Naomi adalah seorang gadis yang tidak begitu modern, bersikap sederhana. Orangnya sangat lembut dan juga cantik. Dia baru saja tamat dari Sekolah Menengah Atas dengan nilai yang sangat bagus, namun dia tidak mampu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan perekonomian yang tidak memungkinkan.
Kenzo adalah laki-laki yang sangat tampan, tinggi dan juga kekar. Tubuhnya atletis digilai oleh banyak wanita, namun pria itu sangat sombong dan juga angkuh. Dia pewaris tunggal dari Heriyanto Group sebuah perusahaan besar yang ada di Jakarta.
Arif adalah asisten pribadi dari Kenzo yang selalu setia untuk melakukan apa saja jika diperintahkan oleh atasannya.
Rini merupakan sekretaris perusahaan yang dipimpin oleh Kenzo Heriyanto. Gadis ini sangat cantik dan juga seksi. Dia juga suka sama CEO dari perusahaan tempatnya bekerja.
Bimo adalah paman kandung dari Naomi yang membawanya untuk pindah ke kota Jakarta.
Linda adalah istrinya Paman Bimo, orangnya cerewet dan juga sangat sombong, memiliki 2 anak yang bernama Dita dan Dito.
Ayu adalah teman Naomi sesama pekerja di Restoran Perlente, orangnya sangat baik terhadap Naomi dan mereka menjadi sahabat dalam suka dan juga duka.
Reyhan merupakan dokter pribadi dari keluarga Kenzo Herianto yang juga sebagai sahabat karib dari Kenzo.
Rio laki-laki yang pernah diselamatkan hidupnya oleh Naomi dan akhirnya dia jatuh cinta pada gadis itu.
Happy reading semoga suka.
Hari yang cerah dengan angin menyapa lembut setiap wajah di area pemakaman, tidak mampu untuk menghilangkan awan pekat berbentuk kelabu tersirat jelas di wajah gadis yang belum bisa menghentikan bulir bening yang jatuh dari kelopak matanya.
Gadis itu masih saja memeluk batu nisan sang Ayahanda yang baru saja dikebumikan, dia menangis terisak membayangkan kehidupannya yang akan datang. Entah bagaimana dia akan menjalani hidup tanpa kedua orang tuanya.
Tiga tahun yang lalu ibunya meninggal karena suatu penyakit dan sekarang ayahnya juga menyusul sang istri tercinta ke alam baqa yang lebih kekal.
"Naomi, sudahlah! sebaiknya kita pulang dan kamu harus beristirahat karena dari kemarin belum ada beristirahat sama sekali. Ayo lah, Nak, kita pulang ya!" ajak pamannya yang begitu hiba melihat sang keponakan yang telah menjadi seorang yatim piatu di usianya masih muda.
Naomi diam tanpa bicara, namun dia mengikuti apa yang dikatakan oleh pamannya. Dia mulai berdiri dan melangkah meninggalkan kuburan sang ayah tercinta yang masih basah berwarna merah.
Paman mengajak Naomi masuk ke dalam mobil menuju rumahnya yang kecil dan juga sempit di sebuah desa terpencil nan jauh dari ramainya perkotaan.
"Naomi, mulai sekarang dan hari ini juga kamu harus ikut dengan paman untuk pindah ke Jakarta karena tidak mungkin Naomi tinggal sendirian di kampung ini, sayang."
Pamannya bicara dan mengajaknya untuk pindah ke ibu kota Jakarta yang selama ini hanya didengar oleh gadis itu lewat cerita ayahnya.
Paman Bimo adalah satu-satunya keluarga Naomi yang masih tertinggal dari turunan sang ibu, dia adalah adik kandung dari ibunya.
"Naomi biarlah di kampung saja, Paman," jawabnya sendu dengan linangan air mata.
"Itu tak mungkin, karena Kamu harus melanjutkan pendidikanmu, ingat! Ibumu dahulu menginginkan agar suatu saat Kamu menjadi seorang sarjana dan menjadi orang yang sukses."
