Poligami sebuah kata yang banyak ditakuti oleh kaum wanita. Kendati dalam agama itu diperbolehkan dan balasannya adalah surga bagi wanita yang ridho dipoligami. Tapi ternyata itu tidak berlaku bagi Shahnaz.
Mungkin dia yang terlalu lemah sehingga tidak sabar untuk bisa meraih surga itu. Atau mungkin suaminya yang tidak bisa bersikap adil sehingga tidak bisa menciptakan surga baginya.
...****************...
Shahnaz Khumaira Bestari, seorang wanita muda yang sholehah. Usianya saat ini 26 tahun. Dia sudah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki berumur 4 tahun.
Suaminya bernama Reyhan Arda Wardana, usianya 6 tahun lebih tua dari Shahnaz. Reyhan dan Shahnaz bertetangga dan keluarga mereka saling mengenal dengan baik.
Pernikahan keduanya terjadi pada saat Shahnaz baru berusia 20 tahun. Saat itu, ia masih kuliah semester 5. Sedangkan suaminya saat itu berusia 26 tahun dan sudah merintis usahanya sendiri.
Mereka menikah atas dasar cinta meskipun tidak berpacaran seperti orang-orang pada umumnya.
Ya, Shahnaz memang sudah lama menyimpan perasaan kepada Reyhan. Lebih tepatnya sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Reyhan merupakan cinta pertama Shahnaz dan ternyata Reyhan pun memendam perasaan yang sama.
Mungkin atas dasar hal itu, kedua orang tua merestui hubungan mereka sehingga akhirnya Reyhan memberanikan diri untuk mengkhitbah Shahnaz untuk menjadi istrinya.
Reyhan seorang pria yang taat beragama, mungkin karena sejak kecil terbiasa dengan ajaran agama karena orang tuanya adalah pemuka agama dan mengedepankan ilmu agama.
Selain taat beribadah, ia pun seorang yang giat berusaha. Sehingga di usianya yang masih muda, ia sudah bisa menjadi seorang pengusaha yang cukup sukses.
Kehidupan mereka sangat bahagia. Setidaknya itulah yang orang-orang lihat dan memang itulah yang dirasakan oleh keduanya.
Kehidupan yang mapan, suami yang sangat mencintainya, juga seorang anak yang tampan dan lucu.
Sungguh nikmat mana lagi yang kau dustakan ?
Shahnaz sangat-sangat bersyukur atas kehidupan yang dijalaninya saat ini.
Suara mobil berhenti di pekarangan rumah. Rendra segera berlari menuju ke pintu, ia segera membuka pintu dengan semangat menyambut kedatangan sang ayah.
Reyhan dengan segera memeluk lalu menggendong tubuh Rendra. Ia menciumi wajah Rendra dan menghirup wangi tubuh Rendra yang dipenuhi aroma minyak kayu putih dan talk.
" Hm... Anak ayah wangi banget sih "
" Assalamu'alaikum " ucap Reyhan sambil melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah.
" Wa'alaikumsalam "
Shahnaz menyambut Mas Reyhan dan mencium tangannya. Reyhan membalas dengan mengecup keningnya. Sebuah kebiasaan yang selalu mereka lakukan jika Reyhan pergi atau pulang bekerja.
Shahnaz bergerak untuk mengambil alih Rendra dari pelukan Reyhan. Namun Rendra menolak dan tak ingin lepas dari gendongan sang ayah.
" Biar sayang, tidak apa-apa. Rendra kangen ya sama ayah ? " ucap Reyhan lalu duduk di sofa sambil menatap wajah Rendra.
Shahnaz berjalan menuju pantry untuk membuatkan teh hangat untuk Reyhan. Dari pantry ia masih bisa mendengar obrolan antara ayah dan anak itu.
Rendra mengangguk antusias, lalu ia meraih tas jinjing Reyhan.
" Rendra cari apa ? " tanya Reyhan saat menyadari jika Rendra seperti mencari sesuatu dari dalam tasnya.
" Mainannya mana ? " tanya Rendra penasaran.
