Wanita cantik baru saja keluar dari dalam toilet tempat nya menginap di kota tersebut. Dia adalah Gania Mala Saregar. Wanita berusia 26 tahun serta seorang CEO di salah satu perusahaan besar milik keluarganya. Kania terus menatap benda panjang di tangannya yaitu benda untuk tes kehamilan. Di dalam benda tersebut memperlihatkan dua garis merah, yang menandakan bahwa Gania positif hamil.
Gania yang melihat benda tersebut begitu sangat bahagia, setelah penantian yang cukup lama yaitu dua tahun, akhirnya Gania hamil juga. Kania segera memasukan testpack ke dalam tas nya, dan segera keluar dari kamar hotel.
Hari ini adalah hari terakhir Gania berada di Singapure, untuk melakukan suatu proyek di Singapure yang mengharuskan dirinya pergi tanpa sang suami. Di dalam mobil Gania begitu tidak sabar untuk segera sampai di Jakarta, untuk memberi tahu Desta yaitu suaminya, kalau dia sedang mengandung.
Perjalanan cukup jauh, antara Singapure menuju ke Jakarta. Setelah hampir beberapa jam akhirnya pesawat pun sudah berhasil landing di kota Jakarta. Hari ini Gania sengaja tidak memberi tahu Desta jika dia akan pulang ke Jakarta. Satu buah mobil mewah sudah siap menunggu Gania di depan bandara. Gania langsung masuk begitu saja ke dalam mobil, saat pintu mobil secara otomatis sudah terbuka.
Gania yang ada di dalam mobil terus menatap ke arah jalan yang tidak terlalu ramai di sore hari. Ia benar-benar merindukan kota kelahirannya setelah satu bulan berada di Singapure, bahkan dia juga begitu merindukan suaminya, dan tidak sabar untuk berjumpa. Setelah Perjalanan hampir satu jam, Gania pun sudah sampai di sebuah apartemen mewah miliknya bersama Desta. Gania sudah turun dari mobil dengan membawa buket bunga yang berukuran cukup besar. Pasalnya hari ini adalah hari anniversary Gania dan Desta yang ke dua tahun. Gania terus melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam lift, dan lift pun kembali tertutup untuk menuju ke lantai 5, di mana letak apartemen Gania dan Desta berada.
Setibanya di lantai 5. Tiara sudah berjalan ke arah apartemen miliknya. Namun sebelum Gania masuk ke dalam apartemen ia memberikan parfum ke arah buketnya agar harum dan segar dan tidak lupa juga meraih beberapa tes pack yang ada di dalam tasnya, untuk nanti ia tunjukan kepada Desta. Gania benar-benar sudah tidak sabar melihat ekspresi Desta saat mengetahui bahwa Gania sudah hamil anaknya.
Gania langsung membuka pintu Apartemen dengan kartu apartemen yang selalu ia bawa ke mana-mana. Saat masuk ke dalam apartemen, Gania melihat semua lampu apartemen mati, kecuali satu kamarnya bersama Desta yang terus menyala. Mungkin Desta sedang beristirahat di kamar karena kelelahan seharian bekerja, dan tidak sempat menyalakan lampu di ruangan yang lainnya pikir Gania di dalam hati.
Namun saat Gania semakin masuk ke dalam apartemen, ia melihat ada hils seorang wanita berwarna putih berserakan di lantai. Gania semakin melangkahkan kakinya karena penasaran hils siapa yang berada di apartemnnya. Saat Gania semakin dekat ke arah kamar. Ia melihat sebuah celana dalam wanita yang juga berserakan di lantai, Gania juga melihat baju seorang wanita yang juga berserakan di depan kamar. Gania yang melihat semua benda yang bukan miliknya seketika merasa bingung dan aneh.
Seketika langkah Gania terhenti saat mendengar suara yang begitu jelas terdengar di telinganya.
"Ahhhh.. Ahhh.. mas.." Gania yang mendengar suara rintihan seorang wanita yang begitu jelas, bahkan Gania mendengar suara tersebut begitu halus dan juga manja.
