Di siang hari yang cerah seorang pemuda tampan bernama Jia Chen duduk di bangku taman, seraya membaca sebuah buku novel favoritnya. Kadang ia tertawa sendiri ketika membaca novel, tapi kadang juga sedih. Membaca memang benar benar membuat hati terasa tenang. Saat sedang sangat fokus seorang temannya datang seraya memberi salam.
"Boo..." Xuan Huang tertawa melihat temannya yang kaget dan terkejut.
"Tidak lucu..." Jia Chen sepertinya tidak senang jika ia diganggu ketika membaca novel.
"Itu karena kamu terlalu fokus membaca, santai sedikit lah." Xuan Huang tertawa sambil menepuk pundak temannya.
Namun karena merasa terganggu, Jia Chen hanya menatap temannya dengan tanpa ekspresi, meski ia berharap bahwa waktu privasinya bisa dihargai meski hanya sedikit.
"Ayolah tertawa sedikit, terlalu lama cemberut bisa bikin cepat tua loh." Xuan Huang tertawa sambil sedikit membuat lelucon.
Karena merasa ketenangannya menghilang Jia Chen memutuskan untuk berdiri dan berlalu dari Xuan Huang, tapi dia kembali untuk mengambil bukunya. Melihat temannya pergi meninggalkan dirinya ia pun berlari dan mengejar teman hingga mereka berjalan bersebelahan.
"Jangan marah lah ya? Masa gitu doang ngambek." Xuan Huang mencubit pipi temannya.
"Aku tidak peduli." namun karena kesal Jia Chen menepis tangan dari temannya.
"Aku minta maaf, ok. Ngomong-ngomong apa kau tahu ada murid baru di jurusan kita?" Xuan Huang berpikir bahwa temannya mungkin akan tertarik mendengarnya.
Tanpa mengatakan apa-apa Jia Chen terus melangkahkan kakinya berjalan menuju kelas tanpa menghiraukan temannya yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.
"Namanya Xiu Mei, dia adalah pri cantik. Mungkin saja kau tertarik padanya." Xuan Huang memberikan foto seorang gadis cantik kepada temannya.
"Aku tidak tertarik, dia bukan tipeku." Jia Chen mengembalikan foto yang di berikan temannya.
"Tidak bisakah kau melihat fotonya sekali saja, baru katakan kau tidak tertarik." Xuan Huang menatap dengan wajah memelas sambil memberikan foto itu lagi.
Namun tampaknya Jia Chen tidak tertarik pada hal percintaan jadi ia hanya menatap sebentar foto itu lalu dengan cepat langsung mengembalikan pada temannya.
"Bagaimana pendapatmu? Apa kau menyukai dia?" Xuan Huang terlihat penasaran dengan pendapat temannya.
Namun tampaknya Jia Chen tidak menemukan hal menarik dari gadis dalam foto tersebut, ia hanya menghela nafas panjang yang menandakan ia tidak tertarik dengan Xiu Mei.
"Apa menurutmu dia tidak cantik atau semacamnya?" raut wajah Xuan Huang tiba-tiba berubah menjadi sedih.
"Tidak... aku hanya tidak tertarik dengannya. Menurutku dia cantik, mungkin sangat cantik. Tapi bukan tipeku." Jia Chen menepuk pundak temannya untuk memberikan semangat.
"Tapi ini sudah orang ke sepuluh yang aku perkenalkan padamu loh, dan tidak ada satu pun yang nyangkut." Xuan Huang membenamkan wajahnya di atas meja.
"Mungkin saja aku di takdir kan untuk tidak mendapatkan pasangan hidup." Jia Chen berbicara sambil tersenyum.
Namun hal itu justru malah membuat Xuan Huang tambah sedih, ia tidak ingin temannya sendirian, ia lalu berusaha mencari cara agar idenya bisa di terima dengan baik.
"Apa itu alasan yang kamu buat hanya untuk bersama orang tuamu, ingat hidup mereka tidak selamanya. Kau tidak bisa bergantung pada mereka terus." Xuan Huang berharap temannya mengerti dengan perkataannya.
"Aku bekerja paruh waktu untuk biaya kuliahku, kadang kadang aku juga memberikan sebagian uangku pada mereka." Jia Chen mengusap hidungnya dan tampak bangga dengan pencapaiannya.
