"Maaaaas...Tolong lepaskan aku!"
"Apa kamu bilang? Lepaskan? Bukankah kamu yang menginginkan semua ini?" Ucap Dirga yang tidak memperdulikan Elisa yang kini tubuhnya mulai kesakitan saat dirinya terus menindih tubuh kecil milik Elisa dibawahnya.
Dirga tak perduli yang dia tahu Elisa menyetujui pernikahan ini karena Elisa lah yang sangat menginginkannya, bukankah sebenarnya Elisa tahu kalau sebenarnya seorang Dirga sudah mempunyai kekasih yang teramat dia sayangi.
"Aku mohon jangan lakukan itu!" Elisa masih memohon dengan derai air matanya yang mulai deras membasahi pipinya.
Disana satu persatu gaun pengantin yang Elisa pakai sudah mulai terlepas dari tubuhnya karena ulah Dirga yang kini sudah kehilangan akalnya.
Dirga tidak menginginkan pernikahan ini, ini semua ia lakukan karena permintaan orang tuanya yang memintanya untuk segera menikahi Elisa karena sebuah surat perjanjian antara orang tua Dirga dan juga orang tua Elisa yang sudah mereka sepakati bersama.
Dirga tidak bisa menentang keinginan kedua orang tuanya, bahkan dia harus melepas kekasinya yang sangat ia sayangi demi pernikahan ini.
''Aku mohon lepakan aku!''
''Tidak akan aku lepaskan! bukankah ini yang kamu inginkan?'
Dengan cepat Dirga segera melepas pakaian yang ia kenakan untuk segera menuntaskan malam pertama yang tidak ia inginkan, begitu juga dengan Elisa dia tidak ingin melepas kesuciannya begitu saja kalau ternyata Dirga hanya berpura-pura dalam menikahinya.
Tanpa berfikir panjang Dirga segera melakukan penyatuannya dengan Elisa, disana nampak erangan terdengar dari mulut Elisa yang menahan kesakitan saat dirinya dipaksa melakukan hubungan tanpa dasar cinta dari Dirga.
Deras air mata Elisa kini semakin menjadi-jadi saat benda tumpul milik Dirga sudah memasuki rongga suci miliknya, terasa perih seperti disayat pisau tajam yang kini ia rasakan.
Dirga sebenarnya tidak menikmati penyatuan itu hanya karena kini yang ada di matanya seorang Elisa berubah menjadi Mona kekasih yang ia sayangi.
''Maafkan aku sayang, ini sedikit sakit tapi nanti kamu juga akan terbiasa!'' ucap Dirga dengan matanya yang masih tertutup sambil membayangkan yg di bawahnya adalah Mona.
Elisa tersadar ternyata Dirga memang tidak benar-benar mencintainya, jadi selama ini dia berbohong dengan pura-pura baik di depan kedua orang tuanya.
Melepas pun saat ini Elisa sudah tidak mampu, dirga semakin brutal saat memaksa melakukan hubungan itu. Sampai akhirnya tumpah lah lahar panas dari milik Dirga yang terlepas begitu saja dari benda miliknya.
Elisa semakin menangis kala dia harus melepas kesuciannya begitu saja untuk seorang Dirga yang tidak mencintainya, tubuh kecil milik Elisa kini sudah tidak berdaya saat Dirga sudah melepakan diri dari penyatuannya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Elisa dengan tangisan pilunya.
Dirga keluar dari kamar pengantinya dan segera pergi membawa mobilnya dengan perasaan marah yang ia rasakan, dia harus berpura-pura entah sampai kapan menjalani hubungan pernikahan yang tidak ia inginkan.
Tujuannya kini hanya ingin menemui Mona kekasih hatinya yang kini tinggal di sebuah apartemen yang sudah ia berikan untuk Mona kala itu.
''Kamu?'' Dengan cepat Dirga segera masuk ke apartemen itu saat Mona sudah membuka pintu apartemennya, Mona sungguh heran bukankah Dirga seharusnya sedang menikmati malam pertamanya dengan istrinya.
''Ga?"
''Sudah jangan banyak tanya, aku hanya ingin bersamamu malam ini!''
Disana Dirga segera membawa Mona kedalam pelukannya, tidak ada penolakan karena sebenarnya mereka memang sama-sama saling mencintai. Bagaimana dengan Elisa? Dirga tidak perduli, malam ini dia hanya ingin menghabiskan malam berdua dengan Mona yang ia cintai.
