NovelToon NovelToon

After Married

Berita tak terduga

Eps 1 ..

Dihari kelulusannya melepas gelar siswi SMA,

Sania pulang kerumah dan tanpa sengaja mendengar percakapan paman dan tantenya.

"Apa?" Dengan mata sedikit membulat. "Besok Sania mau menikah, Secepat itu." Ucap Bu Marni.

Sania terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar,

matanya juga ikut membulat mendengar hal itu.

"Paman, Tante, apa maksud ucapan Tante?" Sania menengok paman dan tantenya bergantian. "Aku nggak salah dengar kan?" Sania kembali memastikan.

"San, sini duduk! dengerin Paman dulu— Paman akan menjelaskan semuanya." Ajak Pak Irwan membawanya duduk di kursi. "Sebelumnya Paman mau minta maaf. Saat ini, kamu pasti terkejut. Tapi, semua yang kamu dengar tadi memanglah benar." Jelas pak Irwan.

"Maksud Paman apa?"

"Paman telah menjodohkanmu dengan seorang pria, tenang saja— Paman tidak mungkin menikahkanmu dengan sembarang orang. Paman melakukan ini semua demi kebaikanmu,"

"Tapi Paman, aku baru saja lulus sekolah. Bukankah ini terlalu cepat? Terlebih lagi, aku belum mengenalnya sama sekali," lirih Sania.

"Sania, Paman mohon. Perusahaan Paman sedang mengalami krisis. Satu-satunya cara untuk menolong perusahaan hanya dengan pernikahan ini,"

Sania makin terkejut, "Krisis?"

"Iya, perusahaan paman sedang diambang kebangkrutan. Para karyawan sudah mulai protes karna gajih mereka yang terpaksa paman tunggak, pria itu datang dan berkata akan membantu perusahaan, namun dia meminta syarat pada paman, agar paman mengizinkan dia untuk menikah denganmu," jelas pak Irwan.

"Apa dia mengenalku, Paman?"

"Untuk itu, paman minta maaf. Paman tidak bisa memberitahukannya padamu, intinya— kamu hanya perlu mempercayai Paman. Paman tidak akan mungkin menikahkanmu dengan sembarang pria," Jelas pak Irwan kembali.

Sania hanya bisa terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.

Mungkin bumi dibuat bundar, agar kita tidak melihat terlalu jauh.

Diawal perjalanan kita yang penuh harapan, dan ekspektasi yang begitu tinggi.

Membuat kita merasa mampu untuk meraih segalanya, namun— hingga sesampainya kita tiba,

Kita disadarkan bahwa ternyata tujuan itu tidak pernah selalu sesuai dengan harapan.

...****************...

Malamnya ditempat tidur.

Sania memandang dalam foto ayah dan ibunya.

"Ayah, ibu, apakah ini sudah jalan takdirku?"

Sania adalah anak yatim piatu, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan pesawat diusianya yang masih 8 tahun.

Sejak itu, Sania tinggal dengan paman Irwan dan tante Marni.

Walaupun bu Marni tidak terlalu menyukainya, tapi pak Irwan dan Rena sangat menyayanginya.

Aku merasa seperti dijual oleh pamanku, siapa sebenarnya pria itu. Jangan-jangan dia adalah lelaki tua bangka yang menginginkan gadis muda sepertiku? Mengapa paman tega sekali. Andai saja aku punya banyak uang, aku akan memberikan semuanya pada paman, agar paman tidak menikahkanku dengan pria yang tidak ku kenali, Batin Sania.

Merasa lelah dengan perkelahian batin dan fikirannya, Sania tertidur sembari memeluk foto ayah dan ibunya.

...****************...

"Papah yakin, akan menikahkan Sania?" Tanya bu Marni.

"Mau gimana lagi Mah, Sebenarnya papah juga nggak mau. Apa perlu Papah memanggil Rena pulang untuk menggantikan posisi Sania?"

"Jangan lah enak aja, Rena itu masa depannya cerah. Tidak seperti Sania!"

"Jaga baik-baik ucapan Mama, kalau Sania menolak untuk menikah kita bisa saja jadi gelandangan, yang artinya Rena juga pasti kena imbasnya,"

Bu Marni menunduk membayangkan hal itu, "Iyaa, iyaa."

"Mulai sekarang, Mamah harus bersikap baik padanya!"

"Tapi acaranya kan besok, gimana siap-siapnya? Apa nikah kecil-kecillan? Mamah jadi penasaran,"

"Besok Mama bisa liat sendiri, yang pasti— tidak baik merendahkan orang. Anak itu bukan orang biasa seperti kita,"

"Oh ya, pasti kakek-kakek kan?" Bu Marni tertawa kecil.

Pak Irwan hanya menggeleng melihat sikap istrinya yang selalu merendahkan orang lain.

Pernikahan

Eps 2..