Paman Bimo bicara dengan mengelus rambut keponakannya itu.
Naomi terdiam, dalam hati kecilnya dia tidak ingin meninggalkan desa tempat kelahirannya karena bagaimanapun, di situlah semua kenangan bersama ayah dan bunda tercintanya walaupun sekarang mereka telah tiada.
Naomi berlari masuk ke dalam kamar, dia menumpahkan air matanya di atas kasur yang begitu kecil karena hanya menggunakan dipan kayu dengan 1 kasur di atasnya. Dia menangis sambil memeluk foto ayah dan bundanya yang terletak di atas meja belajarnya.
Tok tok tok
Pintu kamarnya diketuk kembali oleh sang paman.
"Naomi, Paman harap kamu mulai mengemasi semua yang wajib dibawa untuk melanjutkan kuliahmu! Pakaian tidak usah bawa semua nanti paman belikan di Jakarta,"
Paman bicara dibalik pintu walau Naomi tidak menjawabnya, namun sang paman yakin jika keponakannya akan bersedia ikut bersamanya datang ke Jakarta tempat dia selama ini mengais rejeki.
Paman Bimo mengambil foto Naomi bersama kakaknya, dia menatap foto tersebut sambil meenetskan air mata.
Aku akan mewujudkan cita-cita anakmu, Uni Iska.
Bimo berjanji pada dirinya sendiri akan membahagiakan yatim piatu yang tak lain adalah keponakannya sendiri.
***
Kenzo adalah anak tunggal seorang pengusaha sukses Bapak Heriyanto yang bergerak di bidang Entertainment dan juga fashion.
Dia adalah laki-laki tampan tetapi sangat sombong, dingin dan tegas. Semua karyawan yang ada di kantornya sangat takut terhadapnya dan juga hormat yang terpaksa akibat sifat angkuh dan juga arogan.
"Arif, mana proposal yang harus saya periksa karena sebentar lagi saya akan pergi untuk berolahraga." Kenzo bertanya kepada asisten pribadinya yang selalu siap diperintah kapanpun juga.
"Maaf tuan, proposalnya ada di meja tuan sendiri," jawab Arif sedikit menahan tawa dengan menutup mulut pakai tangannya, karena proposal itu hampir saja mencomot hidung bosnya.
"Ooh, Kenapa kamu tidak bilang dari tadi, dasar asisten gak disiplin," ucap Kenzo yang tak pernah mau disalahkan.
Dasar tuan Kenzo arogan, sudah tau tuh proposal di depan mata, masih saja nyalahin gue. Nasiib jadi aspri bos arogan tetapi demi lembaran merah segepok gak apalah sering jadi tumbal, Hufff.
"Kamu kalau mau nyumpahin saya, jangan di dalam hati tetapi yang kerasan karena itu lebih manfaat." Kenzo bicara dengan tatapan yang tajam dang menusuk.
"Enggak, Tuan. Mana berani saya menyumpahi Tuan Kenzo yang baik hati," jawab Arif dengan dusta cerianya.
Sial! kenapa dia bisa membaca pikiran gue? Apa dia punya ilmu sesat hingga bisa membaca apa yang ada dalam otak gue.
"Sudah gue bilang Kamu jangan bicara dalam hati, atau kau sudah bosan kerja di sini?" tanya Kenzo sambil meletakkan kembali proposal yang telah dibacanya.
$$$
Semoga suka dengan karya ini. Jangan lupa like, komen dan vote ya. Terima kasih.
Baca juga karya lainnya yang berjudul OB KERUDUNG BIRU.
Naomi masih berada di dalam kamarnya, dia masih sangat sedih dan tidak ingin meninggalkan kampung halaman yang telah ikut membesarkan dan melihat hidupnya saat susah dan juga senang bersama keluarga.