"Sepertinya kau tidak mengerti, tapi ya sudahlah. Akan tiba waktunya kau akan mengerti." Xuan Huang berdiri dan meregangkan otot ototnya.
'Bagaimana bisa aku tidak mengerti? Aneh sekali.' batin Jia Chen. 'aku memang tidak sepintar Xuan Huang sih.'
Karena pelajaran belum juga di mulai, Jia Chen menghentakan jarinya di atas meja merasa bosan. Sementara itu ketika temannya melihat betapa bosannya ia saat itu.
Temannya pun diam sejenak hingga akhirnya mendapat sebuah ide cemerlang. Karena ia berpikir itu mungkin bisa membuat temannya bahagia ia lalu berdiri dan pergi dari bangkunya. Setelah beberapa saat berlalu Xuan Huang meletakkan sepotong kue dan juga sebotol jus dingin di meja temannya.
"Aku yakin kau pasti sangat menyukainya, benar kan? Berterima kasih lah padaku." Xuan Huang tersenyum sambil menyilangkan tangan di dada.
"Aku pikir kau hanya bisa membuat jengkel juga, tapi kau bisa berguna juga kadang kadang." Jia Chen tertawa dengan nada menggoda.
"Apa maksudnya itu." Xuan Huang terlihat kesal.
Namun di sisi lain Xuan Huang merasa sedih dengan Jia Chen yang sudah bersemangat lagi. Mereka lalu tertawa bersama sama, dengan alasan yang berbeda. Bunyi lonceng menandakan pelajaran akan di mulai, mereka lalu mempersiapkan buku pelajaran.
Karena pelajaran sebentar lagi akan di mulai Xuan Huang menatap Jia Chen lalu berkedip padanya, namun karena merasa tidak bersemangat ia pun hanya memutar matanya.
Dosen berdiri seraya memberikan pengumuman bahwa di kelas mereka akan ada murid baru di jurusan mereka, dan seketika seorang cewek cantik mungkin paling cantik di sekolah muncul.
Gadis itu lalu berdiri dengan anggun dan menghadap papan tulis lalu menuliskan nama lengkapnya, kemudian berbalik ke arah siswa dan memperkenalkan diri.
"Namaku adalah Xiu Mei, aku akan mulai bersekolah di sini. Jadi mohon bantuannya," Xiu Mei membungkuk dengan sopan.
Entah ada angin apa yang lewat seekor rubah ekor sembilan kecil berwarna putih dengan sedikit warna merah di ujung ekor, kaki juga telinganya melompat melewati jendela. Seketika banyak orang yang ingin mengusirnya dan ada bahkan yang ingin memukulnya.
Namun dengan cepat Jia Chen berdiri dari bangkunya, lalu melompat di antara meja meja. Ia menghadang orang orang yang ingin melukai rubah ekor sembilan itu.
"Rubah kecil, pergilah. Aku akan melindungimu, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu." Jia Chen terlihat sangat bahagia ketika menatap rubah itu.
Namun rubah itu tidak pergi ia malah berlindung di belakang punggung Jia Chen, Melihat hal itu membuatnya tidak tega, lalu dengan lembut ia mengambil rubah kecil itu dan memeluknya dengan erat.
"Jia Chen, letakkan rubah itu sekarang juga. Kau tidak tahu mereka adalah hewan mitos yang berbahaya, mereka akan mengambil jiwamu sebagai ganti." Dosen berusaha agar Jia Chen mendengarkan.
"Jia Chen kata dosen benar, jika kau membawa rubah itu kembali ke rumahmu. Ia mungkin akan memakan keluargamu," Xuan Huang berusaha agar Jia Chen melepaskan rubah itu.
Namun meski begitu Jia Chen tetap kepada pilihannya yaitu dengan tidak melepaskan rubah di tangannya, ia bahkan hanya menatap dengan senyuman tulus.
"Aku tahu jika aku melepaskannya, kalian akan melukai dia. Itu sebabnya aku tetap memutuskan untuk membawanya pulang, dan aku tidak peduli dengan kata-kata kalian." Jia Chen berjalan mundur ke arah jendela.
