NovelToon NovelToon

Istri Untuk Arga

Rencana Perjodohan

Diam seribu bahasa yang dilakukan Darin saat baru saja sampai di rumah mewah seharga 3 milyar milik papanya. Darin adalah anak terakhir dari 4 bersaudara. Kakaknya yang pertama adalah Rian yang berusia 31 tahun 6 tahun lebih tua darinya. Rian sudah menikah dan menjalankan perusahaan papanya yang sekarang sudah diambil alih olehnya. Selia kakak kedua Darin tinggal di Kanda bersama dengan suaminya. Dan kakak yang ketiga adalah Anatasya seorang artis ternama yang usianya hanya berbeda 2 tahun lebih tua darinya.

Dan Darin sendiri 25 tahun adalah putri bungsu di dalam keluarganya yang tidak memiliki pekerjaan apa-apa. Sebenarnya Darin pernah mempunyai sebuah butik terkenal miliknya, namun sudah 2 tahun silam butik miliknya dilelang karena ditipu oleh kekasihnya terdahulu. Keadaan itu membuatnya frustasi dan down, kehilangan satu-satunya berharga di dalam hidupnya. Akhirnya gadis berambut panjang lurus sebahu dengan tinggi 160 cm memutuskan untuk menjadi seorang pelayan di kedai coffe ternama tanpa sepengetahuan keluarganya dan menyamarkan identitasnya selama 1 tahun kepada orang yang baru dikenalnya.

"Kemana saja kamu baru terlihat?" tanya lelaki dengan perawakan tubuh gempal dengan tinggi 170 cm dengan kacamata minusnya dan rambut yang sudah mulai berubah warna menjadi putih.

Pertanyaan lelaki itu membuat Darin sedikit ketakutan, karena Darin sudah satu minggu tidak pulang membuat lelaki yang sering dipanggil 'Papa' olehnya mencari dirinya. Sebenarnya Darin sering tidak dicari oleh papanya, mengingat hubungan mereka berdua tidak begitu dekat sejak kejadian dua tahu lalu. Sejak kecil juga Darin dengan kedua orang tuanya tidak begitu dekat seperti kebanyakan anak dengan kedua orang tuanya. Hanya dengan Rian tempat Nania membagi keluh kesahnya.

"Aku sibuk, Pa." suara Darin terdengar kecil sambil menundukkan kepalanya sedari tadi.

Darin adalah anak yang sedikit susah diatur, sikap mandirinya kadang sulit dikendalikan oleh kedua orang tuanya. Selalu ingin tampil apa adanya di depan orang lain tanpa harus menyembunyikan kepribadiannya.

"Sekarang kamu sudah banyak berubah setelah bertemu dengan Akaz. Kami seperti nggak mengenalimu lagi."

Deg, bagai ditancap pisau belati tepat di bagian jantungnya. Darin mendadak terasa sesak saat papanya menyinggung soal Akaz, lelaki yang sangat dicintainya. Kedua bola matanya mulai berkaca-kaca namun sekuat tenaga ia mencoba menahannya agar tidak jatuh ke pipi.

Mengapa papanya selalu membahas soal Akaz, membuat dirinya semakin sedih dan merasa bersalah. Bibir Darin gemetaran, ingin rasanya ia menangis di depan papanya agar lelaki tua itu tahu bagaimana terluka hatinya saat ini.

"Maafkan aku, Pa." hanya kata maaf yang terucap dari bibir Darin dengan suara masih terdengar parau, meskipun sebenarnya begitu banyak yang ingin dibicarakan.

Darin tidak bisa berbicara banyak kepada papanya karena jika sampai salah bicara, satu kata yang keluar dari mulut papanya akan menjadi kenyataan. Darin selalu menjaga agar dirinya tidak terpancing emosi saat berbicara dengan papanya.

"Maksud papa memanggilmu untuk menjodohkan dengan seseorang," terang papanya tanpa beban.

Reaksi Darin tidak terlalu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya, karena bukan kali ini ia akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Sudah beberapa kali ia terus menolak perjodohan, dan terakhir saat kedua orang tuanya memberikan kebebasan untuknya memilih pasangan, justru semua tidak sesuai harapannya.