Hidup itu tak terduga.

Kau kira kesatu arah, tapi tiba-tiba kau sadar itu bergerak ke arah berlawanan.

Sama halnya dengan kehidupan Sania, dia berdiri kaku menatap cermin melihat dirinya yang telah dibalut dengan gaun pengantin.

Gaun siluet ball putih yang memiliki bentuk mengembang pada bagian bawah.

Membuat Sania terlihat sangat anggun, Sania bak seorang putri dihari pernikahannya.

Dengan mata sayu sembab yang menahan air mata. Fikirannya terasa kosong.

Didepan cermin, ia menampaki begitu cantiknya wajahnya dihari pengantin.

Bukankah seharusnya mereka yang menikah merasakan kebahagiaan, mengapa aku tidak merasakan apa-apa saat ini, ku harap— gaun cantik ini bisa menutupi kesedihanku di depan semua orang terutama paman, Batin Sania.

Sania duduk dengan putus asa didalam bilik pengantin, ia sedang menunggu panggilan keluar bila telah terdengar ijab kabul.

...****************...

Terlintas masa kecil dalam ingatannya, Saat itu Sania berusia 8 tahun.

Dia berlari-lari dipinggir pantai bersama kedua orang tuanya, betapa bahagianya dia dulu.

mereka duduk bersama dan bercanda ria diatas pasir pantai

"Sania, apa kamu sudah memiliki cita-cita?" Tanya pak Rahmat, ayah Sania.

Sania memandang kedua orangtuanya dan memikirkannya sejenak.

"Sania mau terus bersama Ayah dan Ibu, kita semua jalan-jalan, lari-larian, dan main dipantai setiap hari." Ucapnya dengan polos sembari tersenyum.

"Cita-citamu sederhana sekali Sania." Imbuh ibunya mengelus rambut Sania.

...****************...

"Saya terima, nikah dan kawinnya— Sania adelia binti Rahmat susilo dengan mahar yang telah disebutkan dibayar, tuuunaaaii!"

Sania, tersadar.

"Sah." Ucap Pak penghulu sembari menengok saksi.

"Saaahhhh, sah, saaahhhhhhhhh, sahhh." Serentak para saksi dan tamu yang ikut serta dan meramaikan.

Disaat semua orang bahagia berkumpul bersama dan bersorak penuh gembira, saat itu juga Sania merasa kosong.

"Selamat ya, San. Kamu sudah sah menjadi istri orang, sekarang sudah saatnya kamu keluar, ayoo— tante sudah penasaran sedari tadi dengan calon suamimu." Ucap bu Marni menbantu Sania untuk memegang gaunnya.

Selangkah demi selangkah, kepala Sania dipenuhi dengan beribu pertanyaan.

Bagaimana bisa aku menikah dengan orang yg tidak ku kenal, bahkan aku belum pernah bertemu dan melihatnya sama sekali.

Aku tidak tau berapa umurnya?

Seperti apa rupanya?

Apakah dia baik?

Apakah dia sudah mengenalku?

Apa sebaiknya, aku lari saja?

semua pertanyaan di batinnya menumpuk jadi satu, kepala Sania seperti di lempar batu bertubi-tubi,

Kakiku rasanya ingin berlari sekencang-kencangnya,

Mengapa semua ini harus terjadi pada hidupku? Batin Sania.

Sesampainya Sania keluar, ia tidak sanggup menegakkan wajahnya.

Dia tertunduk, matanya hanya tertuju pada lantai,

dia betul-betul tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan apa yang akan terjadi kedepannya pada hidupnya.

Air mata Sania terasa mau tumpah saat itu juga.

Hingga seketika Sania terkejut, tiba-tiba saja ia merasa ada yang menyentuh tangannya,

Semakin lama sentuhan itu semakin dekat dan terasa sangat erat.

"Jangan menangis, aku akan selalu ada buat kamu!"

Reflek Sania langsung menatap wajah dari arah suara tersebut.

Pria itu menggenggam erat tangan Sania.

Mereka saling menatap dan seketika suasana terasa hening.

Seolah hanya ada Sania dan pria itu disana.

Waktu seakan berhenti berjalan, Sania memandang wajah tampan nan ramah seperti tidak asing, padahal jelas ini pertama kalinya mereka bertemu.

Tiba-tiba saja hatinya merasa tenang mendengar ucapan yang dilontarkan pria itu.

Saat hal tak terduga terjadi, kau tak yakin apa harus menangkapnya, mengejarnya, atau menyingkir darinya.

Saat ini Sania telah terpana oleh ucapan singkat itu.

Pertemuan Pertama

Eps 3..

"Pah, pria itu betulan suami Sania?" Tanya bu Marni.

Bu Marni lumayan terkejut dengan pria yang kini telah sah menjadi suami Sania.

Bagaimana tidak, Ekspektasinya yang mengira bahwa Sania menikah dengan pria tua yang mempunyai banyak uang.