Gania yang mendengar suara tersebut semakin mendekat ke arah kamar.
"Plok.."
"Plok.."
"Plok.."
"Ahhhh.."
"Ahhhhh.."
"Enak sayang "
Suara seorang wanita yang yang terus merintih di dalam kamar.
Gania semakin mendengar jelas suara rintihan tersebut, bahkan Gania juga mendengar rintihan suaminya, seakan-akan sedang menikmati aktifitasnya.
"Ahhh.."
"Ahhh.."
"Oh.. yes.. Oh.. No.."
"Terus sayang.. lebih kencang." pinta wanita itu dengan sangat manja, hingga membuat Gania bergidik merinding.
Gania yang mendengar suara-suara laknat tersebut seketika sudah tidak bisa untuk menahannya. Bagaimana bisa Desta membawa seorang wanita di dalam kamarnya tanpa sepengatahuan istri dan tanpa izin istrinya.Gania secara langsung membuka pintu yang sedang tidak di kunci, lalu mendorong pintu begitu saja secara lebar-lebar.
Benar saja saat Gania sudah membuka pintu kamar, ia melihat suaminya sedang bercinta dengan seorang wanita di salam satu selimut. Bahkan saking asiknya mereka berdua bercinta, mereka tidak menyadari dengan kehadiran Maura di apartemen tersebut. Gania yang melihat adegan syur suaminya dan perempuan tersebut seketika dadanya menjadi sesak, bahkan ia merasa kakinya sudah tidak lagi menapak pada tanah.
"Mas.." teriak Gania.
Desta yang masih sibuk dengan aktifitasnya seketika berhenti kala mendengar suara Gania. Desta seketika menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Gania.." Desta yang seketika beranjak menjauh dari tubuh wanita di bawahnya dan menyudahi aktifitasnya.
Gania menatap kecewa ke arah Desta suaminya, dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Buket bunga yang sedang di genggamannya seketika terjatuh begitu saja di atas lantai. Desta yang melihat istrinya seketika langsung memakai celana boxsernya dan segera turun dari ranjang tempat tidur.
"Aku bisa jelasin, sayang.." Desta yang berjalan mendekat ke arah Gania. Dan tiba-tiba.
"Plak!." satu tamparan sudah mendarat ke arah pipi Kanan Desta.
"Siapa wanita yang ada di dalam selimut itu? hah.. siapa?." Bentak Gania sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tempat tidur, untuk melihat siapa yang tidur dengan suaminya.
Desta yang melihat Gania berjalan mendekat ke arah ranjang tempat tidur, mencoba untuk mencegahnya.
"Gania.. aku bisa jelasin, ayo keluar." Desta yang mencoba menarik tangan Gania.
"Plak!." Gania yang kembali menampar pipi Desta. "Siapa wanita itu? wanita mana yang kamu bawa ke kamar kita?." tanya Gania di depan Desta, namun Desta hanya diam saja.
"Kenapa kamu tidak bisa jawab mas.. hah.. kenapa?."
"Dia bukan siapa-siapa, sayang." Desta yang terus mencegah Gania agar tidak mendekat ke arah wanita tersebut.
"Lepasin!." Gania yang sudah mengibaskan tangannya secara kasar agar bisa lepas dari genggaman Desta. Gania seketika langsung menarik selimut putih yang menutupi tubuh serta wajah wanita tersebut.
Saat selimut sudah terjatuh ke lantai, Gania di kejutkan dengan wanita yang ada di dalam selimut tersebut. "Vania?." ucap Gania yang terus menatap tubuh wanita tersebut yang belum memakai sehelai kain apapun di tubuhnya.
Gania begitu syok saat melihat Vania yaitu adik tirinya. Yaitu anak dari ibu tirinya yang di nikahi oleh ayahnya dua tahun yang lalu. Usianya lebih muda dua tahun dari Gania
Wanita itu hanya diam dan menunduk, sambil meringkuk untuk menutupi tubuh polosnya. Namun Gania bisa melihat dari postur tubuhnya dan rambut nya bahwa itu adalah Vania adik tirinya.
