Seorang lelaki membopong tubuh seorang wanita, berjalan begitu cepat menuju puskesmas di desa itu. Ia menuju ke tempat dokter dan perawat yg masih berjaga.
" Tolong istri saya dokter...." kata lelaki itu kemudian membaringkan dalam ranjang yg ada di dalam ruangan.
Sementara tubuh lelaki itu bergetar , ia juga mengalami luka. Karena sebuah kecelakaan yg terjadi. Ia dan istrinya mengalami kecelakaan tunggal karena hujan di malam itu. Sehingga mereka terperosok ketika mengendarai motornya.
Lelaki berpostur tinggi, kira kira 182 cm. Berwajah tampan dan kulit putih berusia sekitar 20 tahun, rambut sedikit bergelombang dan gondrong. Dadanya tegap dibalut oleh kaos putih tipis, karena jaket yg dikenakan dipakai untuk istrinya agar tidak terkena hujan dan dalam keadaan pingsan.
" Baik , atas nama siapa ya mas...?" tanya dokter tersebut, setelah beberapa saat membantu pertolongan pertama kepada istri pemuda yg masih pingsan itu dan memberinya infus.
" Saya Angga dok , istri saya namanya Safira..." jawab lelaki itu kepada dokter yg menanyakan.
" Ada identitas...?" tanya dokter.
Lelaki yg bernama Angga pun mengeluarkan dompet dan memberikan identitasnya kepada Dokter.
" Anggara Wicaksono , dan Safira Anggraeni. Disini masih status lajang...!?" kata dokter.
" Kami belum lama menikah dok, dan belum merubah identitas..." Kata Angga kepada dokter itu.
Dokter itu mengangguk dan kemudian mencatat beberapa keperluan dan resep untuk pasien yg bernama Safira. Seorang gadis cantik, tampak sedang pingsan. Kulit yg putih mulus dibalut jaket hitam. Hidung sedikit mungil namun tidaklah pesek. Di pipinya terdapat lesung pipi yg sedikit tampak berbaur dengan kecantikan gadis itu. Gadis berusia sekitar 22 tahun dan sudah menjadi istri dari Angga dihadapan dokter itu. Kemudian dokter memberikan catatan itu kepada perawat untuk mengambil beberapa obat dan diberikan kepada Safira ketika sadar nanti.
" Sepertinya anda juga harus segera diobati ?. Apalagi pakaian anda basah. Apakah anda membawa pakaian ganti...?" tanya dokter kepada Angga dan dijawab gelengan kepala.
" Kendaraan dan tas masih di tempat kejadian dok , saya ijin terlebih dahulu mengambilnya. Saya titip istri saya terlebih dahulu..." kata Angga kemudian bangkit dari duduknya dan segera keluar dari ruangan itu, setelah mendapat persetujuan dari dokter jaga itu. kemudian Angga berlalu pergi mengambil barang barang yg tertinggal di jalanan tadi.
" Tampaknya laki laki itu sangat menghawatirkan istrinya, sehingga hanya istrinya saja yg dibawa ke sini sus..." kata dokter kepada perawat disampingnya yg memberikan beberapa obat kepada dokter.
" Tapi dalam pancaran matanya itu, tampak ia sangat mencintai istrinya dok, selain khawatir ia tidak memperdulikan keadaan dirinya yg terluka.." jawab perawat wanita yg masih berdiri dan bersedekap itu.
" Cuaca sedang seperti ini mau kemana mereka?. Padahal mereka dari kota Jakarta dan sangat jauh dari tempat ini. Apalagi malam malam seperti ini...?" kata dokter lagi sambil melihat kembali identitas dari keduanya.
" Pulang kampung mungkin dok...?" kata perawat disampingnya.
" Semoga tidak terjadi apa apa dengan wanita itu. Sepertinya hanya kelelahan dan tubuhnya sepertinya sangat lemah.." kata dokter, tadi sempat memeriksa wanita yg bernama Safira tersebut.
