NovelToon NovelToon

Single Mom Kesayangan Perjaka

Bab 1

"Mama,, mama,," Bocah laki laki itu berlari kearah mamanya di dapur.

"Kenapa sayang?" ucap Perempuan muda yang memegang spatula.

"Mama lagi apa?" tanya bocah laki laki berusia 4 tahun itu pada seorang perempuan muda yang baru menginjak usia 20 tahun.

Ya, perempuan muda itu bernama Calista Ariyani. Dan bocah laki laki tampan itu adalah anaknya, Valendro Christian.

"Mama lagi masak buat makan malam sayang. Kenapa nak? Kamu udah lapar?"

Calista menatap putra tampannya yang sangat menggemaskan. Vale, memanglah anak yang tampan. Wajahnya sangat mirip dengan Calista, yang berbeda dari mereka berdua hanyalah mata Vale. Mata Vale sangatlah mirip laki laki yang sangat tidak ingin ditemui oleh Calista lagi.

Laki laki yang mengubah hidup Calista seutuhnya. Laki laki yang berhasil membuat Calista jatuh cinta, percaya dan terperdaya.

Laki laki yang membuat Calista menyerahkan keperawanannya.

Lalu kemudian pergi meninggalkan Calista saat dirinya hamil Vale diusia belia.

Laki laki yang membuat Calista tidak percaya lagi akan cinta.

Laki laki yang membuat Calista berjanji tidak akan menikah dan hidup berdua dengan Valendro.

Laki laki itu bernama Adrian Kusuma. Pacar Calista yang dikenalnya sejak kelas 1 SMA.

Adrian adalah kakak kelas calista yang saat itu kelas 3. Mereka berdua terlihat serasi dan bahagia, bahkan ketika Adrian lulus dan akan masuk perguruan tinggi.

Adrian terlihat sangat mencintai Calista, begitu juga sebaliknya. Sampai ketika Adrian merayakan hari kelulusannya. Dia meminta hadiah spesial dari Calista, hadiah yang dikatakan adrian bahwa hadiah itu untuk membuktikan cinta mereka berdua.

Hadiah yang akan membuat mereka tidak terpisahkan. "Hah bulsyit" maki calista kalau dia mengingat masa itu.

"Vale, anak laki laki ku yang sangat tampan. Mama janji sayang. Mama akan selalu mencintaimu, mengasihimu. Mama tidak akan meninggalkan kamu sayang. " ucap Calista dalam hatinya.

"Iya ma, Ale lapal hehehe."

"Udah mateng nih. Ayo kita makan sayang. Panggil Bapak sama Ibu gih."

"Iya mama"

Valendro berlari memanggil Bapak dan Ibu, mereka adalah Pak Risal dan Ibu Dewi, orang tua calista. Ayahnya seorang pegawai swasta dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Calista adalah anak pertama dalam keluarga ini. Dia mempunyai 2 orang adik bernama Adinda dan Rafael. Adinda berusia 17 tahun dan sudah kelas 3 SMA. Sedangkan Rafael berusia 13 tahun, masih duduk di kelas 2 SMP.

"Wah menu malam ini kelihatannya enak sekali" celetuk rafael sambil mengambil piring makan.

"Dasar rakus, apa pun yang dimasak kakak pasti kamu bilang enak kan. Kalau dimasakin batu juga dimakan sama kamu."

Hahahahaha

Mereka tertawa mendengar ucapan Adinda pada Rafael.

"Sudah sudah. Ayo kita makan, nanti makanannya dingin. Kakak udah capek capek masak buat kita. Kalian juga habis ini mau belajar kan."

Mereka semua tenang lalu mulai menikmati makanan dengan lahap, hanya sesekali terdengar celoteh Vale yang ditanggapi oleh Calista atau yang lain. Calista terlihat sangat segan pada kedua orang tuanya. Dia tidak akan berbicara pada kedua orang tuanya, kalau tidak ditanya.

