NovelToon NovelToon

Kakak Jutek I LOVE YOU

Part 01

"Baiklah! gue akan menerima cinta lo. Asalkan lo berjanji bisa setia dan tidak tergoda dengan pria lain," ucap Erwan tegas sambil menatap gadis cantik yang terus menyatakan cinta kepadanya.

"Baiklah! Aulya janji akan setia," ucap Aulya dengan raut wajah penuh kebahagiaan. Dia tidak menyangka jika Erwan bisa menerima cintanya secepat ini. Padahal dia kira akan membutuhkan waktu yang panjang untuk meluluhkan hati mahasiswa baru di kampusnya itu. Namun, dia ternyata hanya membutuhkan waktu satu hari untuk itu, bukan satu hari tapi hanya lima jam.

"Ok! karena sekarang kita sudah jadian, bagaimana kalau kita makan siang bareng?" Erwan tersenyum gemas melihat senyuman Aulya yang begitu mengemaskan di matanya.

Pria mana yang tidak merasa spesial ketika sosok Aulya Putri Ardinata menyatakan cinta kepadanya, sama seperti yang di rasakan Erwan saat ini. Bukan hanya cantik, tetapi Aulya juga sangat lucu dan mengemaskan. Jadi tidak heran jika banyak pria yang menjadi pengagum rahasianya. Walaupun banyak yang lebih memilih untuk menyembunyikan perasaannya, karena tidak mau menjadi korban gadis itu berikutnya. (Jadi Erwan juga harus bersiap untuk mendapatkan karma karena menerima cinta Aulya dengan mudah)

"Baiklah! Gue akan menemani lo kemana saja yang lo mau. Ups! sekarang kita sudah jadian, masak masih panggil lo gue," ucap Aulya memanyunkan bibirnya kesal.

"Lo sangat ngegemesin. Ayo kita berangkat baby," ucap Erwan mengacak-acak rambut kekasihnya itu lalu merangkulnya dengan begitu mesra.

Sepasang kekasih baru itu berjalan dengan begitu mesra menuju parkiran kampus. Tidak peduli dengan tatapan mahasiswa lainnya, bagi mereka dunia ini hanyalah milik mereka berdua, sedangkan yang lain hanya mengontrak saja. Dengan penuh kasih sayang, Erwan membukakan pintu untuk kesihnya itu. Melihat perhatian dari sang kekasih, Aulya hanya tersenyum kecil untuk menghormati, karena hal itu adalah hal biasa untuknya jadi tidak ada yang spesial.

Erwan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tangan yang satu fokus untuk menyetir, sedangkan yang satunya lagi terus mengenggam tangan mungil Aulya. Sambil sesekali menciumnya dengan penuh kasih sayang. Aulya dengan penuh semangat bercerita panjang lebar, sehingga membuat pemuda tampan itu menjadi pendengar setianya. Hingga akhirnya mobil mereka berhenti di sebuah cafe, Erwan dengan sigap membukakan pintu untuk Aulya.

"Terima kasih," ucap Aulya tersenyum manis lalu menggandeng tangan kekar kekasihnya itu dengan mesra.

Mereka memasuki cafe sambil bergandengan tangan. Erwan memilih kursi di paling sudut dan jauh dari keramaian, agar mereka bisa bermesraan tanpa ada gangguan.

"Kamu mau pesan apa, Baby?" tanya Erwan sambil membuka buku menu di depannya.

"Terserah!" ucap Aulya tersenyum kecil sambil menatap para pelangan di cafe itu.

Erwan hanya tersenyum lalu memilih makanan dan minuman untuk mereka. Setelah pelayan pergi, Erwan langsung mengenggam tangan mungil Aulya kembali. Tangan kecil itu sangatlah mulus, sehingga membuat Erwan enggan untuk melepaskan genggamannya.

"Tanganmu sangat mulus. Pasti kedua orang tuamu sangat memanjakanmu," ucap Erwan menatap tangan mungil itu.

"Ia! papa dan mama memang sangat memanjakanku. Apalagi Kak Gibran," ucap Aulia tersenyum.

"Aku memang sangat beruntung bisa memilikimu," ucap Erwan tersenyum sambil mencium lembut.

Bugh....

Argh....

"Maaf tante! Kia tidak sengaja," ucap seorang anak kecil dengan raut penuh rasa bersalah.

