NovelToon NovelToon

The Twins Arsen & Arlen (Story_2)

Prologg

Author POV

"siapapun cewek ENGAK ada yang berhak Nolak Gua, Termasuk Lu... Lu ENGAK berhak nolak Gua"Ucap Seorang Cowok dengan Tatapan sinis dan tajam itu kearah Seorang Gadis.

"Gua berhak Nolak Lu, lu pikir lu siapa yang nyebut semua cewek bakalan nerima lu? Gua enggak akan pernah nerima Cowok Bre*gsek kayak lu, Camkan itu Ketos"Balas Gadis itu tanpa ada rasa takut dalam dirinya.

"semakin Lu Nolak Gua, Gua bakalan buat lu jatuh Cinta Sama gua--cinta mati sama gua Fiorenza"balas Cowok itu mencekam erat pergelangan tangan Gadis di depannya.

"Hey Bangun---Jangan Tidur mulu--. Mimpi Lu ketinggian---Cinta Mati? Gua udah cinta mati sama seseorang dan itu Bukan Lu"Balas Gadis itu langsung pergi meninggalkan cowok yang baginya enggak waras itu.

"Itu kenyataannya--Lu sendiri yang bakalan Ngaku cinta mati sama gua"Dengan cepat Cowok itu mencekal kembali tangan Gadis itu, senyum penuh maksa dan sinis itu membuat lawannya bertanya apa rencana dibalik senyum itu.

"Enggak akan--oya---kalau gua ngaku cinta mati sama lu!--apa lu masih bisa teguh bakalan terus ngejar gua?-- balas cinta mati Gua? ENGAK ARSEN---LU BAKALAN BUANG GUA SAMA KAYAK LU BUANG SAMPAH DI JALAN---dan itu enggak akan gua biarin terjadi--jadi berhenti gangguin gua--sampai kapan pun gua enggak akan pernah mau kenal sama lu"teriak Gadis itu sambil mrngusap air matanya yang jatuh. sekali hentakan tangan cowok itu pun terlepas dari tangannya.

"LU BENAR FIO---GUA BAKALAN BUANG LU SETELAH GUA DAPAT CINTA MATI LU--KARENA ITU TUJUAN GUA"teriak balas Cowok itu penuh amarah dan tatapan seolah ingin menusuk gadis di depannya ini. Gadi itu langsung melangkah pergi setelah mendapatkan jawaban yang menyakitkan itu.

"Bukan---bukan itu tujuan gua yang sebenarnya---karena tujuan sebenarnya gua miliki Lu--ya--lu cuman milik gua---asal lu tau--saat ini gua sendiri yang kena karmanya--lu pasti kaget dengar ini--pengakuan cowok pengecut kayak gua--yang selalu berharap lu lihat gua---dan ya gua ngaku--gua benaran sayang sama lu fio"Batin Pria itu, Tatapannya masih menatap Gadis tadi yang semakin menjauh.

"Hidup gua cukup menderita saat kenal lu---kenapa?--kenapa harus gua?--gara-gara gua kenal lu hidup gua disekolah enggak tenang--keegoisan lu buat gua singsara di sekolah--sudah cukup penderitaan gua dluar sekolah--kenapa lu datang bawa penderitaan? Bukan seorang pangeran yang bekuda putih yang jemput kebahagiaan buat gua? ENGGAK--Gua enggak akan suka sama lu----Karena Hati gua udah milik orang lain "Batin cewek itu terlihat sangat kesal.

Adelardo Arsenio Raymond

Fiorenza Ailen Aretha

☆☆☆

Arlene Nathania Casandra

"Lu Jahat sama Gua---Lu cowok yang Bre**sek yang pernah gua kenal--kenapa lu tega bohongi gua selama ini--Kenapa?--salah gua apa sama lu S*alan!--gua sama sekali enggak ada salah sama lu hikz--"seorang Gadis yang terus terisak sambil memukul Dada bidang cowok di depannya.

Cowok di depannya hanya diam tanpa membalas pukuran gadis di depannya saat ini, karena dirinya pantas mendapatkan itu.

"Berhenti sakiti Tunangan Gua Arlen--sudah cukup selama ini gua lihat lu berdua bermesraan diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga lu arlen--seharusnya lu berterimakasih sama tunangan gua karena udah bahagiain lu beberapa bulan ini--bukan makian yang dia dapat"Balas seorang gadis yang membela Cowok itu.

"Cilla, Please!--ini urusan aku sama Arlen, Biar kan dia meluapkan emosinya--semua salah gu--"

"Lu berdua tega ngelakuin itu--lu berdua sengaja ngelakuin itu sama gua--kenapa? Please jawab kenapa lu berdua ngelakuin itu--datang dan ngaku sebagai teman masa kecil gua hikz"Gadis itu enggak kuat membompong tubuhnya hingga Tubuh itu jatuh di lantai dengan lemar, isakan terus terdengar.

"Itu karena Aku Nia--"Gadis itu langsung kaget dan mendengok mencari suara itu, suara lembut yang membuatnya sangat mengenali suara itu, suara yang sekarang lebih ngebas dari sebelum mereka berpisah dulu.

"Maafkan aku--aku sendiri enggak berani temui kamu Nia--karena keadaan aku yang sekarang"lanjut Seorang cowok yang baru saja masuk dari arah pintu utama, bersama kedua orang tuanya yang dibelakang.

Arlen beranjak dan mengusap air matanya.

"Bukan dia Arlen---gua lakuin ini karena kemauan gua sendiri"Sahut Darrel membuat arlen kembali menatap Darrel.

Darrel dan David, dua pria kembar yang sama persis, jika yang baru kenal mereka enggak akan bisa membedakan mana David dan Darrel. Jika seseorang melihatnya dengan seksama, kedua pria itu berbeda. Dari wajahnya, David memiliki tanda Tahi lalat di Tengah Hidungnya. Ya arlen masih mengingat Tahi lalat itu.

"Avid--"Gumam arlen menatap tak percaya, Dialah yang sebenarnya--dialah teman masa kecil arlen, Bukan cowok yang di sampingnya ini.

Arlen melangkah mendekati David yang sesuanggungnya.

"Kenapa? Hikz---"arlen kembali terisak saat menatap sahabat kecilnya yang kini duduk di kursi roda. Kedua orang tua David yang tadi bersama David kini sudah enggak di belakang david lagi.

"Kenapa? Ada apa? Kenapa bisa? Apa yang terjadi? AAAAAA hikz hikz hikz"bertubi-tubi Arlen melempar pertanyaan itu. David hanya tersenyum tulus menatap arlen.

Arlen langsung memeluk David saat melihat Cowok itu merentangkan kedua tangan menyuruhnya datang dan ingin memeluknya.

Walaupun arlen masih keadaan marah, namun rasa rindunya menutupi semua rasa marahnya saat ini.

"Dia--Dia David teman sama kecil gua sesuangguhnya--yang selalu senyum saat lihat gua khawatir--selalu senyum saat gua marah--dan dia memiliki tahi lalat indah dihidung mancungnya--dia David yang sesuangguhnya---David yang selalu lindungi gua"Batin Arlen.

"Dia--dia Gadis Imut yang cengeng--bawel--pemarah--dialah Gadis teman masa kecil gua, yang sekali nafas dia mampu melempar banyak pertanyaan yang menganjal dalam pikirannya--dia masih sama--cengen sama kayak sekarang"Batin David.

"Gua benaran Cinta sama Lu Ar---"

"DARREL"Teriak Cilla saat mendengar pengakuan itu.

Arlen melepaskan pelukan David dan berbalik.

"Gua juga Darrel--Maafin aku David"David sama Cilla menggeleng mendengar itu, keduanya sama-sama khawatir dan terasa sesak mwndengar pengakuan itu.

"Jangan Nia-"David ingin menggapai tangan Arlen agar arlen enggak mendekati Darrel, kembarannya.

"Rel--apa kamu sadar sama ucapan kamu sekarang--aku tunangan kam---"

"Aku benaran Sayang sama Dia Cilla--Maafkan aku--inilah perasaan aku sesungguhnya"sahut Darrel cepat dan penuh penyesalan menatap kearah Cilla yang masih berstatus sebagai tunangannya saat ini.

"Suatu kesalahan besar yang pernah gua lakuin---gua benaran suka sama dia--yaa kini nama Tunangan gua  telah berganti dengan nama seseorang di hati gua--seseorang yang baru gua kenal beberapa bulan ini--dia teman masa kecil kembaran gua, David"Batin Darrel.

♡♡♡

"Jauhi Adik gua"Seorang cowok yang sangat emosi memegang kerak kemeja seorang cowok di depannya.

sedangkan cowok didepannya melepaskan tangannya dengan kasar.

"Lu emang Kakak kandungnga, Tapi lu gk berhak buat nyuruh gua jauhin adik lu, Karena Gua sama Arlene yang jalani hubungan Buka...."

"GUA BERHAK KARENA DIA ADIK GUA SIALAN. Jauhi Adik gua, Sampai kapan pun gua gk akan restui Hubungan lu sama adik gua"Cowok itu langsung pergi setelah mengucapkan kalimat itu.

"Gua juga gk butuh restu dari lu, sampai kapan pun gua gk akan jauhin adik lu"Teriak cowok itu.

"Gua gk akan jauhi Arlen, Gk akan Pernah"Gumam Cowok itu dengan tekad penuh keyakinan.

"Cerdaslah sedikit ---dekatin adik Gua Darrel!"bisik Arsen menepuk bahu cowok itu, Arsen tersenyum sinis dan langsung melangkah pergi.