Akaz yang menjadi harapannya atas semua impian indah selama ini, malah mencampakkan dirinya membuat Darin trauma akan sebuah hubungan yang serius dengan lelaki. Tapi bagi papanya perjodohan ini wajib hukumnya, mau tidak mau putri bungsunya tidak bisa menolaknya.

"Siapa dia, Pa?" dengan rasa kecewa Darin bertanya akan seorang laki-laki yang akan menjadi pendampingnya.

Mungkin ini sudah waktunya bagi Darin untuk mengikuti keinginan papanya, setelah janji yang dibuat dengan papanya dua tahun lalu. Kepergian Akaz membuat dirinya berjanji kepada papanya untuk mengikuti semua kemauan papanya. Meski sebenarnya Darin tidak pernah mau menginginkannya, ia menginginkan hidup normal mempunyai pasangan pilihannya sendiri. Tapi di keluarga ini sebagai anak dari Adi Santoso, pemilik Prime Grup. Darin tidak bisa memilih menjadi dirinya sendiri.

"Putra kedua dari keluarga Harun."

Deg, Darin kaget bukan main saat mendengar nama keluarga Harun. Kedua bola matanya membulat sempurna. Mereka adalah keluarga ternama yang memiliki berbagai macam perusahaan besar. Perusahaan mereka sangat berpengaruh dalam perekonomian di negara ini, karena pemasukan dari perusahaan keluarga Harun yaitu yang bernama Lion King adalah salah satu saham terbanyak.

Darin juga dibuat bertanya-tanya antara tujuh putra dari Harun Atmaja Wiguna, siapa yang akan menikah dengannya. Secara Harun memiliki tujuh putra yang sangat tampan dan hebat. Namun ada satu antara mereka yang memiliki sikap dan sifat yang tidak begitu menyenangkan. Terkesan angkuh, cuek, dingin, datar dan sangat sulit untuk bergaul dan dekat dengannya. Semoga saja Darin tidak dijodohkan dengan orang yang dimaksud tadi, itulah doanya.

Siapa putra kedua dari keluarga Harun? Selama ini ia tidak mengenal putra-putra dari keluarga Harun. Gadis berambut panjang yang tadinya tertunduk kini menatap lekat papanya dengan tatapan sendu, seakan ingin tahu nama calon suaminya nanti. Menurut kabar berita Harun sudah bercerai 5 tahun lalu dan telah mempunyai istri baru, ketujuh putranya kini tinggal bersama kakeknya yang bernama Ardhi Bhakti pemilik sekaligus pendiri Lion King.

Perceraian kedua orang tuanya membuat ketujuh putra Harun engga untuk tinggal bersama papa dan istri barunya, karena mereka sangat membenci papa dan istri barunya. Karena mereka berdua mamanya mengalami kecelakaan mobil dan mengakibatkan lumpuh setelah bertengkar hebat bersama papanya. Kini mamanya tinggal bersama ketujuh putra dan kakeknya di Green Hills, perumahan pribadi yang sengaja dibangun oleh Ardi untuk ketujuh cucunya nanti setelah mereka menikah.

"Namanya siapa, Pa?" suara sedih Darin masih terdengar jelas namun ia mencoba menyembunyikannya.

"Arga Rakyan Atmaja Wiguna," jawab papanya dengan lengkap menyebut nama calon suami putri bungsunya.

Yang ada dalam pikiran Darin saat ini adalah bagaimana jadinya jika anak kedua bertemu dengan anak bungsu? Banyak yang bilang akan banyak kekacauan dan perselisihan antara keduanya, apa benar yang dikatakan orang?

"Atur waktu kalian bertemu, papa nggak mau menunggu lama," kata terakhir dari Adi Santoso sambil bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Darin tanpa pamit.

Setetes air mata jatuh ke pipi Darin, ingin rasanya ia meluapkan rasa sedihnya tapi kepada siapa? Di rumah ini Darin selalu dianggap tidak ada dan selalu dibanding-bandingkan dengan kakak-kakaknya. Kadang Darin merasa malas untuk tinggal bersama dengan keluarganya tapi mau bagaimana lagi, ia tidak terlatih untuk mandiri sejak kecil. Semua bergantung dengan kekayaan papanya, Darin belum berani hidup tanpa menggunakan nama keluarga besarnya.

