NovelToon NovelToon

Si Trouble Maker

Sebuah Keputusan

"Ga mau! pokonya Kyli ga mau dijodohin titik! papah tuh apa-apaan sih? Jangan jadi orang tua yang kolot deh pah!" cebik Kyli tidak Terima ketika sang ayah ingin menikahkannya dengan lelaki pilihannya yang menurutnya baik untuk putri kesayangannya.

"Trus kamu juga termasuk anak yang kolot ya?! Jangan pura-pura lupa kamu, dulu yang ngebet pengen papah nikah sama mamah Nadyr itu siapa? yang terus mepet mamah Nadyr supaya mau nikah sama papah itu siapa?"

"Ya itu kan beda Pah... Papah udah tau siapa Mamah Nadyr, lagian kita itu tetanggaan, dan meskipun mamah Nadyr itu dulu orangnya urakan dan kelakuanya bar-bar tapi kan hatinya melly, buktinya sekarang... udah bisa ngurus papah, aku dan malah nambah Kalang...."

"Heh... siapa yang kamu sebut urakan dan bar-bar? sembarangan?!" ucap Nadyra sang mamah tiri Kylian yang baru saja datang dari dapur membawa secangkir kopi untuk sang suami.

"Loh... iya kan?? Malah papah pernah bilang kalo Mamah pernah dimandiin di sisi jalan sama papah, iya kan?!"

Seketika Fabian terdiam dan memberi kode pada Kyli agar tidak membahas hal itu.

"Mas?!" delik Nandyra pada suaminya kesal. Sang suami malah tersenyum lalu mengusap punggung istrinya itu menenangkan.

"Sekarang bukan itu yang jadi masalah Kyl... Papah hanya mau kamu itu jadi orang yang lebih baik."

"Loh emang kenapa sama kyli? Pah... Papah tau kan cita-cita Kyli yang mau jadi arsitek? Papah juga udah janji mau ngijinin Kyli buat ngelanjutin S2 di luar negeri."

"Papah janji karena pada saat itu kamu masih nurut dan masih bisa diatur, juga masih bisa papah pantau. Tapi sekarang apa? Clubing, minum alkohol, nongkrong sama teman-teman kamu yang tidak jelas itu, dan yang lebih parah lagi kamu pacaran sama berandal... kamu sudah seenaknya dan jalan kamu makin jauh dari Jalan Allah, dan papah tidak menginginkan hal itu Kyl... kamu tau sendiri Papah nggak mau nanti saat papah mati papah ditanya dan diminta pertanggung jawaban karena papah tidak bisa mendidik kamu dengan benar dan membawa kamu ke jalan-Nya."

Kyli hanya bisa terdiam... tidak menampik dan membenarkan ucapan sang ayah.

"Lendra itu bukan berandal Pah... dia itu seorang pembalap..." gerutu Kyli sambil cemberut.

"Whatever you say Kyl... I know he's not the best for you. Sama seperti kamu yang memilihkan papah istri sekaligus mama buatmu, papah juga ingin memilihkan menantu dan suami yang terbaik menurut versi papah buatmu."

"Iiiihhh... Papah mah... nyebelin! Mah..." ucap Kyli merengek dan sudah tidak bisa beradu argumen dengan sang papah. Dan sekarang dia meminta bantuan pada sang Mamah dengan menampilkan puppy eyes.

"Mas..." ucap Nandyra terpotong karena Fabian sudah mengangkat tangannya tidak ingin dibantah.

"Ini sudah keputusanku.... saya tidak mau ada yah membantahnya! Padahal dari kemarin Papah sudah memberi kesempatan buatmu Kyl, untuk bisa merubah sikap dan kelakuan kamu yang sering berantem dan keluar malam."

"Ya terus kalo Kyli nikah, gimana sama kuliah Kyli, mas?"

"dia bisa minta ijin dari suaminya nanti! papah yakin dia bisa mengerti dengan kondisi Kyli yang masih kuliah, dan papah juga yakin dia bisa mendidik kyli dan membawa kyli ke jalan yang benar... saya tau sifat dan sikap dia.. dan saya juga sudah bicara dengan keluarganya...!"

"Iiihh... papah beneran nyebelin! kyli benci sama papah!" ucap Kyli sambil beranjak dan berlari ke kamarnya yang berada di pantai atas. sampai pintu kamar Kyli pun dibanting dengan sangat kuat.

