Intro
Desember, tahun 2088, “Plip....plip....plip.” Bunyi alat pendeteksi detak jantung (ECG) memenuhi sebuah kamar rumah sakit yang sangat canggih. Seorang nenek berumur 82 tahun terkulai lemah di tempat tidur dengan banyak peralatan medis menempel pada tubuhnya. “Sreeg.” Pintu di buka, nenek itu dengan perlahan menoleh ke arah pintu,
“Halo nek, aku datang...” Ujar seorang anak muda berseragam sma.
“Ah...Yuuto, kamu sendiri ?” Tanya nenek.
“Iya, aku sendiri, aku baru pulang sekolah...” Jawab Yuuto sambil menaruh tasnya dan duduk di kursi yang berada di sebelah tempat tidur nenek.
Nenek itu melihat wajah Yuuto, terutama matanya yang berlainan warna, di sebelah kanan berwarna hijau dan di kiri berwarna biru. Nenek tersenyum sambil mengangkat tangannya, Yuuto langsung mengambil tangan nenek itu dan menggenggamnya.
“Kamu benar benar mirip kakek ya.....hehe.” Ujar nenek.
“Ih beda dong nek, kakek kan tidak tersenyum seperti aku...” Balas Yuuto sambil tersenyum.
“Benar juga, senyum kakek hanya eksklusif untuk nenek hehe...” Balas nenek itu.
Yuuto melihat buku harian dan selembar foto yang sudah menguning ketika kakek dan nenek masih muda. Yuuto meminjam fotonya dan membandingkan foto kakeknya dengan dirinya.
“Hmm nenek benar, tapi kalau wajahku serius aku baru mirip kakek hehe...” Balas Yuuto sambil mempraktekkan nya.
“Hehe bisa aja...lalu gimana sekolahmu ? ada yang mengejek matamu atau tidak ?” Tanya nenek.
“Tidak nek, malah mereka pada penasaran hehe...tapi aneh ya nek, kenapa keluarga kita semuanya bermata sama dengan ku ? tapi nenek dan kakek aku lihat hanya sebelah sebelah.....” Balas Yuuto.
“Karena awal mulanya kakek dan nenek....lalu papamu lahir, kemudian ossan (paman) dan obasan (tante) mu....ternyata mereka mewariskan mata kita berdua." Balas nenek.
“Oh begitu nek, pantas aniki, aku, Yuna adikku dan sepupu yang lain, semua bermata sama. Oh kecuali mama sih, dia normal hehe ” Ujar Yuuto.
"Kalau mama mu kan orang luar, jadi ya tidak seperti kita.” Ujar nenek.
"Iya bener nek, tidak di sangka, sudah tiga tahun kakek pergi...." Gumam Yuuto.
Nenek tersenyum dan mengangguk, kemudian dia menoleh melihat ke arah jendela, Yuuto yang mengerti langsung berdiri dan membuka tirai, ternyata salju sedang turun,
“Wah nek, turun salju...” Ujar Yuuto sambil menoleh.
“Ah....benar juga ya, aku lahir di musim dingin...dan aku juga akan pergi di musim dingin....sayang ku, aku sebentar lagi menyusul mu, tunggu aku ya...kita akan bersama lagi selamanya. Terima kasih sayang, aku benar benar bahagia sekarang.” Ujar nenek sambil memandang salju yang turun dengan mata sayu, air mata yang menetes dan senyum yang lebar.
“Eh nenek jangan bicara begitu dong....” Balas Yuuto yang langsung menghampiri nenek dan mengambil tangannya lagi dengan wajah cemas.
“Tidak apa apa Yuuto, kasihan kakek menunggu di sana sendirian hehe....” Ujar nenek.
Kemudian nenek menoleh melihat langit langit dan tersenyum, dia menutup kedua matanya yang sebelah kirinya berwarna biru dan air matanya menetes. Wajahnya terlihat tenang dan damai dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. “Piiiiiiiiiip......” Mesin pendeteksi detak jantung langsung berbunyi kencang, Yuuto menoleh dan melihat garis lurus di layar mesin.
“Loh nek...nenek....nenek.....bangun nek...nenek.....” Teriak Yuuto panik sambil menekan alat untuk memanggil perawat dan dokter.
Para perawat berdatangan bersama dokter masuk ke dalam untuk memeriksa nenek, Yuuto mundur sambil memegang buku yang sebelumnya di pegang nenek. Tak lama kemudian, dokter melepas stetoskopnya dan melihat jam tangannya.
“Nyonya Eiyama Aya, umur 82 tahun, meninggal jam 13.57....perawat, tolong hubungi pihak keluarganya.....anda keluarganya, maaf beliau sudah berpulang......” Ujar dokter kepada perawat dan kemudian kepada Yuuto.
Yuuto langsung menyeruak masuk ke antara para perawat dan menangis tersedu sedu sambil memeluk neneknya. Setelah tenang, dia membuka buku harian nenek, dua lembar foto lain jatuh, salah satu foto memperlihatkan kakek dan neneknya sedang saling merangkul di sebuah kota masih menggunakan seragam sekolah, Yuuto tersenyum karena di foto itu, dia melihat hal yang baru pernah dia lihat yaitu wajah kakeknya yang sedang tersenyum, tapi ketika melihat foto yang satunya, wajahnya tiba tiba berubah menjadi pucat dan dia menelan salivanya.
