nya dia juga merasa enggak enak soal tadi.
"Tak apa lah Nur, lagian kan aku enggak tau kalo Mas Bagas mau nganterin aku pulang. Padahal kan aku juga bawa kendaraan sendiri."
"Oiya, ya. Aku cuman ngerasa enggak enak aja sih."
Tuh kan bener, dia ngerasa gak enak.
"Sudah jangan begitu, kita nikmatin aja suasana dan makanan nya ya."
Aku berusaha menenangkan Nuri, walau sebenarnya hatiku juga masih penasaran dengan apa yang akan Mas Bagas bicarakan sama aku.
"Sudahlah, biar nanti aku telepon Mas Bagas ketika aku sudah di rumah." Gumamku dalam hati.
...****...
Jam menunjukan pukul 19:30 WIB. Aku sudah sampai di rumah dan bergegas bersih-bersih badan karena udah lengket banget. Setelah bersih-bersih aku pun langsung menghampiri adik laki-laki ku yang duduk di kursi ruang Tv sedang asyik menonton acara Tv bersama ayah, ibu dan dik bungsuku Dita.
"Dek, besok kakak kerja di anterin sama kamu ya?" Ucapku pada Vino adik ke dua ku.
"Lah kenapa gak bawa motor sendiri kak?" Tanya adikku.
"Males aja sih, capek!. Kamu mau ya anterin kakak?"
"Iya deh besok aku anterin sambil berangkat kuliah."
Vino nama adik ke dua. Kami tiga bersaudara sangat saling menyayangi. Aku sebagai kakak perempuan mereka, harus benar-benar bisa setangguh orang tuaku.
"Tumben banget kamu kak ada apa ?" Tanya ibuku penasaran.
"Enggak apa-apa bu, aku cuman lagi males aja capek bawa kendaraan. Lagi nyerah sama macetnya Bandung."
"Emm .. Kamu kak kaya baru seminggu aja tinggal di Bandung. Pake acara nyerah segala sama macetnya Bandung."
Ayah sedikit meledekku. Ibu dan Vino hanya tertawa kecil, sedangkan si bungsu masih asyik dengan handphone nya.
"Ih ayah .. Beneran Fatma lagi capek, males bawa motor loh. Udah ya Fatma pamit masuk kamar duluan." Sambil beranjak dari tempat duduk.
"Gitu tuh kak Fatma kalo lagi bucin, gak pernah anteng ngumpul bareng kita ya bu?" Vino nyeletuk.
Mendengar celetukannya, aku langsung berbalik badan dan berbicara ke arah Vino.
"Apaan sih dek, masih zaman emang di umur kakak yang segini untuk bucin-bucin?"
Vino hanya tertawa kecil, ayah dan ibu pun tersenyum.
Merenung di kamar tanpa suara bising dengan lampu yang sedikit redup adalah hal paling nyaman menurutku Bebas berimajinasi sesukaku tanpa ada gangguan apapun. Haha ...
Aku baru ingat dengan perkataan Mas Bagas tadi. Kira-kira apa ya yang mau dia bahas.
"Apa aku harus telepon dia dan bertanya soal tadi? Jujur sih aku masih penasaran sampai sekarang. Ah tapi besok lagi saja aku bertanya, ini sudah malam tidak enak takut aku mengganggunya."
...****...
Esok harinya aku di antar kerja oleh adikku. Ya seperti biasa kegiatanku di jam kerja sibuk dengan pekerjaan. Aku bertemu Mas Bagas ketika jam makan siang.
"Mas, boleh aku bertanya?."
"Iya kenapa Fatma?."
"Soal yang kemarin, jujur aku penasaran apa yang mau Mas Bagas bicarakan. Apa bisa kita bahas disini sekarang ?"
Aku sedikit gugup, tapi memberanikan diri untuk bertanya karena rasa penasaranku lebih besar daripada rasa gugupku.
"Mas mau ngomong, tapi maaf sebelumnya. Kemarin pas kamu pergi sama Nuri, Mas memutuskan datang ke rumah kamu dan berbicara dengan orang tua kamu."
