"Mulai hari ini kau adalah istriku dan akan tinggal di sini. Tapi jangan pernah berharap kamu bisa tidur satu kamar dengan ku" ucap Alga memperingati Ayana.
Mereka baru saja resmi menikah akibat kesalah pahaman warga yang melihat Alga menindih tubuh Ayana. Dan mengira mereka sedang berbuat hal yang tak senonoh. Padahal itu hanya sebuah kecelakaan.
Alga tak sengaja menindih tubuh Ayana karena dirinya terpeleset ketika tengah berdebat dengan Ayana. Padahal niatnya Alga hanya ingin berteduh dari hujan dan kebetulan Ayana juga ingin berteduh di sana.
Namun siapa sangka mereka berdua malah berakhir menjadi suami istri seperti ini. Padahal Alga sudah memiliki kekasih yang sangat ia cintai, entah apa jadinya nanti jika kekasihnya tau.
Jika dia sudah menikah, namun Alga akan memberi penjelasan pada gadisnya nanti. Yang perlu ia urus sekarang adalah Ayana, gadis itu sungguh tidak ada kalem kalemnya membuat Alga tak suka akan sikapnya yang bar bar.
"Siapa juga yang mau satu kamar sama lelaki angkuh seperti kamu. Aku nggak sudi.! Ingat pernikahan ini bukan kemauan kita" balas Ayana beranjak pergi dari hadapan Alga.
"Kamu" ucapan Alga tak ia lanjutkan karena Ayana sudah lebih dulu beranjak pergi. Gadis yang baru saja menjadi istrinya itu pergi begitu saja, padahal dia belum menunjukkan kamar yang mana yang harus ia tempati.
"Dasar gadis bar bar.! Mimpi apaan coba gue tiba-tiba bisa nikah sama dia" gumam Alga memijat pelipisnya pelan. Lalu naik ke lantai atas karena kamarnya berada di sana.
Sedangkan Ayana, dia mengamati suasana kamarnya yang begitu besar dan megah. Ini baru kali pertamanya Ayana menempati kamar sebesar ini.
Karena biasanya Ayana hanya tidur di gubuk kecil sepeninggalan neneknya. Ya, Ayana hanyalah gadis sebatang kara yang tak memiliki orang tua.
Dia hidup dengan penuh penekanan selama ini. Untuk makan sehari-harinya Ayana berkerja di sebuah cafe kecil. Gajinya memang tak terlalu besar akan tetapi Ayana selalu bersyukur karena setidaknya dia masih memiliki uang untuk biaya kehidupannya sehari-hari.
Ayana menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk itu. Tempatnya begitu nyaman dan bersih membuat Ayana terlelap begitu saja.
"Apa yang di lakukan gadis itu.? Untuk apa juga aku memikirkannya, terserah dia mau berbuat apa saja asalkan tak membuatku repot dan mengganggu kenyamanan ku" gumam Alga, ia duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.
Saat tengah asik memainkan ponselnya, ada panggilan masuk dari Oma-nya. Alga pun langsung mengangkat panggilan telepon itu karena tak ingin membuat Oma-nya marah.
"Hallo.. ada apa Oma.?"
"Kenapa.? Nggak boleh kalo Oma telpon kamu.?"
"Nggak gitu Oma, Alga kan cuma bertanya"
"Gimana.? Kamu udah nemu calon istri belum.? Jika kamu belum menemukan calon istri, Oma sudah menemukan gadis yang cocok untuk kamu. Pokoknya kamu kali ini nggak boleh nolak lagi. Oma males nungguin kamu yang terus-terusan ingin mengelak dari perjodohan ini"
"Tapi Oma, aku kan udah bilang aku udah punya Bella"
"Oma nggak suka sama dia. Pokoknya kamu harus nikah dengan gadis pilihan Oma"
"Tapi aku udah nikah Oma"
"Hahh... Kapan.? Kamu jangan bercanda Alga, Oma nggak akan percaya. Jika gadis yang kamu nikahi itu adalah Bella, Oma nggak setuju"
"Yang aku nikahi bukan Bella"
"Lalu siapa.?"