"Kamu kenapa berlarian di sini? lihat pakaian tante itu jadi kotor," ucap pelayan dengan raut wajah penuh kekesalan. Bagaimana tidak, di saat dia membawa pesanan Erwan, tiba-tiba bocah itu muncul dan menabraknya, sehingga membuat minuman yang ada di tangannya terjatuh dan mengenai pakaian Aulia.

"Sudah tidak apa-apa. Lagi pula ini hanya es jeruk, nanti juga pakaian saya akan kering dengan sendirinya," ucap Aulya dengan lembut sambil mengelap pakaiannya mengunakan tissu.

"Tapi sayang! lihat pakaianmu jadi basah. Memangnya orang tua anak ini di mana? kenapa mereka membiarkan bocah sekecil ini berkeliaran di sini," ucap Erwan dengan wajah sedikit kesal sambil membantu Aulya mengeringkan pakaiannya.

"Kamu kenapa bicara seperti itu? dia hanya anak kecil, jadi kamu tidak sepantasnya bicara seperti itu," ucap Aulya menatap kesal Erwan, sambil menatap bocah yang bernama Kia itu dengan tatapan penuh kehangatan.

"Sayang! kamu tidak perlu takut ya. Tante tidak marah kok," ucap Aulya tersenyum kecil sambil mengusap wajah Kia yang ketakutan dengan penuh kelembutan.

"Kamu bersihkan saja semua ini. Kamu tidak perlu khawatir, kami akan tetap membayarnya," ucap Aulya menatap pelayan itu.

Melihat sikap Aulya, Erwan hanya bisa membuang napasnya kesal. Memang dia tidak menyukai anak-anak, akan tetapi dia berusaha menahan rasa kesalnya di depan Aulya.

"Maaf! apa keponakan saya membuat masalah?" tanya seorang pemuda tampan menghampiri mereka.

"Maaf, Tuan! keponakan anda berlarian di sini dan menabrak saya, sehingga membuat jus yang ada di tangan saya tumpah dan mengenai nona ini," jelas pelayan itu.

"Saya mohon maaf atas perbuatan keponakan saya. Saya akan menganti pakaian anda," ucap pria itu mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.

"Tidak! tidak masalah. Anda tidak perlu mengantinya," ucap Aulya dengan cepat.

"Dia hanyalah anak kecil, jadi tidak perlu di perpanjang lagi," ucap Aulya tersenyum sambil menatap gemas bocah manis itu.

Aulya memang sangat menyukai anak-anak, jadi wajar saja dia langsung bersikap manis pada anak kecil itu. Namun, sepertinya ada udang udang di balik tembok, author curiga jika yang di sukai Aulya bukanlah Kia, melainkan sang pamannya.

"Terima kasih kakak! kakak sangat baik, bukan hanya baik, tapi kakak juga cantik," ucap Kia tersenyum manis.

"Kamu juga cantik, Sayang," ucap Aulya tersenyum sambil melirik pemuda yang berdiri di belakang Kia.

"Ya Allah! sempurnanya ciptaanmu yang satu ini. Jika boleh izinkan aku memilikinya, aku janji tidak akan berpaling kepada ciptaanmu yang lainnya lagi," batin Aulya menatap kagum ketampanan pemuda itu. Rahang tegas, tatapan yang sangat tajam, bibir seksi, postur tubuh yang ideal dengan tinggi badan sekitar 170cm, sehingga membuat mata Aulya tidak bisa berhenti menatap ciptaan Tuhan yang sangat sempurna itu.

"Kalau begitu kami permisi dulu. Jika ada sesuatu kamu bisa menghubungiku," ucap pemuda itu tersenyum kecil sambil memberikan kartu namanya.

"Ya Allah! mimpi apa gue semalam? senyumannya itu," batin Aulya terus menatap kagum ketampanan pemuda di depannya.

"Baik!" ucap Erwan penuh kekesalan sambil mengambil kartu nama pemuda itu.

"Kalau begitu kami permisi dulu. Sekali lagi saya minta maaf atas kelakuan keponakan saya," ucap pemuda itu berpamitan, lalu membawa Kia keluar dari cafe itu.

"Sayang!"

"Ia, Sayang."

"Sepertinya gue tidak bisa menepati janji untuk tidak tergoda dengan pria lain."

"Apa! maksudnya apa, sayang?"

"Kita PUTUS!"

Bersambung.....