Fabian dan Nandyra yang terkejut akan suara pintu itu pun hanya bisa mengurut dada dan menarik nafas panjang.

"Mas... emang siapa sih yang mau dijodohin sama kyli?"

"Putranya Ibrahim dan Aminah... kamu masih ingat kan sahabat saya waktu saya sekolah SMA..."

Nandyra mengernyit berfikir.

"Maksud Mas Almarhun Pak Ibrahim yang punya ponpes di Jawa Tengah itu?"

"Ya... Dulu saya sudah membicarakannya dengan almarhum dan kemarin saya sengaja datang ke sana untuk menemui putra Ibrahim untuk menanyakan kesediaannya untuk menjadi suami dari Kyli..."

"Terus? Memangnya dia tau Kyli? dia setuju menikah sama Kyli?"

Fabian terdiam sejenak berfikir sambil mengusap dagunya.

Lalu menggelengoan kepalanya menghela napas berat.

"Dia meminta waktu untuk berfikir..."

"Lah terus, gimana ini? kamu nggak bisa ngambil keputusan seenaknya dong Mas.. paling nggak tunggulah Kyli lulus kuliah baru kamu boleh nikahin dia... iya kalo suaminya ngijinin Kyli buat kuliah, kalo nggak?"

"Sudahlah... saya yakin Adnan akan mengijinkan Kyli untuk meneruskan kuliahnya. saya tau Adnan seperti apa..."

"Hah... kamu tuh ada-ada aja deh Mas... terus gimana sekarang? anaknya ngambek tuh..." ucap Nandyra sambil mencebik, kesal juga dengan keputusan suaminya yang tiba-tiba tanpa membicarakanya dulu dengannya.

Pria Bersorban Nyebelin

Hancur sudah harapan Kylian untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang arsitek. Cita-cita itu kini hanyalah sebatas angan-angannya saja. Kemarin dia masih sibuk memimpikan dirinya yang beberapa tahun lagi akan sibuk merancang gedung-gedung, rumah-rumah dan bangunan-bangunan indah lainnya yang akan menjadi mahakaryanya. Tapi hari ini, semuanya tiba-tiba gelap.

Dia tidak lagi berani untuk memimpikan semua hal-hal itu sejak sang Papah memberikannya ultimatum untuk menikahkannya.

Dinikahkan dengan putra pemilik pondok pesantren sebenarnya bukanlah penghalang besar untuk Kyli. Dia bisa saja membuat ulah dengan suami dan juga keluarga suaminya sampai mereka jengah dengan tingkahnya atau dia bisa saja meminta cerai dari suaminya untuk bisa melanjutkan mimpinya, tapi... tidak, Kyli tidak hanya sekedar hanya menikah, tapi disana Kyli juga akan nyantri dengan kata lain dia akan belajar agama di pondok pesantren itu.

Bagaimana dengan kuliahnya?

sudah pasti Fabian sudah mengaturnya untuk cuti selama setengah tahun untuk memperdalam agama di pondok pesantren itu.

Kyli sebenarnya bukan tidak bisa menolak permintaan sang ayah, tapi dia tau tidak ada jalan lain selain menerima keputusan papahnya itu.

Percuma juga dia kabur dan memilih hidup di bawah kakinya sendiri. Dia terlalu manja untuk itu. Sejak kecil Kylian tidak pernah mengenal kata susah dalam memenuhi semua keinginannya dan karena itu juga dia tumbuh menjadi gadis yang susah diatur dan manja. Untuk merubah semua itu, Papahnya bersikeras untuk menikahkannya dengan putra dari pondok pesantren itu dan memasukkannya ke pesantren untuk belajar. Papahnya berharap keputusannya itu akan merubah perilaku Kylian. beda sekali dengan adiknya Kalang, dia tipe pria yang manut dan tidak pernah melawan apa kata kedua orang tuanya.

Dan Kylian sudah bertekad untuk membuat kedua orang tuanya menyesal akan keputusan mereka. Dia akan membuktikan bahwa kehidupan di pesantren tidak akan pernah merubahnya. Terlebih dengan perjodohan yang kedua orang tuanya lakukan. Dia akan melakukan apapun untuk membuat suaminya menyesal karena menikah dengannya dan memilih menceraikan Kylian dengan begitu orang tuanya tidak memiliki pilihan lain selain mengeluarkannya dari tempat ini.

