NovelToon NovelToon

Cucu Kembar Sang Mafia

Hari Ulang Tahun Yang Terlupakan

“Selamat ulang tahun, Putriku tercinta!”

“Selamat ulang tahun, Shea sayang!”

Ucapan selamat dari seorang pria tampan dan wanita cantik berhasil membangunkan gadis remaja bernama Sheana Zaen Xavier. Benar, gadis remaja yang biasa di sapa dengan panggilan Shea merupakan putri dari pasangan Zaen Der Levi dan Lucia Cano Xavier. Gadis itu tampak tidak percaya dengan kehadiran kedua orang tuanya yang kali ini tidak melupakan hari ulang tahunnya.

Saat ini kalian pasti sudah mulai bertanya-tanya! Bukankah anak Levi dan Lucia seharusnya kembar perempuan, tapi kenapa hanya Shea yang di perkenalkan? Dan mengapa Shea harus bersedih di hari ulang tahunnya sendiri? Apakah kembarannya meninggal dunia? Lalu mengapa Levi dan Lucia terkesan tidak memperhatikan putriku mereka. Semuanya akan terungkap secara perlahan.

Beralih kembali pada Shea yang masih mengerjapkan keduanya beberapa kali untuk memastikan bahwa semua itu bukan mimpi ataupun khayalannya seperti biasa. Kini air mata Shea sudah berada di pelupuk matanya, dia merasa bahwa kehadiran kedua orang tuanya di hari ulang tahunnya bagaikan hadiah ulang tahun terindah untuknya.

“Daddy!”

“Mommy!”

“Benarkah ini kalian? Daddy dan Mommy tidak melupakan hari ulang tahunku lagi?” cecar Shea dengan tatapan tidak percaya dengan situasi yang di alaminya saat itu.

Namun, belum sempat kedua orang tuanya itu menjawab pertanyaan Shea sebuah tangan perlahan membangunkannya. Ya, … Seperti biasa semua itu hanya sebuah mimpi dan harapan Shea setiap hari ulang tahunnya tiba.

“Nona, waktunya anda bangun!”

Suara pelayan lagi-lagi membangunkan Shea dari mimpinya yang mustahil untuk menjadi kenyataan. Shea sangat tidak ingin membuka matanya, dia ingin kembali melanjutkan mimpinya. Dimana Daddy dan Mommynya menjadi orang pertama yang mengucapkan kalimat selamat ulang tahun untuknya.

“Benar! Aku yang bisa aku harapkan setiap tahunnya? Sudah pasti Daddy akan sibuk dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Mommynya yang selalu menghabiskan waktunya di rumah sakit. Seakan tidak seharusnya aku hadir dalam kehidupan mereka,” ucap Shea dalam hatinya yang harus kembali menelan kenyataan pahit menjadi putri yang tidak di pedulikan.

“Selamat ulang tahun yang ke-13, Nona Muda!”

Ucapan selamat dari para pelayan yang akan menjadi ucapan yang pertama kali dia dengar di setiap hari ulang tahunnya. Dengan membawa sebuah kue ulang tahun berukuran besar yang dapat Shea tebak bahwa kue itu di buat khusus untuknya.

Meski sudah terbiasa tetap saja Shea mengharapkan kedua orang tuanya yang mengucapkan ulang tahun pertama kali padanya. Walau kenyataannya mereka yang akan menjadi orang terakhir mengucapkannya.

“Emm, … Terima kasih!” balas Shea yang memaksakan bibirnya untuk tersenyum, meski hatinya terasa begitu sakit mimpi dan harapannya tidak pernah menjadi kenyataan.

“Apakah Daddy dan Mommy, …”

Shea terpaksa menggantung pertanyaannya saat menyadari raut wajah sedih para pelayan yang sepertinya tahu bahwa dia akan menanyakan keberadaan kedua orang tuanya.

Lagi-lagi Shea memaksakan bibirnya untuk tersenyum, tapi kali ini air matanya seolah tidak ingin bekerjasama dengannya. Tanpa permisi air mata itu mengalir membasahi pipinya.

“Nona, …”

“Tidak apa! Aku sudah terbiasa seperti ini, bisakah kalian keluar aku ingin sendirian untuk sementara waktu,” potong Shea yang tidak ingin menunjukan kesedihannya di hadapan para pelayannya, walau air matanya kini sudah memberitahu tentang kesedihannya secara tidak langsung.