**
Pagi hari pun tiba, Elisa terbangun dari tidurnya dia tidak mendapati Dirga disampingnya dia baru sadar ternyata Dirga tidak pulang dari kepergiannya semalam.
Kini Elisa harus bangun dan menyiapkan makanan untuk Dirga yang kini sudah resmi menjadi suaminya, baru melangkah sebentar saja Elisa sudah merasakan bagian bawahnya benar-benar sakit atas ulah Dirga semalam.
Setelah pernikahannya memang Dirga langsung meminta ijin untuk menempati rumahnya sendiri bersama Elisa, saat itu Elisa sangat bahagia atas keinginan Dirga itu. Tapi dia tidak menyangka kalau Dirga ternyata hanya berpura-pura saja selama ini.
''Sakit!'' jerit lirih dari mulut Elisa saat dia pelan-pelan memaksakan dirinya untuk berjalan. Sesampainya di dapur Elisa segera melihat isi lemari pendingin yang berada di ujung dapur di rumah itu.
Ternyata didalam sana sudah ada berbagai sayuran yang sudah tersedia, mungkin Dirga sudah menyuruh orang untuk mengisinya. Dengan cepat Elisa segera memasak apa saja yang ada disana.
Rasa sakit tak ia hiraukan, dia ingin menjadi istri yang baik untuk Dirga walaupun Dirga saat ini belum menerimanya sepenuh hati, tapi dia akan tetap berusaha.
Benar saja setelah semua makanan terhidang di atas meja makan, Dirga tiba-tiba datang dengan wajahnya yang kusut karena semalam dia sudah menghabiskan malamnya bersama Mona kekasihnya.
''Kamu sudah pulang Mas?'' sambut Elisa saat dia menyambut Dirga di balik pintu.
''Jangan sok baik kamu sama aku!'' ucap Dirga dengan ketusnya.
Elisa hanya mampu mengelus dadanya saat menerima perkataan dari Dirga, tapi dia akan berusaha menerimanya.
Setelah menunggu lama akhirnya Dirga turun dari kamar mereka, dia sudah nampak rapi dengan pakaian kerjanya. Dirga sengaja tidak mengambil cuti pernikahan dengan alasan pekerjaannya yang tidak bisa ia tinggalkan.
''Mas, makan dulu ya?'' ucap Elisa yang ingin sekali melayani suaminya untuk pertama kalinya menjadi seorang istri.
''Aku tidak mau makan, aku akan makan di luar!'' dengan cepat Dirga segera membawa tas kerjanya dan ingin segera pergi dari rumah itu.
''Mas tunggu!''
''Apa lagi? aku sudah terlambat!'' bentaknya pada Elisa.
''Bawa bekal ini!'' Elisa dengan cepat menyodorkan sebuah tempat makan di tangannya dan dengan segera ia berikan untuk suaminya.
Disana nampak keraguan di mata Dirga saat ingin menerima bekal dari Elisa, sebenarnya Dirga sangat membenci Elisa karena menurutnya Elisa lah yang sudah memisahkan dirinya dengan Mona.
Dengan berat hati dan dengan terpaksa akhirnya Dirga menerimanya juga, dia pun segera melangkah pergi menjauhi Elisa.
''Mas tunggu!'' teriak Elsa kembali membuat Dirga marah.
''Apa lagi?" dengan kesal Dirga berbalik melihat kearah Elisa yang ternyata sudah ada di depannya.
''Dasimu!'' dengan cepat Elisa merapikan dasi suaminya yang sedikit miring, tapi kini mata Elisa tiba-tiba tertuju pada leher Dirga yang ternyata banyak tanda merah disana.
''Mas ini apa?'' tanya Elisa meminta penjelasan.
''Tidak penting!'' Dirga segera menepis tangan Elisa dan dengan segera masuk ke dalam mobilnya, Dirga segera melajukan mobilnya meninggalkan Elisa yang masih berdiri menatap kepergiannya dengan sejuta petanyaan yang ternyata tidak mendapat jawaban dari suaminya.
''Ya Tuhan, apa aku salah menerima pernikahan ini?'' air matanya kembali mulai mengalir meratapi pernikahannya yang ternyata penuh dengan kebohongan.
Bersambung.....