Apa? Jadi dia kemarin datang ke rumah aku, dan kenapa ayah ibu tidak bilang kalo Mas Bagas ke rumah. Oke kita dengarkan penjelasannya.
"Mas sengaja menahan ayah dan ibu kamu supaya tidak memberitahu kamu kalo Mas datang ke rumah."
Jujur aku kaget banget, dan rasa penasaranku semakin kuat. Ada apa ini sebenarnya?
"Terus ada apa Mas ke rumah, apa yang Mas bicarakan dengan ayah dan ibu?" Tanyaku perlahan.
"Mas berniat untuk melamar kamu." Jawabnya singkat.
Tapi dengan jawaban singkat itu, jujur aku kaget banget, perasaanku mulai gak karuan.
Apa ini? aku harus gimana?
"Fatma, maaf kalo perkataan Mas membuat kamu kaget.Mas berniat melamar kamu secepatnya dan ayah ibu kemarin hanya berkata semua terserah kamu Fatma. Jika kamu siap secepatnya Mas akan ke rumah kamu beserta keluarga Mas. Bagaimana?”
Aku terpaku diam membisu, pandanganku kosong tapi, hati dan fikiran ku bercampur. Entah apa yang aku rasa, bahagia ataukah kecewa?. Tapi aku berusaha menenangkan diri, bagaimanapun Mas Bagas membutuhkan jawabanku segera.
"Mas, jujur aku kaget banget. Tapi aku harus membicarakan ini dulu dengan ayah dan ibu."
"Baik Fatma, itu memang harus di lakukan. Mas akan menunggu jawaban kamu."
Kami menyelesaikan makan siang kami, setelah itu kami kembali kepada kerjaan masing-masing karena kebetulan jam istirahat sudah habis.
Di jam kerja aku mulai kurang fokus. Bagaimanapun hatiku masih kaget, Nuri yang sedari tadi memperhatikanku bertanya.
"Hei kenapa ko dari tadi aku perhatiin kamu banyak diam . Ada apa ?"
"Nanti aku cerita ya , kali ini aku benar-benar tidak fokus Nur."
Tanpa berfikir panjang, Nuri pun langsung memahami maksudku.
...****...
Aku duduk di ruang keluarga bersama ayah dan ibuku. Kami membahas apa yang Mas Bagas tadi sampaikan . Aku bertanya kepada kedua orang tuaku. Dan ya benar, Mas Bagas datang ke rumah kemarin.
Mas Bagas. Iya .. dialah laki-laki yang selama ini aku cintai. Laki-laki baik yang selalu mendukung aku, selalu memberi perhatian lebih terhadapku. Tidak hanya itu, menurutku dia laki-laki yang mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.
Perawakannya yang tinggi, dadanya yang sedikit membusung membuat nya terlihat gagah di mataku. Aku sangat mencintai Mas Bagas ku ini.
Sudah hampir 3 tahun kami menjalin hubungan. Awal perkenalan kami ketika aku menjadi karyawan baru di kantor tempat kerjaku sekarang, Mas Bagas lah yang membimbing aku sampai aku bisa. Dia benar-benar tulus mengajariku. Kami berteman sangat baik, hingga suatu saat dia mengungkapkan perasaannya sama aku. Dalam waktu beberapa lama aku baru bisa menerima perasaannya itu. Dan tanpa aku sadari, aku pun menyimpan rasa untuk Mas Bagas.
"Ayah-ibu, Fatma akan membicarakan ini dengan Mas Bagas ya." ucapku pada ayah dan ibu
"Silahkan nak, ayah dan ibu akan selalu mendo'akan kamu." Ibunya berucap.
Aku masuk ke kamar. Suasana sunyi dalam kamar membuatku merasa tenang. Hanya terdengar suara detakan jam dinding yang ada di kamarku. Sebentar aku merenung, berfikir, meyakinkan perasaanku, meyakinkan pilihanku.