Gania yang melihat Vania yang di tiduri oleh suaminya seketika menitikkan air matanya. Gania tidak menyangka mereka bermain serong di belakangnya.
"Sayang.. aku bisa jelasin.. aku dan Vania hanya_."
"Diam!." bentak Gania menatap ke arah Desta. "Kenapa kalian tega kapadaku ha.. kenapa?" Gania yang sudah menjatuhkan air mata sambil menatap ke arah mereka berdua.
Desta dan Vania yang melihat Gania marah dan menangis hanya diam. Mereka terlanjur basah kuyup dan sudah tidak bisa berkutik apa-apa.
"Dan kamu Vania." Gania yang menatap ke arah Vania."Kenapa kamu tega kepada kakakmu sendiri, kenapa kamu tega tidur dengan suami kakakmu sendiri? kenapa?." teriak Gania sambil menggoyahkan tubuh Vania berkali-kali.
Vania yang mendapat sentuhan dari kakak tirinya tentao diam.
"Kenapa kamu diam, Vania? jawab pertanyaan kakak, kenapa harus mas Desta? kenapa?." teriak Gania lagi.
"Karena aku mencintai mas Desta kak." jawab Vania yang sudah mengangkat wajahnya lalu menatap ke arah Gania.
Gania yang mendengar jawaban dari Vania semakin terkejut."Kamu mencintai mas Desta?."
"Iya.. selama ini aku mencintai mas Desta, dan iri kepada kakak, karena kak Desta lebih memilih kakak dari pada aku, padahal aku yang duluan dekat dengan mas Desta."
"Jadi selama ini kamu mencintai mas Desta, dan tidak terima jika mas Desta menikahi kakak?."
"Iya.." jawab Vania tanpa merasa bersalah sama sekali."Bahkan mas Desta juga mencintai aku."
"Vania." teriak Desta yang sekaan tidak setuju dengan ucapan Vania.
"Apa kak.. bukannya kakak juga mencintai aku, jika tidak cinta kenapa kakak mau tidur dengan ku, bahkan kita sudah berkali-kali tidur bersama." ucap Vania.
"Vania.. jaga ucapan mu." ucap Desta lagi.
Gania yang mendengar ucapan Vania semakin syok, hatinya benar-benar merasa sakit, dia tidak menyangka orang terdekatnya yang justru menyakitinya.
"Aku benar-benar kecewa dengan kalian berdua, aku tidak akan pernah memaafkan perbuatan kalian berdua kepadaku!." teriak Gania, lalu berjalan keluar kamar begitu saja dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Alat tes kehamilan yang dari tadi di genggamnya seketika Gania jatuhkan begitu saja di depan kamar, karena menurutnya benda tersebut sudah tidak ada gunanya lagi, mungkin sudah tidak di inginkan lagi oleh suaminya saat ini.
"Gania.." panggil Desta, yang berlari untuk mengejar Gania, namun di cegah oleh Vania.
"Tidak usah di kejar mas.." Vania yang seketika menarik tangan Desta.
"Lepaskan, Vania. Aku harus mengejar Gania." Desta yang menoleh ke arah Vania.
"Untuk apa mas mengejarnya, percuma.. karena kak Gania sudah tidak akan mendengarkan perkataan kakak, kita sudah terlanjur ketahuan." ucap Vania lagi agar Desta tidak keluar dari kamar.
"Terserah apa katamu, aku akan tetap meyakinkan Gania, bahwa ini salah paham." Desta yang menarik tangannya dari genggaman Vania.
"Salah faham? kamus sendiri yang bilang kepadaku kalau kamu juga mencintaiku mas."
"Stop Vania.. aku harus mengejar Gania, dan lepaskan tanganku." Desta yang menarik tangannya secara paksa, lalu meraih kaos di depan kamar.
Saat Desta meraih kaos yang berserakan di depan kamar, matanya tertuju kepada benda kecil yang terlihat jelas terdapat garis merah dua di sana. Desta seketika meraih benda tersebut lalu menatapnya dengan tajam.
"Apakah Gania sedang hamil.. astaga.. istriku sedang hamil." ucap Desta.