Tinggalkan jejak kalian yuk readers dengan like dan komen...terimakasih🙏😊
Elisa tidak mau larut dalam kesedihannya, dia segera masuk kedalam rumah itu. Kini dia berjalan mendekati meja makan yang sudah penuh dengan makanan yang sudah ia hidangkan, sebenarnya dia berharap suaminya bisa menghargai usahanya tapi sayangnya Dirga sepertinya tak mengharapkan pelayanan dari istrinya.
"Tanda merah itu? Apa semalam mas Dirga menghabiskan malam bersama Mona?"
Elisa tahu Dirga dan Mona Memang sudah menjalin hubungan cukup lama, dari awal dia meragukan pernikahan ini tapi dengan wajah manisnya Dirga meyakinkannya untuk tetap melanjutkannya.
Sesampainya di kantor, Dirga segera turun dari mobilnya dia segera di sambut oleh Ronal sahabatnya yang kini sudah ia jadikan sebagai asisten pribadinya.
"Tolong bawakan berkas-berkas yang ada di mobilku!" Perintah Dirga pada Ronal.
Dengan cepat Ronal segera masuk kedalam mobil milik Dirga, disana dia segera mengambil berkas yang ada di bangku bagian depan, mata Ronal juga melihat ada sebuah bekal kotak makan berada disana. Dia pikir mungkin Elisa sengaja membawakan bekal itu untuk suaminya, dia pun akhirnya mengambil bekal itu untuk di bawanya juga.
Dengan cepat Ronal segera mengikuti langkah Dirga dari belakang, disana nampak para karyawan menyambut kedatangan Direktur utama pemilik tunggal perusahan ternama di kota itu.
Dirga segera masuk keruangannya dengan di ikuti Ronal di belakangnya, sesampainya di ruangannya Dirga segera menghempaskan tubuhnya di atas kursi kerjanya.
"Kelihatannya kamu lelah sekali, berapa ronde kamu habiskan semalam?" Sudah biasa Ronal berbincang layaknya teman dengan Dirga, Dirga sendiri tidak mempermasalahkan itu.
"Aku sangat muak dengan pernikahan ini! Kamu tahu di hatiku hanya ada Mona yang akan selalu menjadi kekasihku!"
"Jadi, apa kamu tidak menyentuh Elisa sama sekali?"
"Sudahlah aku sedang tidak ingin membicarakan itu!" Nafas berat Dirga terlihat kala dia mengingat kejadian semalam bersama Elisa, sebenarnya dia hanya ingin memberi pelajaran pada Elisa yang sepertinya mengharapkan dirinya untuk menjadi suaminya.
Bahkan di hati Dirga tidak tahu betapa Elisa sangat menghormatinya, tapi nyatanya Dirga selama ini hanya berpura-pura dalam menjalin hubungan yang mereka bina, Dirga merasa hidupnya seperti sudah di atur kedua orang tuanya bahkan hubungannya saja dengan Mona tidak di restui oleh kedua orang tuanya.
Hatinya sangat hancur kala dia harus menerima Elisa menjadi istrinya, Elisa memang cantik perawakannya juga sangat menarik tapi Dirga tetap memilih Mona yang notabennya adalah seorang janda.
Dirga sangat tergila-gila sekali dengan Mona yang selalu ada di setiap hari menemaninya, Mona memang pandai merayu lelaki bahkan Dirga seorang pewaris tunggal mampu ia dapatkan.
Di sela-sela kerjanya Dirga merasakan perutnya sangatlah lapar, dia melirik bekal kotak makan diatas meja yang sudah Elisa berikan tadi, tapi dia sungguh tidak sudi menyentuhnya bahkan memakannya dia tak mau. Dia segera memanggil Ronal untuk datang keruangannya.
"Kamu memanggilku?"
"Ya, tolong pesankan aku sarapan!"
"Bukankah kamu tadi membawa bekal dari rumah!"
"Ini? ini buat kamu saja aku tidak sudi memakannya!''
"Ya sudah kalau begitu aku pesan kan sarapan untukmu! ini buat aku saja, pasti masakan Elisa sangat enak." nampak senyum miring Dirga menanggapi ucapan asistennya.
"Ya, ambillah!"
