Pagi itu, Diana terbangun dari tidurnya,kepalanya terasa pening dan sakit,semalam dia terlalu banyak minum,hingga lupa apa yang telah dilakukannya setelah puas dugem.
"Akhhh... pusing bangetttt!" umpat Diana sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
Diana bangun dan duduk, jari-jari lentiknya memijat setiap permukaan kepala yang dirasanya sangat pening itu.
Diana menggeleng-gelengkan kepala,membuka mata lebar-lebar untuk dapat melihat dengan jelas.
Diana berhasil membuka matanya,tetapi dia merasa berada di tempat asing,karena kamar itu bukanlah kamarnya,tampak seperti kamar seorang lelaki.
"Gue dimana sih? kok ini kayaknya bukan kamar gue deh" Diana bertanya pada dirinya sendiri.
Diana merasakan sakit di area sensitifnya,rasanya perih bercampur dengan rasa basah dan tak nyaman disana.
"Kok sakit banget? apa gue mens ya? tapi mens gak sakit kayak gini kok" Diana terus saja bertanya pada diri sendiri,meski tak mendapat jawaban apapun.
Diana menundukkan kepala dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya, alangkah terkejutnya Diana saat mendapati tubuhnya sangat polos tanpa sehelai benang pun,diantara dua sel*ngkang*nnya terdapat bercak merah yang telah bercampur dengan cairan putih kental yang sudah mulai mengering.
"Astaga! ini apa? gue kenapa?!" Diana terlihat cemas.
Dia tak tahu apa yang terjadi padanya,dia tak mengingat apapun.
"Baju gue?" Diana mencari bajunya,yang ternyata sudah berserakan di lantai.
Tak hanya baju Diana, disana juga ada baju lelaki yang tercecer tak karuan.
Diana kemudian menoleh ke arah sampingnya,matanya membulat sempurna,terkejut bukan main saat melihat sesosok tubuh pria berbaring di sampingnya,dengan keadaan yang sama.
"Nggak mungkin,nggak mungkin!!!!" teriak Diana shock mendapati dirinya dan lelaki itu tidur bersama dalam keadaan memalukan.
Tanpa perlu dijelaskan pun, Diana sudah tahu apa yang terjadi dengan mereka,hingga membuat mereka seperti itu.
Teriakan Diana yang keras,berhasil membangunkan si lelaki yang menelungkup.
"Hmmm... berisik!" gumam lelaki itu,suara teriakan Diana mengganggu tidur nyenyaknya.
Sosok lelaki itu berbalik pada Diana,membuat Diana lebih tercengang lagi ketika melihat wajahnya.
"Gaga!" teriak Diana lagi.
"Gak mungkin gue sama dia...gak,gak mungkin!!!" Diana tak percaya jika memang dia telah melakukan itu dengan Gaga,teman sekelasnya sendiri.
"Argghhh... berisik!" umpat Gaga lagi.
Keributan yang ditimbulkan oleh Diana,membuat Gaga terbangun dan beralih ke posisi duduk.
Matanya masih terpejam,kepalanya juga pusing, Gaga berusaha menormalkan kondisinya.
"Ga,lu ngapain disini? jangan bilang kalo lu sama gue semalaman ngelakuin itu!" Diana langsung Bertanya dengan suara lantang,air matanya membasahi pipi.
"Mana gue tau,ini kamar gue" jawab Gaga setengah sadar.
"Ga,lu jelasin sama gue,apa yang terjadi!" Diana mengguncang tubuh Gaga yang masih belum sadar sepenuhnya itu.
"Apaan sih?! ganggu banget!" Gaga tak suka di ganggu.
Diana menangis kencang,jika memang benar semalam mereka telah melakukannya,bagaimana nasib Diana saat bertemu orangtuanya yang akan kembali dari Amsterdam dua hari lagi?
Mereka pasti akan sangat murka,entah apa yang akan dilakukan Ayahnya yang keras kepala dan galak itu padanya, jika tahu putrinya sudah tak perawan lagi.