Part 02

Mendengar ucapan dari kekasihnya itu, Erwan langsung diam mematung. Dia menatap Aulya dengan tatapan penuh rasa tidak percaya, dia tidak menyangka jika gadis yang terus menyatakan cinta kepadanya itu dengan mudah mengucapkan kata putus. Padahal mereka baru jadian satu jam yang lalu.

"Maksudmu apa, Sayang? kamu kalau bercanda tidak lucu sama sekali," ucap Erwan mengenggam tangan Aulya sambil terkekeh kecil.

"Gue tidak bercanda. Gue ingin kita putus," ucap Aulya tanpa beban sedikitpun.

"Apa lo lupa? tadi pagi saat gue pertama kali menginjakkan kaki gue di kampus, lo tiba-tiba datang dan tebar pesona kepada gue. Bahkan lo tanpa malu menyatakan cinta kepada gue di depan umum. Sekarang setelah gue nerima cinta lo, lo begitu mudah minta putus tanpa ada alasan yang jelas. Lo sinting apa gila sih?" tanya Erwan penuh kekesalan.

"Lo tu yang sinting! lo begitu mudah nerima cinta gue, coba saja lo sedikit jual mahal, pasti gue tidak akan minta putus secepat ini," ucap Aulya tanpa dosa.

"Lagipula gue kira lo tu cowok yang wah gitu. Cowok yang bisa membuat jiwa gue yang suka tantangan meronta-ronta. Tapi ternyata gue salah, lo tu cowok gampangan, baru beberapa kali gue nyatain cinta, lo langsung terima gitu aja. Jadi gak ada asik-asiknya gitu," ucap Aulya tersenyum kecil.

"Sudahlah! mulai sekarang kita putus. Gue sudah menemukan mangsa baru gue yang lebih wau, Bye!" ucap Aulya tersenyum lalu mengambil tas dan melangkahkan kakinya keluar dari cafe itu.

"Apa! dia bilang gue cowok gampangan? dasar cewek gila. Lihat saja, gue akan balas lo," ucap Erwan mengepalkan tangannya geram, sambil menatap Aulya dengan tatapan penuh kekesalan.

Baru saja dia merasa beruntung, karena mendapatkan gadis secantik dan sepopuler Aulya saat pertama kali masuk ke kampus barunya. Namun, ternyata hal itu bukanlah suatu keberuntungan, melainkan suatu kesialan yang datang menimpanya saat pertama kali pindah ke kampus itu. Bahkan namanya telah tertera dari99 pria di kampus yang telah menjadi korban Aulya.

...----------------...

"Assalamu'alaikum!"

Suara salam penuh kebahagiaan langsung mengema di kediaman Ardinata. Gibran dan Erlan yang sedang mendiskusikan soal pekerjaan kantor tiba-tiba teralihkan ketika melihat gadis tengil itu berjalan sambil menari melewati ruang tamu. Bahkan terlihat gadis itu tersenyum dan menyanyi seorang diri. Tentu saja Gibran dan Erlan yang telah hafal sifat adik tengilnya itu langsung membuang napas pelan.

"Pria mana lagi yang telah menjadi korban bocah tengil itu?" gumam Gibran menggelengkan kepalanya pelan.

"Lalu siapa calon korbannya berikutnya?" tanya Erlan terkekeh kecil.

"Aku tidak tau. Kenapa masih ada pria bodoh yang bisa masuk kedalam perangkapnya?"

"apa kalian sedang menggosipkanku? ingat, kalian itu pria. Jadi tidak boleh menggosip," ucap Aulya menghempaskan bokongnya di samping Gibran.

"Kami tidak menggosip! kami bicara soal fakta," ucap Erlan dengan tegas tanpa menatap gadis itu.

"Fakta jika seorang Aulya Putri Ardinata adalah gadis yang cantik jelita," ucap Aulya dengan pedenya.

"Cantik! jika di lihat dari ujung samudera," ucap Erlan singkat.

Mendengar ucapan asisten kakaknya itu, Aulya hanya memanyunkan bibirnya kesal. Hingga akhirnya ide jahil tiba-tiba muncul di dalam otaknya. Dia diam-diam mengambil kunci mobil Erlan lalu kabur begitu saja.

"Gue sembunyiin ni kunci biar tau rasa," batin Aulya sambil terkekeh kecil.

