Semoga suka ya. jangan lupa jempol nya ya.
—
tut tut tut
"kemana sih si abang, kok belum dateng-dateng" gumam Meyya gelisah sesekali menatap ponselnya dan sekitar, siapa tau yang dia cari sudah ada.
"Mey.. belum dateng-dateng juga yang jemput kamu?" tanya seorang perempuan dengan rambut di gulung dan menggunakan scrub bername tag - Ayna Mahalina Sp.PD-KR -
Meyya menggeleng lesu sebagai jawaban dari pertanyaan Ayna, sahabat nya.
"aku antar aja ya Mey, kamu perlu banyak-banyak istirahat, kesehatan kamu belum pulih total, jangan kebanyakan mikirin yang enggak-enggak apalagi soal calon suami mu itu" tutur Ayna dengan lembut.
Meyya menghela napas sejenak dengan pelan lalu menatap sahabat nya itu dengan tatapan tak bersemangat. "apa bang Kalvin nggak mau jemput aku karena malu calon istri nya penyakitan?"
Ayna segera menyadarkan Meyya yang selalu berpikiran negatif bila calon suami nya tidak datang bahkan mengabaikannya, Ayna menepuk pundak Meyya sambil menuntun Meyya untuk duduk di kursi lobi sebentar.
"Mey, kamu itu pikiran nya selalu negatif, Kalvin nggak jemput mungkin karena kerjaannya nggak bisa di tinggal.."
"Mey, pernikahan kalian sisa dua minggu lagi, jangan sampai imun tubuh kamu menurun drastis, kamu nggak mau kan acara penting itu gagal?"
Ayna selalu menjelaskan agar Meyya tak berprasangka buruk lagi dan tetap berpikir positif.
Meyya menatap bola mata Ayna dengan sorot mata lesu dan mulai berair.
"sudah-sudah jangan menangis, udah mau menikah masih aja cengeng, malu sama anak kecil" Ayna mencoba menenangkan Meyya yang kondisi nya memang selalu begini.
"jangan samain aku sama anak kecil ya Ay, aku nangis begini juga karena kamu" - Meyya
"kok aku? aku salah apa?" Ayna mengelus leher nya mencoba mengingat apa yang dia perbuat pada Meyya.
"ya iya, soalnya nggak ada yang bisa gantiin kamu, kamu terlalu pengertian sama aku Ay, yang paling peduli sama aku cuma kamu, bang Kalvin aja berubah selama 2 bulan belakangan ini, dan cuma kamu yang selalu beriin aku pikiran positif" jelas Meyya membuat Ayna bernapas lega dan tersenyum.
"yaudah kalau gitu, ayo kita pulang, kamu sampai rumah nanti harus istirahat, jangan banyak beraktivitas dulu" ucap Ayna di angguki Meyya dengan tersenyum.
Meyya pun pergi bersama Ayna yang mau mengantarnya pulang, sahabatnya itu memang selalu mengerti dirinya di saat yang lain mengucilkannya.
"hidup lebih lama ya Ay" gumam Meyya saat berada di dalam mobil menoleh menatap Ayna yang fokus pada jalanan yang cukup padat, banyak karyawan yang pulang bekerja.
keduanya terdiam sejenak, hingga Meyya kembali bersuara. "Ay" panggil Meyya dengan pelan. Ayna menoleh sekilas kemudian menjawab panggilan Meyya.
"kenapa Mey? perlu sesuatu? mau ke minimarket dulu? atau mau apa?" tanya Ayna dengan penuh perhatian.
"nggak Ay, aku cuman mau berterimakasih aja sama kamu, udah banyak nolong aku, dari segi psikologis, sampe penyakit bawaan ku" jawab Meyya membuat Ayna terharu tapi dia mencoba menutupi dengan raut tenang.
"nggak usah sungkan Mey, kita itu udah sahabatan dari kecil, kamu perlu bantuan ya aku siap bantu sebisa aku, dan lagi sudah tugas ku sebagai dokter reumatologi" ucap Ayna dengan tersenyum manis dan tenang.
_reumatologi \= penyakit dalam_
"kita mampir dulu ya ke minimarket, aku mau bawain makanan buat kamu di rumah, sama buat mamah papah kamu" cetus Ayna sembari membelokkan arah setirnya dan memasuki area parkiran minimarket.
"gausah repot-repot Ay, aku nggak terlalu suka jajan makanan" balas Meyya menolak dengan halus sebelum Ayna keluar dari mobil.
"nggak harus langsung suka kok Mey, jajanan nya aku yang pilihin pasti kamu suka" ucap Ayna meyakinkan Meyya sambil menggenggam tangan Meyya dan mengelusnya secara lembut.
jempol nya jangan lupa ya.
