Suara riuh para mahasiswa yang sedang istirahat di dalam kantin. Tampak beberapa orang duduk bergerombol, ada juga yang duduk sendiri.
"Elu nanti malam jadi nginap dikosan gue? "
"Jadi dong, nyokap bokap gue pulangnya nanti masih beberapa lagi. "
"Oke, pulang kuliah elu bisa ke kosan duluan, gue mau ngasih les buat nambahin uang bulanan. Kiriman dari bapak gue masih satu minggu lagi."
"Mau gue anter nggak biar nanti kita ke kosan bisa sama sama. "
"Kenapa emangnya, elu takut ya di kosan sendiri"
"Gue takut sama ibu kos elu, bukan sama demit. "
"Dasar elu, memang nya ibu kos gue sebangsa jin.." keduanya tertawa sambil berjalan di Koridor kampus.
Arya masuk ke dalam mobil, di susul Andika yang akan less anak anak Sekolah Dasar, Di dalam perjalanan lumayan macet. Di dalam mobil keduanya terlibat perbincangan.
Tiba tiba telpon Arya berdering, terlihat nama pemanggil. Ternyata mamahnya yang menelpon dirinya.
"Hallo mah..... "
"............... "
"Mamah nggak jadi pulang besok lusa, sekarang ada di rumah? " Arya tampak bahagia tapi kecewa juga.
"......... ...... "
"Iya mah, Arya pulang. " Telpon kemudian ditutup
"Kenapa, nyokap elu nggak jadi pulang lusa? " Andika bertanya.
"Iya sorry banget bro, gue nggak jadi nginap di tempat kos elu, tapi jangan khawatir sekarang gue anter elu ke tempat eluau ngajar anak anak, ntar pulangnya gue ongkosin. Sebagai ganti gue nggak jadi ke tempat kos elu. " Arya merasa tidak enak hati.
"Nggak gitu juga bro, elu nggak usah ngasih ongkos sama gue, jangan kaya gitu dong." Andika sekarang yang nggak enak hati.
"Itu udah rejeki elu, gue ikhlas kok ngasih. Elu sahabat gue yang nggak pernah lihat siapa gue, dan nggak pernah manfaatkan gue. "
Andika berkaca kaca, Arya anak orang kaya tapi dia mau bersahabat dengan dirinya yang hanya seorang petani dari desa.
"Tempat ngajar elu di sini? " Arya melihat sekeliling.
"iya, anak orang kaya, kalau ngasih upah lumayan gede. " Ujar Andika tertawa.
Arya hanya manggut manggut. Setelah itu memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.
Tadinyan Andika tidak mau nerima tapi karena Arya memaksa akhirnya uang tersebut diterima juga.
"Thanks bro. " Andika keluar dari mobil lalu melambai ke arah Arya yang sedang membelokkan mobilnya, setelah itu melesat meninggalkan Andika yang masih berdiri.
"Kak Andika kenapa berdiri di situ ayo masuk, mommy udah nungguin dari tadi. " Andika di kagetkan suara anak kecil dari belakang ternyata anak yang biasa les pada diri nya.
Andika tersenyum seraya berjalan mengahampiri Tasya yang berada di balik gerbang yang sangat tinggi.
Setelah gerbang di buka oleh security, Andika masuk ke dalam rumah. besar itu untuk berrtemu dengan mo6nya Tasya yang akan membicarakan tentang les anaknya.
Arya pulang ke rumahnya mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sampai di rumah tidak ada satu orangpun, keadaan rumah sangat sepi.
"Mah... Mah.. " Arya berteriak memanggil mamahnya namun tidak ada jawaban.
Di cari ke kamarnya tidak ada, dapur, kamar mandi dan beberapa tempat yang biasa mamahnya ada namun hasilnya tetap nihil.
Arya merogoh aaku jaketnya lalu mengambil ponselnya. Dicari nama mamahnya, kemudian mencoba telpon mamahnya.
Tut... Tut... Tut...
Beberapa kali panggilan tidak ada jawaban dan yang terakhir ada jawaban.
"Halo mah katanya ada di rumah terus nyuruh Arya pulang, tapi mamahnya nggak ada. "
"................ "
"Apa, mamah sama papah pergi lagi, kenapa nggak telpon Arya, jadi bisa nginap di rumah teman. "
"............. "
"Jadi Arya tidur sendirian di rumah? " Arya mendengus kesal lalu memutuskan telpon.