Rasa malu, rasa penyesalan dan rasa bersalahnya membuat calista merasa tidak pantas berbicara atau menuntut apapun pada orang tuanya. Keluarganya masih menerima dia dan vale saja sudah cukup. Padahal kedua orang tuanya sudah memaafkan dan menerima kenyataan yang terjadi padanya. Hanya saja calista terlalu malu untuk itu.

Calista sudah bertekad untuk menuruti apapun keinginan kedua orang tuanya. Untuk menebus kesalahan yang sudah dia lakukan.

Fokusnya saat ini hanyalah Valendro dan keluarganya. Tidak ada tempat untuk yang namanya Cinta dan Laki laki.

.

.

.

Bersambung...

Mohon dukungan untuk karyaku yaa.

Jangan lupa like, vote dan komentarnya.

Makasih ❤❤

Bab 2

Setelah makan malam, mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka masing masing.

Pak Risal membawa Vale untuk menonton televisi, Adinda dan Rafael kembali ke kamar masing masing untuk lanjut belajar, karena mereka sedang ujian semester pertama. Ibu Dewi membantu Calista membereskan meja makan dan dapur.

Sambil membereskan meja makan, Ibu Dewi membuka pembicaraan dengan anak sulungnya. Ibu dewi tau, kalau tidak diajak bicara anaknya tidak akan memulai.

"Kak"

"Iya bu"

"Ibu gak tau harus mulai bicara gimana"

"Kenapa bu?"

"Kak, Vale kan sudah 4 tahun. Kakak gak ada rencana buat kuliah gitu kak?"

Calista tidak menjawab.

"Ibu tau, kakak masih merasa bersalah sama ibu dan bapak. Tapi ibu sama bapak sudah ikhlas menerima semuanya kak. Ibu sama bapak sayang sama kakak, adik adik dan vale. "

Calista tetap diam, sampai ibu melanjutkan.

"Ibu mau kakak kuliah, biar bisa cari kerja yang bagus biar kakak gak perlu kerja di toko depan terus. "

Calista memang setelah melahirkan Vale diusianya yg ke 16 tahun. Dia kembali melanjutkan sekolah menengah atasnya sampai lulus sekolah. Tapi ketika ditawarkan untuk kuliah, calista menolaknya. Calista lebih memilih untuk bekerja di toko depan gang rumahnya. Dia memutuskan untuk mencari uang sendiri agar dia dan anaknya tidak menyusahkan bapak dan ibu.

"Bu, kakak gak apa apa kok kerja di toko depan. Uangnya ibu sama bapak simpan aja, buat kuliah Adinda bu. Kan tahun depan adinda mau masuk kuliah bu. Sayang uangnya bu."

Ibu hanya bisa menghela napas mendengar ucapan anak sulungnya.

"Kak, kamu harus ingat. Vale itu bukan tanggung jawab kamu sendiri nak. Vale juga tanggung jawab bapak sama ibu. Karna Vale itu terdaftar sebagai anak bapak dan ibu."

"Bapak sama ibu ngelakuin hal itu biar apa? Biar Vale gak malu kalau ditanya siapa bapak dan ibunya. Gak hanya itu kak, tapi biar kamu bisa melanjutkan hidup kamu. Bisa bertemu laki laki baik hati yang bisa terima kamu apa adanya."

Ibu mengucapkan semua perkataannya dengan perlahan dan hati hati. Ibu takut menyinggung perasaan anaknya.

"Bu, kakak udah bilang kan kalau kakak gak ada kepikiran buat cari laki laki lain bu. Kakak takut salah pilih lagi. Kakak takut menyakiti hati ibu sama bapak lagi. hiks hiks hiks"

Ibu langsung memeluk calista dengan lembut dan meminta maaf.

...----------------...

Waktu sudah menunjukan jam 10 malam, Calista mengajak Vale untuk mencuci kaki dan tangan serta menggosok gigi sebelum mereka berdua tidur.