Tangisan Diana berhasil menyadarkan Gaga,pemuda itu menatapnya,menatap seluruh tubuh Diana yang hanya ditutupi selimut saja.
"Kita kenapa?" Gaga malah bertanya balik.
Diana menatapnya heran,apa Gaga juga tak tahu apapun?
"Jangan bilang lu gak tau apa-apa! lu udah ambil keperawanan gue!" Diana menduga, Gaga hanya berpura-pura tak tahu.
"Keperawanan apa? gue gak tau apapun,jangan asal nuduh!" sangkal Gaga,karena dirinya tak merasa telah menodai Diana.
"Tapi lu liat sendiri gimana kondisi kita sekarang,gak mungkin kita gak ngelakuin apa-apa semalam!" Diana menangis makin kencang.
"Sumpah gue gak inget apa-apa Di,gue semalam minum terlalu banyak,gue gak ingat apapun lagi,yang gue ingat semalam gue pulang ke rumah bawa cewek,itu doang" Gaga menceritakan kejadian semalam yang di ingatnya saja.
Gaga benar-benar lupa,dia tak mengingat sama sekali apa yang terjadi setelah dia pulang dengan membawa perempuan.
"Itu artinya,lu emang bawa gue kesini,dan ku perk*sa gue!" tuding Diana.
"Gue gak inget Di, beneran gak ingat, jangan paksa gue buat mengingat sesuatu yang sulit di ingat,malah bikin kepala gue sakit!" Gaga tak bisa mengakui sesuatu yang tak di ingatnya, walaupun benar itu terjadi.
Diana tak henti menangis,kesuciannya terkoyak akibat minuman haram yang sudah menjadi konsumsi rutinnya saat masuk ke bar.
Diana Riddick Wiratmaja,18 tahun.
Seorang pelajar SMA semester akhir,dia adalah putri dari seorang pengusaha ternama Alfred Riddick Wiratmaja,yang kaya raya dan terkenal baik hati di kalangan masyarakat luas yang mengenalnya.
Orangtua Diana sering bepergian ke luar negeri untuk perjalanan bisnis,dan Ibunya pun bukan orang biasa,melainkan seorang pramugari yang jarang ada di rumah.
Diana hidup dalam kemewahan sejak kecil,selalu mendapatkan apapun yang di inginkannya tanpa terkecuali,dia juga terkenal sebagai siswi paling kaya di sekolahnya.
Diana melakukan apapun yang disukainya,tanpa ada orang yang melarang,mengingat kedua orangtuanya yang jarang di rumah,membuat kehidupan Diana bebas.
Diana bukan sekali dua kali masuk bar,tapi hampir setiap malam, dia juga tak ragu untuk meminum minuman haram yang di anggapnya biasa saja.
Diana tak pernah mempedulikan statusnya yang masih pelajar,menurutnya, yang penting guru sekolah tak pernah tahu seperti apa kehidupannya di luar sekolah,karena itu hak nya.
Selain Diana,banyak teman-teman sekelasnya yang juga sering clubbing,termasuk Gaga.
Tetapi,tak semua dari mereka mencoba minuman itu,tak jarag juga yang datang ke bar hanya untuk dugem,menghabiskan malam dibawah lampu disko dengan musik jazz.
Diana termasuk gadis yang nakal,pakaiannya selalu seksi, memperlihatkan kemolekan tubuhnya yang putih mulus itu.
Tak jarang juga banyak lelaki yang menggodanya di dalam bar,tapi Diana mengacuhkannya, meski kelakuannya negatif,tetapi Diana selalu bisa menjaga diri dari perbuatan seperti itu.
Entah mengapa,kali ini Diana sepertinya lepas kendali,dalam keadaan mabuk,pastilah Diana dan Gaga telah melakukan penyatuan,tanpa mereka sadari.
Diana sangat menyesal,apa yang sudah hilang dari dirinya takkan bisa kembali lagi seperti semula,hanya air mata yang menunjukkan penyesalan mendalam darinya.