♡♡♡

"Kakak kenapa sih? Berhenti Gangguin Pacar arlen"Ucap seorang cewek yang baru masuk kedalam kamar kakaknya.

"Pacar? Lu belum jadian sama dia Arlen, Dan kakak gk akan restuin Lu berdua, Dia cowok sialan yang Ud.... Udahlah, Lu keluar dari kamar gua"Balas kakaknya.

"Kakak jahat, Kakak gk mau lihat arlen bahagia, Kakak selalu egois, kakak selalu mentingin keinginan kakak dari pada keinginan aku. Aku bahagia sama dia, aku sayang sama dia"balas cewek itu langsung berlari keluar dari kamar kakaknya. setetes air mata jatuh membasahi kedua pipinya. dengan kasaar, cewek itu mengusap air matanya.

"Gua udah bilang, Gua gk akan setuju lu sama dia, Lu gk tau siapa dia arlen, Gua hanya gk mau lihat lu sakit hati, karena lu adik satu-satunya yang gua punya selain Mom sama Dad"Batin Cowok itu.

"Dan siapapun yang dekatin lu, dia bakalan berurusan sama gua, karena gua sayang sama lu adik kecil"Lanjut batin cowok itu.

ya, rasa sayang sebagai kakak membuatnya harus extra menjaga adiknya, siappaun itu yang mendekati adiknya, dia harus berurusan dulu dengannya.

♥♥

**author milih mereka karena karakter yang ada di dalam cerita sama seperti 'L'😁😁

dan salah satunya author fans L banget🤭😝😝**

Lawan mainnya sengaja aku belum kasih nama😁😁😁

Masih nyari nama yang bagus Buat Lawan Mainnya..😊😊😊😊

Episode 01 (udah revisi)

**Selamat Datang di Story aku yang k'2' Ini.

semoga kalian suka sama jalan cerita yang Autjor ketik.

SALAM KENAL DARI AUTHOR KE KALIAN YANG BARU JOIN DAN READ DI CERITA AKU YA.

FOLLOW IG AUTHOR 👉 Diani_ea

Follow Juga Akun IG khusus Cerita 👉 My_story_ea**

Happy READING😍😍😊😊

♡♡♡

Author POV

Seorang cowok berwajah datar itu sibuk mengancing kemeja yang berwarna hitam. Wajah datar tanpa ekspresi itu terus menatap dirinya di cermin saat pakaian yang ia gunakan sudah rapi, Arsen, Adelardo Arsenio Raymond. 

Setelah merasa puasa dengan penampilannya, Cowok itu melangkah mengambil Tasnya dan tak lupa jaketnya.

Diumurnya yang sudah mau memasuki 16 tahun dan sebentar lagi bakalan menuju ke angka 17.

Sebenarnya hari ini dimana semua orang berlibur dirumah, tapi berbeda dengan Cowok ini sudah siap dengan pakaian Rapinya. Kemeja hitam yang sangat cocok dengan tubuhnya yang profesional walaupun dirinya masih di bangku SMA.

Menjadi seorang Ketos bukan hal yang mudah baginya, tapi mau bagaimana lagi semua orang memilihnya untuk menjadi ketua Osis di sekolahnya.

Dia pun menuruni anak tangga menuju lantai satu. Melangkah sambil memasang headsetnya di kedua kupingnya. Hanya lagu-lagu itu yang bisa membuat dirinya tenang.

"Kaka di tungguin malah santai gitu sih, kalau tau gitu aku sarapan duluan dari tadi, tuh momi sama da..."omel seseorang dengan suara cempreng membuat Cowok itu dengar walaupun masih menggunakan headset dengan lagu.

"Birisik"Balas Cepat cowok itu kesal dan menatap tajam kearah cewek yang memiliki suara nyaring itu.

Arlene Nathania Engrasia

Yang biasa di panggil Arlen itu adalah kembarannya, yang terlahir hanya beda 1menit 2detik setelah dirinya.

Arlen juga memilik paras tak kalah cantiknya. Memiliki kembar cewek merupakan arsen sangat tidak menyukai, namun dirinya juga harus mengakui kembarannya. Karena mereka saudara kandung.

Arsen pun sangat menyayangi kembarannya, sayangnbya arsen tidak mengungjapkan dengan kata. Hanya satu yang arsen enggak suka kalau adiknya mulai cerewet yang over yang bisa membuatnya pusing saat mendengat coletan kembarannya.

"Aaaa kak Arsen nyebelinnn"teriak Kembarannya saat melihat Arsen sudah melangkah kemeja makan tanpa mengajaknya.

"Punya kembaran gitu banget datar, cuek, dingin dan Nyebelin banget"Gumam Kembarannya yang terlihat sangat kesal.

Arlen pun melangkah mengusul kembarannya dengan perasaan kesal hingga kakinya ikut kehentak di lantai sekali-kali karena kesal.

….

Ruang makan…..

"Boy Dady Sama mommy akan berangkat ke Spanyol, mommy kalian yang menemani Dady disana, kamu jagain arlen dengan baik....."

"Iya Dad, selagi kalian berurusan dengan pekerjaan Arsen baik-baik aja dan arsen bakalan jagain Dia"Balas Arsen tanpa ekspresi menatap kembarannya.

Arlen memanggilnya kakak karena sejak mereka kecil kedua orang tuanya sudah menyuruhnya memanggil kembaran dengan sebutan kakak, itu karena Arsen telahir lebih dulu sebelum dirininya.

Arlen hanya menjakurkan lidahnya saat melihat tataoan datar dari Kakaknya.

"Arlen udah besar Dad, Jadi Arlen bisa sendiri"ucap Arlen mendapatkan Tatapan tajam dari Arsen dan Daddynya.

"Tetap saja, Dad hanya percaya Kakak kamu yang harus jagain kamu Girl, Turuti semua kata Kakak kamu, jika tidak!--kamu akan tau sendiri Sayang"Arlen menghembus nafas beratnya saat mendengar suara peringatan Daddynya.

Arlen menatap kembarannya, Arlen yakin kalau kembarannya itu tersenyum puas dibalik wajah datarnya itu.sama seperti Daddynya yang berwajah datar.

"Iyaa Dad, berapa lama kalian disana? Enggak sampai minggu kan? Nanti Arlen kangen gimana?"sikap Manja Arlen mulai terlihat, Arlen mendmegar suara cibiran kembarannya yang duduk tepat di depannya.

"Hanya 5 hari, Dan Daddy enggak akan bosan ingatin tingkah pencicilan kamu lagi Girl, jadi cewek itu harus jaga imag bukan pencicilan nempel aja terus sama cowok"arlen hanya terkekeh dan mengacuhkan kedua jempol tangannya.

Kedua orang tuanya hanya menggeleng begitu juga Arsen.

"Arlen terus ingat ko, jadi cewek harus jual mahal kan, ingat ko"balas Arlen sambil mengangguk membuat Mommynya terkekeh.

"Kapan dad sama momi berangkat?"tanya Arlen. Arsen memilih diam mendengar percakapan mereka, karena pertanyaan kembarannya mewakili semua.

"Hari ini. Tapi Setelah Kaka kamu pulang dari sekolah"balas Daddynya, Arlen mengangguk sambil menatap kembarannya yang sedari tadi diam.

"Mom apa boleh Sahabat Arlen nginap disini? Biar arlen ada temannya"ucap arlen membjat kwdua orang tuanya mengangguk. Arlen langsung tersenyum. 

"Boleh sayang, asal km jangan sampai mengganggu aktifitas kaka kamu, kamu tau sendirikan kaka kamu seperti apa"jelas mommynya, Arlen mengangguk ngerti. 

"Arsen udah selesai"Arsen beranjak dari duduknya, kedua orang tuanya langsung menatap piring Arsen, dan ternyata sudah kosong.

Kedua orang tuanya pun mrngangguk.

"Jangan mampir kemana-mana kalau pulang sekolah, langsung pulang ya"pinta Mommynya, Arsen mengangguk.

Arsen melangkah mendekati Dadynya mengambil tangan daddynya dan mencium punggung tangan Daddnya. 

Arsen beralih ke Mommy tersayangnya.

Cup

Mencium pipi momi, dan mencium punggung tangan Mommynya sambil tersenyum. Mommynya hanya menggeleng melihat sikap jahil Putranya ini. Walaupun berwajah datar putranya ini memiliki sikap Jail yang tersembunyi. Hanya dirinya yang paham.

Karena di balik punggung arsen ada seseorang yang menatap tajam kearahnya, siapa lagi kalau bukan Daddynya yang pecemburuan itu.

"Sudah Daddy bilang, kamu sudah besar jangan sering mencium momi kamu"kesel Daddy nya membuat Arsen tersenyum tipis, Arsen hanya santai mengangjat kedua bahunya tak acuh.

Baginya bermanja sama ibunya sendiri merupakan hal yang wajar.

"Kaka Rambut aku ih, kan berantakan"kesel Arlen saat kembarannya mengacak-acak rambutnya. 

Arlen kesla menatap kakaknya sambil memperbaiki rambutnya.

"Assalamualaikum"salam Arsen langsung melangkah keluar dari area meja makan. 

"Walaikumsalam"samar-samar Arsen dengar karena sudah keluar dari situ.

Setelah sarapan bareng keluarganya, arsen berpamitan sama keluarganya.

Dan keluar dari rumah, Arsen memakai helm dan mengeluarkan kunci Motornya dari kantong Celana, menaiki motor kesayangannya.