" Iya dok , kasihan mereka malam malam begini.." jawab suster perawat itu kemudian melangkah menuju pasien yg masih terbaring.
" Kalau nanti masnya datang diganti dulu pakaiannya ya sus, takut kedinginan dan jadi masuk angin..." kata dokter dijawab anggukan oleh suster perawat itu.
Tak berselang lama Angga yg mengambil kendaraan dan tas yg tertinggal pun sampai. Angga memberikan pakaian ganti untuk Safira kepada suster perawat itu. Sementara Angga sendiri ganti pakaian di kamar mandi. Kemudian setelah selesai, Angga diperiksa bagian kaki dan tangan yg terluka oleh dokter.
Angga menghela nafas karena kejadian ini. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena sifat egoisnya itu. Sehingga membuat Safira terkena imbas dari semua tingkah lakunya. Ia memaksa Safira mengikuti kemanapun Angga pergi. Dan hanya menggunakan motornya saja. Bahkan ia tidak tahu berada dimana saat ini.
"Haruskah aku kembali ke kota ?. Saat ini mereka pun tidak tahu jika aku telah menikah !. Bahkan aku belum tahu siapa istriku sebenarnya. Dia lebih tua dariku, akankah ia menerimaku ?, jika tahu aku lebih muda darinya ?". Aku lihat dia hanyalah orang biasa. Aku pun tidak memungkiri jika beberapa hari ini selalu bersamanya, membuatku selalu merasa nyaman diperhatikan dan aku menyukainya.." kata Angga dalam diam. Ia merenungi apa yg telah terjadi selama ia kabur dari rumahnya.
Angga terpaksa pergi dari rumah. Ia dipaksa oleh ayahnya untuk meneruskan studinya ke luar negeri. Sebagai penunjang perusahaan papanya. Sementara kakak perempuannya saat ini juga sibuk di perusahaan membantu papanya. Kakaknya yg bekerja dan bukan pada bidangnya pun sering mengeluh dan menyarankan Angga untuk meneruskannya. Karena Kakaknya yg bernama Anggita Wicaksono lebih menyukai sebagai perancang busana. Anggi mengembangkannya menjadi butik di kota Jakarta. Karena itu Angga pergi meninggalkan rumahnya. Untuk menenangkan dirinya. Karena keinginan dari kakaknya serta papanya yg tidak sesuai dengan cita citanya saat ini. Angga berkeinginan untuk menjadi dokter seperti kakek neneknya dahulu. Kakek dan neneknya adalah orang tua dari mamanya. Bahkan kakek dan neneknya mempunyai rumah sakit dibeberapa kota. Namun cita citanya ini ditentang oleh papanya. Karena nantinya tidak akan ada yg meneruskan perusahaan yg papanya rintis itu.
Angga masih menunggu Safira yg masih tertidur saat ini. Obat yg diberikan dokter sudah Safira minum sebelumnya. Beberapa saat yg lalu Safira sadar dan sudah berganti pakaian. Ia hanya diam tidak menanggapi perkataan Angga. Bahkan permintaan maaf Angga enggan Safira jawab. Safira masih menutup diri tentang kejadian ini. Bahkan ketika menikah dengan Angga. Ia enggan untuk memberitahukan kepada keluarga orang tuanya yg berada di luar negeri. Diusianya yg ke 22 saat ini ia sudah lulus kuliah. Tadinya berencana untuk berlibur terlebih dahulu sebelum mencari pengalaman kerja dan meneruskan perusahaan milik ibunya. Saat ini perusahaan di kelola oleh kakak sepupunya. Ia mendatangi paman dan bibinya yg berada di kampung. Paman dan bibinya lah yg merawatnya selama ini. Safira juga dirawat oleh kakak sepupunya dan keluarga besarnya. Namun naas, ia terjebak berdua bersama Angga dalam sebuah kamar. Yang dikira Angga adalah penginapan milik sahabatnya. Sahabatnya sendiri sedang menemui kakaknya yg sedang tugas ke desa sebelah.
