"Nona, bertahanlah! Nona harus kuat,"lirih seorang wanita berpakaian seragam pelayan itu sedang menangisi seorang gadis cantik yang sedang terbaring lemas di ranjang rumah sakit.
Gadis itu bernama Alvina. Alvina mengidap penyakit jantung yang sudah dia idap sejak berusia 10 tahun. Bahkan di usianya yang telah menginjak 19 tahun, Alvina tidak kunjung sembuh.
"Nanny, Alvina sudah tidak kuat lagi. Biarkan Alvina beristirahat dengan tenang, ya?" lirih Alvina dengan perkataan yang terpotong-potong.
Mendengar perkataan Alvina membuat sang Nanny terkejut. Kakinya lemas diiringi dengan tubuhnya yang mulai bergetar. Sungguh sangat sakit hatinya mendengar perkataan dari sang Nona nya itu. Tidak ada kemampuan apapun baginya untuk tetap tegar.
"Nona, apa yang kau katakan?! Jika Nona pergi, Nanny tinggal sama siapa nanti?" ujar sang Nanny terisak-isak ke dalam tangis pilunya.
Dengan senyuman hangat, Alvina mulai menjawab "Kan di rumah ada fotonya Alvina. Jika Nanny rindu pada Alvina, Nanny bisa melihat foto itu," ujarnya dengan nada bercanda.
Tidak ada perkataan yang mampu di keluarkan oleh sang Nanny. Dia membekap mulutnya, mengeluarkan air mata yang cukup deras.
"Nanny, jaga diri ya..."
"Tidak, Nona bertahanlah! Nanny akan panggilkan dokter!! " Sang Nanny segera berlari dengan terburu-buru untuk memanggil dokter agar bisa menyelamatkan Alvina.
Namun begitu sangat disayangkan, Alvina tidak bisa ditolong lagi. Gadis berusia 19 tahun itu resmi menghembuskan napas di atas ranjang yang sudah menemaninya selama 5 bulan.
...****************...
Di sisi lain, di rumah sakit yang sama, ada seorang gadis cantik yang sedang terbaring tidak sadarkan diri selama 5 bulan di ranjang rumah sakit.
Gadis itu ditemani oleh sang mama yang bernama Mega. Mama mega berusia 39 tahun, namun di umurnya sekarang dia masih terlihat sangat cantik.
Dengan setia Mega menemani sang Anak yang telah mengalami koma selama 5 bulan penuh. Sedih? Tentu saja perasaan itu dia rasakan di setiap waktu.
Sewaktu-waktu Mega selalu memeriksa hidung sang Anak, takut jika sang Anak tidak bernapas lagi. Walau terdengar konyol, tapi itulah ketakutan bagi sang ibu yang tidak mau kehilangan sosok anaknya.
"Sayang, cepatlah sadar. Mama selalu menunggu mu, di sini," bisiknya di telinga sang Anak, berharap supaya sang Anak bisa mendengarkan panggilannya.
Setelah Mega membisikan sesuatu di telinga sang Anak, tiba-tiba jari sang Anak bergerak sehingga membuat fokus Mega teralihkan.
Dengan tatapan tidak percaya, dia berusaha untuk mengamati lebih lanjut. Dan 1 hal yang sungguh membuatnya senang. Mata sang Anak tiba-tiba terbuka secara perlahan namun pasti.
Dengan bukti konkret itulah, Mega segera bangun dari posisi duduknya dan segera pergi untuk memanggil dokter agar bisa memeriksa keadaan sang putri.
Mega keluar dari ruangan itu berjalan dengan terburu-buru sampai tak terasa jika dia telah menyenggol bahu seorang wanita yang sedang terburu-buru juga, membawa dokter di belakangnya.
Wanita itu adalah sang Nanny, Mega yang tidak enak hati segera meminta maaf dan kemudian pergi kembali karena tujuan awalnya adalah memanggil dokter.