*****

Beberapa jam lalu Kylian sudah tiba di pondok pesantren tinggalnya selama masa yang Kylian tidak bisa di perkirakan dan dia berniat untuk membuatnya sesingkat yang dia bisa. Dan Kalau saja memungkinkan, besok dia sudah bisa membuat suaminya itu menceraikannya dan membuat dia terusir dari tempat ini.

Kylian benar-benar tidak bisa beradaptasi dengan suasana di tempat ini. Sejak kedatanganya tadi, sepanjang dia lihat, semua pemandangan di hadapannya itu begitu membosankan. Hanya ada gedung-gedung kelas, asrama, kantin, bangunan-bangunan yang entah apa fungsinya dan sebuah gedung sarana olahraga yang hanya terdiri dari lapangan basket, tenis, futsal. Tidak ada alat-alat fitness atau apapun yang bisa mengusir rasa bosannya. Apa selama di tempat ini yang dia lakukan hanya belajar saja?

Kylian bergidik ngeri membayangkan kehidupannya mendatang di tempat ini. Baru membayangkannya saja Kylian sudah tidak sanggup, apalagi menjalaninya.

"Ck... sial nggak sanggup gue disini! Pokoknya gue harus buru -buru keluar dari tempat ini," tekadnya bulat.

"Keluar dari tempat ini nggak semudah saat kamu memasukinya." ucap seseorang pria dan itu mengagetkan Kylian.

Perempuan itu berbalik dan menemukan seorang pria memakai peci dan baju koko berwarna putih dengan sarung hitam bermotif etnik yang Kylian tidak yakin itu motif apa.

Dilihat dari pakaian dan sorban yang disampirkan di bahunya serta titik-titik air yang masih menetes dari kedua alis tebalnya, dia sepertinya akan menunaikan sholat dzuhur dimana panggilannya saat ini sedang berkumandang.

Hollyshit! Apa emang tiap santri disini punya penampilan yang nentramin hati kayak sosok pria yang ada dihadapan gue ini? kalo iya, Mungkin gue bakalan pertimbangin buat tinggal lebih lama buat mengagumi ciptaan Tuhan ini.

"Apa tidak ada yang mengajarimu soal peraturan disini? Seorang perempuan wajib untuk mengenakan hijab disini.” Nada dingin yang dilontarkan pria di depannya itu membuyarkan lamunan Kylian.

Belum sempat ia membalas perkataan pria itu, dia berjengit kaget dengan tindakan spontan yang tidak Kylian sangka.

Pria itu mengambil sorban yang dia sampirkan dibahunya dan memakaikannya ke kepala Kylian yang saat ini memang tidak mengenakan jilbab. Dia meraih rambut Kylian yang berkibar dan menyelipkannya ke belakang telinga perempuan itu sebelum kembali memperbaiki letak sorban yang sudah beralih fungsi menjadi kerudung di atas kepala Kylian.

"Islam memposisikan seorang wanita sangat mulia. Seluruh yang ada pada diri seorang wanita adalah sesuatu yang suci dan tidak boleh sembarang orang melihat dan menikmatinya kecuali mahramnya," jelas pria itu seraya mundur beberapa langkah membuat jaraknya dan Kylian tidak lagi sedekat tadi.

"Lain kali saya akan menghukum kamu kalau saya mendapati kamu berkeliaran dengan penampilan seperti tadi lagi," ucap pria itu lagi

"Apa hak lo buat ngedukung gue?" protes Kylian tidak terima.

Alih-alih menjawab pertanyaan Kylian, pria itu hanya menyunggingkan senyum aneh dan melangkah pergi meninggalkan Harsya yang masih sibuk mencerna apa yang saat ini terjadi.

Kylian tidak bisa mengartikan apa maksud dari senyum itu, tapi Kylian yakin itu bukanlah pertanda baik. Caranya tersenyum mengingatkan Kylian dengan senyum misterius Mamahnya juga Papahnya saat sebelum dia menyampaikan berita yang membuat Kylian berakhir di tempat ini.

Sebuah Permintaan

"Papah sama mamah beneran tega ninggalin aku sendirian disini?" rengekan Kylian yang kesekian kalinya membuat kedua orang tuanya menghela nafas lelah.

