NovelToon NovelToon

Naik-Turun Ranjang Cinta Ku

Bab 1 Joanna

Nama ku Joanna, usia ku 20 tahun, berkulit putih dengan tubuh tinggi langsing semampai bak model dunia.

Aku terbangun dan seketika terjaga di masa sepuluh tahun ke depan dengan melintasi waktu. Untuk mengemban tugas penting dari Organisasi pengendalian siluman. Karena mendapatkan hukuman atas kelalaian ku saat bertugas menjaga pusaka penting milik organisasi yang hilang dibawa oleh Kruze.

Tugas ku di masa sepuluh tahun ke depan adalah mengejar Kruze yang melarikan diri dari organisasi dengan membawa kabur pusaka penting.

Organisasi pengendalian siluman memberi ku tugas menangkap Kruze agar dia tidak berubah menjadi siluman jahat.

Pusaka Luchnos mampu mengubah seseorang menjadi siluman kuat dan tak terkalahkan. Dan Organisasi pengendalian siluman takut pusaka Luchnos akan di salah gunakan oleh Kruze untuk meraih ambisinya menguasai waktu. Karena dengan menguasai waktu maka Kruze mampu menguasai dunia dan menjadi siluman terkuat.

Ottawa, 16 Desember 2024.

BRAK... !

Pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar, seseorang masuk dengan tergesa-gesa mendekati ranjang tidur sambil menatap tajam ke arah Joanna yang duduk di tepi ranjang.

"Joanna !", panggil wanita berambut abu-abu.

Joanna hanya memalingkan muka ke arah datangnya wanita berambut abu-abu yang berjalan menghampiri nya.

"Cepat ! Pernikahan sebentar lagi di mulai, semua telah menunggu mu di lantai bawah untuk ke gedung pernikahan, Joanna !", ucap wanita bergaun putih.

Joanna sedikit tersentak saat mendengar ucapan wanita berambut abu-abu yang mendadak masuk ke dalam kamar.

"Apa kau belum mandi ?", tanya wanita itu sekali lagi.

Wanita berkulit bersih berjalan mondar-mandir serta sibuk mempersiapkan gaun pengantin berwarna putih. Dia menggantungkan gaun itu di patung manekin yang ada di pojok ruangan kamar tidur.

Joanna hanya duduk terdiam seraya memandangi wanita berambut abu-abu yang berjalan di ruangan kamar tidurnya.

"Kenapa kamu belum beranjak dari ranjang ? Dan segera pergi ke kamar mandi ?", kata wanita berambut abu-abu.

Joanna masih terdiam, tak merespon ucapan wanita berwajah cantik itu.

Isi kepala nya masih berputar-putar karena ucapan wanita berambut abu-abu yang mengatakan bahwa hari ini adalah hari pernikahan nya. Sedangkan Joanna masih pusing setelah dia terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di tempat asing. Dan semuanya benar-benar asing bagi dirinya.

Joanna mengusap kepala nya yang masih terasa berputar-putar, pandangan nya kabur dan kepala nya seakan-akan dihujami palu besar.

Wanita berambut abu-abu kembali memalingkan muka nya ke arah Joanna seraya menatap nya serius.

"Apa kau tidak mendengarkan ku, Joanna ?", tanya wanita itu.

Joanna hanya memandangi wanita bergaun putih yang berdiri di depan patung manekin dengan tatapan bingung.

Wanita berparas cantik itu lalu menghela nafasnya sembari mendongakkan kepalanya ke atas.

"Tuhan !", gumam nya letih.

Wanita berambut abu-abu kemudian berjalan ke arah Joanna sambil menarik lengan Joanna.

"Bangun, Joanna !", perintahnya. "Semua sudah menunggu kita turun ! Dan segeralah mandi !", sambungnya.

Joanna terpaksa berdiri dengan terhuyung-huyung sedangkan dia masih merasa pusing serta kebingungan.

"Ayo ! Ayo !", ucap wanita itu.

Wanita berambut abu-abu menarik tangan Joanna untuk mengikuti langkah kakinya menuju ke kamar mandi yang berada di dalam ruangan tidur.

Joanna hanya bisa menuruti kemauan wanita berambut abu-abu tanpa dia mengetahui nama wanita itu dan siapakah dia. Dengan langkah lemah, Joanna berjalan mengikuti langkah kaki wanita yang ada di depannya.