Safira saat ini tertidur dan memunggungi Angga. Ia enggan untuk berbicara kepada Angga. Sebelum memutuskan pergi, setelah acara akad nikah kemarin. Safira mencari tahu siapa Angga Wicaksono sebenarnya. Dan kini ia tahu siapa Angga sebenarnya. Dan kini Safira menunggu kejujuran dari Angga sendiri. Dan mau dibawa kemana pernikahan ini. Dalam relung hati yg dalam Safira berfikir keras untuk menata hati dan pikirannya. Karena rencana semula menjadi berantakan saat ini. Namun karena kecerdasan yg diwariskan oleh keluarga besarnya, menjadikan dia tangguh dalam segala hal. Bahkan ilmu bela diri yg di ajarkan kakek kakeknya serta kakak sepupunya mampu untuk menjadikan dirinya kuat saat ini.
Akhirnya Safira pun tertidur setelah melewati hari hari yg sangat amburadul saat ini. Safira kini ingin fokus terhadap dirinya sendiri. Sementara untuk lelaki yg sudah menjadi suaminya itu, Safira menyerahkan semuanya kepada sang pemberi hidup.
Angga yg menunggui Safira perlahan lahan pun memejamkan matanya disamping ranjang tempat Safira terbaring. Seperti biasa ia hanya diam karena memang Angga seorang yg pendiam. Ia tidak mampu berucap ketika sudah ada dihadapan Safira. Entah, itu yg ada dalam pikiran Angga saat ini. Namun kehadiran Safira menjadikan dirinya menyadari satu hal. Terutama tentang tanggung jawab dan langkah selanjutnya yg harus ia ambil. Angga kembali mengingat ketika berada di tempat bibi dan paman dari Safira. Kehidupan sederhana mereka menjadikan kebahagiaan sendiri. Angga rindu kebersamaan itu jika dirumahnya. Papa mamanya mempunyai kesibukan sendiri sendiri. Sementara kakak perempuannya lebih mengurus butik dan perusahaan papanya. Dan semua itu mengganggu dalam alam bawah sadarnya ketika bermimpi.
Safira Anggraeni
Safira Anggraeni adalah seorang gadis cantik. Ia berperawakan langsing dan mungil. wajahnya yg cantik mirip keturunan bule. Namun tertutupi dengan rambut yg panjang tergerai. Lesung pipi dan kulit putihnya menambah kecantikan dari Safira. Ia mempunyai tinggi badan 165 cm. Ia adalah putri dari Leana Anderson dan bang Wawan Rosadi. Ibunya Leana meninggal ketika melahirkannya. Sementara ayahnya Wawan tak lama kemudian ikut menyusul istrinya karena sakit sakitan. Safira dirawat oleh Daniella Anderson, kakak sepupunya. Yang juga sudah mempunyai anak kembar. Hasil pernikahannya dengan Gerald Remedev. Namun Safira lebih sering bersama mbak Watik dan suaminya.
Mbak Watik serta suami memutuskan untuk pulang kampung ketika Safira berusia 15 tahun. Dan membuat kos kosan di wilayah pinggiran kota Jogjakarta. Safira juga dididik oleh keluarga besar engkong Pi'i. Rojali dan Rozak sudah dianggap sebagai kakeknya sendiri. Bahkan Safira dilatih beladiri oleh Rojali dan Rozak sebagai bekal kehidupannya. Safira pun diwarisi beberapa perusahaan, namun masih dikelola oleh Ella dan Gerald. Ella berharap Safira nantinya mampu mengembangkannya. Sementara perusahaan perkebunan teh milik ibunya saat ini di percayakan kepada putra dari Rojali yg sudah pindah dari Kalimantan. Dan perusahaan perusahaannya yg lain dipercayakan kepemimpinannya kepada putra putra dari Rojali dan Rozak. Namun masih dikendalikan oleh Ella kakak sepupunya.