Dengan cepat Ronal segera mengambil kotak makan itu, dia pun ingin segera memesankan makanan untuk Dirga. Baru saja dia mau memesan tiba-tiba pintu ruangan itu sudah terbuka dengan sendirinya, nampak dari balik pintu seorang Mona datang menemui Dirga dengan membawakan sesuatu.
"Pagi sayang!" sapaan Mona membuat Dirga sangat terkejut.
"Mona! Kamu?"
Dirga sedikit kaget karena Mona sangat berani sekali datang ke kantornya, padahal Ayah Dirga sudah memberi peringatan padanya untuk tidak membiarkan Mona terlihat di kantor setelah Dirga resmi menikah dengan Elisa.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh menemuimu?''
"Bukan begitu! Aku sudah bilang kapan pun kita bisa bertemu asal tidak di kantor ini!"
Disana Ronal hanya bisa menatap kesal pada Mona, entah ada apa dengan Dirga mengapa dia bisa jatuh cinta pada perempuan itu. Kalau di lihat Elisa lebih cantik dari Mona hanya berbeda di badannya saja, Mona nampak terlihat berisi di bandingkan Elisa yang bodinya menarik tapi perawakan kecil.
Disana tanpa canggung Mona segera duduk di pangkuan Dirga dengan tangannya yang ia lingkaran di leher Dirga, disana Ronal merasa tidak enak sendiri akhirnya dia memutuskan keluar dari ruangan itu.
"Sayang, apa kamu tidak merindukanku?"
"Bukankah kita semalam sudah menghabiskan malam bersama?"
"Tapi aku sangat merindukanmu." Dengan terampil Mona segera membuka dasi yang melingkar di leher Dirga.
"Sayang jangan disini! Kita bisa melakukan itu di tempat lain!"
"Kamu menolakku?"
"Bukan begitu, baiklah apa pun yang kamu mau akan aku penuhi."
Di kantor itu mereka akhirnya memadu kasih kembali, mereka tidak peduli kalau mereka masih berada di dalam kantor. Rasa lapar Dirga sudah tidak dihiraukannya bersama Mona terasa dunia milik berdua.
"Kamu benar-benar sangat kuat sayang!" ucap Mona memuji kejantanan seorang Dirga, deru nafas mereka saling bertautan saat Dirga sedikit lagi menuntaskan hasratnya yang akan ia selesaikan.
Ruangan dingin terasa menjadi panas saat dua kasih tak malu dengan apa yang sudah mereka lakukan, sedang Ronal yang masih menunggu di luar sungguh merasa kesal dengan Dirga, dulu Dirga tidak seperti ini semenjak mengenal Mona dia langsung berubah.
Hampir lima belas menit mereka habiskan untuk memadu kasih, mereka akhirnya menyudahi pergumulan panas itu. Disana Mona selalu puas dengan kenikmatan yang Dirga berikan, baru kali ini dia menemukan seorang laki-laki yang bisa memuaskannya di atas ranjang.
"Sayang, aku lupa! tadi aku membawakan sarapan untukmu!"
"Benarkah, Mana? Aku sudah lapar sekali aku belum sarapan sama sekali!"
"Apa istrimu tidak memberimu makan?"
"Dia masak, tapi aku tidak sudi makan makanan yang sudah dia buat!"
Disana nampak senyum kemenangan dari wajah Mona, ternyata setelah menikah pun Dirga tetap memilih dirinya dari pada istrinya. Disana nampak Dirga memakan dengan lahap makanan yang di bawakan olehnya. Dia bahkan lupa kalau Elisa juga memberinya bekal tadi.
Bersambung ....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian readers happy reading! 😊🙏♥️
Sore hari pun tiba, di sepanjang hari tadi Elisa di sibukan dengan pekerjaan rumah, dia merapikan dan membersihkan seluruh ruangan dirumah itu, sendiri tanpa asisten rumah tangga sedikit membuatnya kelelahan. Walaupun Dirga tidak menyuruhnya tapi dia ingin berusaha menjadi istri yang baik.
Sebuah mobil nampak terlihat memasuki pelataran rumah besar itu, Elisa tahu kalau itu adalah mobil Dirga yang baru saja pulang, Elisa dengan segera merapikan penampilannya untuk menyambut kedatangan suaminya.
"Kamu sudah pulang mas?" Sambut Elisa didepan pintu sambil mengulurkan tangannya.