Jujur aku bahagia dengan apa yang terjadi, toh selama ini Mas Bagas begitu baik sama aku, sama keluargaku, benar-benar penuh perhatian. Lagipula sudah terlalu lama aku menjalin hubungan seperti ini dengan nya.
Apa salah nya jika dia mau melamar ku ? Bukannya lebih cepat lebih baik ya?. Jika sudah lamaran, pasti kan gak lama lagi langsung Nikah. Aaaah .. Serius kah ? Ko bisa aku mikir sejauh ini? hihi ..
Lamunanku seketika buyar, mendengar suara dering ponsel ku yang berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Seketika aku melihat layar ponselku.
Masha allah .. Panjang umur sekali. Baru aja di omongin dalam hati, sudah muncul dengan panggilan telepon. Hihi ...
"Assalamu'alaikum Fatma .. "
"Wa'alaikumsalam Mas .."
"Fatma sedang apa? Apakah Mas mengganggu waktunya?"
"Tidak Mas, kebetulan Fatma sedang duduk saja di kamar. Kenapa Mas?"
"Mas hanya ingin bertanya, bagaimana apakah Fatma sudah berbicara dengan orang tua Fatma ?"
Sudah ku duga, pasti Mas Bagas akan membahas hal ini sekarang. Segera ku jawab pertanyaan nya.
"Alhamdulillah Mas sudah."
"Bagaimana sekarang ? Mas nunggu jawabannya loh dari kamu."
Aku terdiam sejenak, tidak langsung menjawab pertanyaan yang mengarah ke inti pembahasan.
"Mas, apa Mas yakin dengan pilihan Mas sendiri untuk melamar aku?"
Aku bertanya dengan suara yang terbata-bata.
"Insha Allah .. Mas Bagas yakin dengan pilihan Mas ini. Mas tulus menyayangi kamu, mas benar-benar ingin membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah bersama kamu."
Aku masih diam membisu mendengar jawaban Mas Bagas.
"Mas tau mungkin ini terlalu mendadak, tapi Mas yakin jika niat baik itu tidak boleh di tunda-tunda kan?"
Lanjut nya dengan sedikit menggoda.
Aku tersenyum bahagia di balik telpon. Siapa sih yang gak seneng, ketika laki-laki yang di cintai akhirnya menunjukan ketulusan yang sesungguhnya pada kita.
Dengan suara sedikit terbata-bata, aku akhirnya menjawab.
"Baik Mas Bagas, jika mau menunjukan keseriusannya sama Fatma, silahkan Mas Bagas datang ke rumah."
"Masha Allah .. Alhamdulillah. Secepatnya Mas kabarin kamu ya. Kalo begitu Mas sudahi dulu telpon nya, kamu langsung istirahat saja. Assalamu'alaikum .."
"Iya Mas. Wa'alaikumsalam.."
Panggilan pun di akhiri. Jujur perasaanku semakin tak karuan, gejolak cinta semakin menggebu. Se senang itu, hingga aku tak sadar jingkrak-jingkrak sendiri di atas tempat tidur ku dengan memegang erat ponsel di tanganku, tersenyum dengan lepas..
Ya Allah .. Aku bahagia . Terima kasih !"
...****...
Sekilas tentang Mas Bagas. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuan nya bernama Safira. Dia masih duduk di kelas XII, keluarganya termasuk keluarga yang berkecukupan, Alhamdulillah.
"Bagas, kamu yakin akan melamar Fatma secepat ini?" Tanya ayah Mas Bagas.
"Iya ayah, Bagas yakin. Lagian umur Bagas sudah 30tahun, cukup untuk membina rumah tangga."
"Menjalin rumah tangga bukan soal umur nak, tapi kamu harus yakin, harus bisa menjadi imam yang baik dan bertanggung jawab pada istrimu dan anak mu nanti."
Ayah menghela nafas, lalu melanjutkan.
"Ingat, peran menjadi kepala rumah tangga itu tidak sedikit. Bukan hanya materiil saja yang harus kamu berikan, tapi soal moril juga nak. Kamu harus siap dengan tanggung jawab kamu yang lebih besar."