Safira seorang yg sangat cerdas. Ia mempunyai banyak sahabat karenanya. Walau sebagian juga ada yg memanfaatkannya, namun Safira masa bodoh jika tidak mengusik dirinya maupun keluarganya. Ia juga sangat disiplin dalam segala hal. Walau terlahir dari keluarga kaya, ia tetap hidup sederhana seperti kakak sepupunya itu. Ella selalu memberikan motivasi terhadap dirinya dalam segala hal. Dan Ella percaya bahwa Safira mampu membawa diri kedepannya.
Safira berniat mengunjungi mbak Watik yg telah merawatnya belasan tahun. Dan sekalian berlibur di Jogjakarta. Mbak Watik membuat kos kosan untuk anak anak yg kuliah di kota pelajar itu. Kos kosan milik mbak Watik hanya khusus untuk cewek. Dan dilarang untuk laki laki disana. Dan apabila ada laki laki yg berkunjung hanya diperbolehkan sampai pukul 9 malam, tidak lebih. Safira sendiri setelah sampai di tempat mbak Watik disambut hangat oleh keluarga itu. Karena kamar penuh maka Safira memilih tempat kos yg kosong untuk menginap. Namun pagi harinya dibuat terkejut, karena di kamarnya ada seorang lelaki yg tertidur di kamarnya. Sehingga ia di hakimi dan menikah mendadak dengan laki laki itu. Safira meminta kepada mbak Watik untuk tidak memberitahukannya kepada kakak sepupunya maupun keluarga besarnya di Jakarta.
Karena khawatir membuat nama baik mbak Watik, Safira pun mengikuti kemauan dari pengurus RT dan kepala dusun disana untuk menikah. Dan setelah itu ia pun pergi bersama suami barunya itu. Safira pernah di ajari oleh Daniella kakak sepupunya, untuk mencari berbagai informasi agar bisa mengetahuinya. Setelah beberapa saat ia mencari informasi suaminya itu. Dan menemukan fakta jika suaminya lebih muda 2 tahun dari dirinya. Serta berbagai informasi Safira dapatkan mengenai pemuda itu. Anggara Wicaksono adalah nama suami kecilnya itu. Safira kembali mengingat jika ibu dan ayahnya juga berbeda usia saat itu. Perbedaaan yg sangat jauh, dan itulah orang tuanya dahulu ketika masih hidup.
Safira Anggraeni ( dapat dari google 🙏 )
Anggara Wicaksono
Anggara Wicaksono adalah seorang pemuda dengan postur tinggi dan tegap. Ia mempunyai tinggi badan 182 cm. Selain tegap ia juga pemuda yg tampan, hidung mancung dan berkulit kuning langsat. Ia keturunan dari keluarga Wicaksono, nama papanya adalah Pramana Wicaksono. Sementara mamanya bernama Nayla Puspitasari. Saat ini Anggara masih kuliah di fakultas kedokteran. Namun semua itu ditentang oleh papanya. Karena papanya menginginkan agar Angga kuliah di bisnis manajemen dan perindustrian sebagai penunjang perusahaan papanya di bidang otomotif saat ini. Angga ingin mengikuti jejak kakeknya yg dokter spesialis. Dan kakeknya mempunyai rumah sakit di beberapa kota besar saat ini. Bahkan saran untuk menjadi dokter itu juga datang dari kakeknya serta neneknya. Begitu juga mamanya yg juga seorang dokter disana.
Angga dalam dilema saat ini, karena harus menentukan pilihan. Jika ia tidak mengikuti kemauan papanya, maka semua fasilitas yg di berikan papanya akan ditarik kembali. Walaupun Angga tetap akan ditopang oleh kakeknya. Namun selama ini Angga bisa berdikari dengan tanpa menggunakan fasilitas dari papanya dan dari kakeknya. Ia mempunyai usaha dalam bidang farmasi. Angga membuka beberapa apotek di wilayah kota Jakarta. Ia bekerjasama dengan keluarga sahabatnya yg juga keluarga dokter. Bahkan Angga tidak memberitahukan hal ini kepada keluarganya. Ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu untuk bangkit tanpa bantuan dari mereka, terutama keluarganya.