*****
[2 Minggu Kemudian]
Diana berjalan gontai memasuki kelasnya,tak seperti biasa,gadis cantik itu tak bersemangat sama sekali.
"Hai Di!" sapa Angel,sahabatnya.
"Hai" balas Dinia pelan, sambil duduk di bagkunya,yang bersebelahan dengan Angel.
"Lu kenapa? kok lemas gitu?" tanya Angel heran,tak biasanya Diana seperti ini.
"Gapapa,gue cuma lagi malas ngapa-ngapain aja" jawab Diana.
"Lu ada masalah? cerita dong" tanya Angel lagi.
Diana menggelengkan kepala,meyakinkan sahabatnya jika dirinya baik-saja.
Tak berselang lama, Gaga masuk kelas,secara tak sengaja, Gaga melihat ke arah Diana yang duduk di bangku barisan tengah.
Gaga melihat Diana sangat lesu,bahkan menundukkan kepala sejak dirinya masuk.
Gaga pikir, mungkin Diana memang masih shock dengan kejadian itu antara mereka,kejadian itu telah membuat Diana kehilangan kesuciannya.
Mau bagaimana lagi?
Gaga pun tak mengingat kejadian malam itu dengan jelas,dia tak dapat mengingat apa yang dilakukannya bersama Diana.
Gaga melintasi bangku Diana,duduk di bangkunya yang berada tepat di belakang bangku Diana.
Gaga terus menatap ke arah punggung Diana,kepala gadis itu terus menunduk,seolah memang tak ada gairah hidup lagi.
"Sebenarnya,apa sih yang gue lakuin sama dia malam itu? gue gak ingat sama sekali, tau-tau udah bangun sama dia aja" Gumam Gaga dalam hati.
Gaga masih bingung,jika memang dia memperk*sa Diana, tentulah dia akan menyadarinya,tetapi dia tak sadar sama sekali,minuma itu membuatnya mab*k berat.
"Selamat Pagi anak-anak!" Guru kelas mereka masuk,dengan mendekap buku pelajaran di dadanya.
"Selamat pagi Bu!" jawab semuanya serempak.
"Untuk pelajaran hari ini,buka halaman 205 ya,jangan sampai ada yang terlewat,perhatikan ibu baik-baik" perintah Bu Guru.
"Baik!" jawan anak-anak.
Mereka mulai membuka buku pelajaran yang mereka bawa sesuai tema,membuka lembar demi lembar mencari halaman buku yang disebutkan.
Diana melakukannya juga,baru saja membuka beberapa halaman, Diana merasakan perutnya mual.
"Hufffttpph" Diana menutup mulutnya dengan tangan,ketika merasakan sesuatu ingin keluar dari mulutnya itu.
""Hmphhh" Lagi, Diana merasaka perutnya benar-benar tak enak,rasa mual membuatnya tak nyaman.
"Di,lu kenapa?" tanya Angel khawatir.
Diana menggeleng-gelengkan kepala,dia pun tak tahu dirinya kenapa.
Diana berlari keluar dari kelas menuju toilet sekolah, Angel meminta izin untuk menyusulnya.
Di dalam toilet, Diana memuntahkan semua isi perutnya,rasa mual itu tak dapat di hindari,gadis cantik itu terus menerus muntah.
Angel datang dan membantu Diana,dengan mengurut-urut bagian tengkuknya,agar Diana bisa memuntahkan semuanya,yang bisa membuatnya tak mual lagi.
"Lu kenapa sih? masuk angin ya?" tanya Angel.
"Gak tau Ngel,tapi rasanya perut gue mual banget,gak enak" jawab Diana.
"Ya udah,kita ke UKS aja yuk,mungkin aja lu sakit" ajak Diana.
"Nggal usah deh,gue mau balik ke kelas aja,perut gue udah enakan kok" Diana menolak dan memilih untuk kembali ke kelasnya.