"Foto apa ini ?" Tanya nya dalam hati.
Di foto satunya, Yuuto melihat foto kakek dan neneknya yang sedang saling merangkul dengan latar belakang kota yang sama tapi berwarna merah seperti tersiram oleh darah dan banyak bayangan hitam mengelilinginya. Setelah itu, karena penasaran, dia mulai membaca kisah perjalanan kakek dan neneknya yang tertulis di dalam buku catatan hariannya.
*****
Oktober, tahun 2023, di sebuah sekolah, “Buk...duaak...buaak.” Seorang pemuda murid sma yang memakai seragam di pukuli oleh teman teman nya di belakang sekolah, wajah pemuda itu tanpa ekspresi, matanya terlihat sayu seperti manusia yang sudah tidak punya gairah hidup.
“Huh...seperti biasa...tidak melawan.....wajahnya tidak berubah, benar benar menjijikkan....” Ujar seorang siswa berambut cepak dan bertubuh besar.
Dia melemparkan pemuda yang di pukuli itu ke dinding sampai punggung nya menhghantam dinding dengan kencang dan jatuh karena seluruh tubuhnya sakit. Para siswa yang memukulinya meninggalkannya begitu saja tanpa menoleh dan tertawa tawa. Pemuda itu berusaha bangkit dan duduk bersender di dinding, dia membuka kemejanya, seluruh tubuhnya penuh dengan memar berwarna biru dan wajahnya lebam.
“Ini masih belum seberapa......” Ujar pemuda itu dengan wajah tanpa eskpresi sambil melihat para siswa yang memukulinya pergi.
Dia memaksakan dirinya untuk berdiri dengan susah payah, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit tapi tetap saja wajahnya datar tanpa ekspresi, hanya matanya yang sayu sedikit mengerut karena merasakan sakit. Pemuda itu berjalan tertatih meniti dinding untuk keluar dari gerbang sekolah. Setelah keluar gerbang, banyak orang yang melihat dirinya karena seragamnya yang kotor dan memar di wajahnya.
Pemuda itu terus berjalan tanpa memperdulikan pandangan orang di sekitarnya, dia terus melangkah dan melangkah sampai akhirnya dia sampai di sebuah kuil tua yang sudah tidak di pakai dan di tutup. Pemuda itu melompati gerbang yang sudah runtuh, berjalan mendekati sebuah bangunan bobrok yang berada di sisi samping kuil yang sudah hancur, dia membuka pintunya,
“Aku pulang....” Ujar nya.
Setelah masuk, dia menutup pintunya, melepas sepatu kemudian masuk ke dalam. Atap di ruang tengah sudah hancur separuh, sehingga sinar matahari terang masuk menyinari ruangan, pemuda itu duduk di salah satu dinding, dia mengambil sebuah kotak di dekatnya dan membukanya.
Kotak itu adalah kotak p3k, dia membuka pakaiannya, banyak lebam bekas pukulan di tubuhnya yang kekar walau agak kurus, dengan cekatan dia mengoleskan salep ke lebam lebam di tubuhnya dan di wajahnya. Selesai merawat lebam di tubuhnya, pemuda itu bersender di dinding sambil merenung melihat cahaya matahari yang masuk menyinari lantai.
“Sreeeg.” Pintu rumah di buka, seseorang masuk ke dalam. “Sraak.” Pintu ruang tengah di buka, seorang wanita cantik menggunakan blazer dan celana panjang berdiri di depan pintu, ada sebuah lencana polisi dan sebuah sarung pistol di pinggangnya.
Wanita itu berjalan mendekati sang pemuda yang sedang besender di dinding, dia mengambil kursi yang jatuh kemudian meletakkannya persis di depan pemuda itu, kemudian duduk di depan pemuda itu. Sang pemuda menatap wanita di depannya dengan matanya yang berlainan warna,
“Ada apa neesan (kakak) ?” Tanya pemuda itu.
“Aku mau melihat keadaanmu, Satoru.....sekaligus...ada tugas.” Jawab wanita itu.
Satoru berdiri, dia memakai kemejanya kembali dan berdiri di depan wanita yang sedang duduk sambil menyalakan rokok. “Fuuuh.” Wanita itu menyemburkan asapnya ke wajah Satoru sambil memberikan smartphonenya. Satoru mengambil smartphone yang di berikan padanya kemudian membaca pesannya. Dia mengirimkan pesan itu ke smartphone nya sendiri.
“Baiklah, Rika-neesan....aku pergi...” Ujar Satoru.
“Kamu tidak apa apa ? kalau tidak bisa jangan memaksakan diri...” Balas Rika.
“Tidak masalah....aku pergi.” Balas Satoru.
“Ya....yang rapi ya, aku tunggu di tempat biasa.” Balas Rika sambil menghisap rokoknya.
*****
Beberapa jam kemudian, “Ding dong.” Bel di sebuah rumah yang berada di sisi lain kota berbunyi. Seorang pria yang bertelanjang dada dengan tubuh kekar bertato dan membawa sebuah pistol, mendekat ke pintu, dia mengintip melalui lubang kecil di pintu. Pria itu melihat seorang pengantar makanan yang memakai topi dan masker berdiri di depan pintu. Langsung saja pria itu membukakan pintu,
“Permisi, ini pesanan makanan nya, totalnya jadi....”
“Aku tidak memesan apapun....pergi.” Belum selesai pengantar makanan itu bicara, pria itu sudah memotongnya.