Tatapannya kosong dan pikirannya melayang entah kemana, yang ada di pikiran Darin saat ini adalah siapa calon suaminya. Sedari tadi ia membiarkan laptop menyala tanpa disentuh sekalipun. Awalnya Darin ingin mencari nama putra kedua keluarga Harun melalui internet atau media sosial. Tapi ia belum siap jika harus bertemu dalam waktu dekat.

Sedih, galau, kacau itulah yang menggambarkan kondisi Darin saat ini. Perasaannya campur aduk tidak bisa dilukiskan, tapi ia tidak bisa mengingkari janjinya. Andai saja Azka tidak berbuat seperti itu kepadanya, pasti saat ini mereka sudah hidup bersama dan Darin tidak perlu direpotkan lagi dengan perjodohan.

Sesaat kemudian Darin menghela napas panjangnya untuk mengembalikan moodnya seperti semula, tangannya mulai menghampiri laptop yang sedari tadi diabaikan olehnya. Sedikit rasa ragu menyelimutinya saat jemari lentiknya menekan papan keyboard dengan halusnya. Dicarinya nama Arga Rakyan Atmaja Wiguna, baru saja Darin mengetik nama yang dicarinya kembali ia menarik napas panjang lalu menghempaskan secara perlahan.

Beberapa kali Darin melihat nama calon suaminya yang baru saja diketik, lalu ia menekan tombol enter seakan sudah siap melihat wajah calon suaminya. Setelah menekan tombol enter munculah beberapa foto lelaki dengan bermacam pose dengan baju yang berbeda-beda. Tapi yang membuatnya sama adalah kulitnya putih serta rambut comma serta tubuh yang berisi. Namun sayang tatapannya terkesan sinis dan dingin seolah terlihat angkuh. Ya, dia adalah Arga Rakyan Atmaja Wiguna putra kedua dari keluarga Harun pemilik Lion King Grup.

Arga yang dikenal sosok lelaki yang dingin datar, angkuh, namu pendiam tidak banyak bicara adalah calon suaminya. Bagaimana bisa papanya menjodohkan es batu kepadanya? Padahal masih banyak putra dari Harun yang memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan bahkan lebih tampan. Tapi mengapa harus dia?

Tujuh Pangeran Tampan

Suasana pagi kediaman Ardhi Bhakti seperti biasa dipenuhi dengan tujuh lelaki tampan putra dari Harun Atmaja Wiguna. Memang Harun Atmaja Wiguna dikaruniai tujuh putra yang sangat tampan, selain tampan mereka juga memiliki pribadi yang baik dan juga mapan. Meskipun nyatanya Harun dan istrinya Saskia ingin sekali mempunyai seorang anak perempuan, dulu. Tapi tuhan menitipkan mereka ketujuh kurcaci kecil yang sekarang menjelma menjadi lelaki tampan yang digilai kaum hawa.

Putra pertama atau si sulung adalah Zein Rakyan Atmaja Wiguna, dia adalah lelaki yang mempunyai sifat hampir mirip seperti Arga, namun Zein masih bisa bercanda dengan adik-adiknya tapi tidak dengan Arga. Zein adalah CEO utama di perusahaan kakeknya yang saat ini ia pegang, bersama Arga adik pertamanya yang tidak lain adalah lelaki yang mau dijodohkan dengan Darin, mereka berdua dipercaya untuk mengurus perusahaan papanya. Lalu putra ketiga adalah Herry yang sekarang tinggal di Paris membangun bisnis papanya yang baru. Richi putra keempat Harun juga berada di Paris, ia menjadi dosen di salah satu Universitas karena kejeniusannya. Sementara di rumahnya selain Zein, ada ketiga adik Arga yang usia mereka terpaut satu tahun satu sama lain. Yaitu Bintar, Alex dan paling bungsu adalah Dewa.

