NovelToon NovelToon

Sad Girl

{PROLOG}

🍁

Hai, namaku Aleta Quenby Elvina. Aku ingin menceritakan tentang kisah hidupku. Kisah tentang kesabaranku menghadapi kejamnya kehidupan.

Aku selalu dipandang rendah oleh orang-orang, aku juga selalu dibully bahkan disiksa karena aku miskin. Aku memang hidup di lingkungan orang-orang yang berada, sedangkan aku hanya dianggap sampah oleh mereka.

Kalau aku miskin apa itu kesalahanku? Aku selalu bertanya-tanya tentang hal itu. Aku ingin mengeluh, tapi tidak ada gunanya. Yang harus aku lakukan adalah berusaha untuk membuktikan kepada semua orang kalau suatu saat nanti aku bisa menjadi orang sukses seperti mereka.

Aku tinggal bersama Oma dan juga Adikku yang bernama Reyhan, ia baru berumur 5 tahun. Ibuku meninggal setelah melahirkan Reyhan dan Ayahku juga sudah meninggal setelah beberapa hari Ibuku meninggal. Aku berharap Ayah dan Ibuku selalu bahagia di akhirat.

Aku sangat bersyukur saat aku mendapatkan beasiswa disalah satu sekolah paling terkenal di kotaku. Di sekolah aku selalu dibully bahkan disiksa karena mereka tahu kalau aku orang miskin. Aku selalu berusaha kuat dan tetap tersenyum di depan mereka walaupun sebenarnya hatiku rapuh dan juga terluka. Aku selalu berharap kebahagiaan cepat datang padaku.

Kebahagiaan itu datang disaat ada seorang laki-laki yang mampu membuatku tersenyum. Ia menyayangiku disaat semua orang membenciku. Ia melindungiku disaat semua orang ingin melukaiku. Ia menggenggam dan juga memelukku disaat semua orang enggan menyentuhku. Aku sangat bersyukur dia datang disaat aku benar-benar lelah menghadapi semuanya.

Terimakasih karena telah mengenalkanku pada kebahagiaan Alvaro, walaupun kebahagiaan itu hanya sesaat.

🍁

{Chapter 1}

"Awal berkenalan denganmu adalah awal kebahagiaanku."

Happy Reading ❤

🍁

Aleta terbangun dari tidurnya, jam menunjukan pukul lima pagi. Aleta segera mandi dan bersiap-siap memakai seragam sekolahnya.

Hari ini, hari pertama Aleta masuk sekolah. Aleta bersyukur bisa mendapat beasiswa di sekolah terbaik di kotanya. Aleta baru menginjak kelas 10 SMA. Aleta berharap di sekolah ia dapat mempunyai teman karena dari kecil Aleta tidak pernah mempunyai satupun teman.

Setelah selesai bersiap-siap Aleta langsung melangkah ke dapur, ia akan memasak sarapan untuknya, Reyhan, dan juga Oma.

Saat di dapur Aleta hanya melihat satu telur dan nasi yang sedikit, Aleta hanya bisa menghembuskan napas kasar. Kapan kehidupannya akan berubah?

Aleta memasak nasi goreng. setelah selesai memasak, Aleta pergi ke kamar Oma dan juga Reyhan untuk membangunkan mereka.

Aleta menggoyang-goyangkan lengan Oma pelan. "Oma, bangun. Aleta udah nyiapin sarapan buat Oma," ujar Aleta.

Aleta beralih ke kamar Reyhan yang ada di sebelah kamar Oma. "Reyhan, bangun yuk sarapan," ucap Aleta.

Oma dan Reyhan sudah bangun dari tidurnya. Reyhan mengerjapkan matanya beberapa kali, ia masih mengantuk. Oma berdiri dibantu oleh Aleta. Aleta, Oma, dan Reyhan berjalan beriringan ke ruang makan.

"Aleta, kamu gak sarapan?" tanya Oma saat melihat hanya ada dua piring yang ada di atas meja makan.

"Aleta udah sarapan duluan tadi Oma," balas Aleta tersenyum.

Aleta berbohong. Dia sudah terbiasa seperti ini. Aleta lebih mementingkan Oma dan Reyhan dibandingkan dirinya sendiri. Aleta tidak peduli jika dirinya tidak makan berhari-hari yang terpenting baginya Oma dan Reyhan bisa makan.