"Ma, kata bapak ale udah mau cekolah ya ma?"

"Iya sayang, nanti kalo vale sudah 5 tahun vale bakal masuk sekolah."

"Ale bakal punya temen banyak ya ma?"

"Iya sayang. Ayo kita tidur. Mau dibacain dongeng apa hari ini sayang?"

"Pangelan sama putli aja ma"

"Siap pangerannya mama"

Calista membacakan dongeng sampai vale tertidur pulas. Calista menatap wajah tampan anak laki lakinya itu. Wajah yang sangat menenangkan dan menjadi sumber kekuatan calista.

Calista tidak pernah menyesali keputusannya untuk melahirkan Vale disaat usianya masih belia, calista sangat bersyukur bisa memiliki vale dalam hidupnya.

Sambil menatap wajah vale, potongan demi potongan masa lalu yang ingin dilupakan calista muncul kembali.

Kejadian 5 tahun lalu yang masih diingat jelas oleh Calista, saat dirinya dan adrian merayakan kelulusan adrian saat itu.

"Aku mau minta hadiah dong yank."

"Hadiah apa kak?"

"Hadiah yang sangat spesial dari kamu."

"Hadiah apa sih kak? Aku gak nggeh"

"Aku mau hadiah yang bisa bikin aku yakin sama cinta kamu ke aku calistaku sayang."

"hah, hadiah apa sih kak. Ngomong yg jelas kenapa sih?"

"Abis ini kita ke rumah aku ya. Kita main main disana. Orang tua aku barusan berangkat keluar kota sayang."

"Emang boleh main ke rumah kakak waktu gak ada orang tua kakak. Aku takut dimarahin orang tua kakak. Lagian kita mau ngapain juga sih."

"Aduh kamu ngemesin banget sih yank. Aku ngajak kamu kan buat nagih hadiah aku."

Adrian kemudian langsung memegang tangan calista dan menarik pelan agar calista mengikuti langkahnya.

"Kak, aku beneran gak paham deh sama hadiah yg kakak maksud." kata calista saat mereka sudah sampai dirumah adrian.

"Sayang dengerin aku ya, aku tu cinta banget sama kamu. Dan aku mau kamu buktiin cinta kamu ke aku. Hari ini."

"Caranya?"

"Kamu kasih aku hadiah spesial dari diri kamu. Hadiah yang bakal buat kita gak akan terpisahkan."

"Hadiah spesial? Dari diri aku?"

"Iya sayang. Aku mau kamu ngasih aku keperawanan kamu hari ini ke aku."

"Apa?"

"Kenapa? Kamu gak mau tidur sama aku? Kamu gak cinta sama aku?"

"Gak kak, bukannya aku gak cinta sama kakak. Aku cinta banget sama kakak, aku juga mau terus sama kakak. Tapi aku takut kak, aku takut kakak bakal ninggalin aku setelah aku kasih tubuh aku."

"Hei sayang, siapa yang bilang aku bakal ninggalin kamu. Kamu tau gimana aku cinta sama kamu. Aku bakal selalu ada buat kamu. Percaya kan sama aku?"

Calista hanya bisa diam, sambil meremas ujung baju seragam yang dia pakai. Dia sangat dilema.

"Aku takut hamil kak."

"Ya ampun sayang, gak bakal kok. Kalaupun kamu hamil, aku pasti tanggung jawab."

Calista hanya bisa diam ketika adrian menuntunnya masuk kedalam kamar adrian. Dia diam dan mengikuti apa yg adrian katakan. Bahkan ketika adrian membaringkan tubuh langsingnya di atas tempat tidur, calista hanya menutup mata dan menikmati.