"Apa benar kalau Bang Arga mau dijodohkan?" bisik Bintar kepada Alex yang duduk disampingnya dengan kedua bola matanya menatap Arga yang duduk tepat di depan Bintar.

Pertanyaan Bintar menarik perhatian Alex yang sibuk menikmati sarapan paginya, sesaat Alex meletakan sendoknya lalu tangan kanannya mengambil gelas yang tidak jauh berada dari piringnya.

"Siapa yang bilang?" Alex balik bertanya dengan nada perlahan berbisik tidak jauh dari telinga kakaknya.

"Papa," balas Bintar masih dengan nada berbisik seraya pandangannya terus menatap Arga yang begitu menikmati sarapan dengan sikap dinginnya.

Sebenarnya Arga sadar jika kedua adiknya sedang membicarakan dirinya, masalah perjodohan dirinya sudah tersebar di dalam rumah ini.

"Yakin, kalau Bang Arga mau dijodohin? Sama siapa? Kenapa gue baru tahu?" mimik wajah Alex semakin penasaran dan kaget mendengar berita yang baru saja diketahuinya.

Bagaimana mungkin Alex tidak tahu tentang perjodohan yang menghampiri kakak keduanya. Sedangkan mereka tinggal pada satu atap yang sama.

"Makanya lo tuh jangan keluyuran mulu tiap malam, jadi ketinggalan berita." suara Bintar mulai terdengar oleh yang lain.

Spontan ada beberapa pasang mata yang menatapnya dengan lekat. Peraturan utama tidak ada yang boleh bicara di meja makan, apapun pembahasannya yang jelas Ardhi Bhakti sangat melarang semua cucunya untuk berbincang di meja makan.

Bintar dan Alex tahu akan arti tatapan itu, mereka berdua merasa bersalah dan kembali melanjutkan sarapannya yang tertunda tanpa kehadiran kakek dan mamanya di meja makan.

"Bang," panggil Alex memutuskan untuk bertanya secara langsung saat Arga hendak pergi ke kantor menyusul Zein yang sudah lebih dulu berada di dalam mobil.

Arga membalikan tubuhnya saat tahu bahwa seseorang memanggil namanya dalam perjalanan menuju parkiran, Arga melihat Alex sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya.

"Kenapa?" tanya Arga dengan nada datar saat Alex berjalan menghampirinya.

"Apa benar yang gue dengar tentang rencana perjodohan lo?" Alex langsung bertanya ke inti pertanyaan.

Ekspresi wajah Arga seakan tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontarkan adiknya. Rasanya Arga ingin sekali protes kepada papa dan kakeknya tentang masalah ini, tapi belum ada waktu yang tepat bagi mereka berbicara.

Memang sejak kemarin papanya, Harun. Terus menyuruh Arga untuk segera bertemu dengan Darin agar mereka berdua saling mengenal satu sama lain. Merasa tidak penting akhirnya Arga menunda permintaan papanya.

"Lo bisa nggak, kalau pulang tepat waktu! Karena kalau sampai lo nggak pulang, gue sama Zein yang jadi sasaran pertanyaan kakek!" Arga tidak menjawab pertanyaan Alex, ia lebih senang membahas Alex yang selalu pulang terlambat.

Alex tidak menduga jika dirinya tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari kakaknya. Malah dirinya mendapatkan kritikan dari Arga tentang dirinya yang sering menghabiskan waktu di luar. Mengapa Arga tidak menjawab pertanyannya membuat Alex terlihat sangat kesal.

"Kenapa jadi membahas sola gue? Perasaan bukan itu yang dibahas," gumam Alex bicara sendiri dalam hati sambil membuang wajahnya keheranan agar Arga tidak mendengar apa yang diucapkan olehnya.

"Kalau ada masalah sama ponsel lo cepat hubungi gue, biar gue bisa beliin lo ponsel baru," kata terakhir Arga yang terkesan dingin sambil pergi meninggalkan Alex tanpa pamit.