Sebelum menyalakan mesin, Arsen tak lupa dengan satu kegiatannya ini memakai Headset di telinganya.

Setelah selesai barulah menyalakan mesin menuju sekolahnya, karena sudah lumayan telat tapi tidak masalah baginya.

Jiwa santainya selalu melekat dalam dirinya, tidak ada yang berani memarahi nya walaupun dirinya telat masuk. Karena dirinya merupakan ketua Osis, dan hari ini adalah Hari pertama kegiatan Mosnya dimulai.

Jadi Kembarannya enggak sekolah karena kelas 1-3 diliburkan selama Mos berjalan.

Hanya anggota Osis yang bisa masuk ke halaman sekolah.

....

20 menit Berlalu….

SMA Tunas Bangsa..

"Eh Arsen lu baru datang jam segini? "teriak salah satu siswa yang merupakan anggota osis juga. 

Arsen yang baru turun dari motornya hanya menatap datar orang itu.

"Hmm, yg lain mana? "tanya arsen balik membuka headset yang terpasang di kedua kupingnya.. 

"Mereka di kasih tugas buat ngurusin siswa baru, terus yang lainnya nungguin yang telat, terus yang lain lagi nyusun buat acara besok juga"jelas orang itu.

"Gua duluan Rian"pamit Arsen langsung pergi gitu aja tanpa menugu balasan Orang yang bernama Rian itu.

Rian melogo melihat Arsen yang merupakan Sahabat dekatnya. Tanpa ucap terimakasih untuk dirinya.

"Setan lu, gua udah susah jelasin main pergi gitu aja"Teriak Rian kesal menatap punggung Arsen semakin Jauh. 

Arsen enggak mendengar lagi karena yang sibuk mendengarkan Music dengan headset yang sudah terpasang kembaki di kedua kupingnya. tak lupa bukunya selalu di pegang entahlah apa isi buku itu.

"Rio Lu di tugasin apa? "tanya arsen ke Rio yang merupakan temannya, bisa di bilang sahabat karena mereka selalu bersama saat SMP hingga sekarang. 

"Parah lu baru nongol, gua malas banget urus kayak ginian"ujarnya sedikit kesel menunjuk siswa baru di depannya. 

Arsen membuka satu headsetnya sambil mrmgangguk. Arsen langsung mengambil tempat duduk yang kosong.

"Telat bangun"balas arsen santai. Rio hanya menggeleng dan ikut duduk.

"Woooeee lu berdua gak ajak-ajak gua kalau lagi santai, eh eh sumpah ada siswa baru yang super cantik banget, Gua barusan lihat dia, Gila kenapa wajahnya bisa seimut itu"Hebo Aldo yang baru datang mendekati Rio sama Arsen yang lagi duduk.

Arsen yang sudah mendnegarkan Lagu, enggak dengar apa yang di ucapkan Aldo. Arsen hanya melihat Mulut Aldo yang komat-kamit mendekati mereka.

"Bye" arsen langsung melangkah pergi saat Aldo udah duduk dan bercerita enggak jelas. Arsen beruntung karena menggunakan headset jadi dia enggak mendengar cerita Aldo yang Unfaedah itu. Bagi arsen ceita dari Aldo semuanya Unfaedah.

Aldo kaget dan menggeleng melihat Arsen pergi gitu aja.

"Kapan sih di berubah jadi hangat? Dingin banget dari dulu "tanya Aldo mungkin kepada dirinya sendiri karena Rio pun diam-diam melangkah mundur dan pergi. 

"Anak Setan lu berdua"teriak Aldo saat menyadari dia ngomong sendiri, Aldo pun kembali ketempatnya bersama adik kelasnya, bagian tugasnya.

Sedangkan di Kantin Sekolah, Arsen di disatu mejanya sendiri tanpa mengubis tatapan dari pengunjung kantin itu.

Arsen hanya ingin membaca buku yang ia bawa tadi. Arsen pun mencari kenyaman duduknya dengan memperpanjang kaki di atas kursi.

"Kak! gua mau minta tanda tangan lu"suara seseorang tepat di samping Arsen. Arsen yang sibuk dengan buka dan mendnegar kan lagu hanya diam tanpa tahu ada orang di sampingnya. 

"Kak lu anggota Osis kan? lu make pita anggota Osis jadi Gua minta tanda tangan Lu"orang itu setengah berteriak, namun enggak ada reaksi yang ia dapat dari seniornya itu.

Dan orang itu pun mendegus sebal baru menyadari teriaknya enggak berhasil apa-apa karena seniornya ini menggunakan headset. Pantas aja sejak tadi enggak ada respon.

Orang itu pun dengan keberanian langsung menarik Headset yang Arsen gunakan.  Hingga membuat Arsen mendongak namun enggak ada orang, Arsen langsung melihat kesamping dan langsung menatap tajam kearah orang itu.

"Lu anggota Osis kan?---Gua minta tanda tangan lu"cara bicara yang menuntut namun sedikit gugup karena tatapan tajam Arsen membuatnya sedikit takut.

Arsen kembali memasang headsetnya tanpa memperdulikan gadis di depannya.

"Nih tanda tangan"Gadis itu menaruh kertasnya diatas pangkuan Arsen dan pulpennya. Gadis itu terus mengunya permin karet yang ada di dalam mulutnya dan santai menatap Arsen di depannya.

Masih dengan ekspresi datar Arsen menutup buku dan membuka kedua headsetnya dengan Santai.

"Singkirin kertas si*lan Lu ini"Ucap Dingin arsen mendongak menatap cewek yang berdiri di dahapannya saat ini.

"Gua mau minta tanda tangan lu kak, lu anggota osis juga kan, buktinya lu make pita Anggota osis itu"balas Cewek itu masih santai menatap arsen tanpa ada rasa takut.

"Pengganggu"gumam Arsen langsung beranjak hingga kertas dan pulpen di pangkuannya jatuh begitu saja.

Sedangkan cewek itu melotot tak percaya melihat kertanya yang sudah mengenaskan di lantai.

"Ck sombong banget sih jadi orang"gumam cewek itu kesal sambil mengunya permen karet dan mengambil pulpen dan kertasnya yang di lantai. 

"Gua cariin lu, ternyata lu disini. Lu udah dapet berapa tanda tangan?"tanya temannya yang baru datang. 

"Udah 70, lu?"balas Cewek itu dengan kesal.

"Gua udah 95 yeee, tinggal 5 lagi selesai"ucap temannya yang antusias menatap kertas hasil tanda tangannya.

"Lu ko kesal gitu, ada apa? Laper lu?"tanya temannya, Cewek itu langsung duduk di kursi tempat arsen tadi.

"Enggak. Tugas kita inikan sampai penutupan kan?"tanya cewek itu di angguki temannya.

"Syukur deh"lanjut batin cewek itu.

"Yap sampe penutupan"balas temannya ikut duduk. 

"Yaudah masih 2 hari lagi juga, gua laper! Pesan makan yuk"ucap cewek itu langsung pergi memesan makanan untuknya mengisi perut karena kekesalannya tadi.

"Lu berdua sibuk banget ya sampai-sampai mesan makan lagi"sindir Senior cewek yang baru datang nyamperin mereka.

Cewek itu dalam benaknya kesal karena perutnya terasa laper tapi sekarang udah di ganggu lagi sama senior yang bawel itu.

"Maaf kak, Ayoo fio"temannya langsung menarik tangan cewek itu pergi sebelum dihukum oleh senior mereka.

….

Arsen yang sedang santai di kelas yang enggak ada orangnya. Arsen sengaja masuk di ruang kelas sunyi itu.

Arsen masih serius membaca buku yang ada di tangannya, namun ketenangannya terganggu saat sahabatnya mulai berdatangan mrngganggunya.

"Woe ternyata lu disini, kita-kita lagi nyariin lu? "teriak aldo yang masuk kedalam kelas. Arsen yang pakai headsetpun masih mendengar suara teriakan Aldo.

Arsen langsung menatap tajam kearah mereka.

"Ke kantin Yukk"ajak Rio yang duduk di meja Guru. Diangguki Aldo yang bersemangat.

Arsen menutup buku dan beranjak dari duduknya langsung berjalan duluan keluar dari kelas. 

"Setan tu anak, main pergi-pergi aja"kesel aldo mungkin masih kesel dengan yang kejadian tadi juga. 

Rio terkekeh dan menepuk bahu Aldo. Rio langsung menyusul arsen, melihat itu Aldo enggak mau ketinggalan.

….

☆KANTIN☆

Jam istrahat pun telah tiba, membuat siswa/wi berlomba untuk masuk kedalam kantin.

Perut kosong minta diisi, sehingga banyak juga yang rebutan untuk mendapatkan meja.

Banyak senior dan siswa baru berada di kantin, hingga membuat ruangan kantin itu terasa penuh.

"Bu seperti biasa ya, kita duduk tempat juga tempat  seperti biasa"ucap rio ke penjual yang merupakan langganan mereka.

"Siap nak rio"balas Ibu kantin itu sambil tersenyum menatap Rio. Rio pun kembali duduk di bergabung dengan kedua sahabatnya.

"Sen lu udah lihat siswa baru yang super cantik itu? Wajah kayak korean gitu, imut banget pokoknya"cerita Aldo antusias, walaupun antusias membuat kedua sahabatnya hanya diam tanpa mengubis ucapannya. 

"Paling jelek, lu kan emang gitu ceritanya selangit tapi nyatanya di dekil"balas Rio enggak percaya sama ucapan Aldo.