Calista yang awalnya merasa ketakutan, perlahan tapi pasti dengan setiap ciuman, sentuhan dan belaian yang diberikan adrian akhirnya luluh. Dia pun menyerahkan apa yang seharusnya tidak dia berikan pada adrian saat itu. Sesuatu yang harusnya dia berikan pada suaminya nanti.

"Calista Bodoh" maki calista pada dirinya sendiri kala mengingat semua yg terjadi 5 tahun yang lalu.

.

.

.

Bersambung...

Mohon dukungan untuk karyaku yaa.

Jangan lupa like, vote dan komentarnya.

Makasih ❤❤

Bab 3

Calista terus saja merutuki kebodohan yang dilakukannya dulu.

Kalau saja waktu itu dia tidak mengikuti kemauan adrian pastinya dia tidak akan berhenti sekolah selama 1 tahun, tidak akan menyakiti hati orang tuanya, bisa berkuliah seperti teman temannya yang sekarang sudah mulai masuk pada semester akhir.

"Maafkan mama vale, seharusnya mama gak boleh berpikiran begitu. Kalau mama menyesali kesalahan mama, sama hal nya mama menyesali adanya kamu sayang."

Calista mengecup kening anaknya. Mengelus rambut halusnya. Mengingat kembali potongan kenangan ketika dia menyadari hadirnya vale dalam tubuhnya.

...----------------...

Calista sedang memandangi kalender di meja kamarnya. Kalender yang selalu dia tandai jadwal datang bulannya. Calista mulai memucat, dia menyadari kalau dia sudah tidak datang bulan selama 2 bulan padahal jadwal datang bulannya selalu teratur.

Rasa takut semakin dirasakan Calista, saat dia memberitahu adrian. Laki laki itu dari raut wajahnya terlihat tidak senang. Adrian segera pergi membeli test pack di apotik dan laki laki itu menyuruhnya melakukan tes menggunakan test pack. Seluruh tubuh calista lemas tidak berdaya saat melihat alat itu dan hasilnya adalah 2 garis biru.

Calista bukan lah gadis yg tidak paham apa arti 2 garis itu. 2 garis yg menyatakan adanya kehidupan lain dalam dirinya. Dia sudah mengandung seorang anak. Panik, takut, bingung dirasakan oleh calista dan adrian.

Calista hanya bisa menangis. Adrian hanya bisa memeluk dan menenangkan calista.

"Udah kamu tenang aja, aku bakal tanggung jawab kok."

"Tenang gimana kak, aku hamil kak. Gimana kalau orang tua aku tau. Aku bisa digantung sama bapak dan ibu kak. Hiks hiks hiks"

"Iya sayang aku tau. Percaya sama aku ya. Aku akan ngomong ke papa aku. Lalu aku temuin keluarga kamu ya."

"Aku baru kelas 2 kak, aku gak mau berhenti sekolah. Hiks hiks hiks hiks"

Tangis calista semakin pecah memikirkan masa mudanya, sekolahnya, orang tuanya, serta impian impiannya.

"Aku harus gimana kak?"

"Kamu jangan bilang siapa siapa dulu ya. Kita sembunyiin kehamilan kamu."

"Kalo ketahuan gimana?"

"Gak bakal ketahuan sayang. Atau gimana kalo kita gugurin aja?"

"Gila kamu kak. Aku gak mau nambah dosa lagi. Kita udah ngelakuin dosa zinah itu berulang kali. Masa kita tambah dosa lagi."

"Aku bingung ta, lagian kamu jangan nyalahin aku dong. Kita kan ngelakuin karna sama sama mau."

"Pokoknya aku gak mau tau. Kakak harus tepatin janji kakak buat tanggung jawab."

Adrian hanya menganggukan kepalanya. Kepalanya berpikir keras. Adrian lalu mengantar calista pulang.

Sejak mengetahui kehamilannya, calista lebih banyak diam dan melamun. Perubahan itu disadari oleh bapak, ibu dan adik adiknya. Karna calista adalah anak yg riang dan suka berbicara.