Reyhan mengerutkan keningnya, lalu sesaat kemudian ia menyunggingkan senyum.
" Oh, Rendra mau mainan mobilan itu ya ? " tanya Reyhan.
" Iya, ayah kan janji mau beliin mobil yang ada tlack balunya " jawab Rendra.
" Ah iya, ayah lupa... Nanti kita beli barengan sama bunda ya " sahut Reyhan sambil mengusap pelan kepala Rendra.
" Sekalang ya ! " pinta Rendra yang masih cadel melafalkan huruf r.
" Rendra, ayahnya kan baru pulang. Masih capek lho itu " tegur Shahnaz dengan lembut.
Shahnaz meletakkan secangkir teh di atas meja.
" Bunda, ayo kita pelgi beli mainan mobil ! " ajak Rendra antusias.
" Eh, nanti ya sayang. Kasian ayahnya masih capek tuh " tukas Shahnaz sambil mengusap kepala Rendra.
" No, sekalang bunda. Pease ! " mohon Rendra sambil menyatukan dua telapak tangannya.
Shahnaz dan Reyhan terkekeh melihat tingkah Rendra yang menggemaskan.
" Iya, udah ayo ! Sana bunda siap-siap dulu ! " seru Reyhan akhirnya memutuskan untuk pergi.
" Tapi, Mas kan baru pulang. Belum makan lagi " sahut Shahnaz.
" Udah, gak apa-apa. Sekalian kita makan di luar, udah lama kan kita gak makan di luar " ucap Reyhan sambil tersenyum.
" Tapi bunda udah masak makanan kesukaan ayah lho " Shahnaz sedikit merengut.
" Gak apa-apa bunda sayang. Nanti pulangnya, Mas kan bisa makan lagi. Terus makan kamu deh" bisik Reyhan menggoda.
" Ish, apaan sih Mas " timpal Shahnaz dengan wajah bersemu merah.
Reyhan mengelus pipi sang istri lalu mengecupnya.
" Udah, sayang. Nurut apa kata suami ! " seru Reyhan lembut.
" Ya udah, kalau gitu bunda siap-siap dulu " ucap Shahnaz lalu bergegas menuju ke kamar meninggalkan Reyhan bersama dengan Rendra.
Setelah bersiap, mereka pun segera meluncur menuju ke sebuah tempat perbelanjaan.
Rendra begitu antusias saat mereka memasuki sebuah toko mainan. Dia pun langsung memilih mainan kesukaannya. Mainan mobil dengan track favoritnya. Meskipun di rumah sudah memiliki banyak mainan sejenis tapi setiap ada keluaran terbaru, Rendra selalu memintanya. Dan Reyhan pun selalu menuruti permintaan Rendra.
Tentu saja karena Reyhan benar-benar menyayangi anak semata wayang mereka.
Setelah mendapatkan mainan yang diinginkan oleh Rendra, mereka pun menuju restoran untuk makan malam. Saat menunggu pesanan datang, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan beberapa karyawan Reyhan.
" Assalamu'alaikum. Selamat malam Pak Reyhan, Bu Shahnaz dan Rendra. Bapak dan ibu sedang makan malam juga ya ? " tanya seseorang.
" Wa'alaikumsalam " sahut Shahnaz dan Reyhan kompak sambil melihat ke arah datangnya suara.
" Eh, ada Mas Arman. Mau makan malam juga ? " tanya Shahnaz saat melihat Arman yang merupakan asisten sang suami.
Shahnaz menatap 4 orang lainnya yang juga datang bersama Arman. Mereka menganggukkan kepala sambil tersenyum kepada atasan mereka dan keluarganya. Shahnaz dan Reyhan pun balas tersenyum kepada mereka.
" Iya, bu... Kami mau makan malam juga, tadi habis pulang kantor sekalian mau makan bareng-bareng " jawab Arman sopan.
" Oh, gitu... Ya sudah, sini gabung aja ! Boleh kan Mas ? " seru Shahnaz melirik ke arah Reyhan.