Apa yang harus kulakukan sekarang jika aku tidak mengikuti permintaan paman, mungkin cita-cita yang pernah disematkan oleh bunda tidak akan pernah bisa aku capai, tetapi aku masih ragu. Mungkinkah tante sudah bisa berubah menjadi orang yang baik sedangkan selama ini dia selalu sinis terhadap kemiskinan kami. Gumam Naomi di dalam hatinya.
Akhirnya, Naomi memutuskan untuk menerima tawaran dari pamannya agar dia bisa melanjutkan pendidikan di kota Jakarta. Dia sudah memikirkan matang-matang resiko apa yang akan diterimanya jika dia ikut dengan sang paman ke kota.
Dia sudah bisa menerka tentang apa yang akan terjadi nanti, dia pasti akan dijadikan seorang pembantu oleh tantenya, karena sang tante terkenal pelit dan juga sok kaya.
Naomi akhirnya ke luar dari kamarnya untuk menemui Paman Bimo.
"Paman, Naomi setuju untuk ikut sama Paman ke kota Jakarta, walaupun sebenarnya hati kecil Naomi sangat berat untuk meninggalkan kampung ini."
Naomi akhirnya setuju untuk ikut dengan pamannya pindah ke ibu kota Jakarta yang sebelumnya tidak pernah ia datangi seumur hidup.
"Paman berjanji akan memberikan biaya untuk melanjutkan kuliahmu, agar cita-cita yang kau impikan bisa tercapai menjadi seorang sarjana," ucap Paman Bimo sambil mengelus rambut keponakannya dan membenamkan kepala Naomi ke dadanya.
Naomi akhirnya mengeluarkan air mata kembali di dalam pelukan Sang Paman, dia tidak mengetahui kehidupan seperti apa yang akan dijalaninya jika suatu saat pamannya pergi menyusul Sang Bunda.
"Sekarang Naomi bereskan semua barang-barang yang akan dibawa! Yang paling penting adalah semua dokumen yang berhubungan dengan pendidikanmu."
Paman Bimo memerintahkan kepada keponakannya untuk membereskan semua barang yang harus dibawa untuk segera pindah ke kota Jakarta, agar ketika sampai di sana tidak ada satupun dokumen penting yang tertinggal.
"Baiklah, Paman. Aku akan berkemas sekarang," jawab sang keponakan kepada pamannya yang sangat dia sayangi dengan nada masih serak akibat menangis.
Selama ini, Naomi sering dikirimi uang oleh Paman Bimo untuk tambahan jajan ketika dia di sekolah ataupun untuk membeli semua keperluan sekolah.
Akhirnya Paman Bimo dan Naomi naik dengan sebuah mobil travel menuju Bandara Internasional Minangkabau, mereka langsung check in.
***
Tak terasa Naomi dan pamannya telah sampai dan mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, di sana telah menunggu sebuah mobil dan seorang sopir yang sengaja disuruh Paman Bimo untuk menunggu mereka berdua.
Di dalam perjalanan menuju rumah Paman Bimo, Naomi merasa malas untuk berbicara, hatinya terasa kalut membayangkan jalan panjang yang akan ditempuh begitu panjang tanpa bertepi.
"Naomi, nanti setelah sampai di rumah, Kamu anggap saja tantemu tidak ada ya. Jika dia mengatakan sesuatu yang membuatmu sakit hati, maka Kamu harus menyampaikannya kepada paman!"
Itu adalah pesan dan juga kata-kata yang sangat berarti di dalam hati Naomi, karena kata-kata yang disampaikan oleh Paman Bimo sangat menekankan apa yang akan terjadi di dalam hidupnya selama dia tinggal bersama Sang Paman.
"Inilah sebenarnya yang membuat Naomi merasa keberatan untuk tinggal bersama Paman, Naomi sangat mengerti keadaan keluarga Paman yang tidak pernah menerima dengan kemiskinan keluarga kami di kampung," jawab Naomi merasa sedih dengan apa yang disampaikan oleh Paman Bimo.