Angga sengaja pergi dari kota Jakarta ketika liburan. Ia yg selalu di tunggu papanya di rumah . Namun Angga memilih hidup disebuah kontrakan bersama temannya kuliah. Seringkali anak buah dari papanya selalu mendatanginya untuk mengajaknya pulang. Begitu juga kakaknya juga sering datang ke kontrakannya. Angga merasa risih dan memutuskan untuk mencari ketenangan di tempat sahabatnya. Sahabat ketika masih di SMA dahulu. Keluarga sahabatnya inilah yg membantu usahanya dalam mengembangkan Apotek milik Angga. Sahabatnya bernama Rendy Asmoro. Dan Rendy melanjutkan study nya di wilayah kota Jogjakarta. Sementara Angga tetap berada di Jakarta untuk menganjurkan pendidikannya.
Rendy sendiri mempunyai kakak yg tidak jauh dari tempatnya kos. Ia lebih memilih hidup di kos daripada ikut keluarga kakaknya itu. Kakaknya Rendy bernama Winda Nugraheni. Kakaknya Rendy sudah menikah dengan seorang dokter di Jogjakarta, dan bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Rumah sakit tersebut juga milik kakeknya Angga. Sementara kakak perempuannya adalah seorang bidan di wilayah itu. Ia membuka klinik di dekat kos milik Rendy.
Angga sudah dianggap keluarga sendiri oleh keluarga Rendy. Bahkan ayah Rendy, yg bernama dr Usman Susanto selalu dukungan ketika Anggara mencetuskan mendirikan apotek kala itu. Dan dialah yg selalu memotivasi setiap langkah Anggara. Angga merasa nyaman di keluarga Rendy. Sehingga ia seringkali menginap di rumah Rendy ketika masih SMA dahulu. Kini mereka terpisah karena Angga melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Sementara Rendy melanjutkan kuliahnya di Jogjakarta.
Ketika sampai di Jogjakarta, Angga mendatangi alamat yg diberikan Rendy. Sesampainya di tempat kos Rendy, Angga langsung tidur karena sudah sangat lelah. Rendy berpesan jika dirinya sedang menemani kakak perempuannya. Kakak perempuannya yg seorang bidan sedang menangani pasien yg akan melahirkan saat ini, di kampung sebelah. Karena kelelahan akibat mengendarai motor dari Jakarta ke Jogjakarta, Angga tidak menyadari jika ia salah masuk kamar. Dan kosan yg ia datangi pun bukan tempat Rendy tinggal. Angga keliru masuk ke kosan putri disana. Dan didalamnya ada seorang gadis yg berteriak di pagi hari. Angga yg terkejut dan kaget pun bangkit. Namun di pintu sudah banyak warga dan pengurus RT disana. Angga dan gadis itu disidang yg akhirnya dinikahkan secara mendadak.
Angga kembali mengingat nama istrinya itu. Nama Safira Anggraeni bin Almarhum Wawan Rosadi, Angga tidak begitu mengenalnya. Dan mereka berdua sama sama dari kota Jakarta. Setelah acara akad nikah dadakan itu, Angga memutuskan pergi dari tempat itu. Dan ia pun tidak pamit kepada sahabatnya yg menunggu. Angga sempat berkumpul dengan keluarga dari Safira di tempat itu. Ia merasa lain berada di keluarga bibi dari Safira. Keluarga yg harmonis dan lebih terbuka dalam segala hal. Suami dari bibi Safira memberikan wejangan wejangan kepada Angga. Berupa tanggung jawab kepada keluarga maupun kepada istri. Hingga Angga pun menjadi terharu karena perhatian dari keluarga ini. Ada satu hal yg mengganjal dalam pikiran Angga yaitu tentang orang tua dari Safira yg tidak dijelaskan secara detail oleh keluarga mbak Watik bibinya Safira. Namun Angga enggan untuk mencari tahu dan menanyakannya. Biarlah waktu yg menjawab nantinya.