"Gania..." teriak Desta kembali beranjak berdiri dan langsung berlari untuk keluar dari aparteman mengejar istrinya.
Vania yang masih duduk di ujung ranjang tempat tidur dengan badan yang masih polos, seketika tersenyum kecut."Hem.. sepertinya rencanaku, dan mama berhasil, membuat Gania, hancur, dan kecewa, ini belum seberapa Gania, mas Desta akan menjadi milikku, dan akan ku buat dia menikahi ku." ucap Vania pelan.
Desta terus berlari mencari Gania ke arah kanan dan kiri, namun Gania sudah tidak ada di depan aparteman."Di mana Gania." Desta yang berjalan menyusuri koridor apartemen.
Saat tiba di ujung ruangan, Desta melihat Gania istrinya sedang menangis di tepi ruangan, dengan menunduk. Desta yang melihat Gania seketika mencoba untuk mendekat.
"Sayang.." panggil Desta.
Gania yang mendapat panggilan tersebut seketika kembali beranjak berdiri, dan meninggalkan Desta begitu saja, namun baru beberapa langkah Gania berjalan, Desta lebih dulu menarik tangannya.
"Jangan menyentuhku!." Gania yang menarik tangannya secara kasar.
"Apa kamu sedang hamil?." tanya Desta.
Gania yang mendapat pertanyaan dari Desta seketika diam.
"Aku tanya kepada mu, Gania.. apa kamu sedang hamil?."
"Tidak." jawab Gania.
"Lalu ini apa? bukankah ini milikmu?." Desta yang menunjukan alat tes pack kepada Gania.
"Bukan.. itu bukan milikku." jawab Gania lalu kembali melangkahkan kakinya begitu saja untuk pergi.
"Jangan berbohong, Gania." Desta yang kembali menarik tangan Gania. "Kenapa kamu tidak bilang kepadaku, jika kamu sedang hamil."
"Bagaimana aku mau bilang, jika kamu sedang enak tidur bersama adik tiriku!." bentak Gania dengan air mata tak kunjung berhenti.
"Itu semua tidak seperti yang kamu bayangkan, aku dan Vania tidak ada apa-apa, Gania."
"Tidak ada apa-apa, kamu bilang tidak ada apa-apa? kalian tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada apa-apa.. kamu kira aku buta!." bentak Gania.
"Itu hanya sebuah kesalahan, Gania."
"Kesalahan.. apakah kesalahan bisa tidur berkali-kali? itu namanya bukan kesalahan, namun kesengajaan!."
"Aku hanya sekali ini saja tidur bersama Vania, apa yang di katakan Vania tadi bohong, percaya lah padaku."
"Apa yang harus aku percaya padamu, apa? seorang suami yang berselingkuh dengan adik tirinya? iya?."
"Gania.. aku tahu aku salah, maafkan aku.." Desta yang mencoba untuk memeluk Gania namun Gania langsung menolaknya begitu saja.
"Aku minta cerai." ucap Gania secara tiba-tiba.
"Cerai? apa kamu gila, kamu sedang hamil, Gania."
"Aku akan menggugurkan anak ini secepatnya." ucap Gania secara lantang.
"Apa? kamu akan menggugurkan anak kita? jangan gila kamu Gania."
"Aku gila? kamu yang gila!." Gania yang sudah tidak mengindahkan ucapan Desta lagi, ia kembali berjalan pergi dari apartemen.
"Gania.. jangan lakukan itu..." Desta yang terus mengajar Gania, namun Gania sama sekali tidak mengindahkannya.
Malam hari, Gania memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuannya . Karena ia sangat malas jika bertemu dengan Desta suaminya di apartemen, apa lagi apartemen tersebut sudah menjadi tempat laknat untuk Desta dan juga Vania. Walaupun sebenarnya Gania juga malas untuk pulang ke rumah, karena ada Vania dan juga ibu tirinya yaitu nyonya Dewi.