Mereka berlimpasan, pergi ke arah berbeda namun 1 tujuan.
2 menit kemudian~
"Dokter, tolong periksa Anak saya," pinta Mega terlihat senang namun masih diselimuti oleh rasa khawatir.
Dokter pun segera memeriksa keadaan gadis yang bernama Shopia itu. Dimulai dengan memeriksa denyut nadi, detak jantung dan banyak hal lagi yang sedang dia periksa dan amati.
"Selamat nyonya Mega. Nona Shopia sudah sadar dari koma sepenuhnya," papar sang Dokter yang membuat Mega sangat senang bukan kepalang.
"Benarkah Dokter? Syukurlah, Shopia," ujar Mega begitu senang, mengelus pipi Shopia dengan lembut.
"Kalau begitu Saya akan pergi, Nyonya Mega,"
"Baiklah Dokter, mari Saya antar,"
Mereka ber-dua pergi dari sana meninggalkan Shopia yang masih dalam keadaan setengah sadar. Saat ini Shopia sedang memperhatikan langit-langit ruangan dengan mata setengah terbuka.
"Nanny... " lirihnya dengan suara lesu.
Dia lirik lagi di bagian kiri yang menunjukkan sebuah cermin besar yang tergantung di dinding rumah sakit. Awalnya Shopia benar-benar tidak sadar jika ada yang berbeda dengan dirinya.
Namun, seperkian detik kemudian dia mulai memperhatikan wajahnya dengan teliti dari arah samping.
"Itu siapa?" monolog-nya masih tidak sadar.
Shopia memaksakan diri agar dia bisa duduk dan lebih menelaah siapa sebenarnya yang ada di pantulan cermin tersebut. Dia mencoba untuk membuat pergerakan kecil agar dia mengetahui siapa yang ada di pantulan cermin itu.
Terkejut bukan kepalang, Shopia meraba wajahnya sendiri tatkala menemukan sesuatu yang sangat berbeda dengan yang apa dia ketahui selama ini.
"Apakah Nanny menyuruh Dokter untuk merubah wajahku?" gumam Shopia yang ternyata pada tubuh Shopia saat ini sedang di tempati oleh Alvina yang sudah meninggal dunia akibat serangan jantung.
Alvina atau kita sebut saja sebagai Shopia, saat ini sedang merenung memikirkan semua keanehan yang terjadi. Dia melirik ke arah kalender yang ada di meja sudut dan kemudian dia mulai melihat tanggal dan bulan yang ada disana.
"Ini adalah bulan dan tanggal yang sama. Jika aku menjalani operasi plastik, maka akan ada pembengkakan yang terjadi di wajahku. Namun.. ini sama sekali tidak ada pembengkakan atau pun perban yang membungkus kepalaku," monolog Shopia berusaha untuk cocok-logi dalam keadaannya saat ini.
Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka dan memperlihatkan Mega yang sedang menggotong buah-buahan. Mega yang baru saja memasuki ruangan itu langsung disambut oleh Shopia yang saat ini sedang terduduk dengan lemas.
"Shopia, jangan bergerak dulu nak," nasehat Mega jelas khawatir melihat Shopia yang baru sadar itu langsung bergerak.
Shopia hanya diam, memperhatikan Mega dengan teliti. Siapa perempuan ini? Pikirnya masih kebingungan.
"Shopia, mama sudah belikan kamu buah-buahan. Shopia suka jerukkan? Akan mama buka untuk Anak cantik mama," ujar Mega tersenyum sembari mengupas kulit jeruk untuk Shopia.
Shopia mengerutkan keningnya, cukup terkejut mendengar jika dia dipanggil dengan nama berbeda. Dia kembali melirik ke arah cermin. Melihat jika saat ini wajahnya bukan lagi milik Alvina, namun milik seseorang yang bernama Shopia.