Sebelumnya aldo juga kayak gitu, cerita cewek yang bule dan cantik banget, pas mereka ketemu tu cewek mendingan jangan senyum kata Rio, Pas lagi senyum semuanya pda kabur karena ada trowongan di mulutnya alias giginya satu ompong.

"Cantik sih tapi ompong, Lu muji Si Mina juga gitu, Cantik banget ekh taunya ada trowongan di wajahnya"lanjut Rio membuat aldo tertawa lepas, kemarin memang aldo sengaja mengerjain kedua sahabatnya ini.

"Kali ini beda percaya sama gua, Dia bakalan jadi gebetan gua, Lu berdua enggak boleh dekatin dia kalau lu berdua lihat, awas aja gua cungkil mata lu berdua"balas aldo dengan tampang serius. Arsen sedari tadi hanya diam mendengar mereka.

"Semua cewek  Anak baru lu jadiin Gebetan, Playboy Cap kodok lu mah"balas  Rio menoyor kepala aldo. Aldi menggeleng sambil terkekeh.

"Kali ini gua bakalan yakin banget kalau di bakalan jadi istri gua nanti, gumana anak gua nanti, cewek pasti cantik banget kayak dia"ucap Aldo yang lagi berusaha meyakinkan kedua sahabatnya ini kalau dirinya benaran melihat cewek yang super cantik baginya.

"Halu aja terus"Rio melempari Aldo tissu yang di gulung sedari tadi.

"Lu irikan! Bilang aja lu iri kan"ujar Aldo menunjuk rio dan terus mengejek Rio. 

"Dih gua gak iri ya, gua kan udah punya cewek, dan gua orangnnya setia jadi gk bakalan punya banyak cewek kayak lu"jelas Rio membuat Aldo memberikan ekspresi muntah menatap Rio.

"Ah lu nyindir gua nyet"kesel aldo fengan kalimat terakhir Rio.  Rio hanya terseyum remeh. 

"Lu enggak tertarik sama apa yang gua cerita barusan--Arsen"arsen menggeleng tanpa melihat kearah kedua sahabatnya, Arsen masih sibuk sama bukunya.

Rio sama aldo menggeleng sama-sama melihat sahabatnya yang satu ini.

"Permisi, Maaf lama yaa--banyak pesanan.. nih dimakan dulu, gratis buat kalian karena lama nunggin. Selamat menikmati"ucap seorang ibu mrmbawa pesanan mereka.

Arsen langsung menutup bukunya dan siap menyantap makanan kesukaannya. Aldo sama rio pun melakukan hal yang sama.

"Eh sen adik lu gimana kabarnya?"tanya aldo, arsen langsung menatapnya tajam kearah. Arsen enggak suka jika aldo mendekati adiknya, menanyakan kabar saja, arsen bakalan sinis menatap Aldo, walaupun sahabatnya sendiri, Arsen enggak pernah rela jika adik iparnya adalah Aldo.

"Gk jadi deh, serem banget wajah lu nyet, padahal gua cuman nanya kabarnya"lanjut aldo langsung menyibukan dirinya menyantap makanan tanpa memperdulikan tatapan Arsen.

"Selesai ini siswa baru masih ada kegiatan gk? "tanya arsen dengan ekspresi datar miliknya. 

"Hmm kayaknya masih ada deh, bhs indonesia, mungkin mereka hanya membaca puisi dan drama aja"jelas Rio.  Arsen hanya mengangguk saja saat mendengar oenjelasan itu. 

"Ah lu kan KETOSnya Masa gak Tau kegiatan mereka sih! "tanya Aldo menatap lekat kearah Arsen. 

"Gua tau, gua iseng nanya aja, siapa tau lu berdua gk ingat kegiatan hari ini"balas Arsen santai sambil terus makan.

"Lu gabung sama kita aja, di kelompok gua ada cewek cantik"ucap aldo masih mengingat cewek yang ia kagumi itu.

"Enggak, gua gak mood hari ini, itukan tugas Lu berdua bukan gua"balas arsen yang santai. 

"Parah lu Ketos Hanya santai"sahut Rio saat mendengar alasan Arsen. 

"Kita ikut santai juga ya"ucap aldo semangat menatap arsen. 

"Eh gak jadi deh, gua kan penasaran sama mereka yang baca puisi, pasti seru"alasannya karena Arsen menatapnya seolah ingin melubangi tubuhnya. 

"Tatapan lu itu, kalau bisa bunuh orang, mungkin udah banyak yang jadi korbannya"ucap Rio terkekeh sambil menggeleng melihat tatapan arsen, sejak dulu sahabatnya yang satu ini enggak pernah berubah. 

"Benar tu gua setuju sama kata lu"sahut Aldo ceoat. 

Arsen hanya diam saja dan menghabiskan makananya.

"Eh eh ituloh yang gua bilang tadi siswa gua yang cantik plus Imut banget"heboh aldo menyadari seseorang yang baru memasuki kantin.

"Siswa lu? "teriak arsen dan Rion bareng mengejek Aldo.. 

Aldo hanya terkekeh. 

"Maksud gua dikelompok gua, tu yg baru masuk kantin"tunjuk aldo ke arah pintu masuk.

Arsen sama Rio langsung menatap kearah pintu masuk Kantin, Tapi yang mereka bingun, disana bukan hanya satu dua orang yang masuk kantin tapi puluhan orang yang melangkah masuk.

"Yang kriting itu? "gumam tanya Arsen. Aldo langsung menggeleng. Rio terus menatap kearah pintu seperti yang di bilang Aldo, tapi sama aja di depan sama pintu masuk kantin banyak cewek yang berdiri dan duduk disana.

"Bukan. lu Salfok pea, kalau kriting mah bukan cantik tapi lebih cantik hahaha"balas Aldo langsung tertawa karena apa yang di omongin justru kebalikannya. 

Arsen langsung menatap tajam kearah Aldo, aldo masih tertawa melihat kedua sahabatnya ikut penasaran padahal di bahas tadi kedua sahabatnya ini ogah-ogahan mendnegarnya.

"Yang duduk di samping pintu itu ya?"tanya rio yg masih merhatikan pintu masuk kanti. Hingga lupa sama makanannya yang masih ada.

"Bukan. yang tiduran itu"balas aldo asalan hingga membuat Rio semakin geram.. 

"Gua nanya bae bae nyet"kesel Rio menatap Kearah aldo, aldo kembali tertawa. 

"Ciee yang penasaran, tadi aja ogahan dengarin gua"ejek aldo kedua sahabatnya. 

Arsen tersenyum tipis mendengar itu, arsen memilih menikmati menumannya karena makanannya sudah habis di makan..

"Ck gua bunuh lu"geram Rio ingin memukul kepala Aldo dengan sendok di tangannya.

"Mana sih? Dari gua lihat banyak cewek yang masuk ke kantin deh!"tanya Rio lagi tatapannya mencari kesana kemari seisi kantin. 

Kalau masalah kepo serahkan kepada Rio, karena rio orangnya paling kepo, beda sama Aldo yang ceplas ceplos.

"Itu lo"tunjuk aldo menggunakan tulunjuknya namun bukan jari telunjuknya saja yg terbuka tapi juga jari jempol juga ikut menunjuk kearah sana.. 

Aldo melihat arah tunjuk aldo dengan jari telunjuknya. namun arah jari telunjuknya tidak menunjukan ada orang.

"Lu.."geram Rio menatap geram kearah Aldo, aldo berusaha menahan Tawanya.

Arsen memilih diam karena arsen tau betul kelakuan Aldo yang sudah menjadi Raja Jail.

"Lu lihat Dulu jari gua nunjuk ke siapa"ucap aldo senyum geli, Rio yang masih penasaran hanya ikut instruksi Aldo.

"Ah setan lu"sadar Rio, karena yang di tunjuk aldo adalah seorang cowok tapi tingkahnya seperti seorang cewek, karena tadi Aldo menunjuk menggunakan dua jari. jari telunjuknya menunjuk tidak ada orang, tapi jari jempol malah nunjuk bencong sekolah.

"Hahahaha"tawa Aldo meledak arsen tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

★★

Pukul 2 siang….

Sekarang banyak siswa baru yang berlomba untuk pulang kerumah, dan mereka akan melepaskan perobotan di depan gerbang karena kalau masih di dalam gerbang mereka akan mendapatkan hukuman.

Jadi mereka berlomba cepat keluar dari gerbang untuk membuka aksesoris yang mereka pakai itu.

Berbeda dengan keTiga cowok  yang baru saja keluar dari Lobby.

"Eh lu udah lihat ketos belum! yg gua dengar ganteng banget, sayang banget tadi enggak ikut Apel"bisik satu cewek ke tamannya. Aldo sama Rio yang kebutulan lewat hanya ikut mendengar gosip itu.

"Gua juga dengar gitu, iyai tadi pembukaannya kan ketos gak ada, yg ada wakilnya doang"balas temannya.

"Semoga aja besok pas Apel ada ketosnya, gua bakalan jadi fans beratnya nanti"sahut temannya lagi.

Mereka enggak sadar kalau ketos yang mereka ceritain itu berada di dekat mereka.

Aldo sama Rio menggeleng mendmegar itu.

"Lu emang selalu punya banyak fans"ucap Aldo menepuk bahu Arsen saat mereka sudah di parkiran.

"Hmm"gumam Arsen tak acuh, baginya bodo amat jika ada yang mengidolakannya, pasahal dirinya bukan seorang artis atau seseorang yang terkenal.

