Bab 1
.
.
.
Dikamar yang mulai terkena cahaya mentari pagi, dua anak manusia saling berpelukan dengan lelap mata yang terpejam
Ketukan pintu yang terus menerus terdengar seketika membangunkan sang pemilik raga yang masih tertidur itu.
Dista mengeliat sembari bangun dari tidurnya.
ia terkejut sekali saat mendapati dirinya yang tanpa busana dan berada disebuah kamar yang Dista yakini adalah kamar hotel.
Dengan cepat Dista menoleh kesisi dimana seorang pria berada.
"Apa ini?? Mas Aqil..."Gumam Dista dengan mata tergenang air mata.
Sekelebat bayangan terlintas dikepala Dista saat itu juga. bayang-bayang party dan entah bagaimana ia bisa tidur dengan atasannya sendiri yang juga suami dari sahabat Dista sendiri.
Sadar jika yang ia lakukan salah, Dista menggelengkan pelan hingga seketika berubah cepat. "Tidak.. ini salah.. tidak!!! " teriak Dista.
akibat teriakan Dista, pria yang tertidur tadi terbangun
terlihat sekali pria itu juga sangat terkejut bisa ada dikamar dengan wanita lain yang bukan istrinya.
"Dista.. apa yang sudah terjadi?? " tanya Aqil dengan memegangi pundak Dista.
"Seharusnya aku yang tanya mas.. kenapa kita bisa dikamar ini.. apa yang kita lakukan??!! Ini dosa besar Mas..." Ronta Dista dengan berderai air mata.
Aqil pun mulai mengingat satu persatu kepingan ingatan semalam.
"Party sialan!!! "umpat Aqil saat ingat jika semalam mereka melakukan party dengan tim kantornya, Hingga paksaan untuk minum alkohol dan berakhir dikamar hotel seperti itu.
Aqil pun mengusap kasar wajahnya serta menjambak rambutnya beberapa kali.
Dista tergugu dengan isak tangisnya. melihat itu, Aqil menjadi tidak tega. ia berusaha menenangkan Dista. "Maafkan aku dista.. karna kita sama-sama mabuk, kita sampai melaKukan hal keji seperti ini.. maafkan aku.."
"aku merasa bersalah dengan Arumi Mas.. jika dia tau bagaimana?? hiks..hiks.. aku bukan pelakor.. aku bukan pelakor.."Isak Dista memilukan. hingga tanpa sadar Aqil malah meraih tubuh Dista dan memeluknya berusaha menenangkan wanita malang itu.
"Diamlah.. tenanglah dulu.. kau memang bukan pelakor Dista..Tenang ya.."
"Kalau Arumi tau bagaimana mas..??" Dista menengadah dengan air mata yang berderai.
"tidak akan. ini hanya rahasia kita berdua saja. kau tenang ya.. jika sesuatu terjadi padamu aku pasti akan bertanggung jawab.. ok.. ??" Aqil menatap lekat mata Dista yang masih terus mengalirkan air mata.
Dista yang buntu dan tak bisa berfikir segera mengangguk dan kembali terisak. ia sangat menyesali perbuatannya. dari sinilah awal kehidupan rumit Dista akan dimulai.
.
.
Dirumah mewah terlihat seorang wanita yang mondar mandir diruang tamu dengan wajah yang begitu cemas. sesekali ia melirik keluar pintu dengan sejuta harapannya.
"Kamu kemana mas.."Gumam Arumi. iya, wanita itu adalah Arumi.
Tak berapa lama orang yang ditunggu-tunggu pun tiba, saat suara mobil terdengar berhenti didepan.
Arumi pun langsung berlari keluar dan seketika ia bisa bernafas lega saat terlihat suaminya yang datang.
"Mas Aqil.."sapa Arumi yang menghampiri Aqil dan segera mencium tangan suaminya.
Senyum tipis diterbitkan Aqil setelah mencium kening istrinya.
"Maaf ya.. semalam aku tidak pulang.."Ucap Aqil.
"Pasti ada sesuatu. aku hanya kawatir, kau tidak menjawab panggilanku.."Balas Arumi.
"Maafkan aku, anak-anak mengadakan party mendadak setelah kemenangan tender yang kami dapatkan. ponselku mati jadi aku tidak bisa menghubungimu.."Terang Aqil seraya merengkuh pinggang Arumi.
"Iya mas.. kita masuk saja dulu yuk.. aku sudah siapkan sarapan.. mas pasti capek banget.."Ajak Arumi penuh kelembutan. Aqil hanya mengangguk dengan membalas senyuman istrinya.
"Maaf Arumi.. ada yang tidak aku katakan.."Batin Aqil.
keduanya kemudian beriringan masuk kedalam rumah.
.
.
.
bab 2
.