"Yang terpenting sekarang Kamu bisa melanjutkan kuliahmu di Universitas Negeri Jakarta, paman yang akan mendaftarkan mu besok lusa, karena sekarang dan hari besok, Kamu harus terlebih dahulu beristirahat di rumah."
"Naomi tidak membutuhkan istirahat, Paman. Bagaimana kalau kita mendaftar kuliahnya ke Universitas Negeri Jakarta besok saja. Daripada Naomi beristirahat di rumah, karena Naomi juga belum terbiasa tinggal dengan keluarga paman."
"Ya sudah, terserah Naomi saja. Paman besok akan mengantarmu langsung daftar kuliah di Universitas Negeri Jakarta dan paman yakin kamu pasti bisa berprestasi dengan sangat baik. Selama ini kenapa paman selalu mengirimimu biaya sekolah, karena paman sangat senang dengan prestasi yang selalu disampaikan oleh ayah mu."
"Terima Kasih, Paman. Selama ini selalu memberikan dukungan kepada Naomi dalam bersekolah sehingga Naomi selalu bersemangat ketika ayah menyampaikan kalau Paman habis mengirimkan uang untuk biaya sekolahku," ujar Naomi sambil tersenyum kepada Sang Paman.
"Naomi tidak perlu berterima kasih kepada Paman, karena dahulu waktu paman belum menikah, yang memberikan biaya sekolah dan kuliah paman adalah Bunda mu. Itu semua karena paman dan bunda mu juga terpaut umur yang jauh, sehingga yang memberikan tambahan biaya untuk kuliah paman adalah Bundamu,"
Paman Bimo menceritakan jika apa yang dilakukannya sekarang, adalah bentuk tanggung jawabnya kepada sang keponakan, karena dahulu sewaktu dia kuliah yang memberikan dia biaya untuk melanjutkan pendidikan tak lain bundanya dari Naomi.
"Naomi berjanji sewaktu kuliah nanti, akan mencoba untuk mencari pekerjaan, Paman. Mudah-mudahan saja ada pekerjaan yang cocok untuk Naomi lakukan," kata Naomi kepada pamannya sehingga membuat sang Paman merasa bersalah.
"Paman belum bisa memberikan izin kepadamu untuk mencari pekerjaan, karena tugasmu hanyalah untuk kuliah dengan baik agar Kamu bisa berprestasi dan tidak mengecewakan paman." jawab pamannya sambil memandang keponakannya tersebut dengan tatapan tidak suka.
"Baiklah, Paman. Naomi akan berjanji belajar dengan tekun agar bisa cepat menamatkan kuliah, tetapi jika tante dan juga kedua sepupuku tidak menyukaiku tinggal di sana, maka aku akan mencari pekerjaan dan ke luar dari rumah paman."
Jawab Naomi yang juga membalas tatapan pamannya lebih tajam lagi, seolah itu sudah menjadi keputusan final di dalam hidupnya. dia tidak mau jika hidupnya sampai ditindas oleh tante dan juga sepupunya.
$$$
Jangan lupa like, komen dan rate bintang lima ya. Terima kasih.
Baca juga karya author ysng satunya dengan judul OB KERUDUNG BIRU**.
Mobil Paman Bimo telah memasuki halaman rumah yang begitu luas, terlihat indah dipandang mata setelah melewati pintu gerbang yang dijaga oleh seorang satpam.
Paman Bimo dan Naomi turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah, mereka telah disambut di ruang tamu oleh tante Linda dan kedua anaknya Dita dan juga Dito.
Naomi masuk dengan mengucapkan salam sebelum melangkahkan kaki yang langsung menuju ke ruang tamu.
"Assalamu'alaikum," ucap Naomi sambil berjalan kearah tante Linda dan kedua sepupunya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka bertiga serempak seperti paduan suara.
Naomi langsung bersalaman dengan Tante Linda serta mencium punggung tangannya, dia juga bersama dengan Dita dan juga Dito yang lebih muda dari dirinya.
