NovelToon NovelToon

Alexandra

Alex

Namaku Alex. Umur 27tahun. Dan akan menikah bulan depan. Rencana Pernikahanku telah ditetapkan oleh kedua orang tuaku. Sebenarnya aku masih ingin menikmati kehidupan bujangku ini. Tetapi, wanita yg kucintai memintaku cepat untuk menikahinya. Dan orang tuaku juga sangat menyukai calon istriku. Namanya Karin.

"Lex, cincin yang kamu pesan kapan hari apa sudah kamu ambil ?" tanya mama membuyarkan lamunku.

"Belum ma, Alex masih belum sempat."

"Jangan terlalu santai lex, ini kamu mau menikah loh, bukan main-main."

"Iya ma, besok alex ambil setelah pulang kerja. Memang lainnya sudah beres ma?"

"Sudah. Tinggal kamu sama karin fitting baju besok lusa, setelah itu beres semua, tinggal tunggu hari H."

Aku yang hanya mengiyakan lalu pergi ke kamar. Sudah rindu ingin mendengar suara kekasih hati.

Kuambil ponselku, dan segera menelepon karin.

"Halo Alex sayang"

"Halo sayang, kamu sudah mau tidur? "

"Iya, aku capek sayang. Kerjaan numpuk dikantor. Aku tidur dulu gpp kan?"

"Ya sudah kamu tidur aja, besok lusa aku jemput waktu pulang kantor ya, kata mama kita ada fitting baju, biar semuanya cepet selesai sayang"

"Siap Komandan! I love You! "

"Love you too"

Ku tutup sambungan teleponku. Aku tersenyum sendiri membayangkan akan segera menikahi karin.

Gadis yang aku pacari dari awal masuk kuliah. Gadis pendiam yang mempunyai senyum manis. Mungkin cinta pada pandangan pertama. Dan karin pun langsung mau menjadi kekasihku.

Hubungan asmara kita terbilang lancar-lancar saja, tidak terlalu banyak drama. Karin juga pintar berbaur dengan lingkungan keluargaku dan juga teman-temanku.

Ponselku berbunyi.

"Halo, ada apa do? "

"Lex, Gabut nih, temenin gue nongkrong yuk. Mumpung ada cafe baru buka deket rumah, siapa tau gue dapet jodoh disana. Hahaha"

"Ya elah, loe yang gabut, gue yang loe repotin. Ya udah, 15menit gue berangkat ya, tunggu depan rumah, males gue manggil loe depan pager"

"Siap bos! Dandan yang ganteng ya, mumpung belum nikah bisa lirik-lirik dikit. Hahaha"

"Gila loe. Udah gue siap-siap dulu"

Aku langsung ganti celana dan ambil jaket. Berangkatt!

"Cepet banget kayak buroq loe lex" ucap Aldo sambil tutup pagar rumahnya.

"Iya takut loe diculik wewe gombel. Hahaha"

"Gak lucu tau. Palingan loe semangat ya mau liat cewek-cewek dicafe. Kadal loe"

"Dih enak aja, udah mau Sold Out nih gue. Buruan naik gak, gue tinggal nih."

Aku dan Aldo bergegas ke cafe yang di tuju. Keren sih tempatnya. Gak terlalu rame. Aldo udah turun duluan dari motor dan buru-buru masuk cafe.

"Gue masuk dulu cari tempat duduk. Oke."

"Halah alasan aja loe"

"Hahahaha"

Setelah parkir motor, aku masuk ke cafe dan mencari si tokek belang itu, dan dengan semangatnya dia melambai-lambaikan tangan sambil tertawa lebar. Akupun menuju tempat dimana aldo sudah menungguku.

"Gimana, tempatnya asik kan, apalagi cewek-ceweknya" goda aldo sambil naik turunkan alisnya."

"Oke kok. Bisalah kesini lagi."

"Alah gaya loe, loe suka kan banyak cewek-cewek cantik dan seksi disini. "

"Yee, gue ngomongin tempatnya yang asik ya, bukan cewek-ceweknya. Dasar kucing garong. Hahaha"

"Meongg!"

"Gak Lucu tau do"

"Eh lex, coba deh loe lihat tuh cewek, yang pakai jaket hitam, bukannya itu . . ."