Melihat kepergian Arga membuat Alex tercengang dan tak berkutik, apalagi dengan apa yang baru saja diucapkan oleh kakak keduanya seolah menyindir dirinya yang jarang sekali ada di rumah. Bukan kali pertama Arga seperti ini, memang sudah sifatnya sejak dulu begitu dingin, cuek, datar dan dijuluki oleh adik-adiknya yaitu "Si Paling Savage".

Meskipun Arga tidak pernah banyak bicara seperti Zein, tapi sekalinya Arga membuka mulut bisa membuat orang sakit hati dan tersinggung. Semua orang yang ada di rumah ini tahu akan hal itu, tidak ada yang bisa melawan Arga jika sudah bicara.

"Apa! Barusan dia baru nyindir gue?" Alex bicara sendiri dengan rasa dongkol menatap kepergian Arga yang sudah menghilang dari pandangannya.

Pertanyaan Alex membuat mood Arga berubah seketika, di tengah kesibukannya ia harus segera menemui Darin. Gerak-gerik Arga hanya Zein yang tahu. Sebenarnya sifat Arga dan Zein hampir mirip, namun ada beberapa perbedaan antara keduanya.

"Kusut banget mukanya, belum disetrika ya?" sindir Zein bertanya saat keduanya berada di dalam mobil hendak menuju kantor.

Zein yang sedang menyetir ternyata masih sempat melihat perubahan wajah adiknya yang hanya terpaut 2 tahun dengannya. Hanya senyum ringan terkesan terpaksa yang dilihat oleh Zein saat berhasil menggoda Arga. Memang Arga orang seperti itu, sosoknya yang pendiam, introvert, dingin serta mempunyai ekspresi datar membuat orang yang melihatnya terkesan sinis.

"Menurut lo apa gue harus cepat menemui dia?" Arga mencoba memulai pembicaraan membahas tentang rencana perjodohannya dengan Darin.

Sudah beberapa hari ini Arga selalu terpikirkan soal rencana perjodohannya dengan Darin. Perjodohan yang membuatnya sangat muak. Menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak ia cintai dalam hidupnya. Menikah adalah hal yang sangat menakutkan bagi Arga, karena trauma dengan perceraian kedua orang tuanya. Luka itu masih membekas di hati ketujuh putra Harun, terutama Arga.

"Harus. Biar lo tahu dia kayak apa, dan bisa jadi bahan pertimbangan buat lo," timpal Zein sambil fokus menyetir.

"Kenapa papa harus menyuruh gue buat menikah," keluh Arga terdengar kecewa dengan tatapan dinginnya yang menatap ke sembarang arah.

"Karena kalau lo belum menikah, Herry sama Richi nggak bisa menikah dan lo nggak bakal dapet Green Hills," goda Zein yang begitu senang meledek adik pertamanya.

Kali ini candaan Zein tidak disambut baik oleh Arga, ia benar-benar serius membicarakan tentang perjodohannya. Zein yang tadinya tertawa lebar mendadak bungkam dan terdiam saat Arga hanya menoleh menatap dirinya tanpa sepatah kata.

Tatapan mata Arga membuat Zein salah tingkah, sepertinya ia bercanda di waktu yang salah. Semoga saja Arga tidak mengomel atau menyindir balik dirinya.

"Gue serius!" suara Arga terdengar datar namun begitu tegas terdengar di telinga Zein.

"Sorry." Zein memutuskan untuk kembali fokus menyetir dan membiarkan Arga berperang dengan pikirannya.

Memang jika ketujuh putra Harun sudah menikah, akan mendapatkan satu unit rumah mewah pemberian kakeknya di Green Hells. Hunian milik Lion King yang sangat terkenal mewah dengan fasilitas pribadi. Ardhi Bhakti sengaja membuat 7 unit rumah mewah bagi ketujuh cucunya kelak jika mereka sudah menikah nantinya.

Baru Zein yang mendapatkan satu unit rumah di Green Hills dari kakeknya, tapi sayang Amanda putri semata wayang Zein tidak mau tinggal di rumah mewah sendirian. Istri Zein meninggal dunia sewaktu melahirkan Amanda, selama ini Amanda belu pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Merasa kesepian akhirnya Zein membawa kembali Amanda ke rumah kakeknya, agar bisa berkumpul dengan om-nya.