"Kak! aku merasa ada yang aneh," ucap Erlan melihat Aulya yang beranjak dari duduknya tanpa bicara.

"Apa?" tanya Gibran mengerutkan keningnya.

"Mana kunci mobilku? pasti ini kerjaan adik kakak yang tengil itu lagi," ucap Erlan saat menyadari kunci mobilnya yang tidak ada lagi di atas meja.

"Itu bukan urusanku. Jadi aku tidak tanggung jawab," ucap Gibran santai lalu menyimpan laptopnya.

"Kakak! ini sudah pukul enam sore. Aku harus menjemput adik ipar kakak. Bisa mati aku kalau terlambat," oceh Erlan mengingat jika dia punya janji dengan kekasihnya.

"Kau gedor saja pintu kamarnya. Kebetulan papa dan mama lagi di luar, jadi tidak akan ada yang membelanya," ucap Gibran.

"Baiklah! akan ke balaskan dendam ku selama ini," ucap Erlan tersenyum sinis lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Aulya.

Tok... tok...

"Aulya! mana kunci mobil kakak?" teriak Erlan sambil menggedor pinta kamar Aulya yang tertutup rapat.

"Ada apa sih, Kak? ganggu Alya sedang santai saja," ucap Aulya membuka pintu, tidak lupa dengan wajah polos tanpa dosanya.

"Mana kunci mobil kakak? kakak tau kau yang menyembunyikannya ya kan?"

"Aulya tidak tau!"

"Kakak tau kau yang mengambilnya. Balikin sekarang, kakak harus menjemput Mia sebentar lagi."

"Lya tidak tau!"

Arghhh...

Akhirnya kesabaran Erlan habis juga, dia menarik telinga Aulya, sehingga gadis itu langsung merintih kesakitan sambil memegang tangan Erlan.

"Kak lepasin. Nanti telingaku lecet," ucap Aulya penuh permohonan.

"Kembalikan dulu kunci mobil kakak. Jika tidak! jangan harap kau bisa lepas dari kakak," ucap Erlan dengan tegas. Tentu saja dia tidak mau putus dengan sang kekasih karena ulah gadis tengil itu. Sudah cukup dia berapa kali putus dengan kekasihnya karena ulah Aulya yang selalu menjahilinya.

"Tante Nur!" ucap Aulya tersenyum, sehingga membuat Erlan langsung melepaskan tangannya dari telinga Aulya.

"Upss! bercanda...," ucap Aulya terkekeh lalu mengambil langkah seribu.

"Dasar bocah si4l4n!" teriak Erlan lalu mengejar Aulya dengan penuh kemarahan.

Mendengar suara teriakan Erlan, Gibran hanya bisa membuang napasnya kecil. Dia mengambil headsetnya lalu memainkan ponsel dan pura-pura tidak tau apapun.

"Kakak! lihat ada macan ngamuk," pekik Aulya bersembunyi di belakang sofa yang di duduki Gibran.

"Sini kau!" teriak Erlan terus mengejar Aulya, sehingga membuat ruangan itu seperti taman kanak-kanak.

"Ya Allah! kenapa kau ciptakan kedua adik tengil ini di sisiku?" batin Gibran mulai kesal melihat kelakuan kedua adiknya itu.

Bugh....

Karena tidak memperhatikan jalan, Aulya akhirnya menabrak seorang pemuda yang berjalan memasuki ruangan tamu. Dia menatap pemuda yang ada di bawahnya itu dengan tatapan penuh semangat. Tentu saja dia semangat, karena melihat pemuda tampan semangatnya langsung meningkatkan seratus derajat.

"Tuan Aldelard!"

"Ya Allah! ternyata kau selalu berpihak kepadaku. Kau selalu menghadirkan pemuda tampan di dekatku. Sehingga membuat semangatku terus bertambah," ucap Aulya menatap kagum ketampanan pemuda tampan di bawahnya itu.

"Aulya! masuk kamar, sekarang!" ucap Erlan langsung menarik Aulya. Sebelum mereka kehilangan muka di depan rekan bisnisnya itu karena kecentilan gadis itu.

Bersambung.......

Part 03

"Selamat datang Tuan Aldelard! maaf atas kelakuan kedua adik saya," ucap Gibran menunduk hormat melihat kedatangan keluarga besar rekan bisnisnya itu.