" Boleh. Ayo kalian gabung aja ! " tambah Reyhan sambil melihat ke arah Arman dan rekannya yang lain.
" Waduh, gak usah pak, bu... Nanti kita malah ganggu lagi " sahut rekan Arman yang disetujui oleh Arman dan yang lainnya.
" Eh, beneran gak apa-apa kok. Lagian kapan lagi kita bisa makan bareng-bareng gini " sahut Shahnaz masih berusaha membuat mereka ikut bergabung.
" Ah, maaf Pak, Bu... Terima kasih lho sudah mau ajakin kita. Tapi, sebaiknya kami tidak mengganggu quality timenya bapak sama ibu " tolak Arman penuh pengertian.
" Eh, saya gak terima penolakan lho Mas Arman. Sini gabung aja, saya juga kan mau kenal sama karyawannya Mas Reyhan yang lain. Gak apa-apa kan Mas ? " Shahnaz kembali melihat Reyhan yang hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
" Ya, sudah kalau ibu maksa. Apalah daya kami, mana bisa menolak rejeki " ucap Arman lalu duduk bersama mereka diikuti oleh rekannya yang lain.
Selagi menunggu pesanan mereka datang, mereka berbincang banyak hal, juga memperkenalkan diri mereka. Mereka adalah Nisa, Agung, Winda, dan Dimas. Mereka ada divisi marketing yang dipimpin langsung oleh Arman dan Reyhan.
Dari semua yang ada, mata Shahnaz tertuju ke arah Winda. Dia wanita muda yang cantik dan cerdas. Terlihat dari cara bicaranya yang anggun dan berpendidikan. Tentunya, setiap pria normal di kantor Reyhan pastinya akan tertarik kepadanya.
Entah mengapa selepas makan malam itu, Shahnaz terus membahas Winda dengan sang suami.
Sebagai seorang wanita yang juga merupakan seorang istri dari pria yang tampan dan mapan, sudah sepatutnya Shahnaz waspada.
Meskipun Winda bersikap normal, tapi Shahnaz bisa merasakan jika ada raut ketertarikan kepada Reyhan. Oleh karena itu, Shahnaz membahasnya hanya untuk mengetahui reaksi Reyhan.
" Mas, Winda itu anak baru ya ? Kok kayaknya aku baru lihat ya ? " selidik Shahnaz.
" Enggak juga, udah ada 1 tahun kerja. Cuma kalau dibanding yang lain, dia memang paling baru " jawab Reyhan apa adanya.
" Orangnya cantik ya, terus kayaknya pinter gitu " puji Shahnaz.
" Cantik mah relatif sayang. Kalau pinter sih harus Mas akui kalau dia memang pinter, banyak pekerjaan terbantu berkat dia " timpal Reyhan.
Shahnaz hanya menggut-manggut saja mendengar penjelasan Reyhan.
" Pasti dia jadi primadona deh di kantor " celetuk Shahnaz lagi sambil membetulkan posisi Rendra yang tertidur dalam pangkuannya.
Reyhan tersenyum tipis, ia sadar jika sang istri dalam mode waspada saat ini.
" Mas gak tahu, sayang. Lagian bukan urusan Mas juga. Udah ah, gak usah bahas-bahas lagi orang lain ! " sahut Reyhan.
Mendengar seruan Reyhan, Shahnaz pun tak menyinggung lagi hal itu. Shahnaz percaya jika sang suami adalah pria setia dan ia pun mengerti agama. Jadi, rasanya tidak mungkin jika Reyhan memilih untuk bermain api atau pun main hati.
Hari-hari kembali dilalui oleh pasangan suami istri itu seperti biasanya. Suasana harmonis selalu tercipta dalam kehidupan rumah tangga mereka jadi sepertinya mereka akan jauh dari cela.
Tapi, siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Bahkan Tuhan semesta alam punya caranya sendiri untuk menguji keimanan dan kesabaran hamba-hambanya.
Selalu berinteraksi bersama-sama dengan Winda, membuat Reyhan sedikit demi sedikit tertarik kepada wanita yang lebih muda dari istrinya itu.