"Oh ya, Dita dan Dito. Kalian dengarkan papa baik-baik! Mulai hari ini Naomi akan tinggal bersama kita, karena hanya tinggal papa keluarga satu-satunya, yang dia miliki di dunia ini."
Paman Bimo seolah sedang memberikan ultimatum kepada kedua anaknya, bahwa mulai detik itu juga, Naomi tinggal selamanya di rumah mereka.
"Selamat datang Uni Naomi," ucap kedua sepupunya dengan serempak sambil memperlihatkan senyum palsu yang mereka paksakan.
"Terima kasih ya Tante, juga Dita dan Dito karena telah bersedia menerima ku di rumah ini," jawab Naomi dengan senyuman yang tulus kepada mereka bertiga.
"Oh ya Naomi, kamarmu ada di belakang ya. Kamu tidak apa-apa kan jika tinggal di dekat dapur?" tanya Tante Linda kepada Naomi yang tetap tersenyum dengan tulus.
"Tidak apa-apa kok, Tante, itu kamar kan masih ada di dalam rumah ini. Saya juga sudah terima kasih karena bisa ditampung di rumah besar ini," jawab Naomi yang masih saja tetap tersenyum menanggapi kata-kata dari tantenya.
Paman Bimo menggelengkan kepalanya sambil menyesap teh hangat yang baru disajikan oleh salah seorang pembantunya.
"Kalian kira Naomi ini seorang pembantu? Kalian salah, dia adalah keponakanku dan itu artinya Naomi ini masih sedarah dengan papa, jadi posisi dia di rumah ini sama dengan Kalian bertiga!" ucap Paman Bimo dengan tegas disertai tatapan yang tajam kepada anak dan juga istrinya.
"Papa ini apa-apaan sih!? Naomi itu hanya gadis miskin dan juga tidak punya orang tua. Kenapa kita harus menampungnya seperti keluarga sendiri?" tanya Tante Linda sambil marah tersulut emosi.
"Iya nih, Papa lucu memasukkan orang lain ke rumah kita. Yang ada ini gadis gembel bakal membawa kabur semua barang berharga dari rumah kita."
Dita anak tertua dari Paman Bimo berbicara sangat kasar terhadap kedatangan Naomi ke rumahnya.
"Paman, Naomi sangat mengerti tentang perasaan anak-anak, Paman. Oleh karena itu lebih baik Naomi kembali ke kampung saja daripada di sini makan hati dan akhirnya Naomi bisa mati berdiri disini, paman."
Naomi berkata sambil menatap wajah tantenya tanpa ada rasa takut dan juga tak ada rasa gentar sedikitpun untuk melawannya.
"Kau!!"
Tante Linda terlihat menggertakkan giginya menahan amarah yang sangat tinggi, dia memperlihatkan mata tajamnya ke arah gadis belia yang baru saja datang dari desa.
"Naomi tidak akan pernah kembali lagi ke kampung halaman kita, kecuali jika Kamu telah meraih gelar sarjana dan membawanya pulang. Lalu kau praktekkan ilmu yang kau dapat di kampung kita!"
Paman Bimo mengatakan bahwa keponakannya itu tidak boleh pulang sebelum mendapatkan gelar sarjana. Dia tidak ingin anak kakaknya itu hidup terlantar sendirian di kampung mereka.
"Ya sudah Naomi, sekarang Kamu masuk ke kamarmu yang biasa dipakai untuk kamar tamu dan Kalian bertiga jika sampai terjadi sesuatu pada keponakanku, maka kalian bersiap-siap untuk kehilangan jatah bulanan masing-masing!"
Paman Bimo kembali mengeluarkan ultimatum yang membuat anak dan istrinya marah.
Paman Bimo memanggil salah seorang pembantunya agar membawakan barang-barang milik Naomi ke dalam kamar tamu, yang disediakan mulai saat itu menjadi kamarnya Naomi sendiri.