"Tidak masalah, Tuan Gibran," ucap Aldelard tersenyum manis kepala Aulya dan Erlan.

"Om! putra om tampan-tampan. Apakah om mau....," belum selesai mengucapkan kata-katanya, Erlan langsung menutup mulut Aulya lalu menyeretnya ke kamar.

"Kau jangan bikin malu. Nasib punya saudara sepupu kecentilan sepertimu," oceh Erlan mengangkat tubuh Aulya, sebelum gadis tengil itu mengobral diri.

"Anda tidak perlu menghiraukan ucapan adik saya, karena itu lebih baik untuk perasaan putra anda," ucap Gibran tersenyum kecil.

"Eh! ada tamu, kenapa tamu kita tidak di persilahkan duduk sayang?" tanya Zhia melihat tamu mereka yang masih berdiri.

"Ayo duduk. Maaf atas penyambutan putra saya yang kurang baik," ucap Rayyan merasa tidak enak kepada tamunya itu.

"Tidak apa-apa, Tuan. Kami hanya berbincang sebentar tadi," ucap Tuan Aldelard tersenyum.

"Mana adikmu?" tanya Zhia melihat suasana rumah yang begitu sepi tanpa kehadiran putrinya.

"Erlan mengurungnya di kamar. Mama tau sendirikan bagaimana putri mama itu jika melihat pria mulus sedikit saja," ucap Gibran santai lalu duduk bergabung bersama sang papa.

Mendengar ucapan putranya itu, Zhia hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju dapur lalu menyiapkan makan malam untuk mereka. Sedangkan Gibran dan Rayyan berbincang dengan keluarga Aldelard. Jika kalian bertanya tentang Aulya, maka tidak perlu heran lagi. Dia sedang berdebat dengan Erlan dan terus mencari cara agar bisa kabur dari kakak sepupunya itu.

"Kak! kenapa kakak mengurungku di sini? apa kakak tidak lihat di bawah ada pangeran tersasar," ucap Aulya menghentakkan kakinya kesal.

"Kau jadi wanita ada harganya sedikit kenapa? Jangan terlalu murah jadi wanita," ucap Erlan kesal.

"Memang kakak kira aku ini barang. Pakai ada harganya segala, mahal dan murah,"

Mendengar ucapan adiknya itu, Erlan hanya bisa menepuk jidat. Bicara dengan gadis tengil itu memang tidak ada gunanya, yang ada dia hanya naik darah mendengar jawaban Aulya yang tidak ada akhirnya.

"Kau bukan barang. Tapi goreng pisang," ucap Erlan kesal lalu melangkahkan kakinya keluar.

"Goreng pisang? enak saja, gadis secantik gue di bilang goreng pisang," oceh Aulya dengan mode sedikit mudeng mendengar ucapan Erlan.

"Kakak! buka pintunya," teriak Aulya ketika menyadari jika Erlan telah mengunci pintu kamarnya dari luar.

"Jangan harap!" teriak Erlan lalu melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan teriakan Aulya.

"Arghh! dasar kakak si4l4n. Lihat saja pembalasanku," ucap Aulya kesal lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

"Hiks... karena Kak Erlan aku tidak bisa melamar kakak tampan tadi. Apakah Allah masih memberikanku kesempatan untuk bertemu lagi dengannya? jika Allah memberikan kesempatan itu lagi, aku berjanji tidak akan berpaling kepada pria lain lagi," ucap Aulya penuh permohonan.

"Tapi tunggu dulu, sudah berapa kali aku berjanji seperti ini? coba aku hitung dulu. Sudah berapa kali ya? aku sampai lupa," ucap Aulya mencoba menghitung berapa kali dia mengucapkan janji seperti itu. Namun, sudah berapa kali dia mencoba hasilnya tetap saja, dia tidak tau.

"Baiklah! kali ini aku akan mengubah janjiku. Jika engkau mempertemukanku lagi dengannya, maka aku berjanji. Aku berjanji tidak akan mengajaknya pacaran. Tapi aku akan langsung melamarnya," ucap Aulya penuh keyakinan.

...----------------...

"Aulya!!!"

Suara teriakan Gibran tiba-tiba terngiang di telinga Aulya, sehingga membuat tidur cantik gadis itu terganggu. Namun, Gibran tidak akan menjadi alarm di pagi hari jika bukan karena kelakuan adiknya itu.