"Ke Cafe Yukk"ajak aldo kedua temannya. Rio mengangguk dan mereka menatap Arsen.

"Sorry gua gak bisa, gua harus nemanin adik gua, Bokap sama nyokap mau ke spanyol"jelas Arsen namun masih tatapan datarnya.

"Yaudah next time aja, gak seru kalau kurang satu personil"balas Rio di angguki Aldo.

"Benar banget, yaudah pulang yuk"ucap aldo.

Merekapun melangkah menuju motor mereka masing-masing.

"Gua cabut duluan"teriak aldo yang sudah melaju motornya keluar dari parkiran.

"Gua juga cabut ya Sen"pamit Rio di anggukin Arsen.

Arsen masih sibuk mencari headsetnya, stelah ketemu arsen langsung memakainya.

Karena hanya benda ini yang bisa membuatnya tenang tanpa mendengar suara bisikan dari anak-anak lain.

Setelah itu arsen naik ke motornya.

"Udah sepih"gumamnya menatap sekeliling dan benaran memang sudah sedikit sepih dan arsen pun  menyalakan mesin motornya keluar dari parkiran.

Setelah melewati gerbang Arsen memberhentikan Motornya, karena melihat Dua cewek yang belum pulang.

Arsen merhatikan salah satu cewek yg menurutnya tidak asing.

Arsen merhatikan cewek itu dari bawa dan kembali bawa sampai atas.

"yaaaaakkk Dasar Cabul"teriak cewek yg sedari tadi Arsen merhatiin. Arsen kaget mendengar itu.

"Enggak nafsu gua sama Lu"balas Arsen sebelum melaju motornya dengan kecepatan tinggi.

Teriak cewek itu sambil memegag papan namanya menutup badan depannya padahal masih menggunakan pakaian lengkap.

Cewek itu hanya kaget dan merasa enggak nyaman saat ditatapan seperti itu, apalagi tatapan insten  penuh kelaparan itu membuat Cewek itu berteriak.

☆☆☆☆

Yeeee part 1 Finaly😊😊

btw Part ini sampai part 10 itu aku udah revisi ya, jadi yang selanjutnya itu aku belum revisi jadi kohon sabar kakak-kakak ya😁😁🙏🙏🙏

Gimana suka gk?

Semoga kalian suka😊😊

Apa masih kurang greget?

Maaf kalau banyak typo, soalnya aku ngetikan langsung disini😄😄

Aku akan ngetik satu partnya ttg arsen part selanjutnya arlen gitu (begitu seterunya), bisa jadi juga di gabungin jadi satu😂😂

😀😀😀😀

Vote + Coment nya ya...😊😊

See You.....

Episode 02 (udah revisi)

Author POV

Memiliki anak kembar merupakan sebuah keajaiban yang diluar dugaan bagi pasangan ini. Pasangan yang menikah di usia muda dan dikarunian anak sepasang, anak kembar.

Pasangan ini yang hampir setiap hari kemesraannya selalu ada. Dimanapun dan kapan pun. Pertengkaran kecil selalu menjadi bumbu-bumbu dalam pernikahan mereka.

Namun pertengkaran kecil itu selalu berakhir dengan kemesraan.

Namun rasa cemburu suaminya semakin tinggi saat memiliki anak.

Seorang cewek yang sibuk mengganti siaran TV di depannya saat ini, mencari siaran yang bagus baginya. Tak lupa mulutnya terus menyunya makanan di depannya.

Ice cream, ya cewek itu menikmati es creamnya, es Cream kesukaan yang menemaninya saat dirinya sedang santai.

"Mom benaran ikut daddy nih"tanya nya yang saat ini duduk di ruang TV bareng sama Mommynya, hanya mereka berdua.

Daddynya barusan berangkat kerja mengurusi beberapa berkas untuk keberangkatan mereka ke spanyol nanti.

"Iya sayangg, Daddy kamu kan seminggu disana, kalau hanya sehari mom gak bakalan ikut, kamu juga tau sendiri Daddy kamu seperti apa kalau Mom enggak Ikut"jelas Mommynya membuat cewek itu mengangguk mengerti.

"Daddy mah suka gitu enggak mau pisah sama Mommy, banyak alasannya kalau Mom enggak ikut. Emang ada masalah ya di perusahan Daddy?"tanya cewek Itu ke ibunya, Ibunya tersenyum dan menggeleng.

"Kamu akan ngerti saat kamu sudah menikah nanti. Dan Perusaha Daddy enggak ada msalah hanya Daddy kamu ingin membuka anak perusahan Baru disana"jelas Ibunya, cewek itu kembali mengangguk sambil terus memakan Ice Cream nya.

"Jangan terlalu banyak makan ice creamnya Arlen, Nanti kamu di marahin Daddy"lanjut Ibunya sambil mrngambil kotak berisi Ice Cream itu di tangan Putrinya.

Arlen hanya terlekeh dan mengulurkan tangannya. Arlen melotot melihat Ibunya ikut Makan, padahal kalau ketahuan ayahnya pasti kena omel, bukan hanya omelan tapi peran besar saling debat hal kecil seperti ini.

"Kan kebutulan enggak Ada Daddy Mom, jadi arlen sengaja bawa kesini Ice Creamnya"balas Arlen mencuri sesendok Ice Cream di tangan ibunya.

Ibunya hanya menatap garang kearahnya, Tapi arlen hanya terkekeh.

"Kan jadi ikutan makan terus! Kamu sih bawa Ice Cream kesini"gumam ibunya yang terus memakan Ica Cream tanpa henti.

Ice cream adalah makanan Favorit Mereka berdua, Tapi Saat Daddy mereka melihat itu, mereka akan kena Omelan sampai seminggu, apalagi mereka berdua terkena Flu, Daddy dan putra mereka bakalan terus ngomel sepanjang Flu masih ada, sampai Flu mereka hilang pun kedua Pria itu terus mengomel mengingat itu.

"Lah ko Jadi Arlen yang Salah sih"balas Arlen menyembunyikan senyumnya saat melihat ibunya terus makan.

"Udah Mom jangan makan lagi, Nanti kalau kena flu kan Daddy bakalan Ngomelin Mommy, bukan hanya Mommy yang kena, Tapi Arlen juga, kan arlen yang ngasih ke Mommy"jelas Arlen menarik kotak Ice Cream itu di tangan ibunya.

Gua terkekeh geli melihat ibunya, yang sama seperti dirinya yang ketahian kalau sudah mencoba Ice Cream.

TiN

Tin

Suara klakson mobil membuat Arlen beranjak dari duduk berlari kecil menuju halaman depan, Arlen langsung bukain pintu, karena sedari tadi arlen menunggu seseorang untuk datang kerumahnya.

"Masuk yuuk"ajak Arlen saat melihat Orang itu, Arlen melangkah dan merangkul orang itu masuk kedalam Rumahnya.

"Di antar sama siapa?"tanya Arlen saat mereka melangkah masuk kedalam rumah.

"Pak anton, Gua dilarang bawa mobil"balas orang itu membuat Arlen terkekeh sambil menepuk bahu orang itu pelan.

"Eh ada nak Rere"Ucap Tiara saat Melihat melihat rere, rere sahabat Arlen satu-satunya seja mereka masih TK.

"Siang tante, apa kabar?"ucap rere mengambil tangan dan mencium tangan Tiara. Ibunya Arlen.

"Siang juga sayang, alhmdulillah baik. udah mau berangkat nih?"Tanya Tiara ikut duduk bergabung sama mereka berdua.

"Gimana mau berangkat tante, Orang yang Ngajak aja belum siap tuh"tunjuk rere ke arah Arlen, Arlen terkekeh.

Karena benar, dirinya belum siap sejak tadi, bukan sengaja tapi dirinya keasyikan menikmati Ice Creamnya.

"Sorry, tadi gua keasyikan makan ice cream sih"cengesan Arlen membuat Rere menggeleng.

"Gua ganti dulu deh"lanjut Arlen langsung beranjak dari duduknya melangkah menaiki anak tangga.

"Kalau lu makan mau ice cream ambil aja di kulkas, masih banyak"teriak Arlen saat sudah di tangga atas terakhir.

"Okey"balas Rere dibawa, Arlen langsung melangkah masuk kedalam kamarnya.

"Tante nitip Arlen ya, kamu tidur disini aja nemanin Arlen"rere menatap Tiara bingung.

"Nanti Sore Om sama Tante berangkat ke Spanyol seminggu, jadi dirumah ini bakalan tinggal mereka berdua sama satpam di depan"jelas lanjut Tiara , Rere mengangguk paham.

"Iya tante, kebutulan disekolah libur jadi Rere bakalan nemanin Arlen disini"balas Rere membuat Tuara tersenyum lebar dan langsung memeluk Rere.

"Terimakasih, kasih kabar ke tante kalau mereka berdua berantem. Tante sendiri hean sama mereka berdua, kembar tapi selalu aja bertengkar"rere terkekeh mendingar itu. Karena sejak dulu dirinya selalu menjadi saksi bisu si kembar.

Hanya butuh waktu beberapa menit Akhirnya Arlen turun karena sudah siap. Setalh jean yang arlen gunakan. Celana Jeans panjang, dengan tantop berwarna putih bergaris hitam, ditutupi jaket Jeansnya yang senada dengan Celana.

Tak lupa rambutnya dikuncir asalan dan jepit rambut mutiara berukuran kecil terpasang rapi di rambunya. Ditambah tas selempang kecil yang super mahal itu bergantung di bahunya.