Sandra

Hai, Aku Sandra. Saudara sepupu dari Karin. Wanita yang akan menikah dengan Alex, laki-laki yang aku sukai diam-diam. Tapi ini rahasia ya, jangan sampai Alex dan Karin tau.

Ya, aku menyukai Alex. Dia adalah ketua OSIS di SMA ku dulu. Kebetulan aku dan Alex teman satu sekolah. Kita hanya saling tau nama tanpa mengenal satu sama lain lebih dekat. Alex adalah laki-laki yang membuat jantungku berdebar walau hanya dengan tatapan mata. Alex adalah alasan mengapa hariku penuh warna saat di sekolah. Dan yang terakhir, ya, Alex adalah laki-laki tampan dan idaman setiap wanita. Klise. Memang.

Kenapa aku tidak mendekati Alex waktu sekolah? Aku dulu wanita pemalu dan cenderung insecure. Tidak ada masalah dengan wajahku, malahan wajahku terkesan ada manis manisnya gitu. Oke Skip.

Aku mempunyai teman baik bernama Windi. Dia adalah informanku selama ini. Dia yang memberitahukan info ter update tentang Alex. Dia kebetulan sekertaris OSIS, jadi lebih sering bertemu dengan Alex. Segala yang ingin ku ketahui, aku minta tolong windi mencari tahu.

Aku pernah mencoba merubah diriku menjadi wanita idaman Alex dan itu susah sekali. Aku bukan wanita supel, modis dan humoris seperti yang dia ingin. Tapi apa aku akan patah semangat? Oh jelas IYA! Setelah tau aku lebih merasa insecure dan itu membuat windi jengkel padaku. Sampai lulus SMA pun aku tak pernah berani mendekati Alex.

Dan, disini aku sekarang.

Menatap laki-laki yang hanya ada dipikiranku sedang berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Laki-laki yang beberapa bulan lalu kutemui diacara lamaran sepupuku. Laki-laki yang tidak lama lagi menjadi suami Karin. Sesak dadaku, tapi aku harus terlihat baik baik saja. Ini bukan salahnya karena dia memang tidak pernah tau isi hatiku. Dan juga bukan salah Karin. Tidak ada yang salah dalam hal jatuh cinta bukan?

"Sandra!!! " Teriak Aldo.

Aldo. Dia adalah sahabat Alex semasa sekolah dan aku memang mengenalnya karena kita dulu satu jurusan waktu kuliah.

Aku hanya melambaikan tangan dan berjalan mendekati mereka. Tidak mungkin kan aku akan berteriak seperti aldo tadi.

"Hai Aldo, Hai Alex" sapaku kaku.

"Gilaa! Loe Sandra kan? Beda banget sama waktu kuliah dulu." ucap aldo.

"Husstt do, mulut loe tuh! " ucap lirih Alex kepada aldo.

"Iya aldo, gue Sandra. Lama gak ketemu ya do. Kalian berdua aja kesini? "

"Iya san, loe boleh gabung kok kalau mau. Gue sih gak keberatan, berharap malah" ucap aldo sambil kedipin mata kepadaku.

"Maunya sih tapi gue gak bisa do. Maaf banget ya, karena disini gue kerja. Kebetulan gue Manager di cafe ini. Jadi kalian silahkan have fun ya."

"Oh loe manager disini. Sandra, loe keren banget. Udah punya pacar belom? " ucap aldo dengan semangat membara.

Aku tidak menjawab, hanya kuberikan senyuman ambigu untuk aldo, juga untuk Alex.

"Oke gue harus balik kerja lagi, silahkan pesan menu menu andalan kami, nanti gue yang bayar." seraya aku memberikan tanda jempol.

"Eh, gak usah san. Nanti gue sama aldo bayar sendiri kok." cegah Alex.

"Apaan sih Lex, Lumayan tau. Kita bisa nongkrong gratis di cafe keren kayak gini. Rejeki gak boleh ditolak. Iya kan San?"

"Eh kucing garong, sumpah loe malu-maluin gue. Malu gue sama sandra, dia itu sepupunya karin. Jangan main ambil kesempatan dalam kesempitan deh." bisik Alex ke aldo, tapi masih terdengar jelas.

Akupun menahan senyum dengan tingkah laku mereka. Udah besar tapi kelakuan masih kayak bocil.