Mas Bagas hanya mengangguk dan meng iya kan perkataan Ayah nya.
"Tapi apapun dan bagaimanapun keputusan kamu, ayah akan selalu mendo'akan yang terbaik. Ayah percaya sama anak ayah yang paling tampan ini." Ucap ayah nya sedikit menggoda.
Seketika suasana tegang pun menjadi gemuruh dengan tawa gelak mereka mendengar sang ayah menggoda anak sulung nya.
...*****...
Beberapa hari kemudian, Mas Bagas memberi kabar baik nya kepada ku. Lusa ia dan keluarga akan ke rumah untuk melamar ku. Aku pun secepatnya memberi tau kabar bahagia ini kepada keluarga besar ku tentunya.
Tak lupa aku ngabarin sahabat aku yang paling baik, Nuri.
"Nuri, kamu tau enggak?"
"Tau apaan?" tanya Nuri penasaran.
Aku dan Nuri sedang duduk santai di halaman rumah sore itu, kebetulan rumah kami saling berdekatan.
"Aku mau di lamar Mas Bagas lusa Nur .." Jawabku dengan ekspresi gemas bahagia.
"Hah! Serius ?" Tanya Nuri kaget.
"Iya .. Serius. Maaf banget aku baru ngasih tau ke kamu ya." dengan mengatupkan kedua telapak tangan ku pada Nuri.
"Gilaaaa .. Kabar sebagus ini aku baru tau. Emang dasar kamu ini ya, kamu anggap teman seperti apa aku ?" Nuri sedikit kesal. Padahal aku tau dia hanya bercanda. Hihi ...
"Maaf deh..! Hehe .. " aku menggodanya dengan menggelitik ki dia.
Kami pun tertawa lepas, sambil saling berpelukan.
"Aku ikut bahagia ya Fatma." Ucap Nuri sambil mengalungkan tangan nya di pundak ku.
"Iya kawan terbaik ku . Makasih banyak yaa ." Ucap ku bahagia.
"Eh ngomong-ngomong kalo kamu nikah nanti, kamu masih bisa kan jalan keluar sama aku?" Nuri bertanya seakan-akan aku akan pergi jauh saja.
"Insha Allah ... bisa ko."
"Syukurlah .. Aku takut aja kita jadi gak ada waktu hanya sekedar cerita bareng."
"Hahaha .." Aku tertawa lepas.
"Gak mungkin lah Nur, Mas Bagas baik orang nya, dia pasti bakal mengizinkan aku kalo hanya sekedar bertemu kamu. Dia kan tau kamu temen baik aku." Lanjut ku meyakinkan Nuri.
Dia pun tersenyum lebar sambil memeluku lagi. Inget loh! Ini pelukan persahabatan ya . Hihi ...
...*****...
Suasana di rumah mulai ramai. Orang-orang pada sibuk mempersiapkan acara lamaran aku nanti malam. Aku pun ikut sibuk menyiapkan apa yang menjadi keperluanku nanti.
Tiba waktunya, aku dan semua keluarga sudah siap menyambut kedatangan Mas Bagas beserta keluarga nya. Jujur pasti kalian juga tau, jantungku benar-benar berdetak kencang, masih belum percaya aja sebentar lagi aku akan di lamar laki-laki yang selama tiga tahun ini menemani aku dalam suka maupun duka.
"Silahkan masuk .. "
Ucap Ayah sembari menyambut hangat keluarga Mas Bagas yang baru saja tiba, kami pun demikian.
Tidak lama, acara pun berjalan dengan lancar dan khidmat. Kebahagiaanku bertambah ketika semua keluarga sepakat akan mempercepat acara pernikahan kami.
Semua orang yang hadir mencicipi hidangan yang sudah keluarga ku persiapkan , sambil sedikit berbincang-bincang. Aku tentu berbincang dengan Mas Bagas.