Setelah acara akad dan bercengkerama dengan keluarga Safira, akhirnya Angga memutuskan untuk mengajak Safira pergi dari tempat itu. Agar mereka tidak menjadikan gunjingan para penghuni kos maupun tetangga dari mbak Watik sendiri. Angga mengajak Safira berkeliling kota Jogjakarta dan beberapa tempat wisata di daerah itu. Angga ingin menenangkan diri kembali, setelah di minta papanya untuk meneruskan perusahaan, kini harus menikah dengan orang yg tidak ia kenal.
Anggara Wicaksono ( Dapat dari Google 🙏 )
Flashback
Beberapa hari yg lalu setelah akad nikah keduanya. Angga dan Safira pun pergi meninggalkan kediaman mbak Watik, mantan pengasuh dari Safira. Safira enggan menceritakan siapa sebenarnya mbak Watik kepada Angga. Safira lebih banyak berdiam diri. Sementara Angga yg memang pendiam lebih banyak berbicara seperlunya kepada Safira. Ia tahu Safira tidak banyak mengeluh maupun protes ketika di ajak untuk meninggalkan tempat bibinya. Angga terus melakukan motornya yg dibawa dari Jakarta berkeliling Jogja. Beruntung motor sport milik Angga bisa untuk berboncengan. Dan Safira tidak mempermasalahkan itu. Angga berkeliling hingga pantai Parang Tritis dan kemudian menuju pantai Glagah. Keduanya jarang sekali bicara untuk mendekatkan diri maupun mengakrabkan diri.
Angga hanya mampu memandang Safira ketika berjauhan. Tidak berani jika sedang berdekatan untuk memandangnya. Ia tahu jika Safira lebih tua darinya. Sehingga sedikit ada rasa minder ketika bersama Safira. Namun karena petuah dari suami mbak Watik , yg juga seorang ustad disana. Membuat Angga menurunkan egonya. Ia mencoba menanyakan setiap kemauan dari Safira. Namun hanya jawaban singkat yg ia dapatkan, tidak lebih. Bahkan beberapa kali Angga menawarkan berbagai makanan kepada Safira, namun hanya gelengan kepala yg ia dapatkan. " Wanita memang sulit dimengerti" batin Angga setiap kali tidak mendapatkan jawaban.
Hingga Angga memutuskan menghubungi sahabatnya, jika ia kembali ke Jakarta karena diminta papanya untuk pulang. Rendy tidak tahu jika Angga menikah mendadak dengan orang asing di daerahnya. Dan tidak mengetahui jika sahabatnya salah masuk wilayah kontrakan. Angga masuk ke kontrakan seberang tempatnya tinggal Rendy.
Rendy mengetahui jika Angga menikah mendadak ketika Angga sudah pamit pergi. Rendy mendapat informasi dari kakaknya Winda. Winda di beritahu oleh mbak Watik jika sahabat adiknya menikah mendadak dengan saudaranya yg dari Jakarta. Karena tidur dikamar Fira. Rendy pun segera menghubungi Angga. Namun tidak diangkat. Tak berselang beberapa lama Rendy mendapat telepon dari Angga. Dan Rendy pun menginterogasinya. Angga pun menceritakan kejadian itu kepada Rendy. Dan meminta Rendy merahasiakannya terlebih dahulu. Terutama kepada keluarga besarnya. Namun diperbolehkan memberitahu orang tua Rendy yg masih ada di Jakarta saat ini. Angga memutuskan membawa istrinya ke Jakarta kembali dengan menggunakan motornya. Sambil menikmati wisata yg ada di Jawa bagian tengah hingga ke Jakarta nanti.
Namun naas ketika perjalanan mereka baru sampai di daerah Purworejo. Ia terperosok dan jatuh ketika hujan melanda di malam hari. Dan Safira pun pingsan karenanya.