Angel menuntun Diana untuk kembali ke kelasnya, Diana sungguh lemas.
Saat kembali ke kelas, Bu Guru langsung menanyakan apa yang terjadi pada Diana,tetapi Diana hanya mengatakan jika dirinya masuk angin saja.
Tentu, Diana tak tahu gejala apa yang dirasakannya,yang dia tahu hanya gejala masuk angin saja.
Jam Istirahat
Sebagian murid keluar untuk pergi ke kantin di jam istirahat,tetapi ada juga yang memilih untuk tetap di kelas,salah satunya adalah Diana.
Diana enggan kemana-mana, tubuhnya terasa lunglai,semangatnya redup.
Angel sedang ke kantin,sehingga Diana duduk sendirian.
Gaga yang baru masuk lagi ke kelas setelah dari kantin, menghampiri Diana.
"Lu sakit?" tanya Gaga.
Diana menoleh sekilas,lalu memalingkan muka, Diana masih benci pada Gaga.
"Mau ke Dokter?" tawar Gaga.
Diana tak menjawab,gadis itu tetap diam seribu bahasa.
Gaga yang merasa di acuhkan,kembali ke bangkunya,tak berani bertanya-tanya lagi.
Sejak kejadian itu, Diana tak pernah mau lagi bertegur sapa dengan Gaga,dia bahkan selalu menghindari pemuda itu.
Diana membenci Gaga,karena telah merenggut kesuciannya malam itu,meski Gaga terus mengaku tak ingat apapun,tapi tetap saja,bagi Diana Gaga bersalah.
Angel kembali dengan membawakan semangkuk bakmi kesukaan Diana,dia dengan sengaja membelikannya,agar Diana mau memakannya.
"Makan dulu Di,mumpung masih panas" Angel mengaduk-aduk bumbu dan kuah bakmi menjadi satu,dan menyajikannya untuk Diana.
"Gue gak laper Ngel" ucap Diana.
"Tadi kan lu udah muntahin semuanya,pasti perut lu kosong,makanya lu harus isi lagi perutnya biar gak laper" Angel berusaha membujuk.
"Gak ada selera makan,gue gak pengen makan apapun" jawab Diana,menolak.
"Di,nanti lu sakit,gimana kalo kita ke Dokter aja? mungkin Dokter bisa periksa kondisi lu lebih lanjut" ajak Angel.
"Iya,gue mau ke Dokter sepulang sekolah" jawab Diana.
"Mau gue anter?" tawar Angel.
"Nggak usah,gue sama sopir aja" tolak Diana.
"Oke deh, mudah-mudahan gak ada penyakit berbahaya ya, mudah-mudahan cuma masik angin doang" Angel berharap tak ada penyakit yang serius dari sahabatnya.
Diana menganggukkan kepala,mengaminkan harapan Angel untuknya.
*****
'teeeettttt'
'teeeettttt'
'teeeettttt'
Bel pulang sekolah berbunyi,pertanda bahwa jam kelas sudah berakhir,seluruh siswa siswi dan guru boleh pulang.
Diana berjalan cepat ke arah parkiran mobil,tanpa basa basi langsung masuk ke dalam mobil.
"Pak Asman,tolong antar ke Dokter ya" pinta Diana, kepada sopir pribadinya.
"Non Diana sakit?" tanya Pak Asman.
"Nggak tau,tapi badanku rasanya gak enak,mau periksa aja" jawab Diana.
"Baik Non" jawab Pak Asman patuh.
Mobil Diana melaju keluar dari halaman sekolah,berbelok arah dari tujuan ke rumah menjadi tujuan ke klinik.
Diana ingin memeriksakan kondisinya saat ini,mungkin saja memang dirinya sedang sakit, Diana ingin mencegah penyakit apapun menyebar dalam tubuhnya sejak dini.
Tak butuh waktu lama,mobil Diana telah masuk ke halaman klinik terdekat,dia berlari-lari pelan masuk ke dalam gedung klinik tersebut,meminta sopir untuk menunggunya di mobil saja.