—
"mau mampir dulu Ay?" tanya Meyya, setelah mobil yang ditumpangi oleh Meyya dan dikemudikan Ayna sampai di halaman rumah keluarga Meyya.
Ayna nampak berpikir kemudian menggeleng dengan senyum manis yang selalu dia tampilkan di wajah teduhnya.
"ga usah repot-repot Mey, titip salam aja ya" balas Ayna dengan menepuk pundak kanan Meyya dengan pelan.
"oke deh"
"inget Mey, jangan terlalu cape. kamu harus banyak-banyak istirahat" pesan Ayna diangguki kecil oleh Meyya.
"iya bu dokter" sahut Meyya dengan senyum tipis, sebelum keluar dari mobil dan mengambil plastik berisi camilan yang dibeli oleh Ayna.
......................
Meyya sedang berkumpul bersama keluarganya di meja makan sembari melahap camilan yang dibawa dari Ayna.
"kak" panggil Bayu, papah Meyya nampak serius.
Meyya menoleh dan menatap Bayu yang terlihat serius sambil membaca koran dan sesekali menyesap kopi hitam.
"kenapa pah?" tanya Meyya ikut serius, bahkan mamah nya dan adek nya senyap agar tak menganggu.
"kamu yakin mau nikah sama Kalvin?" tanya Bayu, merasa ragu dengan keputusan Meyya entah apa alasannya membuat nya ragu menjadikan Kalvin menantu.
"papah ga setuju sama pernikahan ini? kenapa ga bilang dari awal? kalo gini udah mau fitting baju pengantin loh besok" jawab Meyya, dia nampak marah sebelum mendapat jawaban dari Bayu.
"bukan begitu kak, papah cuma khawatir setelah kamu nikah sama Kalvin kehidupan kamu bakal.."
"bakal hancur gitu? pah doain anak nya itu jangan yang jahat kalo papah ga suka sama bang Kalvin, bilang di awal" Meyya memotong ucapan Bayu sebelum selesai.
Bayu hanya bisa pasrah dan menutup koran nya sejenak agar lebih fokus menatap Meyya.
"papah bukan ga suka sama Kalvin, papah cuma takut" jelas Bayu, Meyya berdecak sembari menatap ke segala arah menghindari kontak mata dengan papah nya.
"takut karna apa? karna bang Kalvin yang perokok itu? papah juga perokok mamah terima kok" ucap Meyya, dengan suara meninggi.
"kak!" bentak Rayhan, adek Meyya merasa nada bicara kakak nya kurang sopan terhadap orang tua.
"Ray, jangan ikut campur bisa ga?" ujar Meyya, mendelik menatap Rayhan. Rayhan seketika menunduk takut tak berani menatap sang kakak.
"kak, jangan bentak-bentak adek bisa kan? adek cuma negur kamu biar jaga nada bicara kamu sama orang yang lebih tua" tutur Bayu, anak pertama perempuan nya itu sedikit tempramen bila ada yang yang mengusik nya.
"papah sama Kalvin itu beda kak, walau kami sama-sama perokok" sahut Bayu, membuat Meyya makin kesal.
"udah lah, kalo emang papah ga setuju juga aku ga peduli, pernikahan aku sama bang Kalvin udah deket, ga mungkin aku batalin gitu aja" ucap Meyya, sembari berdiri dari kursi nya meninggalkan keluarganya yang awalnya berkumpul.
"kak.." panggil Desta, mamah Meyya yang nampak cemas saat mendengar suara gebrakan pintu kamar Meyya yang begitu keras.
"mah, biarin aja dulu, nanti biar papah yang ngomong. ini salah papah juga karna ngomong yang ga jelas tadi" ucap Bayu, mencoba menenangkan Desta.
Suasana meja makan menjadi canggung akibat perdebatan yang terjadi.
......................
Kalvin terbangun dari tidur nyenyaknya.
"eugh" lenguh Kalvin meregangkan otot-otot nya sembari duduk dan mengumpulkan nyawa.
"udah bangun sayang?" terdengar suara seorang wanita yang berdiri di dekat pintu dengan nada sensual.
Kalvin menoleh ke arah pintu dan tersenyum. "come on babe" ucap Kalvin, merentangkan tangan nya.
Wanita itu pun melangkah dan masuk ke dalam dekapan hangat dari Kalvin.
Saat wanita itu sibuk bermain di ceruk leher dan dada Kalvin yang terbuka. Kalvin melirik ke arah ponsel nya yang berada di nakas mengedipkan layar tanda ada pesan masuk.
"astaga, aku lupa" gumam Kalvin menyadari sesuatu setelah melihat banyak nya notifikasi di ponsel nya dari satu orang, calon istri nya Meyya.
jempol nya ga lupa kan? ya.