“Tapi di pesan ini alamatnya di sini, mungkin ada saudara atau teman yang memesannya ?” Tanya pengantar makanan itu sambil memperlihatkan smartphone nya.
“Tidak mungkin, aku tinggal sendiri, tidak ada siapapun di rumah ini....pergi, jangan uji kesabaranku...” Teriak pria itu marah.
“Baiklah, aku berikan saja kue ini....aku pergi.” Ujar pengantar makanan itu sambil memberikan kantung kue nya.
Pria itu menerimanya dan membawa kantung itu masuk ke dalam rumah, begitu menutup pintu, dia membuka kantungnya, di dalam kantung ada sebuah kotak seperti kotak kue tart dan di atasnya ada selembar kartu.
Pria itu mengambil kartu itu dan membacanya, isi tulisannya yang berbunyi “Selamat tinggal.. sebentar lagi...BUM.” Setelah membacanya, pria itu langsung membuka pintu lagi dan berniat melempar bungkusan itu, tapi ketika pintu terbuka, pengantar makanan yang seharusnya pergi sudah berdiri di depan pintu sambil mengacungkan pistol.
“Blam.”
Pistol di tembakkan mengenai kening pria itu yang langsung tewas seketika dan tubuhnya jatuh ke belakang, pengantar makanan itu masuk ke dalam dan menangkap kotak makanan yang terjatuh, dia membukanya kemudian dia membuka maskernya dan ternyata dia adalah Satoru, dia membuka kotaknya mengambil sepotong kue dan memakannya dengan santai sambil melirik pria yang tumbang di depannya.
“Selamat tinggal....” Ujarnya dengan kaki menendang pintu supaya tertutup.
Satoru mengambil smartphonenya dan mengirimkan pesan berikut foto pria yang terkapar di depannya kepada Rika bertuliskan “Tugas selesai.” Dia masuk ke dalam rumah dan duduk dengan santai di dalam ruang tengah sambil menonton televisi dan meletakkan kue dan pistolnya di meja. Dia membuka topi, wajahnya yang lebam karena di pukuli terlihat.
Tiba tiba, “Cklek.” Pintu dapur terbuka, seorang gadis mengintip melihat ada pemuda tak di kenal yang sedang menonton televisi dengan santai, gadis itu melirik melihat di meja ada sekotak kue tart dan sebuah pistol tergeletak menghadap ke arah dapur, dia kembali masuk merapat ke dinding dengan kedua tangan menutup mulutnya mencegah dirinya supaya tidak berteriak karena kaget, tapi tiba tiba,
“Hey....mau kue ?” Tanya seseorang di samping gadis itu.
Gadis itu langsung menoleh dan pemuda yang makan kue itu sudah ada di sebelahnya,
“Waaaaa........” Teriak gadis itu.
Tapi Satoru itu langsung maju dan menutup mulut gadis itu. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke telinga nya,
“Ini pesanan mu....” Ujar nya sambil memasukkan kue di tangannya ke dalam mulut gadis itu.
“Ogh..glek...Si..siapa kamu ?” Tanya gadis itu setelah menelan kue yang di masukkan kemulutnya.
“Baca ini.....” Satoru memperlihatkan pesan di smartphone miliknya pada gadis itu.
Gadis yang hanya memakai pakaian dalam itu membaca tulisannya, dia langsung menangis dan memeluk pemuda di depannya.
“Ayo kita kembali ke rumahmu dan jangan lari lagi...” Ujar Satoru.
“Ba..baik.....terima kasih....” Balas gadis itu.
Setelah gadis itu berpakaian, mereka keluar dari rumah dan berboncengan naik sepeda motor milik pengantar makanan restoran cepat saji. Satoru membawa gadis itu pulang ke rumahnya dan menyerahkan gadis itu kepada orang tuanya yang sedang bersama polisi tanpa menunjukkan dirinya. Setelah itu, dia beranjak pergi dengan motor pengantar makanan.
*****
Hari sudah sore menjelang malam, selagi di jalan, Satoru berhenti sejenak di atas motor di tepi jalan seakan akan menunggu sesuatu, smartphone Satoru di sakunya bergetar, dia mengambil smartphonenya kemudian membuka pesannya, isinya ternyata ucapan terima kasih dari orang tua gadis yang di antarnya dan bukti transfer sejumlah uang atas jasanya, dia mengecek rekeningnya, uang yang di transfer sudah masuk.
Setelah selesai memeriksa, Satoru melanjutkan berjalan menuju distrik pertokoan, ketika sampai dia masuk ke sebuah restoran melalui pintu belakang,
“Aku datang....” Ujar nya.
“Satoru, cepat ganti pakaianmu, banyak tamu menunggu...” Balas seorang pria berpakaian rapi yang memakai tag manager.
“Baik...” Balas Satoru.
Dia langsung ke ruang loker untuk berganti pakaian, Satoru mengenakan kemeja putih yang kancing nya terbuka sehingga memperlihatkan tubuhnya yang kekar walau kurus, dia memakai jas berwarna hitam dan celana kain hitam, setelah memakai sepatunya, dia bercermin untuk merapihkan rambutnya dan berlatih tersenyum, wajahnya terlihat tampan walau masih ada lebam yang dia tutupi dengan make up.