"Besok aku akan ke rumah Oma, jika menurut Oma gak cocok maka aku akan ceraikan dia"
"Baik, Oma tunggu besok" ucap Oma Airin lalu mematikan sambungan teleponnya.
Sedangkan Alga hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Ia bingung bagaimana caranya agar sang Oma mau menerima Bella. Sedari awal Oma-nya sudah tak merestui hubungannya bersama Bella.
Akan tetapi Alga yang keras kepala pun masih melanjutkan hubungannya dengan Bella tanpa sepengetahuan sang Oma.
Sang Oma pun tak henti-hentinya mendesak dirinya untuk segera menikah. Menikah dengan Ayana mungkin ada untungnya juga bagi dirinya. Siapa tau Oma-nya itu suka pada Ayana jadi Alga bisa menghindar dari perjodohan Oma-nya.
Dan dia juga bisa melanjutkan hubungannya dengan Bella, dengan lancar tanpa harus terhambat oleh sang Oma lagi.
******
Ayana baru saja terbangun dari tidurnya. Rasanya ini baru pertama kalinya dia bisa tidur senyenyak semalam. Biasanya dia akan selalu terbangun saat tidur. Karena sering kali terasa kepanasan.
Tapi tadi malam tidurnya benar-benar sangat nyenyak. Ayana merenggangkan otot-ototnya. Ia meraih ponsel jadul miliknya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.03 pagi.
Ayana pun bergegas bangkit karena dia hari ini harus masuk kerja. Jika sampai sana telat, habislah dia yang akan di omeli oleh atasannya.
Ayana berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Ayana malah bingung sendiri mau memakai baju apa.
"Aduhh... Kenapa gue lupa kalau ini bukan di rumah, harus pake baju apaan ini coba. Mana yang tadi udah terlanjur basah lagi" Ayana bergumam sendiri.
Karena tak memiliki pakaian ataupun handuk, Ayana terpaksa memeras bajunya yang sudah terlanjur basah tadi lalu kembali memakainya.
Dari pada tidak memakai apa-apa sama sekali. Lebih baik memakai baju yang basah tadi.
"Apes bener dah gue ini, tinggal di rumah megah tapi nggak punya baju satu pun" gumam Ayana keluar dari kamarnya.
Dia berencana akan pulang ke rumahnya lebih dulu, untuk mengambil beberapa stel pakaian miliknya.
Tapi sebelum itu Ayana menyempatkan diri untuk makan lebih dulu karena di rumahnya dia tak memiliki apapun untuk di makan.
Seingatnya di rumah hanya ada satu butir telur, beras miliknya pun sudah habis. Jadi, dari pada kelaparan Ayana akan makan lebih dulu di rumah Alga.
Ia membuka pintu kulkas ternyata ada beberapa makanan yang sudah matang. Tapi Ayana segan untuk mengambil makanan itu. Bagaimana pun itu bukan miliknya. Dan dia juga belum izin pada sang pemilik rumah. Ayana menutup pintu kulkas kembali. Ia beralih mengambil satu bungkus mie instan.
"Makan mie aja kali, lumayan buat sarapan. Jika si laki-laki angkuh itu nanti minta ganti mie instan ini aku masih bisa beli, tapi kalau makanan yang lainnya aku kayaknya nggak bakalan mampu buat gantinya" gumam Ayana.
Lalu bergegas mengambil panci untuk merebus air terlebih dahulu. Badannya terasa dingin akibat baju yang ia kenakan masih basah.
Setelah airnya mendidih Ayana pun memasukkan mie instan nya. Setelah beberapa menit, mie yang ia masak akhirnya siap juga.
Ayana mengambil piring dan sendok lalu membawanya ke meja makan. Saat tengah asik makan, suara Alga mengejutkannya sehingga membuat Ayana tersedak oleh makanannya.