"Ehem" dehemku yang membuat mereka menoleh.

"Kalau mau diskusi silahkan dilanjut, gue mau balik kerja ya. Udah, nanti langsung pulang aja gak usah bayar. Hari ini gue lagi baik hati. "

"Emang rejeki gak bakal kemana. Thanks ya san, udah cantik, baik hati lagi. Moga loe cepet dapet jodoh." puji aldo sambil tertawa.

"AAMIN!" Jawabku dan Alex bersamaan.

Spontan aku dan Alex berpandangan. Mata itu, mata yg masih sama seperti dulu. Rasanya tulang-tulang dikakiku menjadi lunak, sedikit lagi aku pasti terjatuh. Kutinggalkan mereka berdua dengan berjalan cepat. Jantungku rasanya mau meledak.

"Ingat Sandra, Alex calon suami sepupumu sendiri! Sadar diri Sandra! Lagian kenapa juga harus barengan jawab doanya Aldo! Haaahhh" Omelku sendiri.

Aku berjalan menuju ruanganku, karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Tak jauh dari ruang kerjaku ada yang menyita perhatianku. Aku berjalan mendekat, memastikan apa kulihat sekilas tadi.

Wanita itu sudah jalan menjauh. Aku tidak bisa memastikan. Tapi itu terlihat seperti Budhe Andini. Ibunya Karin.

Kenapa budhe ada ditempat seperti ini?

Siapa yang budhe temui disini?

Kenapa tidak terlihat Karin?

Banyak pertanyaan yang ada dikepalaku. Dan semakin sakit karena tidak ada jawaban yang cocok untuk setiap pertanyaanku.

Tanpa sadar, ada tangan yg memegang bahuku dan membuatku terkejut.

"Sandra???"

Tertukar

"Alex? Kenapa loe disini? Hmm... maksud gue ada perlu apa? " jawabku gugup. Gugup karena terkejut dia yg memegang pundakku dan tatapan matanya.

"Gak, kebetulan gue lagi cari toilet tapi lihat loe melamun disini. Sorry kalau bikin loe kaget."

"Gak. Eh Iya. Aduh, maksud gue iya gak apa-apa. Tadi memang lagi mikirin kerjaan jadi agak melamun." jawabku belepotan.

"Tadi loe tanya toilet kan? sebelah sini kamu lurus dikit sebelah kiri ya. Gue tinggal kerja lagi ya, have fun lex." sambil lari kecil ke arah ruangan kerja.

Sumpah, kaki aku udah kayak gak ada tulangnya. Bener-bener kayak dipresto. Jantung juga gak aman kayaknya nih. Kenapa kudu gini sih. Sudah lama aku gak ketemu Alex, aku kira rasa ini hanya cinta monyet. Tapi setelah pertemuan diacara lamaran itu seperti membuka kembali perasaan yang aku simpan dalam-dalam. Dan dibuka kembali untuk terluka.

"Sandra tunggu! "

Ada apa lagi ini tuhan. Kuatkan kaki ini dan jantung hambamu ini.

" Ada apa lagi Lex, gue harus kerja."

" Loe beneran gak apa-apa? Gue lihat tadi muka loe agak pucat pas aku panggil. Gue hanya mastiin aja kok. Loe jangan salah paham ya."

"I'm Fine. Beneran gak apa-apa."

"Oke. Oh iya, makasih traktirannya."

Aku tidak menjawab, hanya memberikan dua jempol dan berbalik pergi. Benar benar pergi dari hadapan Alex.

Keesokkan harinya, saat aku lagi menikmati tidur panjang dihari liburku ponselku berdering. Kulihat dengan mata setengah terbuka. Nomer yang tidak dikenal.

"Halo" aku menjawab dengan suara bantalku.

"Dengan Bu Sandra? "

"Dengan siapa ini?"

"Maaf bu, saya dari Blue Jewerly. Maaf bu sandra, karena ada kesalahan dari pegawai kami, cincin yang dibeli bu sandra kemarin ada tertukar dengan cincin customer kami yang lain. Apa bisa dibantu bu untuk penukaran cincinnya hari ini? untuk biaya akomodasi transportnya akan kami ganti bu. Karena ini memang kesalahan dari pihak Blue Jewerly"

"Hah? Tertukar?"