"Keajaiban terjadi padaku. Aku masuk ke dalam tubuh gadis yang bernama Shopia. Cukup aneh dan membingungkan," benak Shopia (Alvina) berusaha untuk tetap tenang dan beradaptasi pada keadaan.
Shopia kembali melihat ke arah Mega, tidak sedikitpun dipikirannya jika dia akan memasuki tubuh orang lain yang masih memiliki orang tua.
Tentu saja hal itu dipikirkan oleh Alvina/Shopia. Sejak berusia 5 tahun, Alvina sudah menjadi yatim piatu akibat kecelakaan besar yang menimpa ke-dua orang tuanya.
Tapi walaupun Alvina adalah yatim piatu, hidupnya sangat berkecukupan dikarenakan masih ada sang kakek yang memiliki harta melimpah.
Namun, kaya saja tidak cukup bagi Alvina. Sang kakek sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tidak ada sedikitpun waktu luang yang dia sempatkan untuk Alvina. Ya, sebenarnya hal itu sengaja dilakukan oleh sang kakek, karena kakek Alvina tidak merestui hubungan diantara orang tua Alvina.
Bisa dibilang, sang kakek membenci kehadiran Alvina dan berusaha untuk mengacuhkannya.
Kembali pada Shopia saat ini. Dia memperhatikan Mega dengan teliti. Tidak sedikitpun yang dia lewatkan. Sampai tidak terasa, terbesit sebuah ide di kepala Shopia.
"Anda ini siapa?" tanya Shopia dengan tampang datarnya itu.
^^^To be Continued~^^^
Mega menghentikan kegiatannya itu, menatap Shopia dengan tatapan sedih. Bagai disambar petir disiang bolong, Mega harus menerima kenyataan bahwa sang Anak sudah melupakan dirinya.
"Nak, ini mama. Shopia sudah lupa ya? Wajar saja itu terjadi pada Shopia, karena Shopia sudah 5 bulan koma di rumah sakit. Mama mengerti," jawab Mega mencoba untuk tetap tegar.
"Namaku adalah Shopia?" tanya Shopia lagi.
"Benar, namamu adalah Shopia. Dan nama mama adalah Mega," jawab Mega mencoba untuk tetap tersenyum walau saat ini hatinya sedang sakit bak teriris oleh silet tajam.
Shopia terdiam sejenak, mengingat semua informasi yang sebenarnya sudah dia ketahui. Namun, dia mencoba untuk mengingat hal itu, takut jika hal tersebut bisa menjadi boomerang untuknya.
"Apakah Shopia memiliki Adik atau Kakak?" tanya Shopia lagi.
Mendengar pertanyaan itu mendadak Mega terdiam. Di ekspresinya saat ini tergambar sebuah raut sedih bercampur kesal.
"Shopia punya 3 kakak laki-laki dan ada 1 orang Anak angkat keluarga kita. Bisa dibilang jika dia adalah Adik Shopia," jelas Mega tersenyum kecut.
"Lalu dimana mereka? Dan apakah Shopia punya Ayah?" tanya Shopia lagi, mencoba untuk mengulik semua informasi tentang kehidupan Shopia.
Lagi-lagi Mega menunjukkan reaksi aneh saat Shopia mulai membahas tentang anggota keluarga lainnya. Dia benar-benar tidak suka itu!
"Mama?" panggil Shopia sehingga memecah lamunan Mega.
"I-iya sayang. Papa sedang ada pekerjaan di kantor. Dia tidak bisa sering-sering menjenguk Shopia," jawab Mega berusaha untuk tersenyum namun tentu saja Shopia tahu jika Mega sedang menyembunyikan sesuatu.
"Maafkan mama, nak. Mama tidak bisa kembali melukai hati kamu jika sampai kamu tahu bahwa kelima orang itu tidak pernah peduli dengan kamu sayang," benak Mega tersenyum kecut dengan pandangan yang mulai menurun.