Naomi mengikuti pembantu tersebut hingga masuk kedalam sebuah kamar yang sangat besar dan juga mewah.
"Terima kasih ya Bibi, karena telah membawakan koperku sampai masuk ke sini," ujar Naomi mengucapkan terima kasih tanda menghargai pelayan itu.
"Sama-sama non Naomi, Bibi senang bisa membantumu. Mudah-mudahan Non Naomi bisa betah tinggal di sini! Naomi harus ingat, bahwa istrinya Pak Bimo orangnya sangat pelit dan juga jahat, apalagi kedua anaknya sangat sombong dan juga angkuh."
Tanpa diminta Naomi, informasi langsung didapatkannya dari salah seorang pembantu yang bekerja di rumah Pamannya.
"Bibi tolong berhenti memanggilku Nona, karena aku sendiri di sini bisa jadi statusnya sama dengan Bibi, yaitu menjadi seorang pembantu," pinta Naomi terhadap pembantu yang sama.
"Enggak berani, Non. Saya sangat menghormati Pak Bimo karena dia orang yang sangat baik," ucap bibi itu tersenyum tulus.
"Ya sudah, terserah Bibi saja," Naomi pasrah dengan panggilan apapun yang diberikan oleh Bibi tersebut.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Naomi telah bangun dan ikut pelayan menasak di dapur, sementara anggota keluarga di rumah itu belum ada yang bangun satupun termasuk pamannya.
Naomi bertanya kepada pelayan yang ada di dapur. Apakah setiap hari anggota keluarga di rumah tidak pernah melakukan sholat subuh.
"Oh ya Bibi, paman biasanya ke kantor jam berapa?" tanya Naomi pada pelayan yang sama waktu dia pertama datang.
"Bapak Bimo biasanya berangkat ke kantor jam 08 WIB pagi setelah sarapan, tetapi kita suka kasihan karena melihat Pak Bimo sering sarapan sendirian di meja makan," terang pelayan tersebut kepada Naomi yang terkejut mendengarnya.
"Berarti selama ini, Paman Bimo suka makan sendiri tanpa ditemani anak dan istrinya?" tanya Naomi kembali karena pemasaran.
"Ya iyalah masa ya iya dong hahaha," jawab pelayan itu sambil mengeluarkan tawa kecilnya sehingga Naomi pun ikutan tertawa.
"Kasihan sekali Paman ku, hanya dijadikan mesin pencari uang tanpa dihormati keluarganya," ujar Naomi merasa sedih mendengar kisah yang menimpa pamannya.
"Makanya Non, mulai sekarang Non selalu temenin Pak Bimo di meja makan, agar dia tidak sendirian lagi." saran pelayan tersebut menyampaikan idenya kepada keponakan Pak Bimo.
"Tentu saja, Bi. Terima kasih informasinya," ucap Naomi dengan tersenyum.
Hari sudah menunjukkan jam 07 WIB pagi, Paman Bimo telah terlihat rapi duduk di meja makan sendirian, Naomi datang membawakan segelas kopi panas untuk pamannya dan dia menemani sang paman sarapan pagi itu.
"Naomi, apakah perlengkapan untuk mendaftar ulang yang diminta pihak kampus universitas Negeri Jakarta sudah Kamu Siapkan?" tanya Paman Bimo kepada keponakannya sambil memakan roti.
"Sudah dong, Paman, tenang saja! Semuanya sudah aku siapkan," jawab Naomi dengan singkat sambil tersenyum kepada pamannya.
Setelah mereka selesai sarapan pagi, Naomi dan Paman Bimo langsung menaiki mobil meninggalkan rumah menuju kampus Universitas Negeri Jakarta, untuk melakukan pendaftaran menjadi mahasiswa baru.