Bukan hanya Arga saja yang tidak fokus dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Darin. Sudah beberapa kali ini ia salah memberikan orderan kopi kepada pelanggannya. Keteledoran Darin sangat menarik perhatian Sisi sahabat baiknya yang ia kenal satu tahun lalu.

Sisi adalah teman pertama Darin saat dirinya pertama kali diterima bekerja di kedai kopi ini. Sisi adalah pribadi yang hangat dan menyenangkan, selama ini Sisi yang selalu menghibur Darin saat terpuruk kehilangan semuanya karena Akaz. Hanya Sisi tempat curahan dan sandaran hati Darin.

Selain itu Sisi juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui orang banyak, jika Darin adalah putri bungsu dari keluarga pengusaha terkenal dan sukses yang jarang terekspose. Sifatnya yang tertutup dan sederhana membuat semua orang tidak percaya jika Darin adalah putri dari keluarga Adi Santoso.

"Apa lo mau dijodohin?" suara Sisi terdengar menggema di meja kasir membuat sebagian pengunjung menoleh ke arah Sisi yang sedang bersama Darin.

Spontan Darin menutup mulut Sisi dengan telapak tangan kanannya, sebagai kode jika nada suara sahabatnya diperkecil agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Ssttt...." telunjuk jari kanan Darin ditempelkan ke bibir menyuruh Sisi agar diam tidak lagi berbicara.

"Sorry, kaget dengernya," kata Sisi melepaskan telapak tangan Darin yang menutupi mulutnya, dan Sisi merasa bersalah terlihat sedikit diam.

"Dari keluarga mana yang mau dijodohin sama lo? Apa keluarga Airlangga Hartanto, atau Dwi Hadinata yang punya beberapa stasiun TV?" Sisi mengabsen beberapa pengusaha yang berpengaruh di negeri ini.

Sisi sangat tertarik dengan cerita perjodohan sahabatnya, berbeda dengan Darin yang seolah malas untuk membahasnya. Bagi Darin perjodohan ini sangat mencekik dirinya.

"Harun Atmaja Wiguna," jawab Darin dengan nada datar terdengar kecewa.

Mendengar nama Harun Atmaja Wiguna membuat raut wajah Sisi seperti mendapatkan hadiah lotre. Siapa yang tidak kenal Harun Atmaja Wiguna, pengusaha sukses yang mempunyai banyak saham di dalam dan luar negri serta ketujuh putra yang dikenal sangat tampan dan mapan.

Kedua mata Sisi berbinar membuat Darin keheranan, mengapa Sisi begitu senang mendengar nama yang baru saja disebutkan olehnya.

"Hah! Serius? Lo mau menikah sama salah satu antara mereka?" suara Sisi kembali terdengar lantang membuat sebagian pengunjung terganggu dan menoleh ke arah mereka berdua.

"Berisik banget sih!" Darin kembali menutup mulut Sisi dengan telapak tangannya.

Kenapa Sisi terlihat begitu sangat antusias dan senang jika dirinya akan dijodohkan dengan salah satu putra dari keluarga Harun. Bagi Sisi mungkin Darin sangatlah beruntung bisa mendapatkan lelaki yang tampan, mapan, Kaya raya dan itulah yang diharapkan oleh semua perempuan. Namun bagi Darin sangatlah berbeda, perjodohan ini seperti menjerat lehernya sehingga kesulitan untuk bernapas.

Kadang Darin sering kali berpikir seandainya saja ia dilahirkan dari kalangan biasa pasti bebas melakukan yang diinginkan. Terlahir dari putri keluarga Adi santoso dituntut selalu menjadi sempurna. Ketika Darin dan Sisi sedang serius berbicara, tiba-tiba datang seorang lelaki tampan dan gagah menghampiri meja kasir seakan ingin memesan sesuatu.

Wajahnya begitu tampan namun terlihat dingin, ekspresi wajahnya datar dan tatapan matanya begitu tajam. Baru kali ini Darin pertama kali melihat kedatangannya, sesaat mereka berdua bertemu pandang dan kedua pasang mata saling bertemu untuk yang pertama kalinya. Tatapan lelaki itu memancarkan keteduhan yang membuat Darin merasa kagum saat menatapnya.