Cukup aneh bagi Shopia saat tidak ada satupun keluarga lainnya yang menjenguk. Apakah mereka sama seperti kakek? Pikir Shopia.
Dia kembali melirik ke arah Mega dan kemudian kembali bertanya ..
"Berapa umur Shopia saat ini?"
"Umur Shopia baru 16 tahun, Sayang. Shopia masih sekolah kelas 2 SMA Antareksa," jawab Mega tersenyum memurus kepala Shopia dengan lembut.
"Apakah tidak apa-apa Shopia tidak masuk selama 5 bulan?" tanya Shopia terkejut saat mendengar umurnya, apalagi saat mengetahui jika dia masih merupakan seorang pelajar.
"Tentu saja tidak apa-apa. Sekolah itu punya mama, jadi santai saja sayang," jawab Mega terkekeh mendengar ketakutan sang putrinya itu.
Shopia langsung mengelus dada begitu mengetahui hal tersebut. Dia ikut tersenyum dan kemudian dia berkata "Shopia akan mengingat mama,"
...****************...
Dua hari berlalu. Sudah saatnya Shopia keluar dari rumah sakit karena kondisinya pulih dengan sangat cepat. Shopia pergi bersama Mega untuk pulang kembali ke rumah atau lebih tepatnya adalah sebuah Mension yang sangat megah milik keluarga Benson.
Keluarga Benson adalah keluarga konglomerat yang sangat terkenal di kota X. Orang awam pun tahu, siapa keluarga Benson ini, dan apa saja kekuasaan yang ada di bawah kaki keluarga Benson.
Begitu sampai di mension, Shopia langsung tercengang melihat kemegahan Mension tersebut. Bahkan Mension itu jauh lebih besar dari mension yang dia tinggali dulu.
"Ayo masuk Sayang," ajak Mega merangkul Shopia masuk ke dalam mension tersebut.
Begitu memasuki Mension, Shopia kembali di kejutkan oleh kemegahan ruangan. Sebelumnya dia tidak pernah melihat ada lampu gantung sebesar dan semegah yang sedang dia lihat itu.
Walaupun dia juga berasal dari keluarga kaya, namun keluarganya dulu tidak seboros ini. Bahkan dulu dia menempati mansion yang masih bernuansa bangunan eropa lama. Jadi wajar saja jika dia terkejut melihat kemegahan tempat tersebut.
"Mah, biar Shopia yang membawa tas itu. Mama tunjukkan saja di mana kamar Shopia,"
"Tidak, mama akan mengantarmu! Shopia kan baru sembuh, mama tidak yakin membiarkan Shopia pergi sendiri," tolak Mega jelas khawatir.
"Tidak apa-apa mah, Shopia kuat. Mamah sebutkan saja dimana kamar Shopia," tanya Shopia mengambil tas yang ada di tangan Mega.
Mega hanya bisa menghela napas mengatasi sikap keras kepala Shopia. Dengan sabar dia mulai menjelaskan di mana kamar Shopia berada.
"Kamar kamu ada di lantai 3 tepat di sebelah kamar kakak kamu Kelvin," jelas Mega.
FYi, Kelvin adalah kakak ke-tiga Shopia yang berusia 1 tahun lebih tua dari Shopia. Dia 1 sekolah dengan Shopia, yaitu sekolah Antareksa. Dia kelas 3 SMA dan merupakan ketua osis di sekolah Antareksa.
"Baiklah, Shopia akan pergi," pamit Shopia dan kemudian pergi menuju lift.
Sesampainya di lantai 3, Shopia langsung di hadapkan oleh dua pintu ruangan yang berbeda. Pintu itu saling bersebelahan sehingga membuat Shopia kebingungan.
"Aku lupa bertanya pada mama Mega, kamarku disebelah mana?" monolog Shopia kebingungan.
Karena masih kebingungan, Shopia memutuskan untuk masuk ke sembarang kamar karena memang dia tidak tahu di mana kamarnya saat ini.