"Saat ini kamu sudah jadi santri dan istri dari pemimpin pondok pesantren ini. Sikap kekanakan kamu ini nggak pantas kamu tunjukin disini, Kyl. Sekarang waktunya kamu untuk bersikap dewasa. Ingat tujuan papa sama mama ninggalin kamu disini itu untuk apa? Jangan bikin Papah sama Mamah malu dengan kelakuan kamu yang tidak dewasa ini." Perkataan sang papah membuat lidah Kylian kelu.

Kylian sudah tidak punya kekuatan lagi untuk menentang kedua orang tuanya.

"Sekarang kamu mendingan cuci muka, terus beresin penampilan kamu dan setelah itu kita akan keluar ketemu sama suami kamu," sahut sang mamah dengan lembut dan mengusap kepala Kylian menambahkan.

Ya.... Saat ini mereka bertiga berada di salah satu kamar di rumah pimpinan pondok pesantren tempat Kylian akan mondok yang artinya ini juga adalah bakal rumah Kylian di masa depan. Setengah jam yang lalu akad nikah yang berlangsung secara sederhana itu sudah selesai.

Pernikahan mereka hanya dihadiri kedua orang tua juga sang adik Kalang, Ibu dari suaminya juga salah satu paman dari pihak suaminya.

Sampai saat ini Kylian sendiri belum mengetahui wajah suaminya itu dan tidak berniat mengetahuinya. Kalau saja sang mamah tidak memaksanya untuk segera menemui suaminya itu, Kylian tidak akan keluar dari kamar itu sampai kapan pun.

"Ayo Kyl, jalannya dicepetin. Sengaja ya, kamu?” tuduh Nandyra.

"Iya iya ini dicepetin kok. Mamah kan tau sendiri aku masih gak biasa pake gamis kayak gini. Mana ini kerudungnya bikin kepala aku gatel banget lagi, ck" sungut perempuan berusia 23 tahun itu sambil berjalan tertatih ke arah mamanya.

Selama 23 tahun di hidupnya, ini adalah hari pertama dimana Kylian mengenakan hijab.

Dia kembali mengingat pertemuannya dengan pria misterius yang merelakan sorbannya sebagai penutup kepala Kylian siang tadi. Sorban lelaki itu adalah hijab pertama Kylian selama 23 tahun hidupnya. Mengingat pertemuan itu membuat hati Kylian berdesir kembali.

Ck... gimana coba cara gue balikin sorban ke cowok itu?!

Dan Kylian tidak menyangka jika Tuhan menjawab pertanyaannya secepat ini. Di hadapannya kini, sosok pria yang baru saja dia pikirkan duduk disamping seorang wanita berusia sekitar 50 tahun yang dia kenali sebagai ibu mertuanya.

Kylian masih sibuk menatap pria itu ketika ibunya menepuk bahunya dan menggiringnya untuk duduk di sofa yang berada tepat dihadapan ibu mertuanya dan pria itu.

Ibu mertua Kylian yang biasa disapa Umma Aminah itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah menantunya. Sedangkan Kylian sendiri hanya bisa terdiam kaku ketika perempuan berwajah teduh itu mengusap ubun-ubunnya dan membacakan sebuah doa yang Kylian sendiri tidak tahu apa arti doa itu lalu tak lama mengecup sayang keningnya.

"Selamat datang anakku," ucap Umma Aminah pada Kylian.

Sementara Kylian hanya menyunggingkan senyum sopan ke arah perempuan paruh baya yang kedepannya akan dia panggil dengan sebutan Umma itu.

Umma Aminah mengamit lengan Kylian dan membawanya untuk bangkit dari sofa. Dia menuntun Kylian menuju pria yang saat ini sedang menatap kedua perempuan berbeda generasi yang sedang berjalan kearahnya.

"Perkenalkan ini adalah Adnan. Adnan Alfarizi Bahira. Laki-laki yang akan menghabiskan seluruh hidupnya denganmu nak. Suamimu." Nada lembut yang dilontarkan Umma Aminah terdengar seperti petir di siang bolong di telinga Kylian.

Kenyataan kalau pria yang dia temui siang tadi adalah suaminya membuat Kylian tidak tahu harus senang atau sedih.

Gue akuin sih kalo cowok ini bukan sosok yang mengerikan yang gue bayangin. Gue pikir sosok yang jadi suami gue itu seorang ustadz dengan perawakan perut buncit dan janggut yang lebat.