Diana duduk di kursi tunggu,masih ada beberapa pasien yang mengantri bersamanya.
Satu per satu pasien telah di panggil, Diana sedikit lega, ketika antriannya berkurang,setidaknya dia takkan lama lagi menunggu gilirannya.
"Diana Riddick Wiratmaja!" panggilan dari dalam ruang pemeriksaan,memanggil namanya.
Diana beranjak masuk ke dalam ruangan itu.
"Silahkan duduk" Dokter wanita mempersilahkan Diana untuk duduk.
"Apa keluhannya?" tanya Dokter.
"Saya mual-mual terus Dok,perut saya rasanya kayak di obok-obok gitu" jawab Diana jujur.
"Hmmm... apa kamu masih rutin datang bulan?" tanya Dokter lagi.
Diana yang masih memakai seragam sekolahnya itu,membuat curiga sang Dokter,setelah mengatakan mual-mual gejala yang dirasakannya.
"Kayaknya,bulan ini belum Dok,udah telat" jawab Diana polos.
Dokter pun menjadi semakin curiga.
"Kamu pernah melakukan hubungan badan?" Dokter memastikan.
Diana terdiam,dia tak tahu apakah pernah atau tidak,tetapi saat itu dia dan Gaga bangun dalam keadaan memalukan,sedangkan Diana tak tahu apa yang terjadi malam sebelumnya.
"Kenapa diam?" tanya Dokter semakin curiga saja pada Diana.
"A,a,anu... sebenarnya... saya gak tau apa saya pernah berhubungan badan atau nggak,tapi saya pernah bangun dalam keadaan telan*jang bersama teman sekelas saya Dok" Diana dengan malu-malu menceritakan apa yang dialaminya.
"Bangun dalam keadaan telanj*ng dengan teman sekelas?" Dokter ingin yakin.
diana yang menganggukkan kepala.
"Kamu gak ingat apapun yang terjadi?" tanya nya lagi.
Diana menggelengkan kepala.
"Apa kamu merasakan sesuatu yang aneh di bagian intim kamu?" Dokter semakin ingin tahu lebih banyak.
"Sakit,perih,basah" jawab Diana polos.
Mendengarkan penjelasan Diana, Dokter semakin yakin dengan gejala yang dirasakan Diana itu.
"Kamu masuk ke kamar mandi,pipis,dan masukkan benda ini ke dalam air kencing kamu,setelah itu bawa pada saya" Dokter memberikan alat tes kehamilan pada Diana.
Diana dengan patuh menurutinya,dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan apa yang Dokter perintahkan.
Tak berselang lama, Diana keluar dari toilet,dengan membawa alat tes kehamilan di tangannya,lalu memberikannya pada Dokter.
Dokter menghela nafas berat saat melihat hasilnya.
"Kenapa Dok?" tanya Diana.
"Kamu Hamil" jawab Dokter.
Seketika,mata Diana terbuka lebar,membulat sempuran,menunjukkan dua netra cokelatnya yang indah.
Diana tercengang,bagaikan tersambar petir di siang bolong.
*****
[Keesokan Harinya]
Diana berdiri dengan perasaan tak tenang di lapangan basket yang sedang sepi,gadis cantik berambut blonde itu tengah menunggu seseorang.
Sejak tadi dirinya tak bisa tenang,setelah mendengar vonis Dokter kemarin,itu membuatnya sungguh cemas.
Diana tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang,dia tengah hamil,tentu saja tanpa menikah, bagaimana jika orangtuanya tahu?
"Lu ngapain ngajak gue ketemuan disini?" tiba-tiba suara itu mengejutkan Diana.
"Sini" Diana menarik tangan Gaga,membawanya ke tempat yang sepi.
"Ada apa sih Di? kalo mau ngomong ya di kelas aja kan bisa" tanya Gaga tak mengerti,mengapa harus berbicara di tempat sesepi itu.