"Ayooo, Gua udah siap"ucap Arlen menuruni anak tanggaa, Rere sama Tiara mendongak melihat Arlen.

"Gimana Mom, udah cantik kan?"tanya Arlen membuat Ibunya menggeleng.

"Jangan lupa sepatunya sayang, kaos kaki juga, jangan sampai enggak pake kaos kaki lagi, kaki kamu ntar Melepuh lagi loh kalau enggak di pakai. Kan Mommy yang kena omelan Daddy kamu, sampe-sampe Daddy kamu beli Kaos kaki sebanyak itu di laci"omel Fio langsung melangkah ke rak sepatu yang tepat di samping tangga, mengambilnya dan tak lupa dengan kaos kaki kesukaan putrinya.

Arlen menggaruk kepalanya karena benaran lupa.

"Arlen make sendal jepit aja Mom ya!"pinta Arlen mendekati ibunya.

"Enggak senada sayang, masa pakaian kece gitu make sendal jepit, Nih kayaknya ini cocok, semuanya serba Jean"balas Tiara menyerahkan sebuah sepatu yang berbahan jeans namun warnanya sedikit gelap dari setelan baju Arlen.

Mau enggak mau arlen menerima sepatu itu, karena memang benar kata ibunya.

"Arlen pergi, Mom sendiian dirumah enggak apa-apa kan?"tanya arlen sambil memakai sepatunya.

"Enggak apa-apa, have Fun aja kalian diluar. Tapi harus Hati-hati, jangan percaya sama orang baru, ingat itu Arlen"nasehat Tiara membuat arlen terkekeh dan mengangguk. Rere juga ikut mengangguk.

"Siap"hormat Rere sama Arlen bersamaan, mereka langsung terkekeh.

"Arlen sama Rere pergi ya--Assalamualaikum"salam mereka sambil mengecup punggung tangan Tiara sebelum melangkah keluar rumah.

"Ngomong-ngomong kaka ganteng lu kemana"tanya Rere saat mereka sudah di depan rumah.

"Dia ke sekolah, kan ada MOS, lu tau kan di Kan KETOS jadi wajib hadirlah"jelas Arlen sambil melangkah masuk kegarasi mengeluarkan Mobilnya.

"Oh iya, Gua lupa"balas rere mengangguk menunggu Arlen mengeluarkan mobil.

"Gua kirain lu lupa, baru aja gua mau ngejelasin ke lu"kekeh arlen menurunkan kaca mobilnya.

"Ekh kita kan belum bisa ngendarai mobil keluar, ntar ketilang gimana?"Rere mengingat sesuatu, karena umur mereka baru menginjak 17 tahun dan mereka juga belum memiliki KTP, mereka belum mengurusnya sama sekali.

"Gua punya ini"Balas Arlen tesenyum puas mengakat sebuah kartu di tangannya. Rere antusias menatap kartu ditangan Arlen.

"Lu udah buat SIM?"kaget Rere langsung mengambil kartu itu. Arlen terkekeh dan menggeleng.

"Itu sim sementara Re, Daddy yang Ngasih Tadi Pagi. Gimana Gaul kan, akhirnya gua bisa bawa mobil sekarang"jelas Arlen, Rere mengangguk dengan ekspresi bahagiannya.

"Waah kita bisa jalan sepuasnya dong hari ini"balas Rere antusias menyusul Arlen yang memarkirkan mobilnya depan teras rumah.

"Tentu RereKu sayang, Ayoo buruan Naik"Ucap Arlen tersenyum melihat Rere yang begitu semangat.

Tanpa nunggu waktu lama Rere langsung naik mobil.

"Mobil baru dikasih juga?"tanya rere saat udah masuk dan duduk di samping pengemudi.

"Udah setahun yang lalu Re, cuman gua enggak bisa bawa jadi ya di garasi gitu aja, sekarang baru gua bisa ngendarai nih"balas Arlen terkekeh dan menyalakan mesin mobilnya.

"Mau kemana km?"teriak seseorang membuat Arlen menatap keluar jendela karena Kaca jendela mobilnya masih Arlen turunkan.

"Mau cari gebetan"balas Arlen asalan saat melihat orang itu.

"Iya gk kak, bercanda yaelah---, ini aku mau ke toko buku bareng Rere tuh nyari buku bentar aja"lanjut Arlen saat menyadari tatapan orang itu mau menusuknya, arlen juga nunjuk Rere yang udah duduk di sampingnya.

"Sebelum magrib km udah di rumah"tegas Arsen masih menatap datar kearah adiknya.

"Ntar kalau aku tel...."belum selesai menyelesaikan ucapannya, Arsen sudah mendahuluinya duluan.

"Enggak ada bantahan Arlen, km harus dirumah sebelum makan malam"ucap arsen tegas, masih berwajah datar menatap adiknya.

"Iya iya sebelum magrib Arlen udah dirumah"balas arlen sedikit kesal menatap kakaknya.

"Kecupan boleh enggak, sebagai pamit"

"Enggak"Balas Arsen singkat dan langsung melangkah masuk sebelum menerima kecupan dari adiknya di pipi.

"Awas jangan ganjeng sama cowok, jadi cewek harus jual mahal, lu ketahuan ganjeng, lu bukan kembaran gua"teriak Arsen di ambang pintu sebelum arlen menaiki Kaca mobilnya.

"Iya iya mulut ko pedas banget ih, gitu banget ngomongnya"gumam Arlen sedikit kesal.

"Gua belum pamit udah pergi"gumam Rere melihat Arsen masuk kedalam rumah.

"Kasihaaannn, jangan sampe deh lu suka sama kakak gua, sumpah--saran gua mendingan lu pacaran sama patung dari pada sama kaka gua"ucap Arlen menggeleng dan mengangjat kedua tangannya, menempel kedua telapak tangannya di kedua pipi Rere.

Rere hanya terkekeh.

"Sikap dinginnya kaka Lu itu salah satu pesona dia buat narik semua cewek suka sama dia, termasuk gua. Tampan iya-- pinter iya---Tajir iya--di tambah Sikapnya yang cuek itu banyak banget plus plusnya"heboh Rere sendiri. Arlen memutar kedua bola matanya dan menarik tangannya dari kedua pipi Rere.

Baginya percuma aja menjelek-jelekan kakaknya di depan rere.

"Sikap jelek gitu lu suka, yang ada lu sakit hati. Udah mendingan jangan suka deh. Gua sebagai sohib lu, gua enggak mau lu nangis tiap hari karena kakak gua cuekin lu"Balas Arlen yang kini sudah mengemudi. Mobil arlen pun keluar dari halaman rumahnya.

"Lu mau kan jadi ipar gu---"

"NO--Big No rere Sayang, saran gua mending lu cari cowok lain. Kakak gua kejam banget orangnya"rere langsung mengerut keningnya menatap arlen.

"Kejam gimana?"tanya Rere, arlen tersenyum sinis. Arlen berusaha menjelek-jelekin kakanya agar sahabatnya yang satu ini tidak menyukai kakanya lagi.

"Dia itu Gay"bisik arlen membuat Rere melotot tak percaya.

"Sumpah! Lu bohongkan, lu cuman nakutin gua kan Len?"balas rere yang enggak percaya.

"Cuman gua yang tau, makanya gua ngasih tau ke lu, lu jangan bilang ke siapa-siapa oke. Ini rahasia kita"Arlen mengangkat jari klingkingnya. Rere mengangguk dan mengaitkan jari klingkingnya di jari Arlen. Arlen tersenyum puas.

"Jadi!--lu masih mau suka sama kakak gua?"arlen menatap Rere sekilas dan kembali fokus nyetir. Arlen tersneyum saan melihat Rere menggeleng.

"Oh Sorry my brother"batin Arlen.

….

__♡Toko buku♡__

Ternyata bukan hanya mereka yang ingin masuk ketoko bukuh itu. Entah ini hari apa toko buku di depan mereka saat ini sangat padat sama pengunjung.

"Ko tumben banyak pengunjung kayak gini?"Arlen menurunkan kaca mobilnya dan menatap mencari parkiran untuk Memarkirkan mobilnya.

"Mungkin ada yang baru kali, Tu lihat kebanyakan Anak muda tu, semoga gua bisa ketemu jodoh disini"balas Rere membuat Arlen terkekeh dan ingin menabok sahabatnya yang satu ini. Omongannya pasti enggak lari dari jodoh.

"Jodoh aja terus, makan tu jodoh--Ayoo turun"Arlen langsung turun disusul Rere saat mereka sudah memarkirkan Mobil.

"Lu mau nyari buku apa Len?"tanya rere sambil merangkul Arlen.

"Gua seperti biasa, Novel. Numpung libur jadi gua pengen baca dan beli yang banyak"balas Arlen, mereka melangkah masuk kedalam tokoh buku yang memiliki 4 lantai itu.

"Ck kebiasaan lu, gua mau nyari buku pelajaran ni, Buat cadangan nanti ada tugas pas masuk sekolah"balas Rere.

Mereka melangkah masuk hingga menuju kelantai 2.

"Jadi berpencar nih?"tanya Arlen ke Rere, karena buku pelajaran berada di lantai Dua, sedangkan bukun Cerita atau sejenis Novel berada di Lantai 3.

Rere mengangguk mengiyakan ucapan Arlen.

"Ya gitu lah, ntar kalau udah dapat lu hubungi gua"balas Rere, Arlen mengangguk.