Paman berpesan jika setelah Naomi selesai melakukan pendaftaran langsung, dia disuruh pulang dengan menelepon supir terlebih dahulu. Paman Bimo tiba-tiba mengeluarkan sebuah ponsel baru untuk digunakan oleh keponakannya agar bisa berkomunikasi lebih lancar.
"Ini sebuah handphone sederhana untuk Kamu gunakan, di dalamnya sudah Paman isi dengan nomor nomor yang kamu butuhkan." ujar sang Paman sambil memberikan sebuah telepon seluler kepada Naomi.
"Apa ini tidak berlebihan, Paman?" tanya Naomi kepada pamannya yang fokus menyetir di jalan raya."
"Tidak sayang, justru paman akan bingung jika Kamu tidak memegang sebuah handphone, karena bagaimana cara paman untuk menghubungi mu."
Akhirnya mobil Paman Bimo sampai di depan gedung Universitas Negeri Jakarta. Naomi turun dan pergi menuju lobi kampus tersebut untuk menyerahkan syarat-syarat yang telah diminta sebelumnya.
Naomi datang sebagai calon mahasiswa yang lulus tanpa tes karena kepintarannya saat SMA. Dia sangat beruntung dari ribuan mahasiswa lainnya yang harus bersusah payah mengikuti berbagai bimbel agar bisa diterima kuliah di kampus tersebut.
Setelah melakukan pendaftaran ulang, Naomi pulang dengan ragu-ragu untuk menelepon sopir pamannya. Dia berfikir mungkin ada baiknya dia pulang berjalan kaki, karena jarak rumah paman tidak begitu jauh dari kampus.
Naomi mulai berjalan kaki dengan berani, padahal dia baru sekali ini tinggal hidup di Jakarta. Naomi mengingat jalan yang ditempuh saat pergi diantar sang paman, hanya satu arah dan beberapa belokan dari rumah.
Saat berjalan tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan sangat kencang, sementara ada seorang nenek yang sedang menyeberangi jalan.
"Nenek awaaas!"
Ciiiiit.
Mobil itu rem mendadak.
Naomi langsung berlari dan mendorong sang nenek, sehingga dia sendiri yang hampir tertabrak oleh mobil tersebut. Hanya tinggal beberapa senti tubuhnya tertabrak oleh mobil yang berhenti secara tiba-tiba.
Tubuh Naomi bergetar sambil menutup wajahnya karena ketakutan. Sopir Kenzo Heriyanto turun dari mobilnya dan menghampiri Naomi.
"Maaf, Nona." ucap sang sopir yang tak lain adalah asisten pribadi Kenzo Heriyanto.
Naomi menurunkan tangan dari wajahnya dia melihat seorang laki-laki yang barusan minta maaf kepadanya. Tiba-tiba seorang laki-laki yang sangat tampan penuh wibawa namun terkesan ada keangkuhan di wajahnya turun dari mobil.
Laki-laki itu mengeluarkan segepok uang dari dalam dompetnya dan melemparkannya kepada Naomi.
"Trik basi jangan kau lakukan kepada kami, Nona gembel! Kamu sengaja menabrakkan badan bersekongkol dengan nenek tua itu karena menginginkan ini kan?" ucapkan lelaki sombong itu menunjuk ke arah uang berwarna merah yang berserakan di permukaan jalan.
Naomi tersenyum sinis dengan wajah berubah menjadi merah karena menahan emosi akibat ucapan Kenzo.
"Hei Tuan kaya yang sombong, tidak semua orang membutuhkan duit harammu!" Naomi menghardik laki-laki itu lalu menginjak kakinya dengan sangat kuat, setelah itu dia berlalu pergi sambil berlari meninggalkan Kenzo yang melihat dirinya pergi dengan penuh tanda tanya.
"Arif, Kamu ikuti perempuan itu dan dapatkan alamatnya! perintah Kenzo kepada asisten pribadinya lalu dia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan asistennya sendiri di jalan dalam keadaan bingung.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa like, komen dan rate yaa. Trimakasih.
Baca karya satunya juga yaa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!