Arya masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kesal. Masuk kamar mandi membersihkan tubuhnya yang lengket, karena lapar kemudian memesan makanan lewat aplikasi.
Setengah jam kemudian pesanan datang, makanan yang ada di depannya di lahap sampai habis.
Dengan kenyang, Arya berbaring di atas tempat tidurnya sambil memainkan HP nya. Namun saat bermain game, tiba tiba lampu kamar mati.
"Kok gelap. " Arya bangkit kemudian duduk menyalakan senter di HP
Arya melanjutkan bermain game, ada pesan Whatsapp masuk.
* Ning nang ning nung. Namaku Rani usia ku 10 tahun. Seluruh keluarga ku mati terbakar. Temani aku malam ini. Jika tidak mau, kirim pesan ini ke tujuh nomor lain. "
Arya hanya tertawa kecil, pikirnya ada orang iseng yang mengirim Whatsapp agar dirinya menjadi takut karena lampu di rumah sedang gelap.
Arya sekilas melihat rumah tetangganya terang benderang, tapi kenapa rumahnya gelap gulita, apa ada yang konslet. Begitu pikir Arya.
Arya turun ke pantai bawah, dengan menggunakan lampu senter dari HP nya perlahan-lahan menggapai pintu utama, cahaya dari HP nya menerobos kaca jendela yang belum di tutup gorden tebal, hanya gorden yang tipis sehingga halaman rumahnya terlihat.
Arya melihat sesuatu di balik jendela, seperti sosok anak kecil dengan wajah pucat sedang berdiri di teras.
Arya memperhatikan bayangan tersebut, dirinya hanya menyimpulkan kalau bayangan itu hanya bayangan pepohonan yang di tiup angin.
Setelah yakin kalau bayangan di luar itu hanya daun daun yang tertiup angin, dengan segera membuka pintu untuk menyalakan kembali lampu yang tadi mati.
Saat akan meraih saklar lampu, diri nya melihat seorang anak kecil berdiri di depan teras memakai baju putih penuh dengan darah, wajahnya sedikit gosong.
Tiba tiba bulu kuduknya merinding. Arya memejamkan matanya semoga itu hanyalah bayangan daun daun yang di tiup, tak lama kemudian matanya terbuka kembali dan bayangan itu seketika hilang.
Dirinya beranggapan mungkin karena dirinya terlalu lelah dengan banyaknya tugas yang sedang dikerjakan sehingga membuatnya kurang tidur. Hingga matanya kurang jelas dan terasa kacau.
Arya merasakan bulu kuduknya semakin merinding. Secepatnya Arya kembali ke dalam rumah tanpa mengunci pintu, saat akan menaiki tangga, kakinya terasa menginjak sesuatu. Arya menundukkan kepala untuk melihat benda yang di injaknya, dan ternyata dirinya menginjak sebuah tangan boneka, tapi punya siapa sedangkan di rumah ini tidak ada anak kecil, tetangganya tidak ada yang pernah main ke rumahnya karena kedua orang tuanya sangat sibuk, saudarapun tidak punya anak kecil.
Arya teringat dengan pesan yang di terimanya dari aplikasi hijau dan bayangan anak kecil yang memakai baju putih tadi.
Mengingat semua itu, Arya secepatnya berlari ke dalam kamar lalu menguncinya dari dalam, naik ke tempat dan berharap semua itu hanya halusinasi nya saja.
Namun semakin lama memikirkan kejadian tadi semakin membuat bulu kuduknya semakin merinding.
Hpnya berbunyi, pesan hijau muncul lagi. Dengan perasaan takut Arya membaca pesan yang muncul.
"Mau Main? "
Arya melemparkan Hpnya, dirinya sangat ketakutan. Ditariknya selimut sampai menutupi wajahnya sambil menggenggam HP lalu mengirimkan pesan yang masuk tadi ke tujuh nomor lainnya. Namun semua pending. Kemudian sebuah pesan.
"Sudah terlambat, ayo temani aku main. "
Arya semakin menutupkan selimut ke seluruh tubuhnya, berbaring dan merapatkan punggungnya ke tembok.