"Apa yang kamu lakukan.?"
"Uhukk... Uhukk..." Ayana terbatuk-batuk, dia buru-buru mengambil air lalu meminumnya hingga habis.
"Gue lagi makan, kenapa nggak bersuara dari tadi.? Lo sengaja mau bikin gue mati gara-gara tersedak makanan" omel Ayana setelah batuknya mereda. Tenggorokannya masih terasa perih akibat tersedak mie tadi.
"Kenapa makan mie.? Di kulkas banyak makanan, kenapa nggak makan itu aja.?"
"Itu bukan milik gue, gue nggak akan memakan yang bukan milik orang lain tanpa izin"
"Terus mie itu.?"
"Kalau cuma sebungkus mie, gue bisa menggantinya nanti. Lo nggak usah khawatir"
"Apapun yang ada di rumah ini, bebas mau kamu gunakan. Asalkan jangan menggangguku. Aku bukan pria yang nggak bertanggung jawab, bagaimana pun juga kamu sekarang berstatus istri ku. Jika tinggal di rumah ini kamu tak akan kelaparan. Ohh ya, jika kamu butuh sesuatu, kamu bisa menggunakan kartu ini. Beli saja apapun kebutuhan yang kamu butuhkan, termasuk kebutuhan dapur" Alga meletakkan kartu black card di atas meja makan.
"Kenapa baju mu basah.?" tanya Alga yang baru saja menyadari jika baju Ayana yang ia pakai basah.
"Gue nggak punya baju" jawab Ayana singkat.
Setelah mendengar perkataan Ayana, Alga pun beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Dasar laki-laki aneh" seru Ayana kembali melanjutkan makannya.
"Ini baju kamu pakai dulu. Aku nggak mau kamu masuk angin terus nanti malah aku yang repot" ucap Alga menyerahkan satu buah dress wanita.
"Dapat dari mana Lo baju wanita.? Lo sering bawa masuk wanita ke rumah ini.? Lo bener-bener yaa...."
"Nggak usah berpikiran yang aneh-aneh, ini baju milik Bella. Cuma dia wanita yang aku bawa masuk ke sini. Jadi, hentikan pikiran kotor mu itu" potong Alga cepat sembari meletakkan baju itu di atas meja lalu dia kembali pergi.
Ayana melanjutkan makannya kembali lalu mencuci piring kotor bekas ia makan tadi. Ayana pun meraih baju dan kartu yang di tinggalkan oleh Alga tadi Lalu membawa baju itu ke kamarnya.
Ayana memakai baju itu tetapi baju yang di berikan oleh Alga malah terlalu terbuka membuatnya risih. Karena dia tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu.
"Ini baju apaan coba.? Malah kurang bahan gini. Pacarnya si Alga ini beli baju gini amat bentuknya, kalo gue mah mendingan beli kaos sama celana aja, dari pada beli dress beginian. Jika bukan karena terpaksa, nggak akan gue pake nih baju" oceh Ayana.
Dress di atas lutut dengan belahan dada yang cukup rendah benar-benar membuat Ayana merasa tak nyaman. Karena ia lebih nyaman memakai kaos oblong dan celana longgar.
Ia belum pernah sama sekali memakai baju ketat seperti yang ia gunakan saat ini. Ayana bergegas keluar dari kamarnya karena ia akan pulang lebih dulu sebelum nanti berangkat kerja ke cafe.
Tetapi saat Ayana akan membuka pintu suara Alga menghentikan langkahnya.
"Mau kemana.?" tanya Alga yang masih berdiri di atas tangga.
"Mau pulang" ucap Ayana hendak melanjutkan langkahnya.
"Tunggu"
Ayana menghembuskan nafasnya kasar lalu berbalik badan. Ia merasa kesal pada Alga karena telah menahan dirinya.