Flashback end
----------------------
Malam begitu dingin. Angga masih menunggui Safira yg terbaring di ranjang puskesmas itu. Tampak perawat menyelimuti Safira dan Angga. Angga sempat terbangun dan mengucapakan terima kasih. Angga melihat Safira yg masih terlelap saat ini. Setelah perawat perempuan itu pergi Angga bangun dan menuju ke kamar kecil di ruangan itu. Waktu masih pukul 11 malam. Angga sebenarnya lelah. Namun melihat kondisi Safira saat ini, membuat dirinya tidak bisa memejamkan matanya. Ia merasa bersalah kepada Safira yg ia paksa untuk mengikutinya, sesuai perkataan dari suami dari mbak Watik.
Sebenarnya mbak Watik serta suami tidak tega melihat Angga dan Safira menggunakan motornya untuk kembali ke Jakarta. Namun Safira menjawabnya tidak mempermasalahkan hal itu. Safira lebih khawatir terhadap keluarga mbak Watik yg mendapat gunjingan dari orang orang disekitarnya. Safira saat itu menutupi jika dia saudara atau kerabat dari mbak Watik. Mbak Watik pun mau tidak mau mengikuti perkataan Safira. Karena memang untuk menjaga nama baik dari keluarga Anderson nantinya. Dan Safira menutupi semua dari Angga. Angga hanya tahunya jika mbak Watik adalah bibi dari Safira, tidak lebih. Karena memang tidak diberitahu.
Angga menatap Safira yg masih tertidur. Wajah cantik Safira yg alami itu membuat Angga terkesima. Angga hanya mampu berkata kata jika Safira sedang tertidur seperti ini. Namun tidak jika Safira saat sadar nanti.
" Sebenarnya dirimu sangatlah cantik, siapa yg tidak mau jika dipaksa menikah denganmu Ra..."
Angga sambil membenahi selimut Safira, mengucapkan kata itu lirih. Ia enggan untuk berbicara di depan langsung Safira.
" Selama ini, gue tidak pernah dekat dengan wanita. Kecuali nyokap dan kakak gue..."
Angga kembali duduk dibangku sebelah Safira terbaring.
" Dan selama ini gue selalu menghindar jika ada cewek yg deket dengan gue. Tapi elu justru menghindar setiap gue ajak bicara. Dan selalu menghindar jika gue deket dengan elu.."
Angga masih berkata sangat lirih. Dan menurut Angga hanya dirinya lah yg mendengar keluh kesah ya itu.
" Gue sendiri bingung jika meminta pendapat elu. Karena jawabanmu selalu singkat dan tidak mau mengutarakan kemauan elu.."
" Gue sadar, gue bukan siapa siapa bagi elu. Tapi saat ini gue suami elu. Walaupun masih nikah siri. Tapi setidaknya itu sah dimata agama. Dan gue ingin ini pertama dan terakhir dari janji pernikahan itu..."
" Gue ingin mempertahankan pernikahan ini, dan meresmikan secara hukum nantinya..."
" Gue merasa sudah nyaman bersama elu, walau mendadak seperti ini. Gue coba memahami tentang elu. Dan gue berharap elu juga memahami gue nantinya..."
Kata kata Angga dan keluh kesah Angga didengarkan oleh Safira yg masih memejamkan matanya. Safira juga menyadari jika sejak tadi Angga mengucapkan kata kata itu secara lirih. Namun Safira bisa mendengarnya. Safira masih belum membuka kata dan hatinya. Ia hanya mengikuti alur yg sudah ia jalani saat ini.
" Gue sebenarnya pergi dari rumah, karena dipaksa oleh papa untuk meneruskan perusahaan. Namun gue bercita cita menjadi dokter. Yg berbanding terbalik dengan kemauan papa..."
Safira membuka matanya dan kini memandang Angga yg menunduk dan belum melanjutkan kata katanya. Angga yg meneteskan air mata itu pun dilihat oleh Safira yg terbaring. Angga tidak menyadari jika Safira membuka matanya. Angga mengusapnya menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya menggenggam tangan Safira di balai puskemas itu. Safira menyadari satu hal tentang Angga saat ini. Angga dalam dilema tentang kemauan papanya atau cita citanya saat ini. Namun Safira masih ingin mendengarkan ucapan dari Angga selanjutnya. Safira pun kembali menutup matanya, sebelum Angga menyadari jika dirinya terbangun karena ucapan ucapan Angga itu.