Arya merasakan ada sebuah gerakan seperti sebuah gesekan di bawah tempat tidurnya. Namun Arya tidak berani keluar dari tempat dalam selimut.
Arya lama menunggu namun tidak ada terjadi kejanggalan, dengan memberanikan diri Arya mencoba membuka selimut dan memastikan kalau di bawah tempat tidurnya tidur ada apa apa.
Arya lama menunggu namun tidak ada terjadi kejanggalan, dengan memberanikan diri Arya mencoba membuka selimut dan memastikan kalau di bawah tempat tidurnya tidak ada apa apa.
Di saat dalam situasi seperti ini, Arya berpikir harus bisa melewati malam ini dengan penuh keberanian. Karena semua berasal dari rasa takut yang di rasakan nya.
Dengan perlahan ia menarik selimut yang menutupi kepalanya dan memcoba bergeser kepinggir tempat tidur.
Arya sedikit bergerak untuk melihat kolong tempat tidurnya.
Alis matanya terangkat ke atas, sehingga matanya jadi terbelalak, jantungnya berdetak seiring nafas yang tadi tertahan, buku kuduknya merinding, tubuhnya bergetar.
Tiga.... Dua...Satu.....Nafasnya berhenti sambil menghitung mundur sebagai ancang ancang-ancang.
Hidungnya masih melekat pada pinggiran tempat tidur. Dan Nol.....!
Hitungan terakhir.
Setelah itu kepalanya menggantung melihat kolong tempat tidur nya.
Perasaannya lebih menakutkan daripada kenyataan. Dan akhirnya dirinya sadar bahwa perasaannya dapat di balik dengan kenyataan yang di tunjukkan oleh indranya.
Termasuk perasaan takutnya.
Kini dirinya masih dengan posisi kepalanya yang menggantung di kolong tempat tidur.
Arya menyesal karena tadi dirinya sudah telah mengirimkan pesan tersebut ke tujuh nomer lainnya.
Lehernya terasa sangat pegal ketika berada di posisi tergantung seperti tadi. Lalu Arya kemudian duduk dan kembali ke atas tempat tidur nya.
Tapi kali ini matanya tidak dapat membohongi apa yang ada disamping nya.
Seorang gadis berwajah pucat dan gosong sedang tersenyum ke arahnya dengan menyeringai memperlihatkan giginya yang hitam dan runcing.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Arya berteriak karena ketakutan dan jatuh di atas tempat tidur tak sadarkan diri.
*********
"Tha elu lihat Arya nggak? "
"Tumben elu nyariin, biasa elu berdua lengket kaya perangko. " Mitha vukannya menjawab pertanyaan Andika tapi malah meledeknya.
" Nah itu dia, biasanya Arya sudah nangkring di depan kampus nungguin gue, tapi tadi gue datang sampai masuk kelas Arya nggak ada. "
"Udah elu telpon? "
"Udah, tapi nggak aktif. "
"Kenapa elu nggak coba datang ke rumahnya, mau gue anter. Gue juga penasaran kenapa itu amplop nggak nongol di kampus. "
"Siapa amplop? "
"Ya siapa lagi kalau bukan si Arya, elu kan perangkonya. "
"Sialan..... .. "
Mitha hanya tertawa melihat sikap konyol sobatnya yang memang sangat dekat dengan Arya di banding yang lain.
"Elu masih ada kelas nggak? "
"Harusnya sih ada, tapi tadi ada pengumuman kalau hari ini dosennya libur ada perlu. "
"Tapi tumben dosen koler libur ada perlu apa? " Andika penasaran.
"Kata nya sih mau Ngawinin kucingnya. " Mitha tergelak tertawa.
Sedangkan Andika cuma nyengir kuda melihatnya.
"Mau gue anter sekarang ke rumah Arya? "
"Benaran nggak ganggu kelas elu? "
"Benaran, ayo kita lets go, gue juga penasaran kenapa tuh anak nggak masuk, biasanya nggak pernah mangkir kuliah. "
Keduanya berangkat ke rumah Arya menggunakan mobil Mitha, semua mahasiswa yang kuliah di kampus biru adalah orang kaya, Andika bisa kuliah di sana melalui jalur beasiswa karena otaknya yang pintar,
Makanya tidak sedikit teman temannya meminta bantuan jika ada tugas.
Sampai di rumah Arya tampak sepi, lampu depan dan lampu taman masih menyala.