"Gue pengen ngomong penting sama lu Ga,makanya gue ajak lu ketemuan disini" ucap Diana.
"Penting apaan?" tanya Rangga lagi.
Diana melirik kesana-kemari,memastikan situasi aman.
"Gue hamil Ga" ucap Diana,sambil memberikan alat tes kehamilan bergaris dua pada Gaga.
Mata Gaga membulat.
"Lu serius? gak mungkin lah,kita cuma sekali ngelakuin itu!" Gaga menolak percaya jika Diana hamil.
Seingatnya,mereka hanya melakukan satu kali,itupun saat keduanya tengah berada dalam pengaruh minuman k*ras.
"Kenapa gak mungkin? buktinya gue hamil!" tanya Diana.
"Bisa aja itu bukan anak gue,lu kan sering jalan sama cowok,bisa jadi itu anak cowok lain!" Gaga tak percaya itu anaknya.
'plakkk' telapak tangan Diana mendarat keras di pipi kiri Gaga.
"Jadi,lu pikir gue sering tidur sama cowok lain?! lu pikir gue cewek apaan?! jelas-jelas waktu itu lu yang pertama ambil keperawanan gue,kenapa lu malah nuduh gue kayak gitu?!" Diana tak terima dituduh sebagai perempuan yang bisa tidur dengan siapa saja.
Air mata Diana luruh membasahi pipinya, Gaga tega menuduhnya sehina itu.
Rangga terdiam,hanya tangannya yang mengusap pipi yang memerah.
"Masalahnya,gue gak inget apapun Di,gue gak tau apa emang kita melakukannya atau nggak,gue beneran gak sadar akibat pengaruh minuman itu!" Gaga selalu berusaha mengingat,tetapi tetap tak ingat.
"Gue juga gak ingat apapun,tapi hari itu keperawanan gue hilang Ga,dan cuma lu yang tidur sama gue.Gak mungkin orang lain yang ngelakuin,kalo bukan lu!" Diana menangis.
Gaga terdiam,memang saat itu mereka bangun di kamar yang sama,di atas kasur dan selimut yang sama,tanpa pakaian pula.Bagaimana pun juga,pasti sesuatu telah terjadi pada mereka.
"Udahlah... cuma itu yang mau gue bilang,gue gak mau debat,gue cuma mau ngasih tau itu aja" Diana berlalu dari hadapan Gaga,tak mengatakan apapun lagi setelahnya.
Diana tak meminta Gaga bertanggung jawab atau semacamnya,hanya itu yang di katakan.
Gaga tertegun,merasa bersalah telah mengatakan hal sbeuruk itu pada Diana.
*****
Sepulang sekolah, Diana berjalan sendirian ke arah parkiran, langkahnya lebih gontai dari kemarin,gairah hidupnya seakan redup.
"Diana!" Angel memanggil.
Diana menoleh.
Angel berlari ke arahnya dengan senyum merekah.
"Lu kok murung terus? memangnya Dokter bilang apa kemarin?" tanya Angel.
"Nggak kok,gue cuma masuk angin" jawab Diana berbohong.
Diana tak berani jujur kepada Angel,meski Angel adalah sahabatnya,tetapi Diana tetap tak berani untuk jujur.
"Lah,kalo cuma masuk angin,kenapa lu masih aja murung?" tanya Angel lagi.
"Gak bersemangat aja Ngel,gue balik duluan ya" Diana mencoba untuk tersenyum.
Gadis dengan tinggi 160cm itu masuk ke dalam mobilnya,dimana sang sopir telah menunggu.
Angel hanya menatap mobil Diana keluar dari halaman sekolah, Angel masih heran dengan sikap Diana belakangan ini,sahabatnya lebih banyak diam,tak seceria biasa.
Dari pintu masuk gedung sekolah, Gaga juga memperhatikan bagaimana mobil Diana pergi.
Gaga tadinya ingin berbicara lebih banyak dengan Diana,tetapi tadia dia sudah menyakiti hati Diana,tentu saja Gaga tahu Diana akan marah padanya.