Tap... Tap... Tap...

Suara langkah kaki dari arah luar kamar tidur berjalan mendekat.

BRAK... !

Seorang pria tampan bertubuh tinggi sedang berdiri tepat di depan pintu kamar sambil menatap ke arah Joanna dengan wajah merengut.

"Kenapa lama sekali, Betty !?", tanya nya.

Wanita berambut abu-abu serta Joanna langsung memalingkan wajah mereka ke arah pria berwajah tampan itu.

"Javiero !", sahut wanita yang dipanggil dengan nama Betty.

"Aku sudah menunggu dia sedari tadi ! Apa dia tidak tahu kalau hari ini adalah hari pernikahan nya ?", kata Javiero.

Betty menoleh ke arah Joanna yang berdiri di sebelahnya dengan wajah kusut masai.

"Maaf, Javiero, kami terlambat untuk bersiap-siap karena Joanna baru saja bangun tidur dan dia hendak ke kamar mandi sekarang", sahut Betty dengan senyum lembutnya.

Javiero menghela nafas panjang nya lalu mendengus keras.

"Tidak tahukah kalian jika para tamu telah menunggu kita di gedung pernikahan dan sekarang kita telah membuang waktu hampir satu jam untuk pergi ke gedung pernikahan, Betty !", ucap Javiero.

Javiero menyisir asal rambutnya ke arah belakang dengan pandangan lesu.

Ekspresi Javiero terkesan keberatan dengan adanya pernikahan ini meski dia sendiri harus terpaksa melakukannya.

Javiero kembali menatap ke arah Joanna dengan tatapan tajam.

"Apa dia tidak segera sadar ?", kata Javiero.

"Baik, baik, aku akan menyuruhnya segera mandi dan bersiap-siap", sahut Betty.

"Dan aku harap secepatnya dia segera bersiap dan pergi", kata Javiero.

"Iya, kami akan segera selesai", ucap Betty sedikit gugup.

Betty menarik kembali tangan Joanna ke arah kamar mandi dan memasukkan gadis itu cepat-cepat.

"Cepatlah mandi !", teriak Betty dari luar kamar mandi.

BRAK !

Pintu kamar mandi tertutup rapat.

Hening...,

Suasana mendadak berubah sangat hening saat Joanna telah berada di dalam kamar mandi.

Joanna menarik nafas dalam-dalam seraya memejamkan kedua matanya yang terasa lelah.

"Apa ini !?", gumamnya.

Tiba-tiba seluruh ruangan kamar mandi berubah menjadi berbeda.

Joanna tersentak kaget saat dia membuka kedua matanya, seluruh ruangan di dalam kamar mandi berubah drastis.

Ruangan kamar mandi seluruhnya berubah menjadi ruangan yang dipenuhi oleh mesin komputer yang menyala.

"Ada apa ini !?", ucap Joanna semakin kebingungan.

Ruangan kamar mandi yang tadinya dilengkapi oleh bathtub besar serta jendela lebar, seluruhnya berubah drastis menjadi ruangan komputer.

"Dimana aku sekarang !?", kata Joanna.

BLANG... ! BLANG... ! BLANG... !

Suara keras mirip dentuman besar dari reruntuhan bangunan tiba-tiba terdengar menggema di seluruh ruangan kamar mandi yang telah berubah menjadi ruang mesin komputer.

Joanna memutar tubuhnya ke arah suara itu.

Seekor berang-berang telah berada di hadapannya, terbang melayang-layang.

Joanna memicingkan kedua matanya ke arah berang-berang yang ada di depannya dengan ekspresi serius.

"Seekor berang-berang !?", ucapnya.

Berang-berang lalu bereaksi dengan ucapan Joanna dengan menyahut perkataan Joanna.

"Selamat datang, Joanna !", kata berang-berang.

Berbicara !

Berang-berang itu dapat berbicara layaknya manusia.

Tidak mungkin !

Joanna semakin terkejut saat mendengar berang-berang itu berbicara padanya lalu berjalan mendekati hewan di depannya.

"Siapa kamu ? Kenapa berang-berang dapat berbicara seperti manusia ?", tanya Joanna.

Joanna semakin mendekat ke arah berang-berang yang berdiri melayang-layang di hadapannya dengan langkah hati-hati.

Bab 2 Tugas Yang Mengejutkan

Joanna masih mengerutkan keningnya saat berang-berang di hadapannya bisa berbicara dengannya dan menggunakan bahasa manusia pada umumnya.