“Baiklah, Nona! Saya juga akan menyampaikan kepada wali kelas anda bahwa hari ini anda ijin tidak masuk sekolah,” ujar Edna, pelayan yang merawat Shea sejak masih bayi.

“Emm, … Terima kasih, Edna dan kalian semua!” ucap Shea tanpa berani menunjukan wajahnya yang kini basah oleh air matanya.

Edna dan pelayan lain, akhirnya meninggalkan kamar Shea dengan wajah sendu mereka juga. Dapat mereka rasakan kesedihan yang Nona Muda mereka rasakan, karena di hari ulang tahunnya tidak ada orang terdekat yang memberikan ucapan selamat kepadanya, terutama orang tuanya sendiri.

...****************...

Selepas kepergian para pelayan, ponsel milik Shea tiba-tiba berdering menampilkan sebuah panggilan video yang saling terhubung dari ketiga Pamannya yang masih jomblo yaitu Triple R. Shea segera menghapus sisa air matanya dan memasang wajah tersenyum bahagia, walau tidak dengan hatinya.

“SELAMAT ULANG TAHUN, MY PRINCESS!”

Ucapan selamat ulang tahun langsung terdengar dari ketiga Pamannya secara serentak begitu Shea menerima panggilan video tersebut. Shea sejenak melupakan kesedihannya dan tersenyum bahagia melihat ketiga pamannya yang selalu menjadi orang pertama atau kedua setelah para pelayannya.

Setelah itu, ada Grandpa dan Grandmanya yang akan menjadi orang ketiga. Kemudian, ada keluarga Paman Luca dan terakhir kedua orang tuanya.

“Terima kasih, Uncle Ryuga!”

“Terima kasih, Uncle Rayga!”

“Terima kasih, Uncle Regis!”

“Lalu bagaimana dengan hadiah ulang tahunku?”

Shea harus mengucapkan terima kasihnya satu persatu, kalau tidak ketiga pamannya itu akan protes dan saling bertengkar apalagi kalau dia salah menyebutkan urutan pamannya. Tidak lupa, Shea akan meminta hadiah ulang tahunnya kepada ketiga pamannya itu.

“Eeh, … Apakah hadiahku belum sampai juga?” tanya Rayga dengan ekspresi sedikit terkejut.

“Memang Uncle Rayga mengirimkan hadiah apa?” Bukannya menjawab Shea lebih tertarik dengan hadiah yang sudah Rayga kirimkan, meski sepertinya masih dalam perjalanan.

“Sebuah motor sport seperti yang Princess Shea inginkan sebelumnya,” jawab Rayga dengan penuh rasa bangga, hingga membuat dua saudaranya serentak berdecak kesal.

“Ck, … Cuma beliin motor doang bangga! Nih, … Contoh aku membelikan perhiasan langka yang sudah aku modif agar bisa menemukan keberadaan Shea dimana pun, walau pergi ke ujung dunia sekalipun!” Regis tidak mau kalah untuk memamerkan hadiahnya.

“Aish, … Hadiah kalian masih murahan, kalah jauh dengan hadiah dariku,” sela Ryuga yang ternyata juga tidak mau kalah dengan kedua adiknya yang edang saling pamer hadiah.

“Memangnya kau memberikan hadiah apa?” tanya Rayga yang penasaran, begitu juga dengan Regis dan Shea yang juga ikut penasaran.

“Sebagian besar saham dari JYK entertainment, bukankah kau menyukai salah satu idol yang bernaung di sana? Sekarang kau bisa menemui idol favoritmu itu kapanpun tanpa harus berdesak-desakkan dengan fans lainnya.

“Serius, Uncle Ryu?” Mata Shea kini sudah berbinar penuh semangat.

“Hai, sejak kapan Uncle-mu ini pernah berbohong Princess Shea?” ujar Ryuga yang secara tidak langsung membenarkan tentang hadiah ulang tahun yang dia berikan.

“Yeaayy, … Thank you very much, My Uncle!” Shea langsung bersorak gembira dengan hadiah yang di berikan ketiga Uncle Nya itu.

“Yes, … Apapun untuk keponakan Uncle tercinta,” balas Rayga yang di benarkan oleh Ryuga dan Regis.