"Jangan konyol, kelas ini berada di lantai empat. Rubah itu melewati pohon, jangan berpikir bahwa kau bisa melakukannya." Dosen mencoba mendekati Jia Chen.
Tapi Jia Chen melompat ke jendela, dan tidak seperti dugaan ia berhasil melewati pohon. Itu membuatnya tidak terluka ketika sampai di lantai dasar, ia lalu tersenyum melihat rubah kecil itu.
"Aku tidak mengerti kenapa mereka ingin melukai kamu, rubah kecil. Padahal kau sangat lembut sekali." Jia Chen mengelus kepalanya pada rubah kecil itu.
Karena rubah kecil itu terlalu lucu membuat Jia Chen melupakan sesuatu yang penting.
Di sisi lain Jia Chen merasa bingung karena ketika ia memakan masakannya sendiri terasa sedikit asin, serta ada yang gosong tapi ia senang temannya terlihat bahagia juga menghabiskan semua makanan pemberiannya.
Tiba-tiba dari arah pintu orang yang selama ini selalu mengikuti Jia Chen berdiri di depan mereka dengan wajah datar, sontak hal itu membuat mereka menjadi kebingungan seraya bertukar pandang.
"Kalian berani mengabaikan aku ya?" gadis itu memukul meja dengan sangat keras bahkan suaranya seperti menggema di seluruh ruang kelas yang sunyi kala itu. "tidak tahukah bahwa—"
Sementara sang gadis berbicara Jia Chen berbisik kepada temannya. "menurutmu tangannya sakit gak? pasti sakit kan ya?" Jia Chen tertawa seraya menutup mulutnya. "kalau aku jadi dia maka akan mengumpet di pojokan."
"Kau ini bisa aja deh, mungkin dia gak tahu kamu siapa makanya sok bikin keributan." Xuan Huang berbisik pada temannya. "ngomong-ngomong sampai kapan dia menatap kita seperti ini ya? kok kayak risih aku."
Saat ingin menjawab pertanyaan dari temannya, tiba-tiba telepon milik Jia Chen berbunyi lagi, dan ketika ia melihatnya ia bahwa itu adalah dari ibunya, ia pun berdiri meninggalkan ruangan kelas, yang ternyata di ikuti oleh temannya.
"Halo, ada apa mama?" tanya Jia Chen penasaran
"Karena kamu pernah meminta hadiah sewaktu usiamu 5 tahun, jadi mama mencarikan sesuatu yang mungkin akan membuatmu bahagia, jadi setelah sekolah usai segera ke rumah, ok!" ucap mamanya dari telepon.
"Tapi mama, aku janji—"
Sebelum Jia Chen melanjutkan kata-katanya, ibunya telah lebih dahulu memutuskan telepon itu secara sepihak sehingga ia tidak memberitahu bahwa akan mampir ke rumah dari temannya, tapi dalam pikirannya semuanya bisa di atur, lagi pula masih ada beberapa jam sampai waktu pulang sekolah.
Sementara temannya yang ternyata tengah mendengarkan pembicaraan menepuk bahu dari Jia Chen. "Serius amat nih, jangan terlalu fokus ntar malah jadi stres loh." Xuan Huang mencoba memberikan semangat pada temannya. "dan sepertinya kau tidak bisa mampir ke rumahku ya! tapi gak apa-apa kok, besok aja kita ke bioskop, jangan ampe telat ya."
"Aku akan mengusahakannya." Jia Chen mengulurkan tinjunya untuk tos. "hari besok ada masalahnya sendiri."
Seraya tersenyum Xuan Huang membalas tos dari temannya itu. "kalaupun gak bisa pergi ke bioskop, nanti kita bikin sendiri aja bahkan buat lebih meriah."
Karena hampir waktu mulai pelajaran berikutnya mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam kelas hingga secara tidak sengaja menabrak gadis yang tadi menghampiri mereka berdua ketika berada di kelas.
"Aduh sakitnya." Jia Chen menepis debu dari pakaiannya lalu mencoba berdiri namun malah terduduk lagi. "apa sih jalan gak liat liat."
"Maaf, aku tidak sengaja." gadis itu berdiri lalu mengulurkan tangannya. "namaku Xiao Yue Lin, aku mungkin terlalu bersikap egois beberapa saat lalu, aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat lagi."