Semenjak kematian sang ibu 10 tahun yang lalu saat Gania masih berusia 16 tahun. Tuan Maxim selaku ayah dari Gania memutuskan untuk menikahi janda beranak satu. Sebenarnya Gania tidak setuju jika ayahnya menikah lagi, karena sedari awal Gania merasa bahwa ibu tiri serta adik tirinya tersebut mempunyai tujuan lain untuk menikahi ayahnya. Bahkan ayahnya kerap sakit-sakitan setelah menikah dengan ibu tirinya. Padahal saat dulu belum menikah dengan ibu tirinya tersebut, sang ayah selalu sehat.
Gania berjalan masuk ke dalam rumah saat pintu rumah sudah di buka oleh dua penjaga rumah. Gania terus berjalan menatap ke arah isi ruangan, rumah tampak sepi hanya terdengar suara tv yang menyala. Gania melihat Vania wanita yang tadi sore tidur dengan suaminya kini sedang duduk santai sambil menikmati acara tv, seakan-akan dia tidak merasa bersalah akan kesalahan yang di lakukan nya bersama Desta.
Gania berjalan mendekat ke arah Vania, ingin rasanya Gania mencakar atau menjambak rambut wanita tersebut, namun Gania tidak perlu melakukan semua itu, menurutnya dia adalah wanita mahal, tidak perlu marah-marah, bahkan sampai kehilangan kendali, karena itu akan membuat mahkotanya jatuh.
"Di mana ayah?." tanya Gania berdiri di samping Vania.
Vania yang melihat ke hadiran Gania di rumah tersebut seketika terkejut."Kak Gania.." ucap Vania yabg sudah beranjak untuk duduk.
"Aku tanya di mana ayah!." tanya lagi Gania dengan sedikit membentak.
"Dia ada di dalam kamar." jawab Vania.
Gania tidak lagi menjawab ucapan Vania, dia langsung berjalan begitu saja ke arah kamar ayahnya. Vania yang melihat Gania langsung pergi begitu saja seketika langsung mengikutinya.
Gania sudah berada di depan pintu kamar, Gania bisa melihat nyonya Dewi yaitu ibu tiri nya sedang menyuapi obat untuk ayahnya, yang katanya itu adalah obat jantung untuk sang ayah, padahal Gania tahu, bahwa itu adalah obat agar ayahnya semakin sakit dan sekarat.
Gania seketika menepis tangan ayahnya begitu saja, hingga obat yang ada di telapak tangan sang ayah jatuh ke lantai.
"Gania.." ucap nyonya Dewi menatap ke arah Gania.
"Sampai kapan tante akan memberikan obat gila itu kepada ayah? sampai ayah sudah tidak berdaya lagi?." ucap Gania yang berdiri tidak jauh dari sang ayah dan juga ibu tirinya.
"Kamu ini apa-apaan sih Gania, itu obat ayah." ucap tuan Maxim.
"Obat itu bukan obat ayah, obat itu berbahaya yah.. obat ibu bukan membaut ayah sembuh. Melainkan membuat ayah semakin sakit." ucap Gania.
"Gania.. kamu berbicara apa? itu obat ayah yang sudah dokter berikan kepada mama untuk ayah, agar ayah cepat sembuh."
"Stop tante.. mungkin tante bisa membohongi ayah, namun tidak dengan ku, aku tidak bodoh." Gania yang menatap benci ke arah ibu tirinya.
"Gania.. jangan ucapanmu, tidak sopan kamu berbicara seperti itu kepada mamamu." ucap tuan Maxim yang masih berbaring di atas ranjang tempat tidur.
"Mama? dia bukan mamaku, dia adalah wanita yang licik, yang menikahi ayah hanya ingin menguasai harta ayah saja, bahkan ayah di buat tidak berdaya, karena itu adalah keinginan nya, dan tujuan mereka."
Vania yang mendengar ucapan Gania seketika terkejut, tidak biasanya Gania berani berbicara seperti itu di depan ayah serta ibunya. Pasalnya Gania adalah wanita yang lemah lembut, dan tidak pernah marah-marah, namun malam ini sangat berbeda. Tidak seperti biasanya, apakah faktor suaminya yang ketahuan selingkuh, hingga membuat Gania marah-marah. Pikir Vania di dalam hati.