Aleta melirik jam dinding. "Oma, Aleta berangkat sekolah dulu ya," ucap Aleta.

Aleta memakai sepatunya, sapatu yang sudah tidak pantas untuk dipakai, tapi Aleta juga tidak punya uang jika harus membeli sepatu yang baru.

"Iya, hati-hati ya Aleta," sahut Oma.

"Reyhan, Kakak sekolah dulu ya. Kamu Jagain Oma di sini, jangan kemana-mana sebelum Kaka pulang," peringat Aleta pada Reyhan.

"Siap Ka, Kakak hati-hati ya ke sekolahnya. Nanti pulang sekolah main sama Reyhan ya," pinta Reyhan dengan semangat.

"Iya Dek, nanti kita main bareng kalau Kakak udah pulang sekolah," jawab Aleta sambil mengelus pipi Reyhan.

Aleta menyalami punggung tangan Oma. "Oma, jangan terlalu kecapean ya, kalau kue-kuenya gak abis nanti aku aja yang jualin kuenya. Oma jangan terlalu maksain buat jualan kue karena Oma juga butuh istirahat," jelas Aleta.

Aleta berjalan kaki menuju sekolahnya, sekolahnya memang tidak terlalu jauh, Aleta tidak punya uang jika harus naik angkutan umum.

Di perjalanan banyak pasang mata yang memperhatikannya.

"Itu kan si Aleta yang miskin itu, emang dia dapet uang dari mana bisa sekolah gitu," bisik Ibu-ibu.

"Mungkin dia nyopet atau maling rumah orang," sahut Ibu-ibu lainnya.

"Miskin aja sok-sokan mau sekolah, lebih pantes ngemis aja orang miskin kaya kamu mah!"

"Sok banget dah mau sekolah gitu. Mending kamu mulung aja sana! Gak pantes banget orang miskin kaya kamu sekolah!"

"Paling di sekolah dia dihina sama orang-orang. Saya yakin gak bakal ada orang yang mau temenan sama orang miskin kaya dia."

Aleta tersenyum tipis mendengar hinaan itu untuknya, yang bisa Aleta lakukan saat ini adalah bersabar. Percuma melawan karena ia tidak akan menang, semua perbuatan pasti akan ada balasannya dari Allah.

Aleta terus melangkah menyusuri jalan, dia memikirkan cara untuk mendapatkan uang agar Reyhan dan Oma bisa makan.

Aleta tidak mau jika Oma dan Reyhan sampai kelaparan, Aleta juga tidak tega melihat Oma yang terus berjualan kue setiap hari, kasian Oma.

Lamunan Aleta buyar ketika ia terjatuh. "Aw, aku ceroboh banget sih," rutuk Aleta pada dirinya sendiri. Aleta menepuk-nepuk roknya yang kotor, tiba-tiba ada bayangan seseorang di sampingnya.

"Lo gak papa? Sini gue bantuin bangun," ujar orang itu sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Aleta berdiri.

Aleta tersentak, orang-orang tidak akan mau menyentuh tangannya karena jijik padanya. Tapi orang yang ada di sampingnya ini malah mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri, mungkin karena orang ini belum tahu kalau ia hanya orang miskin.

"Tangan gue pegel nih, lo gak mau berdiri?" sahut cowok itu.

Aleta dengan ragu menerima uluran tangan orang itu. "Makasih," ujar Aleta tulus.

"Sama-sama, lo gak papa kan. Ada yang luka gak?" tanya cowok itu.

"Aku gak papa kok, sekali lagi makasih ya," Aleta bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa orang ini bersikap baik padanya? Biasanya orang-orang malah menertawakannya ketika melihat ia sedang terjatuh ataupun menderita.

"Syukur deh kalau lo gak papa, kalau gitu kita kenalan dulu," ucap orang itu sambil tersenyum. Tanpa ragu orang itu kembali mengulurkan tangannya untuk mengajak Aleta berkenalan.

Aleta terdiam, baru kali ini ada yang mengajaknya berkenalan dan juga mengulurkan tangannya tanpa rasa jijik.