"Kakak kenapa sih teriak-teriak pagi-pagi begini? kayak ayam jago saja" gumam Aulya tanpa ada niat membuka matanya.

"Arghh.... kakak sakit," rintih gadis itu ketika tangan kekar mendarat mulus di telinganya.

"Kau apakan mobil kakak? ha!" ucap Gibran menatap kesal adik super jahilnya itu.

Mendengar ucapan sang kakak, mata Aulya langsung segar. Dia mengingat kelakukannya semalam yang diam-diam mengempiskan mobil sang kakak.

"Aulya tidak tau!" ucap Aulya dengan polosnya.

"Tidak tau kau bilang? kakak tau itu pasti ulahmu," ucap Gibran kesal sambil menarik selimut Aulya.

"Papa!" ucap Aulya tersenyum menatap ke arah pintu yang terbuka. Mendengar itu, Gibran langsung menatap ke arah pintu, sehingga dia tidak memperhatikan adiknya itu lagi.

"Mama! tolong Lya," teriak Aulya langsung kabur ketika sang kakak lengah.

"Dasar adik si4l4n," ucap Gibran kesal sambil melonggarkan dasinya. Dia tidak perduli jika dia sudah rapi saat ini, dia mengejar adiknya itu tanpa memperdulikan tatapan para pelayan. Para pelayan di rumah itu memang sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu, jadi mereka hanya bisa tersenyum sambil menggeleng kecil melihat kelakuan adik kakak itu.

"Sayang! ada apa ini?" tanya Zhia yang sedang menata sarapan di atas meja.

"Mama lihat putri kesayangan mama itu. Dia mengempiskan ban mobil Gibran," ucap Gibran penuh kekesalan.

"Mama sudah lihat Aulya kok. Tadi Lya lewat di depan mama. Jadi sudah pasti dia lihat," ucap Aulya polos tanpa dosa.

"Dasar adik laknat. Awas saja kau ya," ucap Gibran penuh kekesalan.

"Arghh! papa," teriak Aulya menyelamatkan diri dengan berlari keluar rumah.

"Awas kau ya," teriak Gibran terus mengejar adiknya itu.

Bughh...

Tiba-tiba Aulya terpeleset, sehingga membuat tubuh mulus itu mencium aspal komplek itu.

"Kakak!" teriak anak kecil yang kebetulan melihat Aulya terjatuh.

"Arghh... bokongku," rintih Aulya memegang bokongnya yang terasa sakit.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya dua orang pemuda mendekati Aulya.

Mendengar suara itu, Aulya langsung mendongakkan kepalanya dan melihat pemandangan yang sangat memanjakan matanya. Dia menatap kedua pemuda itu dengan tatapan penuh kekaguman. Sampai-sampai dia lupa dengan penampilan baru bangun tidurnya.

"Wah! ternyata Allah memang sangat baik. Dia mempertemukan kita kembali," ucap Aulya tersenyum binar.

"Kamu bukannya putri Tuan Rayyan?" tanya seorang pria paruh baya menatap Aulya yang sedang bersama kedua putra dan juga cucunya itu.

"Ia! saya Aulya, putri keluarga Ardinata. Senang bertemu dengan calon papa mertua," ucap Aulya tanpa malu.

"Papa mertua?" ucap Aldelard terkekeh kecil

"Aulya! ayo pulang," ucap Gibran menarik tangan adiknya itu.

"Papa, calon menantumu pamit dulu ya. Sampai jumpa lagi," ucap Aulya dengan centilnya. Sehingga membuat wajah Gibran langsung merah padam karena menahan malu.

"Kakak cantik! ingat Kia 'kan?" tanya Kia tersenyum.

"Wah! tentu saja kakak ingat. Kamu tinggal di sini?" tanya Aulya mengingat jika mereka kedatangan tetangga baru.

"Ia, Kak! nanti pulang sekolah Kia main ke tempat kakak ya?"

"Wah! ternyata Allah memang berpihak kepadaku. Pangeran tampan ini ternyata tetangga baruku, aha! kesempatanku makin besar," batin Aulya bersorak dalam hati sambil tersenyum kepada putra termuda Aldelard.

"Mohon maaf atas ucapan adik saya ya. Mohon kemaklumannya, adik saya sedikit ini," ucap Gibran meletakkan jari telunjuknya di kening, sambil memiringkannya.

"Apa! kakak bilang aku gila?"

Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!