Ya... Seenggaknya gue bisa tarik nafas lega tau fakta kalo suami gue itu cukup tampan. Sangat tampan malah tidak kalah sama Lendra. aAaaahhh shiiittt gue baru inget Lendra... gue belum sempet ketemu sama bilang putus sama dia... ck... gimana mau inget Lendra orang kejadian ini cepet banget... papah tuh emang sengaja banget nggak ngasih kesempatan gue buat ketemu dan nyelesein semuanya.

"Assalamu alaikum Yaa Zawjatii."

Hah siapa pula Zawjatii? tapi kok bisa-bisanya jantung sama paru-paru gue berenti bekerja seiring sapaan cowok ini...

"Wa-wa alaikum salam ," balas Kylian singkat sembari menahan kegugupannya mati-matian dibawah tatapan mematikan suaminya yang membuat Kylian bergetar.

Dia tidak tahu siapa Zawjatii yang suaminya itu ucapkan tapi dia masih paham kalau suaminya itu sedang mengucapkan salam dimana dia harus menjawabnya.

*****

"Kalang... Pokonya tolong kamu temui Lendra dan kasih surat ini sama dia..." ucap Kylian saat ada waktu bisa ngobrol sama Kalang sag adik yang dari tadi hanya terdiam.

"Kak..."

"Gimana pun juga Kakak udah nikah sama orang yang dipercayai Papah bisa jagain Kakak... jadi Kakak harus nyerah... kamu jaga diri baik-baik, sekolah yang rajin... jagain mamah sama papah... kakak yakin kamu pasti bisa."

bruuukkkk!!!

Tanpa aba-aba Kalang pun memeluk Kylian dengan erat. Dia sadar kalau dia tidak bisa seenaknya lagi bertemu dengan kakak kesayangannya itu. Tidak ada lagi yang mengganggunya saat dia menikmati kesendiriannya, tidak ada lagi yang cerewet, tidak ada lagi yang berisik saat pagi-pagi dan yang pasti doa aka kehilangan sosok kakak seperti Kylian.

Kylian yang terkejut pun hanya bisa terdiam dan memeluk balik adiknya itu, meskipun kalang tidak berkata apa-apa terhadap pernikahan Kylian yang orang tuanya rencanakan tapi Kylian tau bahwa Kalang juga sangat terpukul Dan sangat kehilangan kakaknya itu.

"Hey... It's okay Lang... Kakak pasti akan baik-baik aja disini... kamu nggak usah khawatirin Kakak, kamu tau kakak kayak gimana kan?"

Fabian dan Nandyra yang melihat kearah Kalang dan Kylian pun hanya bisa tersenyum getir. mereka tau kalau Kalang itu sangat menyayangi Kylian. Kalang itu tipe pria yang pendiam dan jarang berkomentar, tapi diam-diam Kalang juga sangat perhatian dan membantu tanpa dilketahui oleh Kakaknya.

"Kak Kyl jaga diri baik-baik disini, jangan nyusahin suami kak Kyl apalagi Umma Aminah..." ucap Kalang saat melepaskan pelukannya pada Kylian. Kylian yang kesal dengan ucapannya langsung menjual kepala Kalang.

"Issshhh... kakak pikir kamu sedih ditinggalin sendirian dirumah! Seneng ya kamu sekarang nggak ada yang gangguin kamu lagi!"

Kalang hanya tersenyum simpul tanpa berkomentar apa-apa lagi, sementara di dalam hatinya dia sedih.

"Kyl," panggil Mamah Nandyra pelan.

"Kita pulang ke Jakarta malam ini ya?!"

Kylian pikir kedua orang tuanya hanya bercanda ketika mengatakan akan pulang dan meninggalkan Kylian malam ini juga.

"Ck... Kenapa harus malam ini sih Mah? Kenapa nggak nunggu sampe besok aja?" protes Kylian.

"Nggak bisa Kyl, Papah akan berangkat ke Malaysia besok pagi. Jadi kami harus kembali malam ini juga." Jelas Fabian yang menyusul Istrinya menghampiri Kylian.

Kylian tidak percaya dengan ucapan kedua orang tuanya itu. Dia yakin kedua orang tuanya hanya mencari-cari alasan untuk secepatnya meninggalkan Kylian di tempat ini.

Kylian curiga kalau kedua orang tuanya sebenarnya tidak berniat lagi menganggapnya anak dan mondok disini hanyalah alasan untuk membuangnya."

"Ok, kalo gitu... Tapi sebelum pergi aku punya satu permintaan.”

"Permintaan apa?" tanya papanya memincing curiga pada putrinya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!