"Mas , terima kasih atas pembuktian nya. Aku seneng banget." Kepalaku sedikit mendarat di pundak nya yang gagah itu.
"Sama_sama sayang .. " Jawab Mas Bagas sembari mengusap pelan kepalaku.
"Bukan hanya kamu, tapi Mas juga bahagia" Lanjutnya.
"Mudah-mudah an niat baik kita di lancarkan ya Mas ."
"Amin sayang .."
Kita saling menatap dan tersenyum.
Waktu sudah menunjukan pukul 21:30 WIB. Keluarga Mas Bagas pun berpamitan untuk pulang.
...*****...
"Nuri, jalan yuk mumpung libur kerja, mau gak?."
Tanya ku pada Nuri di telpon.
"Emang kamu tidak ada acara sama Mas Bagas ?"
"Tidak, dia lagi da urusan. Biasa kerjaan sampingan nya."
"Kerja sampingan apa emang?"
"Aku belum tau pasti sih, nanti deh aku tanyain jelasnya sama Mas Bagas. Haha .. " Jawabku di barengi dengan tawa ringan.
"Oh gitu. Boleh aja kalo mau jalan, emang nya mau kemana?"
"Daerah Dago boleh tuh, Sudah lama kita enggak kesana."
"Ayo deh. Aku siap-siap dulu ya."
"Oke!" Jawabku sambil menutup telpon.
Aku juga langsung siap-siap soalnya belum mandi juga. Hihi ...
"Mau kemana kak, rapih bener?" Tanya Dita adik bungsu ku.
"Mau jalan sama Nuri."
"Loh, kenapa sama kak Nuri ? kirain sama Mas Bagas mu itu?"
"Enggak dek, dia lagi sibuk."
"Sibuk apaan kak ? Ini kan bukan hari kerja, masa iya gak ngajak calon istrinya jalan keluar sih." Adik ku sedikit meledek.
"Kamu adik ku, gak usah se ingin tahu begitu dengan urusan orang ya." aku menjawab sambil mencubit kecil dagu nya. Dia nyengir lalu pergi ke kamar nya.
Gara-gara ocehan adik ku, aku sampai lupa mau telpon Mas Bagas. Ku raih ponsel ku yang terletak di tempat tidur, lalu aku langsung telpon Mas Bagas.
"Assalamu'alaikum Mas .."
"Wa'alaikumsalam sayang ku. Ada apa ?"
"Aku cuman mau bilang, hari ini aku mau pergi ke Dago sama Nuri, sekedar jalan aja Mas."
"Oh iya sok aja, maafin Mas gak bisa nemenin kamu kali ini ya." Suara Mas Bagas sedikit memohon.
"Eh tidak apa-apa Mas, aku ngerti ko kamu lagi sibuk."
"Iya sayang, ada kerjaan yang belum selesai nih."
"Ya sudah Mas, aku pergi dulu ya. Sepertinya Nuri sudah datang menjemput."
"Baik sayang, hati-hati ya."
"Assalamu'alaikum .."
Aku menutup telpon setelah menerima jawaban Salam ku dari Mas Bagas.
Perjalanan ke Dago dengan bermotor itu sungguh menyenangkan. Selain pemandangan yang indah, banyak juga tempat tongkrongan di sana. Cocok banget buat yang punya pasangan ini mah. Anti gagal kalo nge date sama si doi ke daerah Dago.
"Nuri, kamu gimana sama cowok kamu?
Aku membuka obrolan ketika kami sudah sampai di lokasi tujuan dan sedang menunggu pesanan datang.
"Ah begitulah .." Jawab Nuri sedikit tak bersemangat.
"Kenapa ? Gitu banget jawaban kamu?"
"Yaa seperti biasa, hubungan ku sama dia gitu-gitu aja. Belum ada peningkatan lagi."
"oh gitu ya. tapi kalian baik-baik aja kan?"
"Baik ko baik. Sudah ah jangan bahas soal aku sm cowok ku, cari topik lain ya."
"Oke .. Oke maaf. Hehe .."