Biasanya orang-orang selalu merasa jijik kalau ia tak sengaja berkontak fisik dengan mereka, tapi orang di sampingnya ini malah tanpa ragu mengulurkan tangannya dan malah tersenyum memandanginya.

Aleta benar-benar tidak mengerti dengan orang yang ada di sampingnya ini, tapi entah kenapa ia merasa yakin kalau orang yang ada di sampingnya ini adalah orang baik.

"Tangan gue dianggurin nih," cetus orang itu membuyarkan lamunan Aleta.

Aleta sedikit ragu membalas uluran tangan orang itu, tapi Aleta meyakinkan diri kalau orang yang ada di sampingnya ini adalah orang baik. "Na-ma aku Ale-ta. kalau na-ma ka-mu si-apa?" tanya Aleta dengan terbata-bata.

Orang itu terkekeh pelan. "Gak usah gugup gitu akh. Santai aja, gue gak gigit kok. Nama gue Alvaro, lo bisa manggil gue Al," jelas Alvaro tersenyum.

🍁

Jangan lupa votenya ♥

{Chapter 2}

"Aku ingin merasakan mempunyai teman tapi sayangnya tidak ada yang mau berteman denganku karena mereka merasa jijik padaku."

Happy Reading ❤

🍁

Cowok itu terkekeh pelan. "Gak usah gugup gitu akh. Santai aja, gue gak gigit kok. Nama gue Alvaro, lo bisa manggil gue Al," ujar Alvaro tersenyum tipis.

"Kayanya kita satu sekolah tapi gue belum pernah lihat lo sebelumnya. Hmm... Lo murid baru ya?" tebak Alvaro karena ia melihat ada logo sekolahnya di seragam sekolah Aleta.

"Iya, aku murid baru. Aku dapet beasiswa sekolah di sana," jelas Aleta pelan.

"Wah, lo hebat banget bisa dapet beasiswa. Sebelumnya belum pernah ada loh orang yang bisa dapet beasiswa di sekolah gue, mungkin lo orang pertama yang bisa dapet beasiswa di sekolah gue," jelas Alvaro bersemangat.

"Kalau gitu lo bareng gue aja ke sekolahnya, kebetulan gue bawa motor dan belum ada yang dudukin jok belakang motor gue," ajak Alvaro sambil menunjuk motornya yang ada di sebrang mereka.

Aleta tersentak saat Alvaro mau mengajaknya berangkat bersama, apa Alvaro tidak merasa malu? Aleta tidak pernah membayangkan akan bertemu orang sebaik seperti Alvaro. Aleta merasa tidak pantas jika harus duduk di atas motor Alvaro. "Gak usah, aku jalan kaki aja," tolak Aleta.

"Jalan kaki tuh cape, kalau telat gimana? Mending bareng gue aja yuk. Tenang aja, gue bukan orang jahat kok. Gak usah khawatir, gue gak bakal macem-macem sama lo. Gue gak nerima penolakan, pokoknya lo harus berangkat bareng gue," titah Alvaro.

Tanpa aba-aba Alvaro langsung menarik tangan Aleta ke arah motornya. "Udah yuk jangan kebanyakan ngelamun nanti kita keburu telat," ucap Alvaro.

Aleta melirik tangannya yang masih digenggam oleh Alvaro. "Apa dia gak jijik ya megang tangan aku? Aku gak nyangka bisa ketemu orang sebaik dia," batin Aleta tanpa sadar ia tersenyum tipis.

Alvaro melepaskan genggaman tangannya dari tangan Aleta lalu ia mengambil helm yang ada di atas motornya. "Nih pake, gue cuma punya satu sih tapi lo aja yang pake. Gue takutnya pas di perjalanan terjadi sesuatu terus lo terluka kan gue gak enak," jelas Alvaro.

Aleta melongo, seketika bibirnya tidak mampu mengucapkan satu katapun. Jujur, dia sangat bahagia karena ada orang sebaik Alvaro. Baru kali ini ia diperlakukan dengan baik oleh seseorang yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu.

Tanpa diduga Alvaro memasangkan helmnya di kepala Aleta. "Maaf gue jadi makein lo helm gini, gue kan udah bilang kalau gue gak mau lo terluka kalau terjadi sesuatu di jalan," Aleta hanya diam, ia tidak tahu harus mengucapkan apa.