"Ka, si Arya ada di rumah gitu, lampu masih nyala, suasana rumah juga sepu seperti tidak ada kehidupan. "
"Kemarin rencananya Arya mau nginap di kosan gue karena nyokap sama bokapnya lagi pergi ke luar kota. Tapi di tengah Arya di telpon nyokap nya kalau sudah ada di rumah. dia nggak jadi nginep di kosan gue, Arya langsung pulang kerumah nya. "
Karena penasaran, akhirnya mereka berdua turun dari mobil perlahan membuka gerbang. Sudah mengucapkan salam namun tidak ada yang menjawab.
Kebetulan gerbang tidak di kunci.
"Bentar Ka, kita pake tisu dulu kalau menyentuh sesuatu jadi sidik jari kita tidak ada di TKP. "
Andika menerima tisu yang di berikan Mitha, ada benarnya juga pake tisu, tidak akan jadi tersangka karena tidak ada sidik jari.
Selain mengeluarkan tisu, Mitha juga membuka kamera di dalam ponselnya agar jika ada sesuatu yang terjadi ada buktinya.
Setelah di depan pintu, mereka merasa heran karena ternyata pintunya tidak di kunci. Perlahan keduanya masuk ke dalam rumah, lampu lampu masih menyala namun keadaan sangat sepi sekali.
"Ka, sepi banget, elu pernah ke kamar Arya? "
"Pernah di ajak ke kamarnya beberapa kali. Kenapa? "
"Elu anak beasiswa, tapi bloon. Tanya kenapa. Ya kita langsung aja samperin ke kamarnya si Arya, siapa tahu tuh anak ada di sana. "
Andika mengangguk dan keduanya naik ke atas dengan hati hati.
Perlahan pintu kamar di ketuk tapi tidak ada jawaban.
Memberanikan diri, Andika membuka pintu kamar Arya dan ternyata tidak di kunci.
Masuk ke dalam kamar, mata Andika dan Mitha terbelalak melihat posisi Arya yang sedang menggantung, kedua kaki di ikat dengan posisi kepala di bawah.
"Ka cepetan kita turunin Arya, kasian banget, pasti kepala nya pusing. "
Keduanya segera menurunkan tubuh Arya yang menggantung. Dengan perlahan.
"Berat banget badannya si Arya, makan apaan sih. "
"Udah nggak usah ngedumel, sekarang elu ambil HP nya si Arya, cepat telpon nyokap bokapnya, kasih tahu keadaannya gimana, kalau perlu elu foto. " Andika dengan cekatan membersihkan badan Arya.
Mitha segera mengambil HP milik Arya lalu mencari kontak kedua orang tuanya.
Setelah dapat nomer kontaknya, Mitha memberitahukan keadaan Arya.
Orang tuanya meminta agar Arya di bawa ke rumah sakit untuk penanganan yang lebih lanjut lagi.Mitha berinisiatif memanggil ambulance. Tidak lama kemudian ambulans datang dan Arya segera di bawa, Andika dan Mitha mengikutinya dari belakang.
Mitha mengendarai mobil sama kecepatannya dengan dengan ambulans.
Sesampainya di rumah sakit, Arya segera di ba a ke IGD, Andika dan Mitha menunggu di luar ruangan.
Tidak lama kemudian, kedua orang tua Arya datang dengan tergesa gesa.
"Andika Mitha, apa yang terjadi dengan Arya, kenapa bisa terjadi seperti ini, bukannya dia mau nginap di rumah kamu? "
"Loh bukannya tante yang menelpon Arya until tidak usah tidur di kosan saya, karena tante bilang sudah ada di rumah. "
Andika merasa heran karena dengan jelas sekali kalau mamahnya Arya yang menelpon agar pulang.
"Tapi tante tidak merasa menelpon Arya, bahkan tante datang hari ini karena ada telpon dari kalian. "
Mamahnya Arya, Andika dan juga Mitha merasa heran kenapa bisa seperti itu.
Kemudian seorang dokter keluar dari ruang IGD, mamahnya Arya segera menemui dokter tersebut.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya, apa yang terjadi? "
"Putra anda terjadi penggumpalan darah di otak karena terlalu lama dalam kondisi kepala di bawah sehingga darah berkumpul di kepala, setelah melakukan observasi kami akan melakukan operasi penyumbatan darah. "
"Penyumbatan darah? "
Mamah Arya seketika badannya lemas dan segera di bawa duduk di kursi yang ada di depan ruangan IGD.