Setelah selesai, dia keluar dan berada di sebuah pub dimana pengunjungnya kebanyakan wanita pekerja kantoran, wanita paruh baya yang kaya dan gadis gadis anak orang kaya.
“Satoru, cepat ke meja nomor 8, customer kamu sudah menunggu.” Ujar seorang pria paruh baya yang mengenakan kalung emas dan jari di penuhi cincin.
“Baik....” Balas Satoru.
Dia berjalan menuju ke meja yang di maksud, ternyata Rika yang sedang melipat tangan di dada sambil memegang gelas minumannya sudah menunggu kedatangan Satoru di sana. Rika melirik ke arah Satoru,
“Akhirnya datang juga...” Sapanya sambil tersenyum.
“Aku datang Rika-neesan....” Balas Satoru sambil duduk di sebelahnya.
Rika langsung merangkul Satoru dan memperlihatkan smartphone nya kepada Satoru, ternyata wanita itu memperlihatkan jasad pria bertelanjang dada dengan tubuh penuh tato yang terkapar terlentang di lantai dengan kening berlubang.
“Lain kali yang rapi ya....kalau begini aku nanti di tanya komandan.” Ujar Rika.
“Baik neesan....” Balas Satoru dengan wajah datar.
“Orang tua gadis itu sudah mentrasfer uangnya kan ?” Tanya Rika.
“Sudah, nanti bagian neesan ku transfer ke rekening biasa.” Jawab Satoru.
“Tidak usah, buat kamu saja...kasus kali ini bukan aku yang menanganinya..tapi kebetulan orang tua gadis itu kenal dengan ku.” Balas Rika.
“Baiklah, aku mengerti...” Balas Satoru.
“Gadis bodoh itu sekarang pasti di bawa ke kantor polisi sebab dia terlibat kasus pemerasan beberapa orang pria mesum yang di lakukan oleh orang ini, pacarnya yang katanya baik hati menggunakan dirinya untuk menjaring pria pria mesum kemudian ketika mereka sudah sedikit menyentuhnya, pacarnya masuk menyelamatkan dirinya, mengambil foto dan menghajar pria itu kemudian memeras mereka dengan cara akan membocorkan masalah ini kepada keluarga para pria mesum itu dan tentu saja para pria mesum itu menyetorkan sejumlah uang secara berkala kepada bajingan itu...yah semua ini akibat dia melarikan diri dari rumah karena bertengkar dengan papanya.” Ujar Rika sambil menunjuk foto jasad pria yang di tembak Satoru tadi siang.
“Begitu ya....” Balas Satoru.
“Dan seperti biasa, kamu tidak perduli ya hahaha....tidak masalah, kerjakan saja tugasmu seperti biasanya.” Ujar Rika.
“Baik neesan...” Balas Satoru.
“Aku masih ada waktu nih, karena kali ini aku tidak minta bagian, bagaimana kalau kita naik ke atas sebentar, aku minta bayaran yang lain hehe.” Tanya Rika.
“Baik neesan....memang itu pekerjaan ku kan...” Balas Satoru.
Akhirnya Rika menenggak habis minumannya dan menggandeng tangan Satoru berjalan menuju lift untuk naik ke kamar untuk melakukan “pekerjaannya.”
Keesokan harinya, di kelas, sensei (guru) sudah masuk ke dalam kelas dan mulai mengabsen murid murid, setelah beberapa murid di panggil,
“Eiyama Satoru.....Eiyama Satoru....tidak ada ya.”
“Sreeg.” Pintu kelas di buka, Satoru yang terengah engah masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di kursinya yang berada di dekat jendela.
“Hadir sensei....” Satoru langsung mengangkat tangannya.
“Kamu terlambat....berdiri di depan....cepat.” Teriak sensei.
“Baik sensei.” Ujar Satoru.
Dia berdiri dan berjalan ke depan melewati teman teman sekelasnya, dia berdiri di sudut paling depan tempat murid yang di hukum. Sensei melihat ke arah wajahnya,
“Kenapa wajahmu, siapa bilang kamu boleh pakai hoodie di dalam kelas hah ?” Tanya sensei.
Satoru membuka hoodie nya dan memperlihatkan perban di kening dan pipi nya kepada sensei.
“Saya jatuh dari sepeda sensei....” Ujar Satoru.
Seluruh teman sekelas yang mendengarnya tahu kalau alasan wajah Satoru bonyok adalah karena di pukuli, mereka diam saja tidak menggubris perkataan Satoru dan tidak melaporkan kejadian yang sebenarnya pada sensei supaya tidak menjadi sasaran seperti Satoru oleh para pemukulnya kemarin.
“Ya sudah...berikutnya...” Ujar sensei.
Setelah seluruh teman sekelas di absensi, sensei mempebolehkan Satoru duduk kembali dan mengikuti pelajaran. Ketika kembali ke meja, barulah Satoru menyadari kalau mejanya penuh dengan tulisan yang bertuliskan “Stalker mati.” Di tambah caci maki lainnya. Di laci mejanya juga penuh sampah yang sepertinya sengaja di masukkan ke dalam oleh seseorang.
Satoru melirik melihat beberapa orang yang memukuli dirinya kemarin menoleh melihat dirinya sambil tersenyum sinis. Tapi karena Satoru berwajah kaku tanpa ekspresi, beberapa orang yang kemarin memukulinya malah kesal sendiri karena Satoru di anggap tidak terpengaruh oleh lelucon mereka.