Beberapa saat mereka terdiam, Darin masih menatap lelaki dengan kemeja hitam begitu lekat, seakan Darin bisa merasakan sesuatu yang negatif untuknya.

"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa dibantu?" sapa Sisi kepada lelaki itu saat menyadari kedatangannya.

Lagi-lagi tidak ada ekspresi yang spesial terlukis di wajah Lelaki tampan bermata coklat, masih dengan sikap dingin dan tatapan tajam terus menatap Darin tiada henti. Melihat caranya menatap membuat Darin tidak merasa nyaman.

"Jadi gini kerjaan anak orang tajir kalau lagi gabut?" sindir lelaki yang ada di depan mata Darin.

Deg, ucapannya membuat kedua perempuan itu kaget, apa maksud dari perkataannya. Awalnya Darin merasa tersinggung tapi lama kelamaan ia sadar apa mungkin yang ada di depan matanya adalah Arga, calon suaminya yang akan dijodohkan olehnya? Kedua bola mata Darin membulat sempurna menatap Arga yang berdiri tegap menatapnya, mengapa bisa Arga ada di sini? Dari mana ia tahu keberadaan Darin yang selama ini ditutupi olehnya?

Pertemuan Pertama Darin Dan Arga

Akhirnya untuk pertama kalinya Darin dan Agara bertemu. Tanpa Darin tahu sebenarnya Arga sudah lebih dulu mencari tahu tentang dirinya, sesuai perintah Zein. Namun baru kali ini Arga berani untuk menemuinya. Sedikit kesulitan bagi Arga untuk mencari keberadaan Darin karena selama ini ia tidak pernah terekspos oleh media. Namun Arga tidak pernah patah semangat, segala cara ia lakukan untuk mendapatkan informasi tentang Darin.

Tak disangka jika Arga lebih tampan dari foto-foto yang Darin lihat di media sosial dan internet. Tidak ada yang kurang, lelaki itu sungguh sempurna bagaikan visual yang nyata. Tapi sayang bagi Darin sosok Arga seperti fatamorgana untuk dimiliki secara utuh.

Masih dengan stelan seragam kerjanya Darin mengikuti Arga untuk berbicara empat mata. Arga meminta izin kepada atasan Darin agar gadis cantik berkulit kuning langsat bisa ikut sebentar dengannya.

Keduanya saling terdiam dan menatap satu sama lain, tatapan Arga sangat sinis dan jutek menatap Darin. Ingin rasanya Darin berhenti menatap setiap sudut ketampanan yang terdapat di wajah Arga. Namun sayang Darin tidak bisa melakukannya. Walaupun sekuat tenaga gadis yang mempunyai bibir tipis mencoba mengalihkan pandangannya, nyatanya tatapannya hanya tertuju kepada Arga.

"Apa orang tuamu tahu kalau anak bungsu kesayangannya kerja kayak gini?" Arga memulai pembicaraan setelah sekian lama mereka berdua hanya terdiam hanya saling menatap tanpa sepatah kata yang terucap dari mulutnya masing-masing.

Hanya jus alpukat dan kopi caramel macchiato yang sudah berada di atas meja begitu setia menunggu pembicaraan antara mereka berdua.

"Mau ada urusan apa kamu datang jauh-jauh dari kerajaan ke sini?" Darin balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Arga ebih dulu.

Pertanyaan Darin membuat Arga tertawa kecil sepertinya Darin sedang menyindir dirinya.

"Memangnya burung merpati milikmu nggak memberitahu, kalau kita berdua mau dijodohkan?" balas Arga tidak kalah hebat meledek Darin.

Dongkol rasanya saat Darin mendengar apa yang baru saja diucapkan lelaki berkulit putih bermata oriental saat menyindirnya. Mengapa bisa-bisanya dia memutar balikkan mood Darin sekarang. Ingi sekali Darin cepat pergi dari sini meninggalkan lelaki yang sangat menyebalkan baginya, kini.