"Arya, kenapa kamu nak, pah anak kita..... "
Mamah Arya menangis kemudian pingsan dan segera di berikan pertolongan pertama oleh perawat yang ada di sana.
...****************...
Bersambung......
Karena sudah malam, Andika dan Mitha pamit pulang, dan juga ada telpon dari temannya yang lain karena mereka betdua menghilang dari pagi tadi setelah kelas pertama selesai.
"Tha elu sama Andika nggak? "
"Iya kenapa?"
"Kumpul di basecamp, elu berdua kita tunggu secepatnya nya. "
"Oke kita kesana sekarang. "
"Ka, kita ke basecamp sekarang. Tu bocah bocah dah pada kumpul di sana. "
Andika dan Mitha segera berangkat ke basecamp tempat mereka biasa berkumpul jika sudah tidak ada kuliah.
Basecamp yang biasa mereka tuju adalah sebuah ruko dua lantai milik salah satu teman mereka. Nanda.
Lantai satu di pakai untuk menjual kaset kaset lawas, karena jaman sekarang sudah menggunakan HP semuanya jadi praktis, namun masih banyak yang suka dengan kaset.
Apalagi basecamp tersebut berada di depan kampus, sehingga banyak maha yang sekedar nongkrong di sana.
...****************...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Dua orang cowok yang memakai seragam almamater sedang meluncur di atas kayu menuruni tanah yang lereng. Mereka menggunakan sebuah kayu entah bekas apa, mereka bermain kayu itu terlihat seperti papan luncur yang mengasyikan. Tidak hanya mereka saja yang sedang bermain papan seluncur tapi ada dua cewek lainnya yang sedang menunggu giliran terlihat sangat kesal karena mereka tidak berhenti bermain. Mereka sudah tidak sabar ingin mencoba papan seluncur seperti yang di lakukan oleh kedua temannya.
"Hei kalian sedang apa di sana. "
Seorang mahasiswa yang juga memakai almamater datang menemui mereka yang sedang asyik bermain seluncuran.
Sehelai kartu identitas tertera dengan nama Dudi, di dadanya itu bergerak mengiringi langkahnya yang terlihat tegas dan berwibawa membuat kedua cewek yang tadi sedang menunggu giliran tampak terpesona.
Dudi mendatangi ke empat temannya yang sedang asyik bermain seluncur.
Lelaki tampan yang mempesona dengan headphone mengalungkan di lehernya itu dengan segera merebut papan seluncur yang tadi di gunakan oleh kedua temannya.
"Kalian itu panitia diklat, harusnya memberikan contoh yang baik pada para yuniornya. Papan kayu ini bukan untuk bermain, dan tugas kalian itu memberi tanda untuk kegiatan nanti malam, apa sudah kalian selesai kan tugasnya? Belum kan, kalian malah bermain seluncuran seperti anak kecil saja! Apa kalian tidak malu jika nanti di lihat adik tingkat kalian? Harusnya kalian itu malu dan memberi contoh yang baik. dewasalah! "
Keempat temannya yang tadi bermain seluncuran itu merasa tampak sangat bodoh di depan Dudi yang bersikap seolah dosen dengan berbagai macam omelan kosong di bibinya. Tapi apa boleh buat, mereka berempat harus rela berdiam diri tanpa perlawanan di marahi habis habisan. Seperti kartu Identitas mereka yang juga diamyang juga diam di dada masing masing.
Sebab Aca, Athar, Mitha dan juga Naila pantas merasa bersalah terhadap apa saja yang mereka lakukan tadi.
"Seperti inilah contoh yang baik.! " Dudi berkata sambil menaruh headphone nya di telinga.
Oh tidak, begitulah pikir ke empat temannya yang beberapa saat yang lalu merasa tampak bodoh karena di marahi oleh Dudi. Namun sekarang Dudi malah mencoba papan seluncur nya sendirian.
Aca, Athar, Mitha dan Naila merasa sangat tertipu. Dan mereka berempat seperti seekor keledai yang bodoh. Mitha Dan Naila saling berpandangan,, seolah mereka berdua tahu apa yang mesti segera di lakukan. Mitha dan Naila segera turun ke bawah lalu menyebu Dudi yang baru saja menikmati papan seluncuran sendirian.