Apalagi di mata Reyhan, Winda adalah seorang gadis muda yang berprestasi. Selain cantik dan cerdas, wanita itu juga berperan besar dalam meningkatkan penjualan di perusahaan. Apalagi selama ini, Reyhan tidak pernah melihat Winda berinteraksi berlebihan dengan pria-pria yang ada di perusahaannya. Wanita itu selalu bisa menjaga marwahnya dari para pria yang memujanya.
Hari itu, Reyhan, Arman dan Winda baru saja bertemu dengan klien. Mereka membicarakan kerja sama untuk pembangunan proyek perumahan baru. Perusahaan Reyhan memang bergerak di bidang properti.
Hari memang sudah berganti malam saat mereka selesai meeting.
" Kita langsung pulang saja, tidak perlu kembali ke kantor ! " seru Reyhan kepada Arman dan Winda.
" Waduh, kendaraan kita masih di kantor pak " ucap Arman.
" Kalau kita balik ke kantor dulu, malah lebih muter belum lagi jam segini jalanan pasti macet, bisa-bisa sampai rumah malem banget " sebut Winda.
" Ah, iya juga ya... Aku harus balik arah lagi kesini dong " sahut Arman setuju.
" Ya sudah, kalau gitu saya antar kalian pulang saja. Besok kalian pergi ke kantor pakai kendaraan umum dulu. Gak apa-apa kan ? " cetus Reyhan.
Arman dan Winda saling berpandangan, kemudian mereka pun mengangguk pertanda setuju dengan usul dari bos mereka.
" Eh tapi pak, masa bos anterin karyawannya ? " sanggah Arman merasa tak enak dengan tawaran Reyhan.
" Sekali-kali gak apa-apa kali, man. Asal gak keseringan " seloroh Reyhan membuka pintu mobilnya.
" Udah, ayo masuk ! Nanti malah kemalaman kalau kebanyakan mikir ! " seru Reyhan lagi sambil duduk di belakang kemudi.
Alhasil Arman dan Winda pun menuruti ucapan Reyhan. Arman turun lebih dulu, karena letak rumahnya tak terlalu jauh dengan tempat pertemuan tadi.
Sekarang tinggal Reyhan dan Winda berdua di dalam mobil. Winda duduk di belakang karena tadi Armanlah yang duduk di samping Reyhan.
" Maaf ya pak. Jadinya bapak jadi kayak sopir karena saya duduk di belakang " ucap Winda memecah keheningan di antara mereka.
" Gak apa-apa, Win " jawab Reyhan singkat, ia melirik ke arah Winda dari kaca spion depannya sambil tersenyum tipis.
Ish, ganteng banget sih Pak Reyhan. Orangnya baik lagi. Seneng banget kalau bisa jadi istrinya.
Batin Winda sambil mencuri pandang ke arah Reyhan yang fokus mengendarai mobilnya.
" Saya turun di depan aja, Pak. Gak enak nanti bapak kejauhan kalau anterin saya sampai rumah " ucap Winda.
Reyhan mengernyitkan keningnya.
" Memangnya udah deket ? " tanya Reyhan sambil menatap Winda dari spion.
Mata mereka tak sengaja saling bertabrakan hingga akhirnya Reyhan mengalihkan pandangannya menuju jalan kembali.
" Masih lumayan sih, Pak. Saya gak enak aja kalau bapak harus anter saya, takutnya Bu Shahnaz udah nungguin bapak di rumah " jawab Winda sengaja sok perhatian.
" Istri saya baik kok, dia gak pernah mempermasalahkan apapun selama saya jujur sama dia " sahut Reyhan.
" Wah, bahagia banget ya Pak, kalau punya istri kayak Bu Shahnaz " ucap Winda lagi sengaja memuji Shahnaz di depan Reyhan.
" Ya, kamu benar saya sangat bahagia " ucap Reyhan diiringi senyum bahagia.
" Istri Pak Reyhan kegiatan sehari-harinya apa Pak ? " tanya Winda lagi. Ia sengaja memancing obrolan dengan Reyhan.