.
Selesai menikmati sarapan, Aqil langsung menuju ruang kerjanya. tubuhnya cukup lelah termasuk juga otaknya, jadi hari itu ia tidak masuk kekantor.
melihat suaminya tidak kekantor Arumi langsung mendekati Aqil yang hendak masuk keruang kerja.
"mas tidak kekantor?? "
"Tidak. aku sedikit pusing."balas Aqil dengan nada lembut seraya menatap Istrinya dengan senyum.
"Mas sakit?? Mau minum obat?? atau kedokter?? " Tawar Arumi.
"Tidak sayang.. aku hanya lelah. nanti dibawa istirahat pasti sudah sembuh. aku mau memeriksa laporan kantor sebentar."Terang Aqil yang kemudian melanjutkan langkahnya masuk keruang kerja.
Arumi mengangguk pelan seraya menatap kepergian suaminya. tatapannya begitu sendu sekali.
"Mas Aqil pasti kesepian.. maafkan aku mas tidak bisa memberimu keturunan."Gumam Arumi yang tanpa sadar menitikkan air mata.
.
.
Tidak mau mengganggu istirahat Suaminya, Arumi memilih mengunjungi sahabat karibnya yaitu Dista. Arumi melajukan mobil menuju rumah Dista, namun sayang saat tiba disana dan menekan bell rumah, ternyata sang pemilik sedang tidak dirumah.
"Dista kemana ya?? Apa dia kekantor?? tapi ini sudah sore biasanya dia sudah pulang?? "Tanya Arumi pada dirinya sendiri.
Tak lama Ponsel Arumi berdering, tertera nama seseorang yang dikenal Arumi. buru-buru Arumi menerimanya.
"Halo Ti.. ada apa?? " Tanya Arumi saat panggilan terhubung.
"Kau dimana?? Aku sama Wisnu diresto Hg. kemarilah, Wisnu baru dapat bonusan dia mau mentraktir kita."Ucap Tia yang juga teman dekat Arumi.
"Benarkah ?? baiklah.. aku kesana.."Arumi begitu bersemangat.
"Tentu saja.."Tia membalas dengan cepat.
"oh ya.. apa Dista bersama kalian??"Arumi teringat dista.
"Dista?? sudah hampir 2 minggu dia tidak terlihat. aku baru mau memberitahumu untuk menjemput Dista."Balas Tia lagi.
"Begitu ya.. ya sudah. aku jalan dulu.."Arumi akhirnya mengakhiri panggilannya. lalu segera meninggalkan rumah Dista.
Tanpa disadari Arumi, ternyata Dista sedang mengintipnya dari celah gorden jendela rumahnya. Dista menatap nanar kepergian mobil Arumi itu.
"Maafkan aku Arumi..aku belum siap bertemu denganmu setelah dosa besar yang telah aku lakukan bersama suamimu.."Gumam Dista dengan air mata yang berlinang.
Arumi tiba direstoran dimana kedua temannya berada, hanya senyum lebar yang terlihat jika mereka tengah berkumpul seperti itu.
"Dista beneran nggak ada Rum?? " tanya Wisnu.
"Aku sudah dari rumahnya. tapi kosong. mungkin dia lembur kerja soalnya suamiku sedang tidak masuk..mungkin Dista yang menghandle semuanya."tutur Arumi.
"Aku sampai lupa jika dista kerja sama Suamimu Rumi.."Timpal Wisnu.
"Ayo makan dulu.. sayang kalau dingin.."ajak Tia hingga ketiganya setuju dan langsung melahan habis makanan didepan mereka.
Namun Arumi nampak tak berselera makan..hal itu membuat kedua temannya saling pandang dan akhirnya menegur Arumi.
"Apa makanannya tidak enak?? "Wisnu mulai.
Arumi segera menggeleng. "Tidak Wisnu.. ini enak.kok."
"Lalu kenapa malah cuma kau aduk terus?? apa kau ada masalah?? "sambar Tia.
Arumi.membuang kasar nafasnya. "Masalah yang sama.."Ucap Arumi lirih.
Tia meletakkan sendok disisi piringnya. "Apa Aqil menuntutmu agar punya anak?? kau jadi kefikiran seperti ini?"
"Tidak Ti.. mas Aqil bahkan tidak pernah membahas hal itu. tapi aku yang merasa bersalah, disaat mas Aqil ingin istirahat dirumah, seharusnya ia bisa mengobati lelahnya dengan bermain bersama anaknya, tapi bagaimana itu terjadi bahkan sudah 5 tahun aku menikah aku belum.pernah hamil sekalipun.." terang Arumi dengan wajah sedihnya.
Tia menggenggam jemari arumi. biar bagaimanapun Tia bisa tau apa yang dirasakan sahabatnya itu.