“Ouhya, … Bagaimana dengan hadiah ulang tahun dari Daddy dan Mommy-mu?” tanya Regis yang seketika membuat senyuman bahagia Shea menghilang detik itu juga.

^^^Bersambung, .....^^^

Hadiah Sederhana Tapi Sangat Berharga

“Tunggu dulu!”

“Jangan katakan pada Uncle kalau mereka melupakan hari ulang tahunmu lagi?”

Ketiga Uncle-nya itu bisa menebaknya dengan tepat. Pasalnya ini bukan pertama kalinya Levi dan Lucia melupakan hari ulang tahun Shea. Bahkan sejak kelahiran gadis itu, hubungan Levi dan Lucia tidak se harmonis dulu.

Sejak kejadian 13 tahun yang lalu, mereka menggunakan pekerjaan masing-masing sebagai alasan untuk saling menghindar. Hingga pada akhirnya Shea yang menjadi korban atas kejadian tragis yang tidak pernah di harapkan oleh siapapun.

“Eeeh, … Uncle, sepertinya motornya sudah datang! Sudah dulu ‘yah, Shea mau melihat motor barunya dulu.”

Tanpa menunggu jawaban dari ketiga Uncle-nya, Shea langsung memutuskan sambungan video call-nya. Shea tidak ingin ketiga Uncle-nya mengetahui bahwa dirinya merasa sedih di hari ulang tahunnya sendiri, kerena kedua orang tuanya yang selalu saja melupakan hari ulang tahunnya.

“Maaf, Uncle! Cukup seperti ini saja, aku tidak ingin Daddy dan Mommy pulang hanya kerena terpaksa,” gumam Shea yang kembali meneteskan air matanya.

Tidak ingin berlarut dalam kesedihan di hari ulang tahunnya, Shea pun segera beranjak dari tempat tidurnya lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

...****************...

Selang beberapa menit, Shea kini sudah rapi dengan menggenakan dress hitam selutut dengan rambut yang sengaja dia urai begitu saja. Tanpa menyempatkan sarapan, Shea langsung berjalan keluar dari Mansion mewah itu.

“Selamat ulang tahun, Nona Muda! Seperti biasa bunga indah untuk Nona muda kami yang sangat cantik,” ucap Paman Joe, tukang kebun yang bertugas merawat taman belakang yang ada di Mansion. Paman Joe, akan selalu menyiapkan sebuah buket bunga melati kesukaan Shea setiap harinya.

“Em, … Bunga Melati! Alasan aku menyukai bunga ini, karena keharumannya yang bisa menyebar hingga jarak yang cukup jauh. Aku ingin sepertinya bunga ini, meski tidak seindah bunga lainnya tapi aroma dari bunga ini bisa menyadarkan semua orang tentang kehadirannya. Tidak sepertiku yang bahkan kehadirannya tidak bisa terlihat oleh Daddy dan Mommy!” batin Shea untuk sejenak termenung, sebelum menerima buket bunga melati pemberian Paman Joe.

“Terima kasih, Paman Joe!” Shea kemudian tidak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya.

“Apakah bunga Lily yang saya minta sudah di siapkan?” tanya Shea pada Paman Joe.

“Sudah saya letakan di dalam bagasi mobil, Nona!” jawab Paman Joe dengan senyuman manis yang tidak luntur dari bibirnya.

“Sekali lagi terima kasih, Paman Joe! Kalau begitu aku pergi dulu,” ujar Shea yang langsung masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan untuknya.

Shea akhirnya pergi dengan di antar supir pribadinya, menuju sebuah tempat yang sell dia kunjungi setiap hari ulang tahunnya tiba. Tempat yang menjadi satu-satunya tujuan Shea pergi setiap merasa kesedihan yang tidak bisa dia ceritakan kepada orang lain. Tempat itu adalah makam saudari kembarnya, Zheara Zaen Xavier.

Namun, tak lama setelah kepergian Shea. Sebuah mobil mewah memasuki pintu gerbang Mansion, ternyata Rayden dan Zhia datang untuk memberikan kejutan ulang tahun kepada cucu kesayangannya.

Keduanya bahkan sudah menyiapkan hadiah ulang tahun yang sangat special, karena mengira ulang tahun Shea akan di rayakan dengan meriah.

“Sayang, kenapa Mansion ini terasa sepi sekali! Apakah Levi dan Lucia mengadakan pesta ulang tahun Shea di tempat lain?” tanya Zhia pada Rayden begitu turun dari mobil.