Alhasil dia masuk ke kamar sebelah kiri. Setelah pintu terbuka, Shopia mulai menyeret kakinya untuk masuk ke dalam kamar tersebut.
"Wah... " gumam Shopia tatkala melihat kemegahan kamar itu.
Kamar itu sangat megah. Pada setiap dindingnya dihiasi lukisan-lukisan rock and roll, dan bahkan ada miniatur mobil rumit yang terpajang disetiap lemari hias yang ada di kamarnya.
Shopia mengarahkan pandangan ke arah ranjang king size yang memiliki seprai bewarna gelap. Saat melihat itu membuat Shopia semakin yakin jika kamar yang sedang dia masuki saat ini bukanlah kamarnya.
"Ini pasti kamarnya kak Kelvin. Aku harus segera keluar dari sini," gumam Shopia segera menyeret kakinya keluar dari kamar itu.
Namun disaat dirinya hendak berbalik badan, tiba-tiba dia menabrak sebuah dada bidang milik seseorang. Orang itu tidak lain merupakan Kelvin sendiri yang baru saja pulang dari sekolah.
*Bruk
" !! "
"Siapa ini? Apakah kak Kelvin?" benak Shopia secara perlahan mulai mengangkat pandangannya untuk melihat pada sosok yang baru saja dia tabrak.
Dan terlihatlah, wajah pria tampan yang sedang menatap datar ke arahnya.
"Ngapain lo di kamar gue?" datar Kelvin menuntut jawaban dari Shopia.
Shopia terhentak, dia menyeret kakinya mundur ke belakang dan berusaha untuk menenangkan dirinya.
"Aku lagi cari kamar, kak," jawab Shopia.
Kelvin mengerutkan keningnya "Tumben lo manggil gue kakak? Apa jangan-jangan kepala lo terbentur keras ya? Otak lo udah rusak?" tajam Kelvin pada Shopia sehingga membuat Shopia tidak mengerti pada sikap ketus Kelvin kepadanya.
"Apa maksud kakak? Ah sudahlah Shopia benar-benar lelah. Shopia pergi dulu," ujar Shopia tidak mau ambil pusing. Dia melangkahkan kaki melewati Kelvin, namun lagi-lagi Shopia kembali di kejutkan oleh Kelvin yang tiba-tiba saja merebut tas yang ada di tangannya.
"Kakak, apa-apaan ini?!" kesal Shopia.
"Gue harus periksa tas lo, takutnya lo nyuri barang gue, kan?" ketus Kelvin mulai membongkar tas Shopia tanpa memikirkan perasaan Shopia saat ini.
"Ternyata Shopia di perlakukan seperti ini oleh keluarganya. Tapi apa alasan Shopia bisa diperlakukan seperti ini?" benak Shopia agak sedih melihat sikap semena-mena Kelvin padanya.
^^^To be Continued~^^^
Semua isi tas itu berjatuhan di lantai kamar Kelvin. Dia bahkan mencari-cari dengan menggunakan kakinya. Setelah mencari-cari, Kelvin berhenti saat tidak menemukan barangnya yang ada di dalam tas Shopia.
"Oh ternyata gak ada barang gue, gue pikir lo masuk ke sini buat nyuri barang gue," ujar Kelvin dengan santai seolah-olah tidak peduli tentang apa yang dirasakan oleh Shopia saat ini.
Shopia diam mematung, melihat ke arah pakaiannya yang berserakan di lantai. Tidak lama kemudian, dia mulai berjongkok dan mengemasi semua pakaian itu tanpa sepatah katapun.
Melihat sikap Shopia, tentu saja Kelvin terkejut. Awalnya dia menyangka jika Shopia akan marah seperti biasanya. Dia berpikir jika Shopia akan mengamuk dan kembali bertengkar dengan dirinya seperti dulu.