.
.
bab 3
.
.
.
"Saranku yang kemarin sudah kau bicarakan belum sama Aqil?? namanya juga ikhtiar Rum, tidak ada salahnya kan dicoba.."Ucap tia.
"Aku belum bicara sama mas Aqil.. nanti coba aku bicarakan.."Balas Arumi.
"Arumi.. kau jangan sedih dong.. ini hari spesialku, please hari ini saja lupakan sejenak masalahmu itu, kita rayakan bonusan ku ini mumpung aku juga masih jomblo.."Protes Wisnu.
Tia pun terkekeh dibuatnya diikuti Arumi saat melihat ekpresi Wisnu yang lucu.
"Baiklah.. maaf ya,"Arumi.pun setuju. mereka bertiga akhirnya kembali melanjutkan makannya.
.
.
Arumi kembali kerumah saat hari sudah gelap dimana matahari sudah bersembunyi.
Tiba dirumah Arumi langsung masuk dengan membawa kotak berisi makanan, yang ternyata sudah disambut Aqil diruang tamu.
"Mas.. kau mengejutkanku.."Arumi terkejut sekali saat Aqil tiba-tiba memeluknya.
"Aku merindukanmu.."bisik Aqil ditelinga Arumi. deru nafasnya mengenai telinga Arumi hingga Arumi merasakan merinding sekali sekujur tubuhnya.
Aqil memutar tubuh Arumi, tatapan Aqil yang terlihat sekali menginginkan sesuatu seketika membuat senyum Arumi Terbit
"Mas lapar tidak?? aku bawakan..hmmmpptt..." belum sempat Arumi bicara, Aqil sudah menyambar bibir Arumi. meski awalnya terkejut, namun Arumi segera membalas ciuman suaminya, keduanya saling bertukar slavina sembari memejamkan kedua mata mereka.
Tas serta kotak berisi makanan yang dibawa Arumi terjatuh tepat dikursi sofa saat keduanya berjalan menuju kamar.
"Huh..huh..huh.."Keduanya melepas ciumannya saat sama-sama kehabisan oksigen.
"Malam ini kau.milikku.."Ucap Aqil dengan suara berat. terdengar sekali jika pria itu begitu berna f su.
Arumi terbang melayang karna digendong Aqil. "Aahh.. mas.."
"Jangan mendesah disini.. nanti bik Tri mendengar.."balas Aqil.
Arumi yang malu menyembunyikan wajahnya didada bidang suaminya.
Tiba dikamar aqil tak menunggu apapun lagi. ia melucuti satu persatu pakaian istrinya, begitupun dengan Arumi hingga penyatuan sempurna mereka lakukan. ruangan ber AC menjadi panas saat keduanya saling memacu mencari kepuasan. lenguhan serta de sa han mengiringi penyatuan mereka malam itu.
Arumi mengatur nafasnya seraya memejamkan kedua matanya saat pelepasan beberapa kali berhasil ia dapatkan. begitu pun dengan Aqil. namun aqil seketika langsung membuka matanya, saat tiba-tiba sekelebat bayangan dimana ia bergumul dikamar hotel terlintas, Suara de sa han bahkan jerit suara wanita terngiang jelas ditelinga Aqil, hingga tanpa sadar aqil langsung beranjak dari atas Arumi dengan wajah tak menentunya.
"Mas.. kau kenapa?? "tanya Arumi yang sadar suaminya beranjak.
"Em...tidak, aku..aku tidak bisa melanjutkannya. aku cukup lelah.."Alasan Aqil.
"Kufikir kenapa mas.. sama aku juga lelah, lagian kita kan sudah sama-sama keluar.."balas Arumi.
senyum keterpaksaan terlihat diwajah Aqil yang kemudian langsung berjalan menuju kamar mandi.
perlahan Senyum Arumi pun luntur. tangannya meraba perutnya dengan bergumam. "Ya Allah.. aku mohon, titipkan malaikat kecil diperutku agar keluarga kecilku menjadi lengkap.. aku merasa gagal menjadi seorang istri karna belum bisa memiliki keturunan untuk suamiku.."Setetes demi tetes Air mata Arumi kembali membasahi kedua pipinya saat teringat kekurangannya.
Didalam kamar mandi dibawah guyuran air shower, Aqil merutuki dirinya. "Bagaimana bisa malah bayangan Dista yang aku fikirkan.. Kami melakukannya tanpa sadar, tapi kenapa terlihat sekali jika kami berdua menikmatinya.."
"Akkkhhh!!! Lalu bagaimana dengan dista sendiri??"Entah mengapa tiba-tiba Aqil malah mengkawatirkan Dista.
buru-buru Aqil menyudahi mandinya dan ingin segera menghubungi Dista.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!