“Entahlah, coba kita tanyakan pada pelayan yang ada di dalam,” jawab Rayden yang juga tidak tahu.

Yaa, … Baik Rayden maupun Zhia tidak pernah mengetahui bahwa sejak ulang tahun Shea yang ke 6, gadis itu meminta semua pelayan untuk berhenti menyiapkan pesta mewah. Karena bagi Shea semua itu percuma kalau kedua orang tuanya saja tidak hadir dalam pesta tersebut. Meskipun hadir, mereka tidak memperdulikan Shea sedikitpun.

Betapa terkejutnya Rayden dan Zhia saat mengetahui bahwa selama ini Shea melewati hari ulang tahunnya sendirian dan sesekali bersama dengan para pelayan disana. Sedangkan Levi dan Lucia sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bahkan sampai jarang sekali pulang seolah mengabaikan keberadaan Shea begitu mudahnya.

“Ya Tuhan, bagaimana bisa mereka melakukan itu pada Shea!” lirih Zhia yang sudah berderai air mata.

“Zhi, tenanglah! Ayo, kita temui Shea dulu! Dia pasti sedang merasa sangat kesepian, aku sudah mengirim pesan pada Levi dan Lucia untuk segera menyusul kita,” ujar Rayden yang menenangkan istrinya, meski dia juga merasakan kekecewaan yang begitu besar pada Levi dan Lucia.

Rayden dan Zhia pun segera menuju ke pemakaman Zhea berada. Sebelum pergi Rayden sudah mengirimkan pesan kepada Levi dan Lucia untuk segera menyusul ke pemakaman Zhea.

Pesan itu sudah cukup menyadarkan Levi dan Lucia yang melupakan hari kelahiran putri mereka sendiri.

...****************...

“Selamat ulang tahun, Zhea! Seperti biasa aku membawakan bunga lily untukmu sebagai hadiah ulang tahunku. Maaf, karena ulang tahun kali ini aku juga tidak bisa membawa Daddy dan Mommy untuk menemui mu,” ucap Shea dengan suara bergetar menahan tangisnya.

“Bahkan aku saja yang masih hidup di sini mereka lupakan, apalagi kamu, Zhe! Namun, kau tenang saja aku akan selalu mengingat ulang tahun kita, meski Daddy dan Mommy melupakannya,” sambung Shea yang kini tidak dapat menahan air matanya lagi.

“Zhe, terkadang aku ingin bersama denganmu di sana! Karena meskipun aku ada di dunia ini, Daddy dan Mommy selalu menganggap ku tidak ada di kehidupan mereka. Aku merasa kesepian di tengah banyaknya orang di sekitarku,” ujar Shea dengan berlinang air mata.

“Jika waktu itu aku juga mati bersamamu! Mungkin kita tidak akan saling kesepian seperti ini, aku bisa menemanimu di, …”

Grepp, …

Tiba-tiba tubuh Shea di peluk seseorang dari belakang. Tubuh Shea menegang ketika menyadari bahwa Mommy yang sangat dia rindukan kini datang memeluknya. Tak lama kemudian dapat Shea rasakan bahwa Daddy-nya juga ikut memeluk mereka sambil menangis.

Yaa, … Rayden, Zhia, Levi dan Lucia mendengar semua yang Shea katakan di depan makam Zhea. Detik itu juga, perasaan bersalah, penyesalan dan berbagai perasaan terasa bercampur aduk ketika mendengar Shea mengatakan lebih baik mati menyusul kembarannya.

Detik itu juga, Levi dan Lucia langsung menyadari kesalahan mereka yang terlalu larut dalam kejadian masa lalu, bukannya memperhatikan putri semata wayang mereka.

“Maafkan Mommy, Sayang!” ucap Lucia di sela isak tangisnya.

“Maafkan Daddy juga ‘yah, Sayang!” imbuh Levi yang juga ikut menangis sambil mendekap istri dan anaknya.

“Shea akan maafin, kalau Daddy dan Mommy mau ngajak Shea liburan bertiga sebagai hadiah ulang tahun Shea kali ini!”

Tidak banyak yang Shea inginkan di hari ulang tahunnya, dia hanya ingin hadiah sederhana tapi sangat berharga yaitu waktu kebersamaan dengan Daddy dan Mommy Nya.