" Biasa aja, jadi ibu rumah tangga. Ngurus suami sama anak " jawab Reyhan.
" Kenapa gak ikut kerja juga Pak ? Padahal saya denger dari temen-temen lain katanya Bu Winda itu seorang designer interior ya Pak. Wah bisa banget bantu bapak di kantor. Kan enak Pak, kalau punya istri satu kerjaan sama kita bisa banyak waktu bersama " papar Winda.
Reyhan tak menyahut ucapan Winda. Ia hanya diam dan sedikit terpikir mengenai ucapannya tadi.
" Eh, maaf ya Pak kalau saya salah bicara " ucap Winda khawatir jika Reyhan salah tangkap dengan ucapannya.
" Tidak apa " jawab Reyhan singkat.
" Maaf ya, Pak. Saya itu sebetulnya kagum banget lihat Bu Shahnaz. Istri idaman banget, cantik, baik, sholehah, pinter. Cocok banget sama bapak. Beda sama saya, sejak ayah saya meninggal, saya harus jadi tulang punggung keluarga. Ibu saya sakit-sakitan, sementara kakak saya sudah berumah tangga dan sibuk mengurus keluarganya sendiri. Tapi saya ikhlas kok, Pak. Karena itu saya kerja keras supaya bisa membahagiakan ibu saya " beber Winda.
Entah mengapa mendengar penjelasan dari Winda, hati Reyhan merasa kagum. Di usianya yang masih muda, ia harus membiayai ibunya. Pantas saja jika Reyhan tidak pernah melihat Winda dekat dengan pria atau pergi hang out bersama teman-temannya.
" Di depan belok kiri ya Pak. Rumah saya yang di ujung " ucap Winda mengarahkan Reyhan.
Reyhan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Winda hingga mereka akhirnya berhenti di depan sebuah rumah.
" Terima kasih ya Pak, sudah mau mengantar saya ! Bapak mau mampir dulu ? " tawar Winda saat turun dari mobil Reyhan.
" Tidak usah, kalau begitu saya permisi " pamit Reyhan.
Winda masih berdiri di depan pagar rumahnya saat Reyhan memutarkan mobilnya. Kemudian ia bergerak masuk saat Reyhan melajukan kendaraannya.
Saat Winda membuka pagar, kepala Reyhan keluar dari kaca jendela.
" Win, besok biar saya jemput kamu. Lagian motor kamu di kantor kan " ucap Reyhan.
Winda pun menganggukkan kepala.
Yes, umpannya udah disambar. Tinggal tarik pancingannya.
OTW jadi istri bos
Senyum mengembang di wajah Winda. Ini yang ia harapkan sejak lama, dan ia yakin ia bisa mendapatkan hati Reyhan.
Reyhan pulang ke rumah agak malam dan Shahnaz dengan setia menunggu kedatangannya.
" Kok pulangnya maleman, Mas ? " tanya Shahnaz menyambut Reyhan dengan senyuman manis.
" Ya, tadi ada meeting sampai sore banget. Habis itu aku anterin Arman sama Winda dulu soalnya kalau balik ke kantor dulu bisa-bisa pulangnya lebih malam lagi. Gak apa-apa kan sayang ? " tanya Reyhan setelah mengatakan yang sejujurnya.
" Gak apa-apa Mas. Aku seneng, berarti Mas ini atasan yang perhatian sama karyawannya " jawab Shahnaz sambil mengusap lengan Reyhan.
" Mas pasti lapar. Ayo makan dulu ! Aku udah masakin makanan kesukaannya Mas Rey " seru Shahnaz sambil menggandeng lengan Reyhan menuju ke meja makan.
" Rendra mana ? "
" Rendra baru aja tidur. Kelamaan nungguin Mas pulang, akhirnya dia ketiduran " jawab Shahnaz.
" Kasihan anak itu. Maafin Mas ya ! " ucap Reyhan menyesal.