"Namaku Wei Jia Chen, dan ini temanku—" Jia Chen memberi isyarat kepada temannya untuk memberikan perkenalan.
"Apa aku harus?" Xuan Huang menatap dengan wajah datar dan tidak bersemangat sama sekali, ia tampaknya masih mengingat kejadian sebelumnya, tapi karena permintaan dari sohibnya ia pun memperkenalkan diri. "namaku Lee Xuan Huang, udah itu aja."
"Kalian tampak seperti sahabat baik ya? atau mungkin—" Yue Lin menatap ke arah dua orang di depannya itu dengan wajah kebingungan. "kalian tidak ber— ya kan?"
"Ber apa? tentu saja kita berteman, bahkan kami sering menghabiskan waktu sepanjang hari." Jia Chen berkata dengan perasaan bangga. "kami bagaikan dua belahan jiwa, keren gak tuh?"
"Tentu saja, kekuatan persahabatan itu nomor satu." Xuan Huang merangkul pundak dari temannya. "apa kau merasa cemburu pada kita? hayoloh ngaku aja."
Namun Yue Lin hanya tersenyum seraya berjalan di depan Jia Chen. "kudengar kau ingin bersama dengan seorang gadis, dan secara teknis aku adalah gadis cantik, benar kan?" Yue Lin berkedip lalu memberikan sebuah ciuman. "kita juga seumuran, dan karena aku ini juga jomblo maka bagaimana jika kita—"
"Apa kau baru saja menyatakan perasaanmu kepadaku?" Jia Chen menggaruk kepala dengan canggung. "aku tidak tahu bagaimana cara merespon hal itu."
"Kata siapa aku menyatakan cinta kepadamu?" Yue Lin memberikan sebuah tamparan di wajah Jia Chen lalu pergi dari sana.
Sementara itu Jia Chen menjadi kebingungan karena ia tidak tahu apapun yang tengah terjadi, ia hanya bisa mengelus pipinya yang terasa sedikit menyakitkan.
"Dasar cewek gak jelas." Xuan Huang tampak sedikit kesal karena ia merasa bahwa temannya di perlakuan tidak baik. "aku tandain wajah kamu ya!"
"Aku tidak apa-apa kok." Jia Chen menunjukkan wajahnya yang tersenyum. "lumayan sakit sih, tapi karena aku ini laki-laki jadi—"
"Kau ini terlalu baik loh, Jia Chen." Xuan Huang menggelengkan kepalanya tidak percaya. "jika seperti ini mungkin kau hanya akan dipukul terus oleh istrimu tiap hari."
Tak terasa lonceng tanda bunyi pelajaran berikutnya berbunyi, jadi mereka segera bergegas ke ruangan kelas, beberapa menit kemudian guru datang lalu duduk di bangku.
"Pak, bukankah ini tidak adil ya?" Jia Chen berkata seraya mengangkat tangannya.
"Apanya yang tidak adil." guru tampak sedikit kebingungan dengan pernyataan dari muridnya.
"Kenapa kalau kita terlambat mendapatkan hukuman, tapi bapak telah terlambat selama 15 menit loh apa gak dapat hukuman?" Jia Chen berkata dengan nada enteng.
"Kalau begitu sebagai hadiah untuk Jia Chen, maka kau akan pergi ke ruang kepala sekolah setelah sekolah usai." Guru tersenyum seraya melanjutkan kegiatan mengajar.
Setelah beberapa saat Jia Chen menjadi kebingungan, karena ia telah berjanji kepada ibunya untuk langsung segera pulang, tapi tampaknya ia baru membuat masalah.
"Kamu sih, kenapa pula malah tanya macam gitu." Xuan Huang menggelengkan kepalanya. "udah tahu guru kita yang satu ini—"
"Yang satu ini apa, tuan Xuan Huang." tiba-tiba guru telah berdiri di samping mereka. "apa lidahmu di gigit semut?"
"Maksudku bapak guru tampak keren, kece dan juga—" tiba-tiba Xuan Huang menjadi sedikit gugup karena yang ia maksud adalah galak. "teehee."
"Kalau begitu kau bersama Jia Chen harus menghadap guru setelah sekolah usai, apa kalian mengerti?" guru menatap dengan sinis.