Waktu terus berjalan kita, ia tak segera pulang maka ia akan telat masuk kerja hari ini. Ayana tak ingin kehilangan pekerjaannya hanya karena harus berdebat dengan Alga.
"Ada apa.? Gue mau pulang. Hari ini gue harus kerja" ucap Ayana dengan nada di tekan seperti sedang menahan emosinya agar tak membuat keributan dengan Alga di pagi hari seperti ini.
"Mau kerja.? Bukannya tadi aku sudah memberikan kartu pada mu, apakah uang itu masih kurang untukmu.?" tanya Alga mengerutkan keningnya heran.
Padahal kartu yang ia berikan pada Ayana tadi adalah kartu tanpa batas dan yang pasti uangnya juga sangat banyak. Lantas kenapa gadis ini yang berstatus istrinya itu masih mau bekerja. Sudah di kasih enak tinggal menikmati uang saja tapi malah mau bekerja di luar sana. Gadis di hadapannya ini memang aneh.
"Huuuuufffttt....." Ayana menghembuskan nafasnya panjang lalu bersiap untuk menjawab pertanyaan dari Alga.
"Gue bukan nggak mau nerima uang itu, Kartunya memang gue simpan. Dan akan gue gunain buat kebutuhan rumah ini. Soal biaya hidup, gue bisa cari uang sendiri karena gue masih bisa kerja. Dan jika elo mau ceraikan gue saat ini juga, gue akan terima karena pernikahan ini bukan ata kemauan kita berdua. Dan bukannya elo juga udah punya pacar, lebih baik elo nikahin pacar Lo itu. Gue pamit dulu pak Algarve yang terhormat" ucap Ayana dengan ekspresi jengkelnya lalu pergi meninggalkan Alga.
"Ehh tunggu... Aku nggak bakalan ceraikan kamu, kamu harus tetap jadi istri aku"
"Dasar laki-laki aneh.. udah punya pacar masih aja nahan gue. Lagian ngapain sih dia mempertahankan pernikahan ini. Jika memang suka, kenapa nggak langsung aja talak gue. Biar gue bisa bebas kek biasanya lagi"
*****
Ayana baru saja sampai di tempat kerjanya. Ia membawa tas ransel yang cukup besar, karena habis kerja nanti ia akan pulang ke rumah Alga lagi. Walaupun pernikahannya dengan Alga bukan atas kemauannya.
Akan tetapi Ayana sadar jika sekarang statusnya bukanlah seorang gadis lagi. Akan tetapi sudah menjadi istri orang. Walaupun ia belum melakukan ritual suami istri sama sekali.
Akan tetapi Ayana mengingat semua pesan neneknya. Jika ia sudah menikah maka ia harus menaati setiap perkataan suaminya. Asalkan itu hal yang benar maka Ayana harus bisa menaati perkataan suaminya.
Ayana mengingat semua nasehat neneknya saat ia tadi kembali ke rumahnya. Sungguh Ayana merindukan sosok yang telah merawatnya itu, rindu belaiannya, rindu kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari orang lain.
Akan tetapi Tuhan lebih sayang pada neneknya, sehingga sang nenek lebih dulu berada di sisinya.
"Ay... Ngapain malah ngelamun"
"Ehh... Nggak papa kok. Cuma lagi ke inget sama almarhumah nenek aja" balas Ayana dengan memaksakan untuk tersenyum.
"Tenang Ay... Nenek mu sudah tenang di alam sana"
"Iya Dew.. gue tau kok. Cuma kadang rasa rindu itu datang dengan sendirinya tanpa aku minta"
"Aku tau apa yang kamu rasain saat ini, yang sabar ya Ay.."
"Ya cuma itu yang bisa gue lakuin. Setelah kehilangan kedua orang tua gue, gue juga mesti kehilangan nenek Dew. Dan sekarang gue berakhir hidup dalam kesendirian seperti ini. Hidup gue seperti nggak ada artinya Dew"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!