"Kamu kenapa Gania? kenapa datang ke rumah tiba-tiba marah-marah?." nyonya Dewi yang mendekat ke arah Gania, dan mencoba menyentuh Gania, namun dengan cepat Gania menolaknya.
"Mulai sekarang, aku akan tinggal di rumah ini, dan menjaga ayah." ucap Gania.
Nyonya Dewi yang mendengar ucapan Gania seketika terkejut. Begitu pun tuan Maxim.
"Mau berapa hari kamu tinggal di sini Gania? mama akan menyiapkan kamar untukmu sekarang, apakah Desta juga ikut? di mana dia?." tanya nyonya Dewi.
"Aku akan tinggal di rumah ini selamanya, karena ini adalah rumah ku, aku berhak kembali ke rumah ku." jawab Gania dengan sangat dingin.
"Loh kenapa? lalu bagaimana apartemen mu dengan Desta?." tanya tuan Maxim.
"Aku akan menjualnya yah, karena aku dan Desta akan segera bercerai."
"Bercerai? kenapa Gania?." Tuan Maxim yang sangat terkejut saat mendengar ucapan putrinya.
"Loh kenapa, kalian bercerai? apakah ada masalah?." nyonya Dewi yang juga ikut berantusias karena mendengar Gania akan bercerai.
"Tanyakan pada anak ayah yang satu itu, itu perbuatan dia?." Gania yang menunjuk ke arah Vania yang masih berdiri di ambang pintu.
Seketika tuan Maxim dan nyonya Dewi menatap ke arah Vania. "Ada apa Vania?."
Vania yang mendengar ucapan Gania seketika mendekat ke arah tuan Maxim dan ibunya. "Maafkan Vania ayah, ibu.. tadi sore, kak Desta memaksa ku untuk tidur bersamanya, padahal aku tidak mau, namun kak Desta memaksaku, dan ternyata selama ini kak Desta mencintaiku, bukan kak Gania, ayah.. ibu.." ucap Vania bohong sambil mendekat ke arah orang tuannya.
Gania yang mendengar ucapan Vania seketika terkejut, padahal jelas-jelas saat di apartemen tadi Vania berbicara bahwa Vania lah yang mencintai suaminya.
"Apa? Desta meniduri mu? apa kamu tidak berbohong Vania?." tanya nyonya Dewi berpura-pura syok.
"Iya ibu.. bahkan kak Desta bilang ingin mempunyai anak dari ku, karena kak Gania tak kunjung memberikan anak untuknya, mungkin mandul kata kak Desta."
"Jaga ucapan mu, Vania!." bentak Gania. "Kamu ini benar-benar tidak punya malu ya, setelah kamu merebut suamiku, kamu berkata seperti itu kepadaku? berani sekali kamu!." Gania yang ingin memukul Vania, namun di cegah oleh tuan Maxim.
"Stop Gania.. apa-apaan ini, maksudnya bagaimana? ayah tidak paham dengan ucapan kalian."
"Mas.. Desta meniduri Vania, Vania sudah di sentuh oleh Desta, suami Gania, lalu bagaimana dengan Vania, kesuciannya sudah hilang di renggut oleh Desta, bukankah Desta harus bertanggung jawab." ucap nyonya Dewi.
"Desta memang bejat, dulu dia bilang tidak mencintai Vania, dan lebih memilih Gania, lalu kenapa sekarang meniduri Vania, apa yang dia inginkan?." ucap tuan Maxim.
"Mungkin cintanya sudah luntur mas dengan Gania, karena Gania tidak kunjung hamil." ucap nyonya Dewi lagi.
Gania yang mendengar ucapan ibu tiri serta adik tirinya tersebut semakin panas, dan rasanya ingin mencabik-cabik tubuh mereka berdua.
"Bukankah itu bukan salah Vania, yah.. mas Desta sendiri yang meniduri Vania." Vania yang terus membohongi tuan Maxim, bahwa dia tidak bersalah.
"Diam kamu Vania! itu pasti kamu sudah merayu mas Desta, hingga mas Desta mau tidur bersamamu." sahut Gania.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!