"Bukankah kamu seekor berang-berang ? Bagaimana hewan bisa berbicara layaknya manusia ?", tanya Joanna.

''Benar, aku adalah berang-berang...", kata hewan itu.

"Bagaimana seekor berang-berang dapat berbicara ?", tanya Joanna.

"Aku adalah berang-berang sistem yang khusus dikirim kemari untuk menemani mu dalam menjalani misi rahasia mu, Joanna", sahut berang-berang.

"Emm... !? Oh, begitu ya... Kamu juga tahu tugas rahasia ku di sini, apa kamu memiliki informasi penting tentang keberadaan Kruze ?", tanya Joanna.

Suara keras berbunyi.

TIT...

TIT...

TIT...

Alarm berbunyi di sekitar berang-berang berbulu berwarna abu-abu yang terbang melayang di depan Joanna.

Muncul layar kecil di hadapan mereka yang menyala terang serta terdengar suara yang memberitahukan informasi penting tentang Kruze yang menghilang.

"Informasi yang terbaca bahwa Kruze sekarang berada di masa sepuluh tahun ini dan dia teridentifikasikan di sebuah apartemen 180 Metcalfe Street, Kota Ottawa", ucap suara dari layar kecil.

Joanna melangkah mendekat ke arah layar kecil di dekat berang-berang.

"Apa kau bisa membawa ku kesana ?", kata Joanna.

"Kita akan pergi ke area tersebut setelah kau selesai mengurus tugas mu disini karena untuk menyelesaikan misi rahasia ini, kamu juga diharuskan membantu keluarga Javiero", sahut berang-berang menyela.

"Membantu keluarga Javiero !?", kata Joanna terkejut.

Joanna memalingkan pandangannya ke arah berang-berang yang ada disamping kanannya.

"Iya, dalam tugas rahasia ini, kamu diharuskan membantu keluarga Javiero agar kamu dapat segera kembali ke asalmu secepatnya, keluarga ini sedang menghadapi masalah besar karena istri Javiero baru saja meninggal dunia saat wanita itu berada di Jerman", sahut berang-berang.

"Apa tugas ku di keluarga Javiero selain mengejar Kruze ?", tanya Joanna.

"Menikahi Javiero dan menjadi ibu pengganti untuk putri tunggalnya yang masih balita", sahut berang-berang.

"APA ???"

Bagaikan disambar petir, Joanna langsung terperangah kaget dan berjalan mundur dengan raut wajah pucat pasi.

Tubuh Joanna mendadak lemas saat mendengar penjelasan berang-berang yang mengharuskannya menikahi pria bernama Javiero, pria asing yang tidak dikenalnya sama sekali.

Joanna hanya menggelengkan kepalanya pelan seraya menatap ke arah berang-berang dengan ekspresi tegang.

"Menikah dengan Javiero !?", ucapnya lemas.

"Benar..., tugas utama mu disini selain mengejar Kruze, kamu juga harus menikahi Javiero karena dia memiliki akses penting di Kota Ottawa ini yang dapat membantu mu menangkap Kruze", kata berang-berang.

Joanna merasakan seluruh isi dunianya berubah menjadi gelap gulita.

Terjatuh terduduk lemas dengan tubuh bergetar hebat sedangkan dia merasa bahwa hidupnya tak lagi sama seperti dulu.

"Ini tidak mungkin...", ucap Joanna.

Joanna memandang ke arah di depannya dengan pandangan kosong dan terduduk lesu.

Tiba-tiba ruangan berputar sangat cepat dan terasa seisi di tempat itu bergerak tak karuan sehingga Joanna merasakan pening yang sangat hebat.

Joanna melihat seluruh isi ruangan di sekitarnya berubah perlahan-lahan.

BRAK... !

Ruangan kembali semula dalam sekejap mata menjadi ruangan kamar mandi.

Joanna duduk bersandar di depan pintu sambil menatap kosong sedangkan kedua tangannya gemetaran kuat.

"Apa maksud semua ini !?", ucapnya gugup.

Diangkatnya kedua tangannya ke arah atas sambil memandang sendu.

"Menikah !? Dengan pria asing !?", ucapnya dengan wajah pias.

Joanna tertunduk sedih dengan kedua telapak tangan terbuka ke atas.