Disana Dirga tak memperdulikan Elisa sama sekali dia langsung masuk begitu saja kedalam rumah meninggalkan Elisa yang masih berdiri menyambutnya. Elisa hanya mampu tersenyum tipis saat dirinya seperti tak di anggap istri oleh Dirga.
Dengan cepat Elisa segera mengikuti langkah Dirga yang sudah terlihat menaiki tangga menuju kamar mereka, Dirga masih terlihat tenang saat tahu Elisa mengikutinya.
Sesampainya di dalam kamar Dirga segera melempar tas kerjanya keatas tempat tidur, dengan cepat Elisa segera mengambil tas itu dan dengan segera ia simpan tas itu di atas meja.
Dirga terlihat masih sibuk membuka dasi serta kancing baju kemejanya, Elisa ingin sekali membantunya dia mulai mendekati suaminya untuk membantu melepaskan kancing baju yang ia kenakan.
"Jangan sentuh aku! Dan jangan membantuku!" Tepis Dirga saat Elisa mau membantunya.
Elisa nampak terdiam, dia hanya mampu melihat suaminya berusaha sendiri membuka pakaian kerjanya.
"Kenapa kamu masih disitu? Aku mau mandi! Apa kamu juga mau ikut mandi? Sudah pergi sana!" Bentakan suaminya sedikit membuat hati Elisa terasa sakit, dia tidak menyangka suaminya akan bersikap kasar seperti ini. Padahal Dirga yang dulu sangat ramah kalau berkunjung kerumahnya, bahkan kalau berbicara dengan Elisa juga sangat lembut.
Elisa dengan cepat langsung keluar meninggalkan Dirga sendiri di dalam kamar, dia segera berjalan menuju kedapur untuk menyiapkan makan untuk suaminya.
Sudah hampir dua puluh lima menit Elisa menunggu Dirga keluar dari dalam kamar, tapi sepertinya belum ada tanda-tanda Dirga ingin turun Elisa berencana ingin menyusul Dirga di dalam kamar, tapi suara bel pintu rumahnya membuatnya mengurungkan niatnya.
Dia dengan cepat langsung berlari menuju keruang tamu untuk melihat siapa yang datang, dengan segera Elisa membukakan pintu itu.
"Tante!" dengan takzim Elisa mencium tangan mertuanya.
"Kok Tante sih? sekarang Tante sudah jadi Mamamu juga kan?"
"Maaf Ma-Mama"
"Nah, itu kan enak. Dimana Dirga? Pasti anak itu baru saja pulang kerja dan masih tertidur!"
"Masuk dulu ma, Nanti Elisa panggilkan mas Dirga"
Mama Dirga segera masuk kerumah putranya, disana dia nampak heran rumah itu sangat bersih sekali. Pasti Elisa yang sudah membersihkan dan merapikan rumah itu.
"Sebentar ya Ma, aku panggilkan mas Dirga dulu, Oya apa Mama ingin minum?"
"Sudah, nanti mama ambil sendiri, wah sepertinya kamu habis masak ya?"
"Iya ma, nanti kita makan bersama ya?"
"Baiklah, mama ingin menyicipi masakan menantu Mama." senyum bahagia terlihat dari mama Rina saat melihat menantunya bisa menjadi istri yang baik untuk putranya.
Di depan kamarnya, nampak Elisa sangat hati-hati membuka pintu kamarnya. Dia tidak mau suaminya terganggu dengan kedatangannya, benar saja kata mama Rina Dirga sedang tertidur pulas di tempat tidur.
"Maaaas....bangun, Maaf aku mengganggumu.'' nampak Dirga sedikit menggeliat saat dirinya terusik dengan suara Elisa.
"Mas, bangun."
"Kamu apa-apaan sih! Apa kamu tidak lihat aku sedang istirahat!"
"Maaf, aku tahu, tapi di luar ada Mama Rina datang!"
Dirga yang tadi memiringkan tubuhnya kini tiba-tiba langsung terbangun saat mendengar mamanya datang kerumahnya.
"Mama! Mama kesini?"
"Iya, mama ada di luar!"
"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi!" Dirga segera bangun dari tempat tidurnya, dan segera mencuci wajahnya.
"Ingat kita harus nampak mesra di depan mama!" Ancam Dirga pada Elisa.
Disana Elisa hanya mampu mengelus dadanya kembali saat mendengar perintah suaminya untuk berpura-pura di depan mertuanya.