"Apa apaan ya itu." Jia Chen berbisik kepada temannya. "kayaknya itu deh alasan pak guru tetap jomblo sampai saat ini."
"Jia Chen, kau tidak perlu mengatakannya terlalu keras nanti hukuman kita menjadi tambah lebih parah loh." Xuan Huang berbisik pada temannya.
Sementara itu bapak guru hanya bisa melihat kelakuan dari dua murid peringkat satu juga dua dalam sekolah itu, meski ingin marah tapi karena mereka itu selalu mendapat nilai sempurna jadi di berikan sedikit keringanan.
Karena Jia Chen tidak mengerti dengan apa yang sedang ia lihat, ia hanya menunduk sambil memikirkan siapa orang yang berada di depannya, seketika Jia Chen teringat dengan rubah kecil piaraannya, berdiri dari kursi dan mulai mencari.
"Xue Qiu, kau dimana? aku punya makanan untukmu, ayo keluar." Jia Chen meletakkan makanan serta susu di tempat makan Xue Qiu.
Namun walaupun telah menunggu lama tapi Xue Qiu tidak kunjung datang, Jia Chen lalu berdiri dan pergi ke dapur untuk memasak. setelah beberapa saat kemudian dia membawa dua piring ke ruang santai, satunya ia berikan untuk gadis itu sementara yang satunya untuk dirinya.
Gadis itu memakan makanan yang di buat oleh Jia Chen sebelumnya dengan sangat lahap, yang membuat Jia Chen bahagia karena makanan yang ia buat di hargai oleh seseorang.
"Maaf jika boleh tanya, nama kamu siapa?" Jia Chen bertanya dengan sopan.
"Xue, namaku Xue Qiu." kata gadis itu sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"itu kan nama yang aku berikan untuk rubah kecil yang aku tolong sebelumnya, kenapa bisa namanya sama dengan nama itu? mungkin saja karena ada kesamaan nama, di dunia ini pasti ada orang dengan nama yang sama." batin Jia Chen.
"Nama yang bagus, nama itu sama dengan nama yang aku berikan untuk rubah piaraanku. aku tidak menyangka namamu sama, aku tidak bermaksud menggunakan nama yang sama denganmu." Jia Chen tersenyum sambil memegang kepalanya.
"Jika boleh, aku ingin ikut denganmu ke sekolahmu." Xue Qiu menatap dengan penuh harapan.
"Asal kau tidak membuat masalah, aku akan mengizinkanmu ikut denganku." Jia Chen berdiri dan mulai bersiap pergi ke kampus.
Setelah selesai Jia Chen melihat keadaan Xue Qiu yang terlihat sedikit kesulitan, dan dengan senang hati Jia Chen membantu Xue Qiu untuk bersiap-siap ikut dengannya ke kampus.
Jia Chen mengajak Xue Qiu naik motornya yang telah selesai di servis, lalu berangkat. setibanya di kampus Jia Chen melihat banyak orang yang melihat ke arah Xue Qiu yang terlihat sangat cantik,
"Kenapa orang-orang bodoh ini suka sekali menatapku, apa mereka tidak menyukai aku atau semacamnya? tatapan mereka membuat aku menjadi risih, aku tidak suka jika ada yang menatapku." Xue Qiu mendekat ke arah Jia Chen agar orang-orang tidak menatapnya lagi.
"Itulah susahnya kalau menjadi orang yang cantik, sementara aku sih wajahku pas-pasan." Jia Chen merasa sedikit sedih melihat keadaan dirinya.
"Apanya yang tidak tampan? kau termasuk salah satu orang yang paling tampan di kampus." Xiu Mei datang entah dari mana.
"Jika aku tidak salah, kau adalah siswi baru di kampus." Jia Chen terlihat sedikit tidak yakin dengan jawabannya.
"Kalau aku mengatakan sesuatu, apa kau bisa berjanji untuk tidak menolaknya?" Xiu Mei menatap Jia Chen dengan serius.
"Tergantung dari apa yang ingin kau katakan, aku akan menerima jika aku bisa melakukan hal yang kau minta." Jia Chen menunggu permintaan apa yang akan di katakan oleh Xiu Mei.
"Itu tidak sulit, apa kau ingin menjadi pacarku?" Xiu Mei tersenyum dengan hangat melihat Jia Chen.