Bersambung, ....

Rasa Penyesalan

“Baiklah, apapun yang My Princess inginkan pasti akan kami lakukan. Benarkan My Queen?”

Setelah sekian lama, akhirnya Lucia bisa mendengar Levi memanggilnya dengan nama khusus lagi. Dan pada saat yang bersamaan Lucia perlahan menyadari bahwa semenjak saat itu dia selalu mengabaikan suami dan putrinya. Dia hanya fokus merawat Noland dan Julia yang masih terbaring tak berdaya di rumah sakit.

“Emm, … Iya, Bee!” sahut Lucia lirih dengan air mata yang mengalir semakin deras membasahi wajahnya.

Rayden dan Zhia hanya bisa tersenyum lega disertai air mata yang mengungkapkan segala perasaan yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.

Sesungguhnya Rayden dan Zhia saat ini sangat ingin memarahi Levi dan Lucia yang ternyata selama ini selalu mengabaikan kehadiran Shea sampai gadis itu kini telah tumbuh menjadi gadis remaja yang kuat tapi kesepian.

Namun, melihat raut wajah bahagia Shea, Rayden dan Zhia pun mengurungkan niat mereka untuk memarahi Levi dan Lucia. Sebab kebahagian Shea saat ini lebih penting dari apapun, apalagi hari ini adalah hari ulang tahunnya yang sekaligus hari yang bisa mengingatkan semua orang tentang kejadian yang menyedihkan 13 tahun yang lalu.

“Biarkan saja mereka untuk sementara ini, Ray! Shea pasti sudah lama menginginkan situasi ini terjadi,” ujar Zhia pada suaminya.

“Iya, sayang! Kita bisa memarahi kedua anak itu nanti, setelah mereka pulang dari liburan. Sekarang kita juga harus menyapa cucu kita yang satunya dan Tuan Roman.”

Rayden mengajak Zhia untuk mendekat ke makam Kakek Roman dan kembaran Shea, yaitu Zhea. Levi dan Lucia pun tidak lupa menyapa putrinya yang satunya, putri yang telah meninggalkan mereka sejak kelahirannya ke dunia ini serta Kakek Roman yang seolah pergi untuk menjaga cicitnya di alam yang telah berbeda.

Terlihat Levi dan Lucia sama-sama menyesal, karena telah mengabaikan putri mereka selama ini baik Shea maupun Zhea. Keduanya menyesal dengan menjadikan pekerjaan mereka sebagai alasan agar bisa melupakan kejadian yang sangat menyakitkan bagi mereka semua orang.

Setelah cukup lama mengunjungi makam Kakek Roman dan Zhea, mereka pun kembali ke Mansion kediaman Keluarga Zaender untuk mempersiapkan liburan yang Shea inginkan di hari ulang tahunnya.

“Bersenang-senanglah dengan liburanmu, Shea! Jangan lupa bawakan oleh-oleh untuk Grandpa dan Grandma ‘yah?” ujar Zhia ketika Shea berpamitan kepadanya.

“Siap, Grandma! Sebenarnya Shea berharap Daddy dan Mommy memberikan Shea seorang adik yang bisa menemani Shea nantinya,” bisik Shea pada Zhia agar tidak di dengar oleh kedua orang tuanya.

“Astaga, kau ini sudah besar! Yakin tetap ingin memiliki seorang adik?” goda Zhia pada cucunya itu.

“Hehehee, … Tidak apa-apa, Shea malah seneng kalau ada yang menemani Shea saat Daddy dan Mommy sibuk bekerja.”

Shea merasa tidak masalah, kalau dia harus mendapat seorang adik di usianya yang sudah terbilang memasuki dewasa muda.

“Kalau begitu katakan saja pada Daddy dan Mommy-mu sana!” ujar Zhia seraya membawa Shea dalam pelukannya.

...****************...

Dengan menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Zaender. Levi akhirnya membawa istri dan putrinya ke Washington, D.C. Amerika Serikat sesuai keinginan Shea yang ingin mengunjungi Negeri Paman Sam. Setelah melalui penerbangan yang hampir memakan waktu 8 jam dengan beberapa kali transit, akhirnya mereka tiba juga di Negeri Paman Sam itu.