Gaga mengendarai motornya untuk pulang,hari ini Mamanya baru kembali dari Solo,setelah pergi selama 5 hari,untuk urusan bisnis.
Anggara Putra Soebono,18 tahun
Siswa kelas 3 SMA teman Diana.
Anak bungsu dari dua bersaudara.
Gaga,biasa dia dipanggil,putra dari seorang pengusaha batu bara bernama Hasan Basri Soebono dari pernikahannya dengan seorang wanita Nining Soebono.
Gaga memiliki seorang Kakak laki-laki bernama Devano Putra Soebono,29 tahun.
Seorang pria kantoran,yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Ayahnya.
Devan sendiri masih melajang,belum memikirkan rencana untuk menikah di usianya yang sudah cukup matang.
Gaga dan Devan memiliki kepribadian dan sifay yang berbeda,mereka juga memiliki wajah yang tak identik sama, seperti bukan adik Kakak.
Devan lebih mirip dengan Ayahnya,baik dari rupa ataupun sifat, sementara Gaga lebih mirip pada Ibunya.
Devan memiliki kepribadian yang tertutup,sedikit bicara dan terkesan dingin.
Sementara Gaga lebih supel,sering bercanda dan juga hangat kepada siapa saja.
*****
[Rumah Keluarga Riddick]
Diana mengurung dirinya sejak kembali dari sekolah,dia bahkan belum mengganti seragam sekolanya.
Diana melipat kedua kaki dan memeluk lututnya,air mata terus menerus luruh membasahi pipinya.
Orangtua Diana kini ada di rumah,tetapi Diana tak bergabung bersama mereka,biasnya Diana akan sangat gembira jika berkumpul dengan mereka.
Tapi kali ini tidak, Diana menghindari mereka dan tak mau berbicara dengan mereka lebih lama, Diana merasa bersalah.
'tok tok tok' pintu kamar Diana di ketuk dari luar.
"Di,kamu lagi apa? makan siang dulu Nak!" Mamanya Diana memanggil,memintanya untuk makan siang.
Diana tak menyahut,malah semakin menenggelamkan wajahnya di antara dua lutut.
"Diana,kamu kenapa sih? kamu sejak kami pulang cuek terus,kamu marah sama Mama Papa gara-gara kita pulang telat?" Mamanya Diana kembali bertanya sambil megetuk pintu.
Diana tak menyahut juga,malah air matanya bertambah deras saja, Diana sangat takut dengan kedua orangtuanya.
Saat tengah menangis seperti itu, Diana merasakan perutnya mual kembali.
"Hufffttpph....hmmmpphh!" Diana berlari ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.
"Diana,kamu kenapa?!" Mamanya Diana mendengar sang putri mual-mual seperti itu menjadi panik.
Mamanya Diana berlari ke arah suaminya yang tengah berada di kamar, memberitahukan jika anak mereka mual-mual di kamarnya.
Dengan cepat Tuan Riddick berlari ke arah kamar putrnya itu.
""Hoekk.... hoekkk... hoekkk...!" Diana terus menerus ingin memuntahkan sesuatu dari mulutnya,tetapi tak mengeluarkan apapun.
Diluar kamarnya ,sang Papa menggedor-gedor pintu kamar dengan keras,sambil terus berteriak meminta Diana membukakan pintu.
"Pah,dobrak saja Pah!" pinta istrinya.
Tuan Riddick mendobrak pintu kamar anaknya dengan tubuh tinggi besarnya,hanya beberapa dobrakan saja,pintu kamar Diana terbuka.
Mamanya Diana dan Tuan Riddick langsung masuk ke kamar mandi,dimana Diana berada.
"Ya Tuhan,apa yang terjadi padamu Nak?!" Mamanya yang panik langsung menghampiri sang putri dan mengurut tengkuknya.
"Hoekkk... hoekkk... hoekkk" Diana terus seperti itu,rasa mualnya semakin parah.