"Ya Allah, terimakasih karena telah mempertemukanku dengan orang sebaik Alvaro. Aku selalu percaya bakal ada kebahagiaan setelah kesedihan. Apa kebahagian itu Alvaro? Aku harap begitu," batin Aleta.

"Aleta?" panggil Alvaro yang dapat membuyarkan lamunan Aleta.

"I-ya Al-varo," jawab Aleta masih terbata-bata.

"Lo masih aja gugup gitu, kan gue udah bilang santai aja bicara sama gue mah. Oh ya, tadi gue cuma ngajak lo kenalan doang, kalau gitu sekarang gue mau nawarin lo jadi temen gue. Lo Mau kan jadi temen gue?" tanya Alvaro sambil tersenyum.

"Hah," Aleta sedikit tercengang mendengar ucapan Alvaro, hatinya menghangat ketika Alvaro manwarkannya untuk berteman. Aleta tidak tahu harus menjawab apa. Dia berpikir apakah dia pantas berteman dengan Alvaro? Sepertinya tidak, karena dia hanya orang miskin.

"Kok diem aja Ta? Lo gak mau jadi temen gue ya," tebak Alvaro sambil memperlihatkan wajah sedihnya.

"Aku mau kok jadi temen kamu, mau banget malah," jawab Aleta tersenyum tipis.

Alvaro langsung tersenyum lebar. "Beneran lo mau jadi temen gue Ta? Lo gak terpaksa kan nerima pertemanan ini?" tanya Alvaro memastikan.

"Aku beneran mau jadi temen kamu Al. Tapi Al, apa kamu gak malu punya temen yang miskin kaya aku," ungkap Aleta.

Aleta menundukkan kepalanya karena ia tidak berani menatap Alvaro. Aleta takut kalau setelah Alvaro tahu kalau dia miskin Alvaro akan langsung menghina dan menyakitinya.

Alvaro menepuk pelan pucuk kepala Aleta. "Emang kenapa kalau lo miskin? Kita kan sama-sama manusia jadi gak masalah kalau berteman. Gue berteman bukan mandang seberapa kaya orang itu. Lo gak perlu ngerasa kalau gue bakal benci sama lo. Lo salah besar kalau ngira gue bakal benci dan bakal ngehina lo ataupun nyakitin lo. Gue gak ada sedikitpun niatan kaya gitu walaupun gue tau lo dari keluarga yang kurang mampu gue bakal tetap mau temenan sama lo, bahkan gue berharap bisa berteman baik sama lo," terang Alvaro panjang lebar.

Seketika jantung Aleta berpacu dengan sangat cepat, sungguh dia sangat tersentuh oleh ucapan Alvaro. Tidak pernah ada seseorang yang berkata seperti itu padanya, justru biasanya orang mengatakan jijik atau benci pada Aleta karena ia hanya orang miskin.

"Jangan diem kaya gini dong, kan gue jadi takut ngiranya lo kesurupan," ujar Alvaro.

Aleta tersenyum tipis. "Kalau aku beneran kesurupan gimana nih?" tanya Aleta terkekeh pelan.

Alvaro terpesona melihat Aleta tertawa karena menurutnya Aleta sangat cantik jika tertawa seperti ini. "Gampang. Kalau lo beneran kesurupan gue tinggal bacain ayat Al-Qur'an terus gue cium biar lo sadar," jawab Alvaro terkekeh pelan.

"Yyeehh... Enak di kamu itumah," sahut Aleta masih dengan kekehan.

Dia tidak tahu kenapa jadi terus ingin tertawa seperti sekarang padahal sebelumnya ia tidak pernah sekalipun tertawa. hanya senyum palsu yang selalu Aleta perlihatkan pada semua orang tapi kali ini Alvaro merubah segalanya. Alvaro berhasil membuat Aleta bahagia tanpa berpura-pura.

Alvaro mengulurkan jari kelingkingnya. "Sekarang... Kita teman kan?"

Aleta mengangguk lalu ia menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Alvaro. "Iya, kita sekarang teman Al," jawab Aleta yakin.

🍁

Jangan lupa votenya ♥

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!