"Maaf apa bu sandra bisa bantu cek cincin yang dibeli kemarin?"

"Oh sebentar ya"

Aku pun mencari dimana kuletakkan cincin yang ku beli sebelum kerja kemarin. Ya memang aku tidak mengecek kembali setelah membelinya, jadi aku tidak tau kalau cincin itu tertukar. Akhirnya ketemu juga didalam tas kerjaku. Setelah ku buka memang benar cincinku salah. Bukan cincin yang kupilih kemarin.

"Halo, maaf nunggu lama. Iya benar ternyata cincinnya tertukar. Tapi aku baru bisa ke toko nanti sore. Apa bisa?"

"Baik kak. Saya tunggu kedatangannya kak. Terima kasih atas waktunya.

"Oke. Sama-sama."

Aku pun mau tidak mau harus beranjak dari tidurku, karena rasa kantuk ini sudah hilang dan diganti dengan rasa lapar. Aku pun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. setelah itu bergegas ke meja makan.

"Kenapa rumah ini sangat sepi? " bicaraku pada diri sendiri.

"Oh aku lupa kalau hari ini kan hari senin, pasti ayah kerja dan adek juga disekolah" sambil kutepok jidatku sendiri.

Iya aku memang biasa mengambil libur pas weekday, kalau weekend biasanya cafe bakalan ramai. Sebenarnya jam kerjaku normal dari pagi sampai sore, tapi aku memang lebih suka berada di cafe sampai malam. Menyibukan diri dan ikut menikmati suasana cafe. Agar aku tak kesepian. Disamping aku jomblo, aku juga tidak terlalu punya banyak teman.

Saat tau tidak ada orang dirumah. aku memutuskan untuk makan di luar saja dan sekalian pergi menukarkan cincin.

Kuparkirkan motorku dan bergegas masuk ke dalam toko.

"Sandra?"

"Alex?"

"Kebetulan yang aneh ya, kita ketemu lagi ditempat yang gak terduga. "

"Hmm, bisa dibilang gitu sih. Oke, gue duluan ya."

"Kita barengan aja"

Saat sudah didalam toko, seorang pegawai menyapa kami dengan ramah.

"Selamat sore Pak Alex dan Bu Sandra, silahkan sebelah sini"

"Loh saya gak barengan sama dia mbak" jawabku bingung.

"Silahkan bu, nanti dijelaskan dengan atasan saya. Sebelah sini Pak, Bu. "

Aku melihat Alex, dan dia juga melihatku. Saat mataku bertanya ada apa. Dihanya membalas dengan bahu yang dinaikkan.

"Pak Alex dan Bu Sandra silahkan duduk. Pak Alex ini cincin pernikahnnya" ucap kepala toko tersebut dan menyerahkan kotak bludru berwarna biru.

"Maaf mbak mungkin mbak salah paham, tapi bukan saya yang akan menikah dengan Pak Alex. Saya kesini hanya ingin menukarkan cincin" jawabku dengan satu tarikan nafas.

"Maaf Bu sandra, saya tau memang bukan ibu yang akan menikah dengan Pak Alex. Tapi cincin yang tertukar dengan cincin Bu Sandra itu cincin pernikan Pak alex. Apa bisa saya minta cincin yang dibawa bu sandra?" ucapnya dengan ramah.

Aku sudah tidak tahu bagaimana warna wajahku, yang pasti saat ini aku sangat malu sekali. Kulihat sekilas ke aras Alex, di memalingkan wajah, tapi aku tau dia sedang tersenyum. Inginku menghilang saat ini juga. Langsung ku ambilkan cincin itu di dalam tasku dan menyerahkannya. Biar segalanya menjadi cepat selesai.

Setelah mendapatkan cincinku yang benar dan uang akomodasi, akupun pamit pulang lebih dulu. Berjalan dengan cepat ke arah parkiran.

"Sebegitu inginnya loe nikah sama gue, sampai ngira itu cincin pernikahan gue sama loe" ucap Alex dari belakangku.

"Gak, cuma gue gak mau mbaknya salah paham dan malu aja. "jawabku sambil menahan wajah yang memerah.

"Tapi, Akhirnya loe yang malu kan? " ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menuju parkiran mobil.

Sial*n.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!