"Okey bos, gua keatas ya, kalau lu udah dapat langsung keatas juga"mendapat anggunakan dari Rere, Arlen langsung menuju menaiki anak tangga menuju lantai 3.

"Nah disini ni tempatnya---Aaaa ini yang gua cari"teriak Arlen bahagia saat langsung mendapatkan novel yang ia Cari.

Teriakannya itu membuat semua pengunjung yang sedang duduk membaca menoleh kearahnya.

"Astaga gua lupa kalau gua di toko buku"gumam Arlen menahan rasa malu di hadapan semua orang.

"Sorry--Im Sorry" Arlen menunduk minta maaf, Arlen menarik satu buku dan menutupi wajahnya, tanpa melihat kearah depan Arlen sedikit berlari.

Buuuuuk

"Awww"keluh Arlen saat pantatnya mendarat mulus di lantai.

"Apa yang gua tabrak? Tiang?--aduh pantat Gua"Gumam Arlen langsung mengambil bukunya ikut jatuh di lantai.

"Maaf apa lu baik-baik aja"tanya seseorang yang berjongkok di depan Arlen.

Arlen mendengar itu antara kaget dan kesal. Kaget karena yang ia tabrak itu manusia bukan tiang, padahal jidatnya juga terasa sakit. kesal karena orang itu santai menanyakan keadaannya.

"Lu punya dua kaki sehatusnya lu jalan pake mata juga...."kesel Arlen langsung berdiri memarahinya Orang itu.

"Sorry Gua enggak sengaja"balas Orang itu langsung mendongak menatap Arlen, Arlen mengusap jidatnya pun langsung berhenti dengan tubuhnya menegang melihat orang yang ada di depannya.

"David" gumam Arlen saat mendongak menatap wajah orang itu lagi. Barusaha meyakinkan kalau dirinya enggak salah orang.

"Maaf gua gk sengaja tadi"ucap Orang itu mengulurkan tangannya meminta Maaf.

"Dav..."batin Arlen lagi.

Arlen masih diam menatap Wajah irang itu. Tubuhnya sama sekali tidak berkutip, Arlen menatap irang itu dengan keadaan mulut terbuka.

"Heyy---Lu gak apa-apa kan"tanya orang itu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Arlen, namun arlen sama sekali enggak ada respon.

"Hey--Lu enggak apa-apa kan?"Ulang orang menyentuh pelan bahu Arlen hingga membuyar lamunan Arlen.

"Eh iya maaf"Balas Arlen yang Tanpa sadar sekarang dirinya memegang kalung yang bergantung di lehernya sambil tersenyum.

"David, Gua Arlen! kenapa dia gk kenal sama gua, wajah gua makin jelek kah?"Batin Arlen berteriak.

"Ah syukur lah, gua duluan ya, buru-buru soalnya"orang itu langsung pergi gitu aja ninggalin Arlen.

"Daviiiiiddd---gua arlen--"rasanya Arlen ingin meneriaki itu di deoan wajah irang tadi.

Namun arlen ragu, orang itu benaran seseorang yang ia tunggu selama ini atau bukan!, tapi wajah orang tadi sanagat mirip dengan seseorang yang ada di masa lalunya, tailalat yang ada di hidung orang itu, bulu mata lentik itu, Arlen mengingat semuanya.

"Dia enggak ingat sama gua"Gumam Arlen kecewa melihat punggung irang itu menjauh.

"Woy gua nyariin juga malah bengong disini"seseorang mengagetkan Arlen, Arlen langsung menatap Rere. Rere ikut kaget melihat ekspresi Arlen yang rnggak biasanya.

"Re wajah gua makin jelek ya?"tanya Arlen langsung sambil menunjuk wajahnya.

"Hah, maksdnya?"tanya balik rere karena bingung, rere menggaruk kepalanya yang enggak gatel.

"Wajah Gua makin jelek ya? Perubahan wajah gua dari kecil jauh beda ya?"tanya arlen bertubi-tubi.

"Len--Arlen--Apaan sih, pertanyaan lu gk mutu banget"Balas Rere terkekeh sama pertanyaan Arlen. Ini oertama kalknya arlen menanyakan itu.

Padahal wajah cantik itu semakin cantik saat tumbuh dewasa seperti sekarang.

"Sahabat gua ini cantik banget gak ada tandingnya"lanjutnya Rere langsung merangkul Arlen.

"Lu kenapa sih, ada yang gangguin lu? Atau ada yang bilang lu jelek? Siapa? Buta kali dia makanya dia enggak bisa lihat wajah cantik lu"Ucap rere lagi menatap Arlen meminta penjelasan.

"Enggak ada ko--Lu udah ketemu buku nya?"tanya Arlen mengalihkan pembicaraan mereka.

"Udah nih, langsung balik apa mampir di Cafe dulu"Balas Rere mengangkat buku yang ada di tangannya.

"Pulang aja deh, gua gk mood ke Cafe"Balas Arlen karena pikirannya masih terbayang sama orang tadi.

"Tumben?"tanya Balik rere, Arlen menggeleng.

"enggak apa-apa, Nyokap sama Bokap gua bentar lagi berangkah nih"Jelas Arlen, rere langsung mengangguk karena baru ingat.

"Yaudah yuk, bayar dan kita langsung pulang"ajak Rere masih merangkul Arlen menuruni anak tangga, mereka akan membayar buku itu di lantai satu.

Setelah bayar mereka pun melangkah menuju ke parkiran dimana mobil mereka terparkir.

"Terimakasih pak, ini buat bapak"Arlen menghentikan langkahnya langsung menatap asal suara itu.

Disana seseorang mengendarai Mobil putih tersenyum memberikan uangan parkirnya untuk tukang parkir.

"Dia orang yang sama kayak dulu"batin Arlen.

"Len kita harus bukain dikit uang jajan kita, biar uang itu kita kasih ke kakek itu--kamu lihat kan! Kakek itu pasti kelaparan"

"Jadi maksud David kita halus bantuin kakek itu?"

"Iya Len, kamu mau kan bantuin"

"Iya Vid, Alen mau"

"Ada apa?"tanya Rere saat melihat Arlen diam menatap kearah mobil putih yang kaluar dari parkiran.

"Enggak ada, Ayoo"Arlen langsung naik ke mobil, disusul Rere yang semakin bingung sama sikap Arlen.

….

Rumah….

"Aku pulang---Mommy---Mom"Teriak Arlen saat masuk kedalam rumah, Rere yang berada di belakang hanya bisa menggeleng, kebiasaan Arlen sejak kecil enggak pernah hilang.

Dengan keadaan lelah Arlen langsung melempar begitu saja tasnya ke arah sofa, tanpa menyadari kalau ada seseorang yang tidur di sofa.

"Arlen ad---"ucap rere terputus saat Tas itu sudah mendarat di wajah seseorang. Rere memejamkan kedua matanya melihat itu.

"Awwwk"keluh seseorang membuat Arlen cepat menoleh ke sofa panjang itu.

"Eh ada orang ya"gumam Arlen kaget melihat Kakanya disana. Dan ya disana kembarannya menatap tajam dan ingin membunuhnya saat ini juga.

Rere yg berdiri hanya terkekeh geli dan sekidit takut melihat tatapan Arsen.

"Nathania"teriak kaka Arsen geram melihat Adiknya, Arlen hanya mengangkat dua jarinya dengan tamoang Polos.

"Opsss sorry kaka, aku gk sengaja, salah kaka sih tidur disini, tidur tuh di kamar jangan disini"Arlen langsung berpindah tempat duduk jauh dari Kakanya.

"Ck kata siapa aku tidur"Balas Arsen tajam menatap Arlen.

"Buktinya tadi Arlen teriak-teriak enggak ada yang balas"balas Arlen santai smabil mrlangkah mundur saat melihat kakanya merubah tidurnya menjadi duduk.

"Ck aku lagi make ini"Balas Arsen sambil menunjukan headset yang bergantung di kedua kupingnya.

Mulut arlen hanya ber'O' dan menatap Rere menyuruh rere naik.

"Salah sendiri make benda itu, Rasain--wweekkk"Setelah menjalurkan lidahnya langsung berlari menaiki anak tangga.

"NATHANIA"teriak Arsen dengan Nada peringatan, Arlen hanya terkekeh dilantai atas.

Rere hanya menyusul Arlen dan melirik Arsen takut-takut.

"Masa dia Suka sesama Cowok, sayang banget padahal ganteng gitu"Batin rere.

"Ada apa sih ko teriak-teriak! Arlen udah pulang?"Arsen langsung menatap kearah pintu masuk, disana kedua orang tuanya baru pulang dan sebentar lagi mereka akan berangkat ke Spanyol.

"Sudah Mom"balas Arsen singkat dan kembali sibuk dengan buku di tangannya.

"Kamu ini, Daddy sudah menyuruh kamu untuk masuk diperusahan Daddy tapi kamu Tolak, Terus buku untuk apa kamu baca setiap hari"Arsen hanya diam mendengar coletan Ayahnya, memang buku yang dibacanya saat ini adalah buku bisnis dengan tulisan bahasa inggris.

Entah kenapa dirinya suka membaca tulisan di dalam buku itu.

Arsen hanya melirik sebentar disana kedua orang tuanya duduk tepat di depannya.

"Alex--Udah aku bilangin jangan paksa Arsen buat kerja, kalau kamu enggak mampu kasih uang jajan lagi biar aku yang ngasih"Arsen dan ayahnya langsung menatap kearah Tiara.

Mereka menatap Datar kearah Tiara, Tiara menerima Tatapa itu hanya diam dan santai.