Namun, apa sekarang? Shopia memungut baju itu satu-persatu dengan tubuh yang perlahan bergetar.
"Jahat banget, kok dia bisa sejahat ini sih," benak Shopia meneteskan air mata.
"Eh, lo nangis? Shopia, lo nangis?" tanya Kelvin terkejut bukan kepalang melihat Shopia yang sedang menangis dalam diam.
Shopia hanya diam tanpa menjawab satu patah katapun, dia masih memungut semua barang-barangnya itu dengan sabar meski air matanya keluar cukup deras.
"Shopia, gue-gue cuman bercanda.. lo jangan nangis," ujar Kelvin merasa sangat bersalah telah membuat sang Adik menangis.
Wajar saja reaksi itu di keluarkan oleh Kelvin. Seumur-umur, baru kali itu saja Shopia menangis saat diganggu olehnya. Kelvin tidak pernah menduga jika Shopia akan menangis tersedu-sedu seperti sekarang.
Ya, sikap Kelvin juga memang sudah keterlaluan. Dia tahu akan itu, dan dia juga merasa bersalah. Dia ikut berjongkok, menyamakan tinggi tubuhnya dengan Shopia.
Dengan ragu-ragu, Kelvin mulai memegang kepala Shopia dan menepuk-nepuknya pelan.
"Maaf-in gue, Shopia. Sikap gue keterlaluan ya? Maaf-in gue ya," bisik Kelvin berusaha menenangkan Shopia yang masih saja menangis.
Shopia semakin terisak, tidak tahu mengapa hatinya sangat sakit saat diperlakukan seperti itu. Karena memang, hati Shopia/Alvina sangatlah lembut seperti sebuah kapas.
"Jahat banget, aku salah apa," racau Shopia terisak-isak.
Kelvin sangat panik melihat Shopia yang semakin tenggelam dalam tangisannya. Dia bingung cara menenangkan wanita yang sedang menangis, bagaimana caranya? Dan perkataan apa yang cocok untuk dia keluarkan? Dia benar-benar bingung.
Karena bingung ingin mengatakan apa, Kelvin ber-inisiatif memeluk Shopia dengan harapan supaya Shopia bisa tenang dan berhenti menangis.
"Shut.. maaf-in gue, ya. Sikap gue udah keterlaluan banget, gue salah!" bisik Kelvin berusaha menenangkan Shopia sembari memurus punggung Shopia.
Shopia terisak-isak di dalam dekapan Kelvin. Begitu sakit hatinya dan begitu kesal pemikirkannya apabila diperlakukan seperti tadi. Sejujurnya Shopia tidak terlalu ambil pusing saat di perlakukan seperti itu. Namun, jika saja orang itu adalah orang lain.
Namun sekarang? Shopia tahu jika Kelvin adalah saudaranya. Sangat sakit rasanya mendapatkan perlakukan buruk dari saudara sendiri.
Walaupun secara jiwa mereka bukanlah saudara, namun secara raga, mereka adalah saudara sedarah. Seperti itulah anggapan Shopia.
"Lepasin, aku ingin istirahat, kak," lirih Shopia yang kini sudah sedikit lebih tenang meski masih terisak di dalam tangisan.
Kelvin melepas pelukannya, melihat pada Shopia dengan tatapan merasa bersalah "Istirahat, dan tenangin dulu pikiran lo," ujar Kelvin.
Shopia pun pergi dari sana untuk pergi istirahat di dalam kamarnya. Sementara Kelvin, dia masih mengintip sang Adik dengan tatapan yang kebingungan.
"Shopia berubah. Dia bukan kayak Shopia yang dulu!" monolog Kelvin.
...****************...
Shopia terbaring di ranjangnya itu dalam keadaan terlentang. Dia benar-benar lelah setelah lama sekali menangis. Dia tertidur cukup lama sampai tidak sadar hari sudah mulai gelap.