" Gak apa-apa, Mas. Lagian juga Mas Reyhan kan kerja. Kerja buat istri sama anak itu ibadah kan ? " sahut Shahnaz sambil menyodorkan sepiring nasi beserta lauk pauknya.
Reyhan tersenyum menatap Shahnaz. Ia sangat bersyukur memiliki istri seperti Shahnaz. Namun, sesaat kemudian Reyhan teringat cerita Winda tadi mengenai jalan hidupnya dan ia sangat ingin membantu Winda.
Waktu terus berlalu, tidak ada yang salah dengan sikap Reyhan selama ini. Jadi Shahnaz tidak pernah memiliki pikiran buruk tentang sang suami yang sangat dicintainya itu.
Lain Shahnaz, lain pula yang terjadi dengan Reyhan. Sepertinya ia telah tertawan kepada Winda. Dimulai dari rasa kagum dan iba dengan apa yang dilakukan wanita muda itu dalam membiayai keperluan hidupnya dan sang ibu. Kini Reyhan merasakan ada rasa lain di dalam hatinya dan Reyhan kini sampai pada keinginan untuk meminang Winda sebagai istri keduanya.
Saat itu Reyhan tengah berdua bersama Winda selepas melihat progres pembangunan proyek perumahan milik Reyhan. Arman tidak ikut bersama mereka, karena Arman harus menyelesaikan pekerjaan lain.
Reyhan langsung mengutarakan keinginannya kepada Winda saat mereka tengah makan siang.
" Winda... Maaf sebelumnya kalau saya lancang. Sebenarnya saya tertarik untuk meminang kamu sebagai istri kedua saya " ucap Reyhan.
Tentu saja ucapan Reyhan yang tak diduga itu membuat Winda tersedak. Reyhan lantas menyodorkan segelas air kepada Winda hingga akhirnya wanita itu meminumnya hungga tandas.
" Maksud Pak Reyhan ? Bapak mau menikahi saya ? " tanya Winda meyakinkan bahwa apa yang didengarnya itu tidak salah.
" Iya, jika kamu bersedia. Jujur saja saya merasa tertarik dan kagum melihat kerja kerasmu menjadi tulang punggung keluargamu. Aku juga ingin meringankan bebanmu dan menjadikanmu ratu " jawab Reyhan sambil menatap wajah wanita muda di depannya ini.
Jika biasanya ia akan menjaga pandangannya, maka kali ini ia menatap Winda lebih lama sebelum akhirnya ia menundukkan kepalanya.
Winda tersenyum samar. Inilah yang ia harapkan, tawaran menjadi istri Reyhan tak peduli meskipun itu hanya menjadi istri keduanya.
" Bapak yakin untuk menikahi saya ? Saya ini hanya orang biasa Pak. Mana pantas menjadi istri orang hebat seperti Bapak. Apalagi jika saya harus berdampingan dengan Bu Shahnaz, saya merasa sangat tidak pantas " ucap Winda, mencoba menarik ulur agar Reyhan semakin yakin jika dirinya memang pantas untuk dinikahi oleh Reyhan.
Dan perkataannya berhasil. Reyhan bahkan menggenggam tangannya. Sentuhan fisik yang pertama kali dilakukan oleh Reyhan meskipun mereka sering kali pergi bersama. Dan Winda sangat bahagia, karena itu berarti Reyhan memang benar-benar berniat untuk serius.
" Saya yakin dengan pilihan saya. Kamu dan Shahnaz bisa berdampingan sebagai istri saya. Kamu bisa membantu dan mendampingi saya saat bekerja. Seperti yang kamu ucapkan tempo hari, akan sangat menyenangkan jika bisa bekerja bersama dengan pasangan kita di kantor. Sedangkan Shahnaz, dia bisa membantu saya di rumah. Saya rasa saya bisa bersikap adil " ucap Reyhan lagi dengan tegas.
Winda menatap tangannya yang digenggam oleh Reyhan, hingga Reyhan sadar dan segera melepaskan genggamannya.
" Maaf... " ucap Reyhan merasa bersalah.