—
Meyya di dalam kamar nya mengurung diri, dia kecewa pada papah nya yang tiba-tiba seperti tak setuju untuk menikahkan putri nya.
Padahal saat acara lamaran Meyya dan Kalvin berlngsung, Bayu terlihat menerima bahkan dia ikut tersenyum senang.
Setan apa yang merasuki papah nya hingga seperti berubah pikiran seperti itu.
tak berselang lama, terdengar suara ketukan dari luar kamar. "Kak, boleh papah masuk?" suara Bayu terdengar dari luar setelah mengetuk pintu.
Meyya belum menjawab, tapi dia sadar. Ucapan nya beberapa saat lalu cukup tak sopan dan terbilang kasar kepada orang tua nya sendiri.
"Kalo ga bolehin papah masuk, papah tunggu di teras ya, papah mau ngomong sama kakak" ucap Bayu mencoba mengerti perasaan putri nya.
Bayu segera melangkah ke teras depan setelah mengatakan hal itu walau tak mendapat respon dari dalam kamar.
Dia yakin, putri nya akan keluar dan menemuinya di teras, walau akan menunggu lama, tapi tak apa.
Hampir setengah jam Bayu menunggu sembari meminum kopi hitam buatan sang istri.
"Pah" panggil Meyya akhirnya mau keluar dengan rasa canggung di dalam diri nya.
Bayu menoleh ke samping, lalu tersenyum menyuruh Meyya untuk duduk di kursi kayu kosong samping nya yang di halangi oleh meja bulat.
"Maaf ya pah atas perkataan kakak tadi, kakak kebawa emosi tadi sampe lancang bentak papah" sesak Meyya sembari menundukkan kepala.
Bayu kembali tersenyum. "Papah tau kakak lagi sensitif soal pernikahan yang bentar lagi mau di laksanain, papah dulu juga waktu ngelamar mamah ga bisa ada yang bahas soal nikah pasti berasa ga di setujuin, padahal itu cuma prasangka buruk papah" jelas Bayu dengan lembut, dia tau watak putri nya itu dari nya sendiri.
"Berarti kita sama ya pah?" Meyya nampak tertarik dan mulai paham dengan cerita Bayu yang sama seperti diri nya.
"Iya, bahkan dulu papah lebih parah dari kakak sekarang yang cuma ngurung diri di kamar" Bayu terkekeh di akhir mengingat kelakuan nya sendiri.
"Lebih parah itu yang gimana?" tanya Meyya ingin mengetahui lebih watak Bayu dulu.
"Kakak tau kan laki-laki gimana? Nah papah termasuk gitu, balapan liar, ngerokok, lebih parah nya mabuk" jawab Bayu, membuat Meyya mengangguk dengan tak percaya.
Papah nya melakukan hal seperti itu? Kalau merokok Meyya maklumi karna kebiasaan itu tak bisa di lepas oleh Bayu, tapi balapan hingga mabuk? Tak pernah terpikirkan oleh nalar nya.
"Dan sekarang watak papah yang suka berprasangka buruk ternyata turun ke kakak" ucap Bayu dengan tersenyum menatap sang putri yang begitu cantik, seperti sang istri.
"Kamu siap menikah kak? Usia kakak bisa dibilang sudah cukup, tapi apa kakak yakin?" tanya Bayu dengan perlahan dan nada lembut.
Meyya menunduk berpikir. "Kalo bang Kalvin serius, kakak juga serius pah, tapi kalo di tanya siap atau ga nya, kakak udah siap lahir batin" jawab Meyya, membuat Bayu lega kali ini Meyya memberi jawaban dengan kepala dingin.
Di saat sedang asik mengobrol nerdua, Kalvin datang dengan mengendarai mobil sedan berwarna putih hadiah ulang tahun dari Meyya
Meyya dan Bayu saling tatap sejenak. Kemudian menatap ke arah si empu yang keluar dari mobil dengan tergesa-gesa.
"Bang pelan-pelan aja jalan nya, ga usah terburu-buru gitu, kayak ngejar kereta aja" ucap Meyya penuh perhatian.
"Maaf dek, abang tadi ga bisa jemput kamu waktu di rumah sakit, maaf banget, abang lupa" sesak Kalvin langsung di hampiri oleh Meyya.
"Papah masuk dulu minta mamah bikinin teh anget buat Kalvin" pamit Bayu membiarkan sepasang tunangan yang akan menikah dua minggu lagi itu berdua.
Meyya memperhatikan punggung Bayu yang melangkah masuk ke dalam rumah.
"duduk dulu bang" ucap Meyya di turuti oleh Kalvin yang masih memakai raut bersalah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!