" Papa ingin gue menjadi penerusnya di perusahaan , sementara kakak gue yg bernama Anggi lebih memilih menjadi perancang busana dan mendirikan butik. Padahal dia juga sudah membantu papa di perusahaan itu..."
" Namun karena tidak sesuai dengan bidangnya, kakak sering mengeluh dan menyerah. Dan itu di bebankan kepada gue yg juga tidak sesuai dengan kemauan gue saat ini..."
Angga masih terus berbicara dan tidak menyadari jika Safira sempat membuka matanya. Keluh kesah Angga didengarkan oleh Safira yg pura pura tidur saat ini.
" Namun saat ini gue punya tekad, untuk mengikuti kemauan papa. Karena gue punya tanggung jawab saat ini. Tanggung jawab gue terhadap elu Ra, tanggung jawab suami kepada istri..."
" Ra..!, entah mengapa gue ingin mempertahankan elu sebagai istri gue. Gue merasa nyaman bersama elu. Walaupun gue sering elu cuekin selama ini. Dan kita juga belum mengenal satu sama lain. Namun kebersamaan ini menyadarkan ku akan satu hal..."
" Takdir kita untuk bersama , dan gue akan mempertahankan itu..."
Tangan Angga menggenggam erat tangan Safira ketika mengucapakan kata kata itu. Safira yg matanya terpejam pun turut mengeratkan genggaman tangan Angga.
" Ra...!, maukah bersama sama mempertahankan pernikahan ini Ra, dalam keadaan apapun nantinya...?"
Tanya Angga ke Safira sambil mengangkat kepalanya. Angga memandang Safira yg masih terbaring, dan anggukan kepala Safira dilihat oleh Angga. Walau mata Safira masih terpejam. Di pipi Safira terdapat butiran air mata menetes dari sela sela matanya yg terpejam. Angga menggenggam erat tangan Safira dan mendekatkan ke arah wajah Angga. Angga mengecup tangan Safira berulang kali.
" Terima kasih, elu mendengar semuanya...?"
Safira mengangguk mendengar pertanyaan Angga kali ini. Kemudian Safira membuka matanya dan mengusap air matanya yg menetes menggunakan tangan kirinya. Walau masih ada jarum infus, Safira tetap menggunakan untuk menyeka air matanya.
" Apakah elu juga mau menerimaku apa adanya...?" kali ini Safira bergantian bertanya kepada Angga. Dan dijawab anggukan kepala oleh Angga.
" Lebih baik kita saling mengenal terlebih dahulu sebelum kita ke jenjang selanjutnya. Kita mengenal satu sama lain. Saling mengingatkan dan saling melengkapi. Ceritakan siapa diri elu sebenarnya. Nanti gue juga cerita tentang gue..." kata Safira dan Angga pun menyetujuinya.
Keduanya pun saling berbagi cerita tentang siapa dirinya. Namun Safira masih banyak rahasia yg ia sembunyikan terutama tentang keluarga besarnya. Ia hanya mengatakan jika dirinya sudah tidak bersama orang tuannya. Ia hanya anak yatim piatu. Dan tinggal bersama kakak sepupunya serta keluarganya disana. Dan Safira tidak menjelaskan secara detail keluarga dari ibunya itu. Ia hanya menceritakan tentang ayahnya yg dulu pernah menjadi sopir di kalimantan dan kemudian menikah dengan ibunya ketika di Jakarta. Dan berkumpul dengan saudara sepupunya disana setelah ibu dan ayahnya meninggal. Ia bercerita jika bibi Watik yg di Jogja adalah orang lain yg di anggap Safira keluarga sendiri. Bukan pengasuhnya dahulu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!