Nampak dari bawah Dirga dan Elisa sedang menuruni tangga dengan tangan mereka yang saling bergandengan, mereka nampak tersenyum bahagia saat mama Rina menatap kearah mereka.
"Wah, pengantin baru mesra sekali ya?"
"Mama? kapan mama datang? Kenapa tidak meminta Dirga untuk menjemput mama?" Mereka berdua saling berpelukan disana.
"Mama bisa sendiri sayang, Oya mama ingin mencicipi masakan istrimu, apa kamu mau menemani mama?"
"Tentu saja ma, walau nampak berat tapi demi menunjukan dirinya dan Elisa baik-baik saja Dirga akhirnya mengabulkan permintaan mamanya, disana nampak Elisa tersenyum saat tahu Dirga terpaksa mau mengikuti ucapan mamanya.
"Kamu mau makan apa mas?" Tanya Elisa saat Dirga sudah duduk di kursi meja makan.
"Apa saja, semua masakanmu aku suka." Ucap Dirga sambil tersenyum dengan kepura-puraannya, walaupun demikian Elisa sudah merasa bahagia seandainya Dirga baik padanya mungkin rasanya akan seperti ini.
"Mama, mau aku ambilkan?"
"Boleh sayang, ambilkan mama masakan yang paling enak yang sudah kamu buat." Mama Rina memang sangat sayang sekali dengan Elisa dia sudah menganggap Elisa sebagai putri kandungnya saat sebelum menikah dengan Dirga.
Disana nampak keraguan di mata Dirga, dia sebenarnya tidak mau menelan omongannya sendiri, dia sudah bilang kalau dirinya muak melihat masakan Elisa tapi demi mamanya kali ini dia harus memakannya.
Satu suapan dua suapan di dalam hati Dirga mulai memuji masakan Elisa berbeda dengan masakan Mona yang hanya terasa asin saja tapi Dirga tetap bilang enak, tapi beda dengan masakan Elisa bumbunya sangat meresap rasanya juga enak.
"Wah, kamu harus bangga dengan istrimu Dirga, Elisa pintar sekali memasak, benarkan?"
"I-iya Ma, masakan istriku memang paling enak." Disana rasanya Elisa ingin sekali tertawa mendengar pujian dari suaminya entah itu tulus atau berbohong tapi dia sungguh sangat geli mendengarnya.
Nampak terlihat Dirga juga menambah lagi makanannya begitu juga dengan Mamanya, Dirga seakan lupa dengan semuanya, mulutnya serasa tidak mau berhenti untuk makan.
"Sudah Ma, Dirga sudah kenyang sekali!'' Elisa pun dengan cekatan mengambilkan segelas air minum untuk suaminya.
"Minumlah!" Mata mereka saling bertemu saat Elisa menyodorkan gelas itu pada Dirga, tapi dengan cepat Dirga langsung mengalihkan pandangannya kearah lain, dia tidak mau terbuai dengan perasaannya, di hatinya tetap ada Mona tidak akan tergantikan.
"Makasih ya sayang, masakanmu sungguh enak-enak lain kali mama akan kesini lagi!" ucap mama Rina yang sangat puas dengan masakan menantunya.
"Sama-sama ma, mama kapanpun boleh datang kesini, nanti akan aku masakan makanan yang mama mau!"
"Benarkah? Mama sungguh senang punya menantu sebaik kamu, Dirga, tolong jaga baik-baik istrimu ini! Jangan buat dirinya menangis, ingat itu!''
"I-iya ma!" Jantung Dirga seakan mau lepas saat mendengar pesan dari mamanya.
Jam delapan malam akhirnya mama Rina berpamitan untuk pulang, sebenarnya dia ingin sekali menginap di rumah itu, tapi dia tahu kalau anaknya baru saja menikah pasti mereka sedang bahagia merasakan bulan madu.
"Ya sudah mama pulang dulu ya sayang, cepat kasih mama cucu!" bisik mama Rina ditelinga Dirga saat dirinya memeluk putra semata wayangnya.
Dirga tidak bisa menjawab apa-apa dia hanya bisa menganggukan kepalanya. Dia rasa tidak mungkin karena dirinya tidak mencintai Elisa sedikitpun.
Bersambung ....
Tinggalkan jejak kalian Readers😊terimakasih🙏♥️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!