Kami menikmati suasana tempat kami nongkrong, tawa dan canda membuat suasana semakin seru.
...*****...
Hari demi hari waktu berlalu, tidak terasa tiba waktunya acara yang ku nanti-nanti, impian semua para gadis, di persunting oleh kekasih yang di cintai nya, menjadi istri dari laki-laki yang di cintainya.
Semua keluarga, sanak saudara yang jauh pun berdatangan ke rumah, berkumpul di rumahku. Semua ikut sibuk mempersiapkan acara bahagia ku .
Aku bangun lebih awal, usai shalat subuh MUA yang akan merias wajahku sudah tiba di rumah, langsung saja mereka menyulap wajahku menjadi lebih cantik dan mempesona. Bahagia nya seorang pengantin tak bisa terkalahkan.
"Masha allah .. Cantik sekali pengantin ku hari ini." Nuri memuji ku.
"Makasih say. Aku deg-deg an banget loh ini."
"Tenang pangeranmu sebentar lagi sampai."
Mendengar kabar itu, hatiku semakin deg-deg an.
"Semoga acara hari ini di lancarkan ya allah ..." Do'aku dalam hati.
...*****...
"Saya terima nikah dan kawin nya Fatma Nur asiyah binti bapak Abdullah dengan Mas kawin 100gram emas dan seperangkat alat shalat di bayar TUNAI!."
"Bagaimana para saksi?" Tanya penghulu.
"SAH !"
"SAH !"
"SAH !"
Para saksi menjawab serentak.
Alhamdulillah .. Dalam hati ucapku lega.
kami semua ber do'a atas kelancaran akad ini.
Duduk di pelaminan berdua dengan Mas Bagas adalah impian ku selama ini. Aku bahagia banget , Mas Bagas akhirnya jadi suami aku dan aku menjadi istrinya, satu-satu nya wanita yang menjadi pendamping selama hidup nya.
Para tamu undangan berdatangan, memberi selamat kepada kami. Keluarga, Teman, rekan kerja dan semua yang hadir sangat menikmati acara bahagia kami. Tidak lupa mengabadikan moment bahagia ini juga dong.
Oiya, setelah menikah aku dan Mas Bagas memutuskan untuk tinggal di rumah kontrakan kecil. Walau pun kecil tak apa-apa, kami hanya ingin belajar mandiri saja. Karena menurutku itu harus di lakukan, bukan untuk menjauh dari keluarga ku atau kelurga suami ku, hanya alangkah lebih baik kami tinggal di kontrakan saja sebelum kami mempunyai tempat huni sendiri.
Do'a kan saja yaa semoga aku dan Mas Bagas bisa cepet punya rumah. Amiin ...
"Mas lelah tidak ?” Tanyaku.
Aku dan Mas Bagas berada dalam satu ruangan yang sama, yaitu kamar pengantin kami.
Benar-benar gak nyangka banget ini, malam ini aku tidur sama laki-laki yang kini menjadi suamiku, pembimbing hidupku, imam dalam hidupku, yang menjadi surga dan nerakaku .
"Sedikit lelah sayang, tapi Mas masih mau berbincang panjang sama kamu" Jawab nya sambil sedikit menggodaku.
Jantungku makin berdetak kencang ketika Mas Bagas menggoda ku dengan cara mencubit manja pipi ku. Kami masih merasa canggung, sedikit-sedikit kecanggungan itu hilang karena aku dan Mas Bagas masih tetap berbincang membahas apa yang akan kita rencanakan ke depan nya. Kita saling mengutarakan keinginan, menyebutkan tugas dan peran masing-masing.
"Mas, semoga aku bisa menjadi istri yang baik buat kamu."
"Iya sayang, semoga Mas bisa menjadi Imam yang baik pula buat Fatma."
Kami saling berpelukan, dan tak terasa kami pun terlelap tidur.
Lah malam pertamanya gimana ini ? Yaa begitulah malam pertama nya pengantin baru. Pasti kalian juga pada tau kan . Hihi ...
...*****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!