Begitu tiba mereka langsung di sambut orang suruhan Rayden yang akan menjadi tour guide mereka selama di Amerika Serikat. Paul Smith merupakan nama tour guide tersebut, langsung membawa ketiga menuju hotel termewah di kota tersebut. Paul menyarankan agar mereka istirahat saja dan akan melanjutkan tour mereka besok saja.

...****************...

Tok, …Tok, … Tok, …

Keesokan paginya, Shea mengetuk kamar hotel tempat kedua orang tuanya dengan tidak sabar. Dia sudah menunggu waktu ini sangat lama untuk menghabiskan harinya bersama dengan Daddy dan Mommy-nya. Tak lama kemudian, pintu terbuka memperlihatkan Daddy Levi yang sepertinya baru saja bangun tidur.

“Daddy ‘kok belum siap-siap?” tanya Shea dengan raut wajah cemberutnya.

“Maaf, sayang! Mommy kamu semalaman menangsi terus, Daddy bahkan kewalahan menenangkannya. Mommy baru bisa tidur beberapa jam yang lalu, kita tunda sebentar ‘yah jalan-jalannya sampai Mommy bangun,” jelas Levi yang berharap putrinya akan mengerti.

Ya, benar semalaman Lucia menangis menyesali sikapnya selama ini yang mengabaikan suami dan putrinya sendiri dengan hanya fokus menyembuhkan Noland dan Julia saja di rumah sakit.

Hingga tanpa Lucia sadari dia telah melewatkan masa pertumbuhan putrinya yang kini sudah menjadi gadis remaja yang begitu kuat dan mandiri.

“Tidak apa-apa, Daddy!”

Terlihat sedikit kekecewaan di raut wajah Shea, tapi gadis itu sepertinya berusaha keras untuk tetap tersenyum.

“Apakah Mommy baik-baik saja?” tanya Shea yang juga khawatir dengan keadaan Mommy nya, meski dia merasa sedikit kecewa karena harus menunda jalan-jalannya.

“Mommy baik-baik saja! Masuklah, Mommy pasti akan senang ketika bangun melihat putrinya yang cantik ini sudah berada di depan matanya,” ujar Levi mempersilahkan putri semata wayangnya untuk masuk kedalam kamar hotel mereka.

“Apa boleh, Dad?” tanya Shea merasa ragu untuk masuk ke kamar kedua orang tuanya sendiri.

“Tentu saja, sayang! Bukankah Daddy yang tadi menawarkannya,” jawab Levi menyakinkan putrinya.

Setelah di yakinkan, Shea pun masuk ke dalam kamar orang tuanya dan menghampiri sang Mommy yang masih terlelap dalam tidurnya dengan mata bengkak karena terlalu lama menangis.

Shea memberanikan diri untuk tidur memeluk Mommy nya, entah mengapa dia ingin sekali memeluk Mommy yang selama ini sangat di rindukannya.

“Shea,” panggil Lucia dengan suara seraknya, dia akhirnya terbangun ketika merasakan ada tangan kecil yang memeluknya.

“Maafkan Mommy, sayang!” ucap Lucia penuh penyesalan, dia langsung meraih tubuh Shea dalam pelukan hangatnya.

“Mommy jangan menangis lagi! Shea mengajak Daddy dan Mommy liburan untuk bersenang-senang bersama, bukan untuk membuat Mommy sedih seperti ini?” ucap Shea sembari mengusap sisa air mata di pipi Mommy Nya.

“Benar apa yang di katakan My Princess Shea, My Queen! Kita pergi liburan untuk membuat Shea bahagia di hari ulang tahunnya. Jadi, sebaiknya kau bangun dan kita bersiap pergi jalan-jalan sekarang.”

Levi pun ikut memeluk istri dan putrinya itu. Dan meski sudah mengatakan seperti itu sepertinya, Levi sendiri yang enggan melepas pelukan dari istri dan putrinya. Jujur saja, dia sudah lama merindukan istri dan anaknya.

Jika saja kejadian tragis itu tidak pernah terjadi, mungkin saat ini keluarganya sudah hidup harmonis dan bahagia. Bukannya Levi dan Lucia yang saling menghindar, hingga mengabaikan putri kecil mereka yang kini telah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik. Bila waktu bisa di ulang, Levi pasti akan mencegah kejadian tragis itu agar tidak pernah bisa menyentuh keluarganya.

Bersambung, .....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!