"Diana,ada apa? kenapa kamu mual-mual seperti itu?!" tanya Tuan Riddick lantang.
Diana menggelengkan kepalanya,tak mau jujur.
"Pah, jangan-jangan Diana..." mamanya sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan putrinya.
"Diana apa?!" tanya suaminya tegas.
"Hamil" jawab istrinya pelan,takut membuat suaminya murka.
"Hamil?! bagaimana bisa? Diana belum menikah!" Tuan Riddick langsung murka mendengar kata 'hamil',meskipun belum tahu benar apa tidak.
Tuan Riddick membalikkan tubuh Diana agar menghadap padanya dengan kasar.
"Katakan,apa yang Mama kamu bilang itu benar? heh?!" Tuan Riddick melotot,kedua tangannya mencengkeram dua bahu Diana.
Diana ketakutan,tangisannya semakin kencang.
"Jawab Diana!!!" bentak Tuan Riddick,dengan mengguncang tubuh Diana.
"Pah,jangan terlalu kasar,kasihan Diana" Mamanya Diana tak suka suaminya terlalu kasar pada Diana.
"Diam! biarkan Papa melakukan apa yang harus Papa lakukan!" Tuan Riddick membentak istrinya,tak suka dicampuri.
Mamanya Diana tak melawan,suaminya memang sangat menakutkan jika marah.
"Jawab Papa, Diana!!" Tuan Riddick memaksa Diana untuk menjawab pertanyaannya.
Diana tetap tak menjawab, Diana sangat takut.
"Baik,kalau kamu gak mau menjawab, Papa akan bawa Mama kamu pergi dari sini dan gak akan pernah kembali lagi!" ancam Tuan Riddick.
"Jangan Papa,jangan..." Diana langsung merespon,tak mau jika Mama dan Papanya meninggalka dirinya sendiri.
"Kalau begitu cepat,jawab pertayaan Papa,apa benar kamu hamil,hah?!" tanya Tuan Riddick tak sabar.
Diana denga terpaksa mengaggukkan kepala, sebagai jawaban jika memang dirinya hamil.
Seketika,mata kedua orangtuanya membulat sempurna, Diana menangis semakin kencang.
"Anak kurang ajar!" teriak Tuan Riddick murka.
'plakkk' sebuah tamparan keras mendarat di pipi putih Diana.
Tuan Riddick benar-benar murka,tak terima anak gadisnya hamil diluar nikah.
Tuan Riddick tanpa basa basi mengangkat tubuh Diana,membawanya ke kamar dan membantingnya ke tempat tidur, kedua tangannya mencengkeram leher Diana, menekannya kencang,seakan telah kehilangan akal sehatnya.
"Lebih baik kamu mati! Papa gak sudi memiliki cucu dari hasil yang tak jelas!" Tuan Riddick menekanka tangannya pada leher Diana.
"akkhhkhhakkkhkkhhh" Diana kesulitan bernafas,tangannya meronta-ronta, mencengkeram sprei,air mata Diana mengalir.
"Papa! jangan,sadar Pah!!" Teriak Mamanya Diana mencegah suaminya melakukan tindaka bodoh pada Putri mereka.
"Lebih baik dia mati!" Tuan Riddick seolah kerasukan setan.
"Papa,janga Pah! jangan!!!" Mamanya Diana berusaha melepaskan tangan suaminya dari leher Diana.
"akkkhhkkkkkhhh" Diana sangat sulit untuk bernafas,dia suda ikhlas jika harus mati di tangan Papanya,asal itu bisa menebus kesalahannya.
"Pa...pa... ma...af....Di...a...na...." Diana dengan terbata-bata meminta maaf pada Papanya,dia sisa-sisa waktunya itu, Diana ingin Papanya bisa memaafkannya.
"Pa...pa..." Suara Diana terpotong-potong,kesadaran Diana hampir hilang, tenaganya habis.
"Papa!!!!" Mamanya berteriak histeris saat melihat tangan putrinya terkulai.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!