Dengan santai, Satoru mengeluarkan kain dan menghapus tulisan di mejanya kemudian menaruh tasnya di samping tempat duduk. Setelah itu dia mengeluarkan buku bukunya dan mengikuti pelajaran seperti tidak ada sesuatu apapun yang terjadi, tentu saja beberapa orang yang melihatnya malah menjadi semakin geram. Satoru mengetahui dirinya menjadi sorotan. Dia tetap tenang berusaha tidak memperhatikannya.
*****
Jam makan siang, ketika Satoru bersiap untuk keluar dan merapihkan buku bukunya di dalam tas, beberapa orang yang memukulinya menghampirinya,
“Hei...mana uangmu.....” Ujar seorang pria bertubuh besar dan berambut cepak.
Tanpa menjawab, Satoru membuka tasnya dan mengambil uang kemudian memberikan pada pria itu. Setelah itu, Satoru berdiri dan melangkah keluar dari kelas meninggalkan para pria yang kesal karena Satoru menuruti permintaan mereka dengan santai dan wajah tanpa ekspresi membawa tasnya.
Semua murid teman sekelas atau dari kelas lain menghindar ketika Satoru melewati mereka menuju ke kantin, alasannya karena Satoru adalah objek pembullyan, mereka tidak mau mengalami nasib yang sama.
Selesai membeli makanan, Satoru naik ke atap, dia membuka pintu kemudian keluar ke dak atap yang luas, dia bersender di sebelah pintu dan duduk untuk makan bekal yang sudah dia beli di kantin.
“Hei....” Tegur seorang gadis.
Satoru tahu dia tidak sendirian di atap, dia tetap makan roti yang dia beli dengan tenang sambil melihat ke langit di atas. Tiba tiba wajah seorang gadis cantik yang berambut pendek dengan mata kiri di perban dalam posisi terbalik berada di hadapan nya. Satoru menarik nafas dan menghembuskannya,
“Ada apa Aya ?” Tanya Satoru.
“Hehe....aku mau makan bersama kamu Satoru...” Jawab Aya.
Kemudian Aya bersalto turun ke bawah, dia duduk di sebelah Satoru. Aya membuka bekalnya dan mulai menyantapnya, Satoru melirik melihat Aya yang bertubuh seksi tapi sedikit kurus dengan bilur bilur lebam menghiasi tubuhnya, di lehernya ada lebam berwarna biru dan terlihat masih baru berbentuk seperti jari tangan seseorang, sebuah perban di tempel di pipinya dan matanya.
“Mama mu lagi ?” Tanya Satoru.
Aya tidak menjawab karena mulutnya sedang penuh, tapi dia mengangguk dan tersenyum melihat Satoru. Keduanya kembali diam dan menikmati makanan masing masing.
“Kamu sendiri ? gara gara si Kido ?” Tanya Aya.
“Ya...seperti biasa...” Jawab Satoru.
“Hmm...begitu ya...” Balas Aya.
Walau tubuhnya terlihat banyak luka dan penuh lebam, Aya selalu terlihat ceria, dia sering dan selalu menghibur Satoru walau wajah Satoru selalu tetap tanpa ekspresi apapun, tapi jika di depan orang lain, Aya tidak pernah tersenyum sedikitpun, dia hanya tersenyum dan pecicilan di depan Satoru.
“Pulang sekolah mau jalan jalan ?” Tanya Aya.
“Mau kemana ? nanti kamu di hajar lagi sama mama mu...” Jawab Satoru.
“Tidak masalah, aku tinggal ke tempat mu saja hehehe....” Balas Aya.
“Aku harus bekerja....” Balas Satoru.
“Yaaah...sayang sekali, tapi tidak apa apa lah....aku pulang saja...” Balas Aya.
Keduanya kembali terdiam dan menikmati makanan mereka sambil melihat langit yang biru dan awan awan putih di langit,
“Kamu masih kerja sama polisi itu ?” Tanya Aya.
“Masih...” Jawab Satoru.
“Kalau di pub itu ?” Tanya Aya.
“Masih....” Jawab Satoru.
Tiba tiba Aya berdiri, dia langsung berbalik dan berdiri di depan Satoru sambil bertolak pinggang menunduk melihat wajah Satoru.
“Aku mau kamu bersamaku malam ini...aku menginap ya....mama ku membawa laki laki pulang dan aku tidak mau bersama mereka....” Ujar Aya.
“Tapi...aku harus kerja....” Balas Satoru.
“Huuuh...ya sudah baiklah....” Aya kembali duduk tapi kali ini di pangkuan Satoru.
“Lehermu....” Ujar Satoru yang melihat jelas lebam di leher Aya.
“Oh ini ? pria yang di bawa mamaku yang melakukan ini padaku....” Ujar Aya menunduk.
“Kamu tidak apa apa ?” Tanya Satoru.
“Menurutmu ?” Tanya Aya.
Satoru mendekap tubuh Aya yang duduk di depannya dan menempelkan dagunya di bahu Aya yang juga memegang tangannya.
“Baiklah, hari ini aku libur....” Balas Satoru.
“Asiiik...terima kasih....Satoru...hik...hik...terima kasih....” Balas Aya yang mulai menitikkan air mata.
Satoru semakin erat mendekap tubuh Aya di depannya yang menitikkan air mata. Bagi Satoru, Aya adalah sahabatnya yang tidak tergantikan, karena dari sejak smp hanya Aya lah yang mengajaknya bicara dan akhirnya menjadi ingatan awal baginya.