"Kak, kamu kenapa? Sakit ?"

Ibu mendekati calista yang sedang melamun dikamarnya.

"Gak kok bu. Kakak cuman lagi banyak pikiran. Banyak tugas di sekolah."

"Ya sudah. Kamu kalo ada apa apa jangan disimpan sendiri. Cerita sama ibu atau bapak ya."

"Iya bu, kakak janji."

"Oh iya kak, kamu kok tambah gemukan ya. Kamu udah jarang gerak nih pasti." ucap ibu sambil tertawa kecil.

"Ah gak kok bu. Perasaan ibu aja kali."

...----------------...

Sudah 2 minggu ini adrian tidak bisa di hubungi. Calista mulai bingung dimana lagi dia akan mencari adrian. Dicari kerumahnya tidak ada, orang tua adrian juga tidak ada dirumah, adrian juga tidak ada di tempat nongkrongnya. Teman temannya juga tidak tau.

Perut calista sudah mulai membuncit, calista semakin ketakutan kalau kalau kehamilannya diketahui orang lain.

"Kak, kamu dimana sih? Katanya kamu gak bakal ninggalin aku. Tapi kenapa kamu biarin aku sendiri. Aku harus gimana hiks hiks hiks pembohong kamu"

...----------------...

Entah mau dibilang sial atau memang sudah waktunya terbongkar. Siang itu saat calista berjalan pulang sekolah, dia merasakan pusing yang luar biasa dan tiba tiba gelap. Calista pingsan di pinggir jalan dan di bawa ke rumah sakit oleh orang yang melintas.

Setelah dia siuman, calista dikejutkan dengan wajah bapak dan ibu yang memerah karena air mata dan kemarahan. Calista sadar semuanya sudah terbongkar.

"Kenapa kamu tega kak sama bapak?"

"Bapak sama ibu udah berulang kali bilang sama kamu buat jaga diri kamu kak. Kenapa kak?"

Calista hanya bisa menunduk dengan tangisan yang berderai. "Maaf Pak, Maaf Bu" hanya itu yang bisa calista ucapkan.

"Dimana laki laki itu?"

"Kasih tau bapak dimana dia"

Calista menggeleng

"Kakak gak tau dia dimana pak. Hiks hiks"

"Ya Tuhan calista. Bapak sama ibu harus gimana sama kamu nak"

Calista tidak dapat menahan tangisnya melihat kedua orang tuanya menangis dan terluka seperti itu. Dia tau ini semua karna kesalahannya. Adrian aku benci sama kamu.

...----------------...

Bapak dan Ibu mengurus semua hal untuk calista. Mulai dari meminta cuti sekolah selama 1 tahun dengan alasan bahwa dia sakit parah dan harus berobat. Berusaha menyembunyikan kehamilan dari semua orang agar keluarga mereka tidak semakin malu. Calista dan orang tuanya bahkan sudah menyerah mencari keberadaan adrian.

Setelah semua hal yang dilakukan agar menyembunyikan kehamilan calista. Pada akhirnya ketahuan juga.

Pada saat itu bapak dan ibu sedang keluar rumah. Calista sudah mulai merasakan kontraksi tapi dia berusaha menahannya. Sampai akhirnya air ketuban calista pecah, adinda yang panik langsung berteriak minta tolong pada tetangga. Sehingga para tetangga segera membawa calista ke rumah sakit.

Sejak saat itulah keluarga mereka mendapat gunjingan dari pada tetangga.

...----------------...

Calista langsung menggelengkan kepalanya. berusaha menghilangkan memori yang diputar ulang dikepalanya. Memori pedihnya calista melihat dan mendengar orang orang menbicarakan dirinya dan keluarganya.

"Aku harus bangkit, aku gak bisa begini terus"

.

.

.

Bersambung...

Mohon dukungan untuk karyaku yaa.

Jangan lupa like, vote dan komentarnya.

Makasih ❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!