Seketika Jia Chen terdiam dan memikirkan apa yang akan ia katakan atau apa konsekuensi jika ia menerima atau menolaknya.
"Kenapa kau menyukai aku, padahal kita baru saja berkenalan kemarin. atau mungkin hanya kau yang berkenalan di depan kelas." Jia Chen bertanya tanya alasan Xiu Mei.
"Kau ingat kemarin saat kau menyelamatkan rubah itu, seketika aku mulai menyukaimu. aku merasa kau adalah orang yang bisa aku percaya, dan juga kau tidak terlihat seperti para pembohong yang berpura-pura baik kepada orang lain." Xiu Mei sepertinya menyukai tipe orang yang mirip dengan Jia Chen.
"Aku memang seperti itu sejak kecil," Jia Chen hanya berbicara dengan nada datar.
"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang, aku masih punya banyak waktu. aku tidak akan menekan agar kau menerimaku, tapi jika kau bersedia ini nomor ponselku." Xiu Mei memberikan secarik kertas pada Jia Chen.
Jia Chen dan juga Xue Qiu menatap satu sama lain serta melihat kertas yang di berikan oleh Xiu Mei. tapi lamunan mereka terhenti ketika bunyi lonceng berbunyi. Jia Chen segera berjalan menuju ruang kelas yang di ikuti oleh Xue Qiu di belakang.
"Entah aku saja tapi kenapa Xuan Huang tidak terlihat? padahal biasanya ia selalu menggangguku ketika berada di kampus, apa itu karena aku bersama Xue Qiu?" Jia Chen bergumam dalam hatinya.
Saat di kelas dosen memberikan pengumuman yang sangat penting untuk murid-muridnya.
"Murid-murid, pengumuman kali ini berasal dari teman baik kita yaitu Xuan Huang. dia dinyatakan menghilang sejak kemarin sore, orang tuanya sudah meminta bantuan polisi. namun belum ada titik terang tentang hal itu." Dosen berbicara sambil memegang sebuah kertas.
"Apa itu berarti Xuan Huang di culik? apa yang terjadi padanya kemarin?" Jia Chen bergumam dalam hatinya
Mendengar hal itu membuat Jia Chen mencari tahu tentang keberadaan teman baiknya yang hilang.
"Aku akan membantumu, mencari temanmu itu." Xue Qiu menyentuh pundak Jia Chen dengan lembut.
"Terima kasih, aku sangat menghargainya." Jia Chen tersenyum hangat.
Walaupun pikirannya untuk mencari teman tapi Jia Chen tetap fokus tentang pelajaran yang di berikan oleh dosen. Jia Chen bahkan bisa menjawab pertanyaan yang di berikan tanpa melakukan kesalahan yang begitu serius.
Tanpa terasa sudah waktu istirahat, Jia Chen mengajak Xue Qiu pergi ke kantin. dan makan di sana bersama-sama. dan tidak lupa mereka mengambil makanan terlebih dahulu serta Xiu Mei duduk bersama dengan mereka,
"Kalian tidak keberatan kan, jika aku bersama dengan kalian?" Xiu Mei meletakkan nampan berisi makanannya ke atas meja.
"Tidak apa-apa, di sini banyak tempat kosong juga, lagipula lebih baik ramai daripada hanya berdua saja." Jia Chen terlihat senang ketika Xiu Mei bergabung dengannya.
Tapi ternyata Xue Qiu merasa sedikit cemburu, itu sebabnya ia hanya diam tanpa mengatakan satu kata pun.
"Sepertinya kalian melupakan tentang aku, kalian bahkan tidak pernah berbicara denganku. apa aku telah kalian buang?" Xue Qiu menunduk dan menghentikan makan.
"Maaf tidak memperhatikan kamu, mulai saat ini aku akan mengobrol denganmu juga." Xiu Mei menatap Xue Qiu dengan senyuman.
Akhirnya Xue Qiu mulai mengerti, dan menerima Xiu Mei dalam kelompok mereka. mereka bertiga terlihat begitu bahagia, sambil kadang membuat lelucon dan tertawa bersama-sama. tidak di sangka makanan di piring mereka habis, Jia Chen berdiri dan berinisiatif untuk membawa nampan itu ke dapur kantin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!