“Kamu sudah ingat sesuatu ?” Tanya Aya.
“Belum....aku tidak ingat apa apa sebelum smp kelas 2.” Jawab Satoru.
Aya menaikkan tangannya dan memegang pipi Satoru yang menempel di bahunya, kemudian Aya menoleh melihat wajah Satoru.
“Matamu...masih sakit ?” Tanya Aya.
“Tidak, tapi kalau aku ingat sesuatu....iya.” Jawab Satoru.
Tiba tiba Aya berdiri dan berbalik menghadap Satoru sambil tersenyum lebar, kemudian dia merentangkan tangannya,
“Coba lihat, isi hatiku seperti apa hehe...” Ujar Aya.
Satoru melihat dan menatap Aya yang berdiri di depannya, dia melihat ada seorang Aya lagi di sebelahnya dan ada sebuah layar menempel di dadanya dengan banyak tulisan kecil kecil yang isinya, “Aku mau mati...aku sedih...aku tidak ingin hidup...aku ingin pergi jauh...aku mencintai Satoru...aku ingin bersamanya selalu dan lain sebagainya.” Satoru berdiri dan memeluk Aya.
“Hehe kamu lihat ya...dasar curang.” Ujar Aya sambil memeluk Satoru.
“Ya....aku lihat semuanya.” Balas Satoru.
Mata Satoru yang berwarna hijau memiliki kelebihan, dia pernah memeriksakan ke dokter perihal matanya karena di minta oleh Rika, tapi hasil analisa dokter hanyalah kesalahan genetika kemungkinan Satoru keturunan orang asing, padahal tidak.
Ketika Satoru mengatakan kalau mata kanan nya bisa melihat isi “hati” dan “pikiran” orang lain ketika dia menatapnya, sehingga dia bisa mengetahui orang yang di lihatnya berbohong atau tidak, berpura pura atau tidak dan bagaimana kondisi hatinya, dokter malah tertawa dan tidak percaya padanya. Hanya Aya yang percaya padanya dan menanggapinya.
Pulang sekolah, Satoru dan Aya pulang bersama ke kuil kuno tempat Satoru tinggal, Aya terlihat ceria dan senang walau Satoru terlihat datar saja. Mereka berbelanja bahan makanan untuk makan malam mereka, sementara Aya berbelanja, Satoru mengeluarkan smartphonenya untuk mengabari pub kalau dia tidak masuk bekerja hari ini.
Setelah selesai berbelanja, keduanya langsung pulang menuju ke kuil. Begitu sampai di rumah bobrok di belakang kuil, Aya melihat ada sepasang foto di altar yang ada di dalam ruang tengah. Satoru menghampiri altar itu dan berlutut di depan foto.
Aya juga langsung berlutut di sebelah Satoru dan mereka mengatupkan tangan mereka di dada sambil memejamkan mata. Setelah selesai,
“Satoru, kalau aku taruh foto papaku di sini boleh ?” Tanya Aya.
“Silahkan saja....” Jawab Satoru.
Aya membuka tasnya, dia mengambil sebuah bingkai foto yang dia bawa karena memang dia dari awal sudah berencana mau menginap di tempat Satoru. Aya meletakkan fotonya di sebelah foto kedua orang tua Satoru.
Mereka kembali mengatupkan tangan dan berdoa. Setelah selesai, Satoru berdiri berjalan keluar dari pintu samping,
“Mau kemana ?” Tanya Aya.
“Menyiapkan bak mandi....” Jawab Satoru.
“Oh ya sudah...aku tunggu di sini ya....” Balas Aya.
Satoru keluar ke halaman samping, di sana ada sebuah sumur, dua buah tong besar dengan dua buah perapian di bawahnya. Dia membuka seragamnya dan tubuhnya yang kekar terlihat jelas, Satoru mulai menimba air untuk mengisi dua buah tong besar tersebut.
Aya mengintip nya dari balik pintu, dia melihat punggung Satoru yang penuh dengan bekas luka seperti di sabet oleh rotan yang sudah mengering dan menonjol keluar. Wajah Aya berubah menjadi sedih melihatnya,
“Apa yang terjadi dengan nya dulu....dia tidak ingat apa apa....aku harus menolongnya memulihkan ingatannya...sekarang sebaiknya aku bantu dia.” Ujar Aya dalam hati.
Aya menepuk kedua pipinya untuk memantapkan diri, kemudian dia berjalan keluar untuk membantu Satoru, dia juga membuka seragamnya supaya tidak basah dan hanya memakai pakaian dalam.
Satoru yang melihat Aya berdiri di sebelahnya melihat tubuh Aya di balik seragam yang penuh dengan bilur lebam yang sudah menghitam dan pergelangan tangannya yang penuh dengan goresan benda tajam.
Tapi ketika dia melihat wajah Aya, dia melihat Aya tersenyum kepadanya, akhirnya dia meneruskan menimba air dan mengisi tong besar untuk mandi. Setelah kedua tong penuh, mereka menyalakan perapiannya untuk memanaskan air di dalam tong. Kemudian Satoru mengisi dua buah ember dengan air sumur untuk membilas tubuh sebelum masuk ke dalam tong.