Mitha dan Naila memukul dan menendang Dudi, Ava dan Athar yang semula hanya melihat Dudi di keroyok para cewek, akhirnya tergoda untuk ikut mengeroyok. Tidak hanya memukuli Dudi, Aca juga mengangkat Dudi serta melemparkannya.
Merasa belum puas, dengan hanya melemparkannya, keempat temannya mencabuti rumput dan juga daun daun yang ada di sana sekenanya. Setelah itu mereka msukan ke dalam kaos Dudi si cowok malang.
"Oke oke ampun, gue nyerah. Maafin gue. Please..... " ujar Dudi yang kurang beruntung dengan sangat memelas.
Tapi apa yang di lakukan ke empat teman temannya tidak menjadi alasan mereka untuk tidak berhenti melakukan penyerangan terhadap Dudi yang sudah memohon untuk di maafkan.
"Enak aja minta maaf, dasar mahasiswa sok dewasa. " ujar Mitha dengan ketua karena masih marah.
"Apa ini yang kamu sebut dengan dewasa,mengerjai kami. " tambahan Naila kesal.
"Makan tuh dewasa... " ujar Athar tidak kalah kesalnya dengan teman teman ceweknya, sambil menjejalkan kembang pinus kering ke dalam pakaian Dudi.
Dudi tidak mempedulikan ucapan teman temannya yang marah pada dirinya.
Dudi bangkit dari duduknya, berjalan terhuyung huyung memunguti baterai yang tercecer di sampingnya.
Ke empat temannya hanya berdiam diri sambil memperhatikan serta memandangi nya.
Dudi merasa tampak sangat bodoh dihadapan ke empat teman temannya. Terlebih lagi dengan headset yang masih tergantung di lehernya.
"Kalian tentu tahu kan. " ujar Dudi setelah selesai memunguti semua baterai headset nya.
"Kalau Tuhan menciptakan telinga pasti ada tujuannya, dan salah satunya yaitu agar kita bisa mendengarkan musik. " ujar Dudi kembali.
Mitha memberikan isyarat dengan kedipan kepada tiga temannya. Dan ternyata isyarat itu segera di tangkap oleh teman temannya, Dudi yang tidak menyadari bahwa ke empat temannya mendorongnya lagi hingga dirinya terjatuh dan terperosok ke tempat yang lebih dalam.
Dudi mencoba merangkak ke atas untuk mengejar teman temannya, akan tetapi keempat temannya itu sudah sangat jauh meninggalkan dirinya.
Sementara itu, dedaunan dan pohon pohon yang ada di hutan itu seperti mempercepat senja menjadi kelam.
Para peserta diklat yang berjumlah sekitar tujuh puluh lima orang mahasiswa dan di tambah dia puluh lima panitia diklat dari fakultas ekonomi.
Para mahasiswa dan mahasiswa tersebut sedang melakukan kegiatan rutin tahunan yang di selenggarakan oleh pihak kampus.
Sebelum melaksanakan diklat, panitia sudah menyiapkan beberapa peralatan untuk konsumsi dan juga obat obatan, dan diantaranya adalah bundel bundel rafia.
Selanjutnya rafia tersebut akan di buat melingkar, sebagai batas perkemahan. Dan di tengajnya akan ada empat tenda induk. Dua tenda yang akan dipersiapkan untuk peserta pria da wanita. Sedangkan dia tenda lainnya lagi akan di sediakan untuk tempat panitia dan juga tempat untuk menyimpan perkakas dan juga sekaligus untuk menyimpan peralatan P3K.
panitia juga sudah mempersiapkan kayu kayu untuk acara puncak, dan nanti malam akan ada pembuatan api unggun. Sedangkan pata peserta sudah berjejer rapi di belakang kayu kayu yang sudah dipersiapkan tadi membentuk barisan yang terdiri dari lima baris.
Dari dua puluh lima orang panitia yang ada, tugas tugas mereka sudah terbagi dengan jelas menurut job discribtion masing masing panitia penyelenggara, dan semua sudah berada di tempat nya.masing masing.
...----------------...
Bersambung......
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya dan juga beri hadiahnya
Happy Reading.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!