"Mana mungkin !? Aku menikahi pria yang tidak aku kenal ? Dan siapa aku disini ?", kata Joanna.

Keringat mulai membasahi wajah cantiknya sedangkan tatapan Joanna berubah dingin.

"Apa kesalahan ku atas menghilangnya pusaka Luchnos mengharuskan ku menikahi Javiero, pria asing yang tidak aku kenal !?", ucapnya.

Joanna beringsut pelan lalu menyandarkan kepalanya ke arah daun pintu kamar mandi.

"Apa hukuman ku masih belum cukup dengan mengirimku ke masa sepuluh tahun ke depan dan sekarang aku juga harus menikah !?", bisik Joanna.

Satu jam kemudian...

Joanna telah berganti pakaian dengan gaun pengantin berwarna putih serta kerudung brokat sutra warna senada.

Berdiri termenung di hadapan cermin seraya memandang dengan raut wajah sedih.

Kedua tangannya yang mengenakan sarung tangan sedang menggenggam sebuah buket bunga mawar putih.

"Sepertinya aku harus melengkapi penampilanku dengan mengenakan sepasang sepatu terbuat dari kaca !?", bisik Joanna.

Seseorang melangkah masuk ke dalam kamar dan menyentakkan Joanna.

"Kita harus pergi sekarang, Betty !", ucap suara pria.

Joanna langsung membalikkan badannya ke arah datangnya suara yang berasal dari belakang.

Kehadiran Javiero membuat Joanna kehilangan kata-kata untuknya berbicara.

Pesona Javiero mampu mengalihkan seluruh perhatian Joanna kepada pria tampan itu serta mampu membuat Joanna terhipnotis dengan pesonanya yang memikat hati.

Tubuh Joanna terkesiap ketika Javiero melangkah mendekat.

Javiero sempat tertegun saat melihat perubahan penampilan Joanna yang telah mengenakan gaun pengantin yang membuat Joanna tampak berbeda dari sebelumnya.

Penampilan Joanna berubah seratus delapan puluh derajat dan dia terlihat sangat cantik sekali dengan gaun pengantin warna putih yang membalut tubuh langsingnya.

Keduanya saling berpandangan lama, terasa suasana berubah lain.

Rasa canggung diantara mereka mulai perlahan-lahan merasuki mereka sehingga membuat Javiero menjadi salah tingkah sesaat.

"Ehem !", Javiero berdehem pelan.

Diliriknya Joanna yang berdiri di hadapannya yang memakai gaun pengantin warna putih.

"Apa kamu sudah siap sekarang ?", tanya Javiero.

"Ehk !?", sahut Joanna gugup.

Javiero membaca rasa gugup yang menyerang Joanna saat ini.

Senyum perlahan-lahan menghiasi wajah tampan Javiero ketika dia menyadari bahwa gadis cantik yang hendak menikah dengannya dan sekarang ada di depannya sedang dilanda rasa cemas yang hebat.

"Jika kamu sudah siap sebaiknya kita segera berangkat sekarang", ucap Javiero.

Javiero tidak berusaha menenangkan Joanna dan justru membuat Joanna bertambah panik.

"Sekarang !?", sahut Joanna.

"Iya, sekarang ! Karena kita tidak mungkin menunda waktu kita untuk berangkat ke gedung pernikahan", ucap Javiero.

Javiero memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangannya seraya melirik ke arah Joanna sesekali.

"Tamu undangan sudah menunggu kita di gedung sekarang ini. Dan aku sarankan kita tidak mengecewakan mereka dengan membuat tamu undangan harus menunggu lama kedatangan kita disana", ucap Javiero.

Raut wajah Joanna mendadak pucat pasi sedangkan kedua bibirnya bergetar keras.

Javiero hanya tersenyum sekilas lalu memutar tubuhnya sambil menggandeng tangan Joanna.

"Kita pergi sekarang... Joanna... !", ucap Javiero tegas.

Joanna hanya menolehkan kepalanya yang dihiasi oleh kerudung brokat sutra warna putih ke arah Javiero sedangkan salah satu tangannya berada di genggaman erat-erat kedua tangan Javiero.

Tidak banyak kata yang diucapkan oleh Javiero karena pria berwajah tampan itu hanya berjalan dengan menuntun Joanna disampingnya untuk melangkah pelan ke arah pintu kamar tidur menuju keluar.

Bab 3 Menikah

Dua jam berlalu cepat.