Sambil menunggu air menjadi hangat, mereka masuk ke dalam rumah. Di dalam keduanya berbincang bincang sambil melihat smartphone mereka. Tiba tiba smartphone Aya berbunyi, dia melihatnya dan ternyata yang menelponnya adalah mamanya, Aya tidak mengangkat teleponnya,
“Mama mu ?” Tanya Satoru.
“Iya....diamkan saja.” Jawab Aya.
Tak lama setelah telepon mati, sebuah pesan suara masuk ke smartphone Aya, dia langsung mendengarkan pesan suaranya,
“Hei kamu kemana, cepat pulang, sudah di tunggu...jangan sampai mama susul kamu ke sekolah.” Ujar mamanya.
Aya menaruh smartphonenya di meja, wajahnya yang sebelumnya ceria menjadi tegang dan tubuhnya gemetar, Satoru yang melihatnya langsung menghampirinya dan merangkul Aya,
“Tenang saja, kamu aman di sini...” Ujar Satoru.
“I..iya...terima kasih Satoru...” Balas Aya.
Sebuah pesan suara masuk lagi, karena sedang di rangkul oleh Satoru, Aya memberanikan diri menekan pesan itu untuk mendengarkan pesannya,
“Kamu tahu kan kalau sampai dia marah, dia bisa mencari mu ke seluruh kota...cepat pulang, jangan macam macam.” Teriak mamanya.
“Siapa yang mama mu maksud ?” Tanya Satoru.
“Pria yang dia bawa kemarin....dia mencekik ku semalam dengan maksud mau meniduri ku....tapi aku menendangnya kemudian lari dan semalam aku tidur di taman...” Jawab Aya.
“Begitu ya.....” Balas Satoru.
Tiba tiba Aya berbalik menghadap Satoru dan merangkul lehernya, kemudian Aya mencium Satoru. Setelah itu, dengan air mata berlinang dan tatapan mantap,
“Satoru, boleh aku minta tolong ?” Tanya Aya.
“Minta tolong apa.” Jawab Satoru.
“Ambil pertama ku....aku tidak rela kalau pertamaku di ambil oleh pria lain....tolong aku, aku mau kamu yang mengambil pertamaku.” Ujar Aya sambil menitikkan air mata.
Satoru terdiam, dia kembali “melihat” Aya menggunakan matanya dengan memandang wajah Aya di depannya. Ternyata Aya serius ingin memberikan “pertamanya” pada Satoru, tapi Satoru malah menjadi ragu, sebab setelah itu Aya berniat pulang ke rumahnya dan memenuhi tuntutan mamanya karena rasa kewajiban sebagai anak terhadap mamanya.
“Baiklah, tapi tidak sekarang...” Jawab Satoru atas permintaan Aya.
“Kenapa ? aku tahu, tubuh penuh lebam dan luka ini tidak menarik....aku tahu tamu tamu mu di tempat kerja memiliki tubuh yang jauh lebih menarik dariku...tapi aku hanya bisa sama kamu.” Ujar Aya sedih.
“Bukan itu alasanku, setelah kamu melakukannya dengan ku, kamu berniat kembali ke rumah mama mu kan ? aku tidak mau kamu seperti itu Aya.” Ujar Satoru.
“Lagi lagi curang...kamu mengintip hatiku dan pikiranku...curang...hik...hik...hik...terima kasih, Satoru. Aku takut...aku benar benar takut.” Aya menangis sambil memeluk Satoru di depannya.
Satoru mendekap tubuh Aya di depannya dengan erat, walau biasanya dia tidak punya perasaan dan dingin, tapi kalau bersama Aya dia bisa merasakan jantungnya berdetak walau wajahnya tetap kaku.
Setelah Aya tenang kembali, keduanya keluar lagi ke halaman belakang dan membilas tubuh mereka, kemudian mereka masuk ke dalam tong untuk berendam supaya tidak kedinginan di dalam rumah nanti dan tubuh mereka tetap hangat.
Selesai mandi, mereka masuk kembali ke dalam rumah dan mulai memasak makanan menggunakan kompor kecil di dalam rumah. Setelah itu mereka makan bersama sambil berbincang bincang. Selesai makan, Satoru berdiri mengambil kotak p3k nya,
“Aya, buka pakaian mu...” Ujar Satoru.
“Eh...mau melakukan itu ?” Tanya Aya.
“Bukan, aku mau merawat luka lukamu....” Jawab Satoru.
“Oh...kirain..hehe...” Balas Aya.
Aya menanggalkan pakaiannya sekaligus pakaian dalam nya, Satoru mulai mengoleskan salep khusus lebam di bagian punggung, perut, dada dan tangan Aya. Sementara itu, Aya melihat wajah Satoru yang serius sedang merawat dirinya.
“Seandainya selamanya bisa seperti ini....tapi aku tidak bisa melibatkan dia dalam urusanku...” Ujar Aya dalam hati sambil tersenyum sedih.
“Kamu berpikir jangan melibatkan aku dalam urusan mu....apa maksudnya ?” Tanya Satoru.
“Hah...dasar....jangan suka ngintip “hati” orang lain....” Jawab Aya.
“Kamu tentu tahu, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian...jadi katakan padaku...” Balas Satoru.
Aya terdiam, dia merangkul Satoru yang sedang mengoleskan salep khusus di bagian perut Aya. Tiba tiba, “Brum...brum.” Terdengar suara beberapa motor berhenti di depan gerbang kuil.