Ternyata justru pria muda nan kaya yang menikahinya, awalnya dia hanya terkejut karna Sania menikah di hotel bintang 5.

Tapi setelah ia keluar ruangan rias pengantin, justru makin membuat mulutnya lebih menganga karena pria muda itu begitu tampan bak pangeran.

"Iya Mah, pria itu suami Sania," ucap pak Irwan kembali menyadarkan istrinya.

Walaupun pernikahan itu megah, Sania tak melihat satupun orang yang ia kenal selain paman dan tantenya.

Banyak sekali orang yang ia tidak kenali naik ke panggung pelaminan untuk bersalaman dengannya.

Sesekali ia mencuri pandang melihat pria disebelahnya,

Aku tak menyangka, kalau ternyata lelaki yang menikahiku masih muda Hmm dan tampan juga.

Sania menggeleng menyadarkan dirinya.

Walaupun mereka duduk bersampingan, tapi mereka tidak bicara sama sekali.

Bertemu pertama kali dengan status sah, membuat Sania merasa canggung dan sesekali mencoba memberi jarak duduknya.

Tak terasa acara pernikahan mereka telah usai.

Paman Sania datang untuk pamit dengan Sania,

"Selamat ya untuk kalian, paman harap— kalian berbahagia. Sekarang, Paman dan Tante pamit pulang. Paman titip Sania ya." Ucap pak Irwan memegang bahu Fandy.

"Sania, Paman pulang. Kalau ada apa-apa hubungin paman ya." Ucap pak Irwan mengelus pipi Sania, Sania hanya mengangguk pelan.

"Iya, Paman. Hati-hati dijalan pulang," balasnya.

...****************...

Diperjalan pulang, Sania diam sambil menatap langit malam yang dipenuhi dengan bintang-bintang.

Tiba-tiba saja mobil berhenti di sebuah restoran mewah.

"Kenapa kita berhenti disini, apa kita sudah sampai?" tanya Sania.

"Sudah, ikut saja! nanti juga kamu tau kok," ucap Fandy.

Mereka masuk bersama kedalam restoran, dengan manis Fandy menarikkan kursi untuk Sania dan mempersilahkannya duduk.

"Mas tau kamu pasti lapar, sepanjang acara mas tidak melihatmu makan sama sekali. Tambah lagi— tadi mas juga sepertinya mendengar suara tangisan dalam perutmu yang tidak berhenti meracau didalam mobil," ucapnya sedikit mengejek Sania.

"Aa, aku gak lapar kok. Mungkin, Mas salah dengar," jawab Sania dengan malu.

"Sudah, nggak perlu malu. Kita kan sudah suami istri, oh iya Namaku Fandy. Aku cuma memastikan, siapa tau kamu belum tau namaku," ucap Fandy.

Jadi, namanya Fandy, Gumam Sania yang hanya diam mendengar ucapan pria itu.

"Mas tau, kita belum saling mengenal— dan bahkan ini pertemuan pertama kita. Mas tidak akan memaksa kamu untuk langsung menerima semua ini, Karna Mas sendiripun butuh waktu untuk menyesuaikan semuanya, jadi— mas harap kamu mengerti dan mau sama-sama belajar,"

"Mas, kenapa Mas mau menikah dengan perempuan yang Mas tidak kenal. Apa Mas tidak takut? bagaimana jika nantinya aku bukan perempuan yang tepat untuk Mas, bagaimana jika nanti Mas menyesal,"

"San, aku tidak mungkin menyesal, karna aku tau— kamu adalah perempuan yang baik, Itu sudah cukup untukku." Jawab Fandy menatap Sania dalam.

Dugdugh.. dugdugg... dugdugg..

Detak jantung Sania tidak karuan mendengar ucapannya.

Tahan San, tahan— kamu baru bertemu dengannya. Walaupun dia sudah menjadi suamimu, kamu tidak boleh cepat luluh dengan ucapannya! Batin Sania.

"Mas, kalau boleh aku punya permintaan."

"Apa itu?"

"Begini Mas, kalau boleh— kita jangan satu kamar dulu. Karna, jujur aku belum siap. aku ingin mengenal Mas lebih dalam sampai aku benar-benar siap untuk satu kamar sama Mas. aku harap, Mas memahami permintaanku!"

"Kamu mau pisah kamar?" tanya Fandy meyakinkan.

Sania mengangguk pelan,

"Baiklah, itu ide yang bagus. Mas juga sempat kefikiran, Mas takut kita nantinya canggung karna belum siap. Syukurlah kalau kita satu pendapat,"

Sania sedikit terkejut dengan tanggapan Fandy yang menerima permintaannya.

"Sudah, sekarang— ayo kita pesen makanannya! Supaya kita bisa cepat pulang dan beristirahat," ucapnya sambil tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!