"Mom enggak lagi PMS kan? / Sweety kamu PMS?"Tanya Arsen dan Ayahnya bersama menatap Tiara.

"Iyaa kenapa? Jangan pernah maksa Arsen kerja lagi Alex, kalau aku dengar kamu akan tidur di luar Sayang"Alex melotot tak percaya sedangkan Arsen menahan senyumnya.

Tiara langsung melangkah menaiki anak tangga meninggalkan suaminya yang masih melotot tak percaya.

"Mau kemana Sweety?"Taiara berbalik menatap Garang ke suaminya.

"Nyiapin Koper untuk keberangkatan Kita, terus mau apalagi"jutek Tiara membuat Alex menggeleng tak percaya.

Arsen mamasang ekspresi datarnya sebelum ayahnya menatap kearahnya dan benar, detik selanjutnya Arsen merasakan tatapan tajam dan dingin dari ayahnya.

"Padahal Daddy Cuman nyindir kamu buat apa baca buku itu, kenapa Mommy kamu Sensitif kayak gitu"Gumam Alex membuat Arsen terlekeh dalam hati.

Arsen mengangkat kedua bahunya tak acuh.

Arsen melihat Ayahnya berlari menaiki anak tangga menyusul Ibunya. Arsen hanya menggeleng melihat pertengkaran mesrah kedua orang tuanya.

"Aku tadi cuman nyindir Arsen Sayang, bukan maksa Arsen buat kerja, Kan aku udah oernah bilang ke dia kalau terserah dia mau kerja apa enggaknya"arsne masih mendnegar suara pertengkarang kedua orang tuanya.

Baginya hal kecil seperti itu hanya berlangsung beberapa menit.

"Oh gitu ya--aku kirain tadi kamu maksa Arsen lagi, Aku enggak mau lihat dia kecapean Alex, Dia masih kecil"arsen tersenyum mendengar itu, Ibunya terlihat dangat manis jika membelanya dan menyebut dirinya masih kecil.

"Iya iya dia masih kecil. Kiss Me"mendengar itu Arsen langsung memasang kembali headsetnya di kedua kupingnya.

Pertengkaran dengan akhir mereka bakalan mesrah, dan itu membuat arsen hanya bisa menggeleng.

….

☆Esokan Harinya☆

Author POV

Di Sekolah Mos hari K-2..

"Mohon perhatian, seperti yang sudah di bilang dari awal Mos, kalian akan meminta tanda tangan di anggota osis kan?"tanya wakil ketos, semua siswa berteriak 'iya'.

"Iyaaaa kaka"teriak siswa baru. Wakil ketua osis itu tersenyum bangga.

"Nah sekarang saya akan beri kalian waktu 1 jam nyari dan minta tanda tangan itu, setelah itu kalian balik lagi kesini sesuai dengan kelompok, dan ada tambahan lagi, hari ini kita hanya bermain games aja tidak ada pelajaran lain--Kalian Ngerti Kan?" wakil ketos di panggung.

"Mengerti kak"teriak Siswa baru.

Ditempat lain, Arsen memarkirkan kan Motornya karena baru sampai.

Arsen yang baru nyampe langsung melangkahkan kakinya kesuatu tempat biasa yaitu pohon yang berada di samping sekolah, dibaha pohon itu arsen bisa menyenangkan dirunya menikmati angin saat barada di bawa pohon itu.

"Woe lu ternyata disini"kedua sahabatnya baru datang nyamperin Arsen yang baru saja duduk.

"Ngapain Lu berdua disini?"tanya arsen yg masih fokus ke I-pad nya, bukan buku lagi.

"Gua males disana, mendingan disini sejuk"balas aldo santai dan langsung berbaring di sumput hijau itu.

"Iya gua setuju"balas Rio pun ikut berbaring.

"Sejuk banget"sahut Aldo yang sudah memejamkan kedua matanya menikmati angin pagi.

"Eh eh mau kemana lu?"teriak Rio saat arsen pergi, Aldo yang tadi memejamkan kedua matanya kini bangun langsung menatap Arsen sudah agak jauh.

"Titip Tas Gua"teriak arsen berlari menjauh dari mereka.

"Ck tu anak kerjaannya main Pergi aja, untung kita bukan cewek ya jadi gk baper"ucap Aldo menggeleng sambil terkekeh.

"Njirrr gua ngomong sendiri"sadarnya saat melihat dia sendiri, ternyata rio berjalan pergi dari arah belakangnya sambil membawa Tas Arsen.

Aldo melihat Rio tersenyum geli..bukan senyum lagi tapi ngakak sendiri karena sengaja meninggalkan Aldo.

"Monyet Lu"Teriak Aldo langsung berlari menyusul Rio.

Arsen melangkah lebar melewati Lobby itu.

"Lepasin gua sialan"

"Berani lu sama gua"

Arsen mendengar itu dan menghentikan langkahnya, Arsen menatap kesamping disana ada orang yang membuatnya jengah.

Arsen melangkah meninggalkan mereka karena bukan urusannya saat ini.

"Shit!"umpat Arsen saat hati terkecilnya meminta untuk membantu mereka.

"Kalau mau jadi jagoan jangan di Sekolah"ucap arsen dingin saat melihat tiga cowok yang gangguin dua cewek di area lobby sekolah dekat parkiran.

"Disekolah buat belajar, bukan gangguin anak orang"lanjut Arsen menatap tajam ke arah tiga orang itu. Dirinya tadi kearah paskiran dengan niat mengambil headsetnya yang ketinggalan.

"Siapa lu sok jadi pahlawan disini"teriak salah satu dari mereka. Arsen menatap datar kearah mereka. Arsen mendekati mereka, meneliti siapa mereka tapi mereka menggunakan seragam yang sama.

"Lu bertiga bukan anggita osiskan?"arsen baru menyadari mereka bukan anggota osis, tapi mereka menggunakan seragam yang sama. Disini arsen beranggapan kalau mereka ini kelas 11.

"Sssttt lu gak tau dia ketos, mendingan kita cabut dari sini daripada kena skors kan"bisik temannya di samping Merekapun pergi gitu aja.

"Terimakasih ka"ucap terimakasih salah satu cewek.

"Terim....Lu"teriak salah satu cewek saat melihat Arsen

Arsen hanya diam menatao datar kearah dua cewek itu. Arsen langsung melangkah pergi tanpa membalas ucapan mereka.

"Dasar cabul"ucap cewek itu menatap punggung Arsen menjauh.

"Ssstt lu gk sopan ih, kalau dia senior kita gimana, Dia Ketos kita Fi"bisik temannya membuat Arsen sedikit mendengarnya.

"bodo La"balas temannya santai masih kesal menatap arsen.

Arsen mengambaikan mereka dan terus melangkah pergi namun suara teriakan itu kembali menghentikan langkahnya.

"Dasar cowok sombong, dia kira dia siapa, dasar Cab*l, Kurang aja"teriak Cewek itu 

Arsen mendengar cukup jelas. Arsen berbalik dan melangkah mendekati mereka.

Yg satu ketakutan, namun gadis yg satu menatap arsen menantang karena tidak takut.

"Atas dasar apa lu nyebut gua cab*l?"tanya arsen dingin menatap tajam ke cewek itu yang menyebutnya Cab*l.

"Kemarin lu lihat gua seperti orang kelaparan, kalau bukan cabul apa"balas cewek itu menantang Arsen.

Arsen terkekeh menatap cewek di depannya saat ini.

"Udah Fio, Maaf kak teman saya lagi laper jadi ngamuk gini"bujuk temannya berusaha menarik cewek yang barnama Fio itu.

"Lala-- gua enggak laper ya, dia benaran cowok brengsek tau"Fio semakin emosi. Namun Temannya bernama lala itu semakin panik.

Arsen terus menatap tajam ke arah Fio dan tersenyum tipis.

"Gua bakalan perlihatin gimana seorang Cab*l sesungguhnya"Ucap dingin Arsen membuat langkah fio mundur.

Arsen maju selangkah lebih dekat dengan Fio merunduk agar sejajar dengan Fio dan membisikan.

Fio merasakan nafas Arsen menyentuh Kulit lehernya.

"Next Time--Lu harus hati-Hati sama gua"Bisik Arsen tersenyum kemenangan saat menyadari Cewek di depannya ini mulai takut akan keberadaannya.

"Fiorenza Aileen Aretha"lanjut Arsen tersenyum melihat Papan nama di Seragam Fio.

Cup

Mengecup pipi kiri Fio langsung melangkah balik dan pergi gitu aja dengan senyum sinisnya.

Fio menerima itu hanya diam tampa mengedipkan kedua matanya. Rasa syoknya masih sangat ia rasakan saat ini.

"yaaaaaKkkk Dasar cab*l, Cowok Sial*al---Yaaaaakkkk"setelah 2 menit Fio sadar dan berteriak sedangkan sahabatnya hanya syok melihat adegan tadi.

"Gua juga mau Fi"Gumam Lala membuat Fio sadar dan menatap tajam kearah Lala.

Lala langsung melangkah pergi sebelum dirinya di jambak habis-hanisan oleh temannya.

"LALAAAAAA"teriak Fio sekencang melohat sahabatnya pergi gitu aja, mendengar suara teriakan itu Lala langsung berlari.

★★★★★★★

Yeeeyyyy Part 2 Finaly 😄😄😄

Maaf telat update😊soalnya ketiduran😀😀😀

Semoga kalian suka😊😊😊

Vote + Coment nya...

See You....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!