Satoru langsung menoleh dan meminta Aya memakai pakaiannya, dia mengambil pistol dari tasnya kemudian berdiri di pintu masuk ke dalam rumah, dia membuka sedikit pintunya dan mengintip keluar.
Satoru melihat tiga orang bertubuh besar yang berbusana seperti gangster sedang melangkah melewati gerbang yang rubuh. Aya yang menyusul Satoru, kemudian mengintip dari belakang mendadak gemetar melihat satu dari ketiga orang itu.
“Pria yang di bawa mama....dia...kesini....” Ujar Aya gemetar.
“Yang mana ?” Tanya Satoru.
“Yang paling depan....” Jawab Aya.
“Biar aku atasi mereka, kamu sembunyi di belakang...” Balas Satoru.
“Jangan....mereka bukan orang sembarangan, mereka anggota yakuza (mafia)....” Ujar Aya.
Tapi ketika tiga orang itu berjalan melewati kuil dan berniat masuk lebih ke dalam, sebuah mobil berhenti di depan motor motor yang parkir. Seorang wanita turun dari dalam mobil,
“Hei, apa yang kalian lakukan di sini ?” Tanya wanita itu.
Ketiga pria itu menoleh dan berbicara dengan wanita yang bertolak pinggang memperlihatkan lencana dan pistolnya, Satoru memicingkan matanya supaya bisa melihat dari kejauhan, dia melihat wanita itu adalah Rika yang mungkin mau ke tempatnya.
Hati keduanya mendadak lega karena ketiga pria itu langsung pergi bersama Rika. Tak lama kemudian, Rika kembali melompati pagar dan berjalan masuk ke dalam sambil menoleh ke belakang. Satoru membukakan pintu dan Rika cepat cepat masuk ke dalam rumah sambil tetap berwaspada.
“Ada ada saja...” Ujar Rika.
“Mereka mau apa neesan ?” Tanya Satoru.
“Awalnya mereka bilang mau mencari orang, begitu melihat lencanaku mereka bilang mau main main saja haha...” Jawab Rika.
“Me..mereka mencariku...” Ujar Aya di belakang Satoru.
“Eh...kamu bawa gadis ke tempat mu Satoru ?” Tanya Rika.
“Aku ceritakan semuanya neesan.” Jawab Satoru.
Satoru memperkenalkan Aya kepada Rika dan menceritakan kejadian yang menimpa Aya dari kemarin malam. Rika melihat tubuh Aya terutama bagian lehernya, Rika minta Aya menceritakan semuanya, Aya menoleh ke arah Satoru, kemudian Satoru meyakinkan Aya kalau Rika bisa di percaya karena dia sudah “melihatnya.”
Barulah Aya menceritakan apa yang terjadi padanya. Dari kecil dia hidup hanya bersama mamanya, mamanya selalu menyiksanya dan memukulinya walau kadang dia tidak bersalah. Dia aman kalau papanya pulang karena papanya selalu membelanya, tapi setalah papanya meninggal, mamanya kembali menyiksanya.
Selain itu, mamanya sering membawa laki laki ke rumah dan biasanya kalau ada laki laki datang, Aya di kunci di dalam kamar tanpa boleh keluar, kecuali semalam ketika Aya berada di kamar, laki laki yang mencarinya barusan menerobos masuk dan mencekiknya dengan tujuan memperkosanya.
Tapi Aya berhasil menendangnya dan melarikan diri keluar rumah kemudian pergi ke taman.
“Hmm...kalau Satoru menolongmu, berarti aku percaya ceritamu benar...” Ujar Rika.
“Eh...Rika-san juga tahu kemampuan Satoru ?” Tanya Aya.
“Tentu saja, kalau Satoru bisa cerita padamu, artinya dia percaya padamu.” Jawab Rika.
Wajah Aya langsung berubah menjadi merah dan dia memegang pipinya dengan kedua tangannya walau Satoru terlihat biasa saja dengan wajah tanpa ekspresinya, kemudian Satoru bertanya,
“Neesan kesini, berarti ada tugas ?” Tanya Satoru.
“Ya, ada sebenarnya." Jawab Rika.
“Mana ? biar aku kerjakan....” Balas Satoru.
“Tidak bisa, kamu tidak boleh meninggalkan Aya-chan sendirian, lagipula aku akan mencari tahu tentang keluarga Aya-chan, boleh ya...” Ujar Rika sambil menoleh kepada Aya.
“I..iya....Rika-san...” Balas Aya.
“Apa kasus kali ini ada hubungannya dengan Aya ?” Tanya Satoru.
“Mana mungkin ada kan, tapi aku belum tahu juga.....baiklah, karena kamu bersikeras...ini, di lihat saja.” Jawab Rika sambil mengeluarkan smartphone nya.
Satoru melihat alamat nya dan sebuah foto di smartphone Rika, tanpa sengaja Aya juga melihat foto di smartphone, wajah Aya langsung berubah,
“Foto itu....mama ?” Tanya Aya.
“Eh...dia mama mu ? benarkah ?” Tanya Rika.
“I..iya..itu foto mama, dia mau di bunuh...oleh Satoru ?” Tanya Aya.
Rika langsung mengamati wajah Aya dan membandingkannya dengan foto wanita di smartphone nya. Melihat sasaran nya kali ini adalah mama dari Aya, Satoru terdiam seribu bahasa dan tidak bisa berkata apa apa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!