Tidak lama kemudian, pintu kamar Shopia terbuka. Terlihatlah Mega yang sedang membawa nakas yang berisikan 1 gelas air putih dan satu botol obat di atasnya.
Mega tersenyum hangat begitu melihat Shopia yang sedang tertidur dengan sangat pulas. Mega menghampiri Shopia, meletakan nakas itu di meja dan kemudian duduk di ranjang.
"Anak mama masih tidur ya, lucu sekali," bisik Mega mengelus kepala Shopia dengan lembut.
"Nak, bangunlah. Kau harus meminum obat mu," lanjut Mega yang kali ini memanggil Shopia dengan sedikit kuat.
Secara perlahan mata Shopia terbuka. Dia melihat Mega dengan tatapannya yang masih buram.
"Mama,"
"Iya sayang?"
Shopia bangun dan kemudian ikut duduk di ranjang. Dia mengucek matanya seketika Mega bisa melihat jika kelopak mata Shopia sedikit membengkak seperti habis menangis dalam waktu yang lama.
"Sayang, mata kamu kenapa nak? Nak, kamu gak habis nangiskan sayang?" tanya Mega masih berusaha berpikir positif dan beranggapan jika itu adalah efek dari obat selama Shopia koma.
Shopia terdiam, dia tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Alih-alih menjawab, Shopia malah memeluk Mega dengan sangat erat.
"Mama, Shopia lapar," gumam Shopia begitu dirinya memeluk Mega.
"Uhhh beruang kecil mama sedang lapar rupanya. Mama antar makanan ke kamar ya? Kamu mau makan apa sayang?" jawab Mega.
"Tidak usah, Shopia akan makan di bawah saja dengan yang lainnya," jawab Shopia membuat Mega sedikit terkejut karena Shopia mau makan bersama dengan anggota keluarga lainnya. Biasanya Shopia sangat ogah-ogahan untuk makan 1 meja dengan adik angkatnya (Mila).
Namun tidak lama kemudian, Mega segera tersadar jika saat ini Shopia sedang mengalami hilang ingatan. Alias, Shopia tidak tahu menahu tentang kondisi keluarga tersebut. Shopia(Alvina) tidak tahu, jika Shopia memiliki hubungan buruk dengan anggota keluarga lainnya.
"Baiklah sayang, kita makan ya. Tapi sebelum itu, Shopia mandi dulu dan bersihkan diri," suruh Mega.
Shopia mengangguk, melihat Mega yang sedang berdiri dan merasakan elusan hangat Mega untuknya.
"Mama akan membuat masakan khusus untuk Shopia. Shopia ingin makan apa sayang?" tanya Mega.
"Shopia akan makan apapun yang mama buat," jawab Shopia.
"Baiklah, mama akan buat makanan kesukaan kamu. Mama akan memanggil Shopia jika masakannya sudah jadi,"
"Hmm.. " Shopia mengangguk melihat Mega yang kini sudah keluar dari dalam kamarnya. Begitu Mega sudah keluar dari kamar Shopia, Shopia langsung bangun untuk segera mandi dan bersiap.
15 menit berlalu~
Shopia keluar dari dalam kamar mandi masih dalam keadaan tubuh yang berbalutkan handuk kimono. Dia masuk ke dalam walk in closet untuk memilih-milih pakaian yang akan dia kenakan malam itu.
"Untung saja pakaian Shopia adalah tipe pakaian yang aku suka. Aku akan menggunakan pakaian apa ya?" pikir Shopia melihat-lihat kearah piyama yang tergantung rapi.
"Ya! Aku akan menggunakan piyama bewarna pink itu!" lanjutnya menjatuhkan pilihan pada piyama pink yang begitu lucu dan menggemaskan. Piyama itu adalah piyama dinosaurus yang biasa digunakan untuk musim dingin.
Karena di kota X sudah masuk musim dingin, maka Shopia berinisiatif untuk memilih pakaian tersebut.
^^^To be Continued~^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!