" Tidak apa, Pak. Saya merasa tersanjung karena Bapak memilih saya. Jujur saja, saya juga merasakan perasaan lain kepada Bapak. Tapi saya selama ini menahannya karena saya tidak ingin dicap sebagai pelakor, perusak rumah tangga orang lain " ucap Winda jujur.
" Benarkah ? " tanya Reyhan antusias.
Winda mengangguk sambil menatap Reyhan.
" Kalau begitu, kita bisa menikah secepatnya. Saya tidak mau kita melakukan hal-hal terlarang sebelum halal " ucap Reyhan lagi.
" Kalau Bapak serius mau menikahi saya, Bapak harus memenuhi syarat yang saya minta " ucap Winda.
" Katakan apa syarat yang kau mau ? "
" Sebelum Bapak menikahi saya, Bapak harus mendapatkan ijin dari Bu Shahnaz untuk menikah lagi. Selain itu, saya tidak ingin satu rumah dengan Bu Shahnaz " ucap Winda.
Reyhan mengernyitkan keningnya hingga kemudian dengan segera Winda meluruskan ucapannya.
" Bukan apa-apa, Pak. Saya hanya berusaha untuk menjaga perasaan Bu Shahnaz saja karena meskipun ia mengijinkan, tentunya akan ada rasa tidak nyaman jika harus tinggal satu atap bersama dengan madunya " jelas Winda.
Penjelasan yang masuk akal bagi Reyhan.
" Lalu, apa masih ada syarat lain ? " tanya Reyhan.
" Saat Bapak melamar saya, saya harap Bu Shahnaz dan orang tua Bapak bisa datang. Itu untuk menunjukkan jika memang hubungan kita direstui oleh semua keluarga Bapak dan tidak ada suara-suara sumbang setelah kita menikah nanti. Apakah Bapak bersedia ? " tanya Winda.
Sesaat Reyhan bergeming. Ia tidak tahu reaksi apa yang akan diberikan oleh Shahnaz dan kedua orang tuanya. Tapi ia pun segera menyanggupi syarat yang diberikan oleh Winda.
Dan tentu saja, Winda merasa sangat bahagia.
" Saya juga ada syarat yang harus kamu penuhi " ucap Reyhan membuat Winda sedikit kaget mendengarnya.
" Syarat apa, Pak ? " tanya Winda cemas. Ia khawatir Reyhan akan memberikan syarat yang menyulitkannya.
" Setelah menikah nanti, saya mau kamu menutup aurat kamu. Kamu hanya bisa memperlihatkannya kepada saya karena kelak setelah menikah, saya yang bertanggung jawab atas dirimu " jawab Reyhan.
Winda menghembus nafasnya lega. Dengan segera ia menyetujui syarat yang diberikan oleh Reyhan. Jangankan setelah menikah, saat ini juga Winda bersedia melakukannya.
" Baiklah, karena kamu sudah setuju maka saya akan melamarmu akhir pekan ini bersama Shahnaz dan orang tua saya " imbuh Reyhan pada akhirnya memberi keputusan.
Mata Winda berbinar mendengar keputusan Reyhan. Dan ini berarti statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi Nyonya Reyhan Cakratama.
Reyhan tiba di rumah dan mendapati sang istri dan sang anak tengah menonton televisi.
" Assalamu'alaikum " ucap Reyhan.
" Wa'alaikumsalam " jawab Shahnaz dan Rendra.
Mereka lantas berdiri menyambut Reyhan. Rendra bahkan langsung meminta digendong oleh sang ayah dan Reyhan pun dengan sigap mengikuti kemauan sang anak.
Di dalam hatinya Reyhan tengah memikirkan cara untuk mengemukakan keinginannya kepada Shahnaz.
" Sayang... Nanti ada yang mau Mas omongin. Tapi sesudah Rendra tidur aja " ucap Reyhan serius.
Entah mengapa, mendengar ucapan Reyhan ada perasaan tak nyaman di dalam hati Shahnaz. Tapi, Shahnaz segera menepisnya dan ia segera menganggukkan kepala.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!