Joanna tampak berjalan pelan berdampingan bersama Javiero menuju ke tempat pelaminan.

Hiasan bunga mawar berwarna putih bertaburan di setiap sudut tempat pelaminan dimana seorang pemimpin upacara pernikahan berdiri di sampingnya.

Pria berkacamata itu tersenyum ke arah Joanna dan Javiero.

Wajahnya cerah ketika melihat keserasian diantara Joanna dan Javiero saat keduanya berdampingan.

Dua bocah kecil perempuan sedang berdiri di dekat tempat pelaminan dengan membawa sekeranjang bunga mawar putih di masing-masing tangan kecil mereka.

Kedua bocah perempuan yang mengenakan gaun putih dengan hiasan pita berukuran besar di depan gaun terlihat sangat ceria saat menyambut kedua pasangan pengantin yang berjalan ke arah mereka.

Teriakan kecil dari dua bocah perempuan terdengar riang seraya menaburkan bunga mawar putih ke arah Joanna dan Javiero.

Joanna melirik kaku ke arah Javiero yang tersenyum simpul ketika dua bocah perempuan kecil itu bersorak ria.

Langkah kaki mereka lalu terhenti saat sampai di tempat pelaminan.

Javiero mempererat genggaman tangannya pada tangan Joanna ketika pria berkacamata yang merupakan pemimpin upacara pernikahan menyambut mereka dengan ramah.

"Silahkan kalian mendekat karena saya akan memulai upacara pernikahan !", ucap pemimpin upacara pernikahan.

"Baik...", sahut Javiero.

Javiero menuntun Joanna untuk berjalan menghampiri pria berkacamata yang berdiri di hadapannya.

Pria berwajah tampan itu menggenggam erat-erat tangan Joanna saat mereka melangkah mendekat.

"Apa kalian berdua telah siap ? Jika kalian telah siap maka acara pernikahan akan segera saya mulai sekarang", sahut pria berkacamata.

Pria yang merupakan pemimpin upacara pernikahan lalu menoleh ke arah Joanna dan Javiero secara bergantian.

Terlihat ekspresi wajah Javiero sangat tegang meski dia berusaha menutupinya.

Javiero hanya menganggukkan kepalanya cepat serta berkata pada pemimpin upacara pernikahan.

"Ya, saya telah siap untuk memulai upacara pernikahan", ucapnya tanpa ragu-ragu.

"Jika kalian berdua telah siap maka saya akan memulai memimpin upacara pernikahan ini karena kita telah terlambat lima menit untuk melangsungkan upacara", sahut pria berkacamata.

"Silahkan anda memulainya sekarang !", kata Javiero.

"Siap !", sahut pria pemimpin upacara pernikahan kepada Javiero.

Javiero kembali menganggukkan kepalanya seraya menarik nafas lalu tersenyum tipis.

Pria berjas lengkap lalu mulai membaca petunjuk yang wajib diikuti oleh kedua pasangan pengantin.

Javiero mengikuti ucapan sang pemimpin upacara pernikahan saat acara di mulai sedangkan Joanna yang berdiri di dekatnya dengan wajah tertutup kain tipis brokat sutra putih terlihat sangat tegang.

Keringat dingin mulai membasahi kedua tangan Joanna yang tertutup sarung tangan putih dengan memegang buket bunga mawar warna putih.

Ucap janji pernikahan telah usai dilakukan oleh Javiero, kini giliran acara tukar cincin dilangsungkan oleh kedua pasangan pengantin.

Javiero melirik ke arah Joanna seraya mengambil cincin dari atas kotak beludru yang disodorkan oleh seorang pria.

"Silahkan kalian berdua saling bertukar cincin sebagai penanda resminya hubungan kalian !", ucap pemimpin upacara pernikahan.

Javiero meraih tangan Joanna dengan maksud hendak memasangkan cincin bertahta berlian pada jari manis Joanna yang terbalut sarung tangan putih.

Tak terasa air mata berlinang dari kedua sudut mata Javiero saat dia memakaikan cincin pernikahan di jari tangan Joanna, diusapnya sudut matanya yang berair setelah mengenakan cincin.

Joanna tampak canggung saat gilirannya memakaikan cincin pernikahan di jari manis Javiero.

Jari jemari tangannya gemetaran ketika dia memasukkan cincin.

Cepat-cepat Joanna menarik tangannya dari arah tangan Javiero kemudian mencoba mengalihkan perhatiannya dari pesona ketampanan pria yang berdiri di hadapannya tersebut.

Meski jujur, Joanna tidak dapat menampik bahwa Javiero mampu menarik seluruh pusat pikirannya pada pria tampan itu.

Joanna terlihat gugup saat pemimpin upacara pernikahan mempersilahkan pada Javiero untuk membuka tabir sutra brokat putih yang menutupi wajahnya.

Momen inilah adalah waktu bagi kedua pasangan pengantin untuk saling berpandangan serta waktu keduanya untuk saling berciuman di depan seluruh tamu undangan pernikahan.

Pelan-pelan Javiero menyingkap kain tipis dari brokat sutra warna putih yang menutupi wajah Joanna.

Saat penutup kain terbuka, keduanya kembali saling berpandangan.

Tiba-tiba rasa canggung menyeruak diantara mereka, bukan berpandangan mesra melainkan saling menatap dingin.

Javiero mulai mendekatkan wajahnya ke arah Joanna, sejenak Joanna menarik pelan kepalanya dari jangkauan Javiero. Tetapi dengan cepatnya Javiero meraih pinggang Joanna supaya mereka berdua saling berdekatan erat.

Secepat kilat Javiero mencium bibir Joanna, tidak memberinya kesempatan pada gadis cantik itu untuk menghindar.

Keduanya saling berciuman meski rasa cinta yang merupakan bumbu perekat sebuah hubungan tidak terasa pada ciuman mereka.

Getir...

Mungkin itulah rasa yang kini dirasakan oleh Joanna maupun Javiero.

Javiero memperdalam ciumannya pada bibir Joanna, ciumannya sangat hangat dan sangat lama di bibir Joanna.

Sanggup membuat Joanna hampir kehilangan nafasnya saat Javiero menciumnya.

Tiba-tiba seluruh tamu undangan bertepuk tangan cukup keras.

Suasana khidmat yang tadi dirasakan oleh kedua pasangan pengantin berubah cepat menjadi ramai oleh sorak sorai para tamu undangan yang menyambut kebahagiaan kedua mempelai pasangan.

Javiero memalingkan wajahnya ke arah tamu yang hadir, setengah terkejut ketika melihat antusias dari tamu undangan yang menyambut momen penting dalam hidupnya bersama Joanna dengan sambutan meriah.

Sejenak Javiero tertegun, saat melihat gemuruh sorak sorai penuh kebahagiaan dari tamu undangan yang hadir.

Baru pertama kali ini sambutan tamu undangan begitu meriahnya di hari pernikahannya yang kedua ini.

Pernikahan yang berlangsung saat ini adalah pernikahannya yang kedua setelah Mariana, isteri tercintanya pergi dari hidupnya untuk selama-lamanya.

Rasa haru tiba-tiba mendesak masuk ke dalam hati Javiero.

Pria tampan itu mulai dapat kembali tersenyum bahagia ketika tekanan berat menghantam hidupnya telah berakhir sekarang, dengan adanya pernikahan kedua bersama Joanna.

Joanna sendiri adalah adik kandung Mariana Hamilton. Yang menggantikan posisi kakaknya, Mariana sebagai istri Javiero.

Sejak kepergian Mariana ke Jerman dan kabar berita kematiannya yang mendadak telah meremukkan seluruh hati Javiero yang merasa terpukul keras karena kehilangan wanita yang paling dia cintai dalam hidupnya.

Meski saat ini posisi Mariana telah digantikan oleh Joanna.

Namun kenangan akan hadirnya Mariana dalam hidup Javiero tidak mudah untuk dilupakan.

Javiero kembali menatap Joanna yang tersipu malu ketika tamu undangan menyambut pernikahan mereka dengan sorak sorai penuh kebahagiaan.

Diraihnya tangan Joanna ke dalam genggaman tangannya.

Memandang ke arah tamu undangan yang hadir di upacara pernikahan seraya melambaikan tangan.

Suasana penuh kebahagiaan sesaat dirasakan oleh Joanna dan Javiero.

Senyum berulangkali menghias sudut bibir Javiero ketika menyambut antusias para tamu undangan pernikahan yang hadir di acara mereka.

Entah, nasib apa yang akan mereka berdua jalani di hari-hari selanjutnya setelah prosesi acara pernikahan ini selesai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!