"Jauh-jauh datang ke sini cuman mau bahas soal itu aja?" suara Darin terdengar dongkol dan kesal serta tatapan sinis-nya yang sedari tadi diperlihatkan untuk Arga.

Sekarang Darin baru melihat dengan jelas dan dekat putra kedua dari keluarga Harun yaitu Arga. Memang lelaki itu sangat tampan sekali tidak ada yang kurang, wajahnya sangat tampan, serta bentuk tubuhnya yang bagus membuat mata kaum hawa ingin memandangnya lebih lama. Apalagi dengan kulit putih seperti susu membuat Arga terasa semakin sempurna.

Mana mungkin seorang Arga Rakyan Atmaja Wiguna tidak memiliki seorang kekasih, kenapa sampai-sampai orang tuanya menjodohkan lelaki itu dengan Darin.

"Memangnya kamu pikir aku jauh-jauh datang ke sini mau membahas soal skin care atau join bisnis denganmu?" tatapan sinis Arga menghampiri kedua bola mata indah Darin.

Baru saja dengan tatapan matanya sudah membuat Darin sedikit ketakutan, seolah Arga akan memakan dirinya. Tapi Darin tak gentar membalas tatapan mata Arga. Jam kerja Darin terbuang percuma dengan kedatangannya. Mengapa kesan pertama mereka berdua sangat tidak baik.

"Nggak lucu!" balas Darin dengan sikap juteknya.

"Siapa yang bilang lucu?" timpal Arga semakin jutek seakan mengajak Darin untuk bertengkar.

Aura mereka berdua sepertinya memang tidak cocok, akan selalu ada perselisihan menghampiri keduanya. Arga yang terkesan dingin kepada perempuan dan Darin yang sedikit cuek menghadapi lelaki tidak akan bisa menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka berdua. Sebenarnya Darin adalah perempuan yang sangat hangat dan menyenangkan, namun semua sikap manja dan hangatnya hilang setelah dikecewakan oleh Akaz.

Begitu juga dengan Arga yang memang sejak awal ia mempunyai sikap dingin dan jutek, Arga sangat kaku dan tidak pernah bisa mengekpresikan perasaannya kepada orang lain apalagi perempuan. Lelaki yang terlahir dengan sosok dingin dan cuek sejak dulu tidak pernah mempunyai seorang perempuan yang disukainya, karena ia tidak tahu bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya, bagaimana caranya mengutarakan rasa sukanya. Dan semua tertutup rasa trauma, kecewa karena perceraian kedua orang tuanya.

"Kalau kamu jauh-jauh datang ke sini cuma buat aku kesal lebih baik kamu pulang!" usir Darin sudah kehabisan kesabarannya.

Sedari tadi tidak ada ekspresi lain di wajah Arga selain memasang wajah jutek dan dingin, serta tatapan sinis. Arga memang sangat pendiam dan introvert antara putra Harun, setara dengan Zein. Kehidupan Arga sangatlah privasi sampai-sampai jarang terekspos dan diketahui orang banyak.

"Kamu yang mulai? Kamu aja yang susah diajak bicara," singgung Arga terus menyindir seakan tidak mau kalah.

Ternyata Darin baru tahu jika seorang Arga Rakyan Atmaja Wiguna sangat menyebalkan, bagaimana orang yang kenal dengannya bisa tahan lama-lama ketika bersamanya. Dan Darin berpikir bagaimana jika memang mereka berdua dijodohkan, pasti setiap hari akan banyak perselisihan serta perdebatan panjang yang akan menguras emosinya.

Darin sudah tidak mau berdebat lagi dan ia memilih untuk mengalah, percuma meladeninya karena Arga tidak akan pernah mau mengalah. Sesaat ditarik napas Darin dengan perlahan lalu dihembuskan sambil menutup kedua bola matanya.

"Oke. Kamu datang ke sini mau membahas soal perjodohan kita?" tanya Darin kembali dengan nada lembut.

Malas bagi Darin untuk bersikap lembut dan ramah kepada orang angkuh dan jutek seperti Arga. Jika Darin tidak mengalah, masalahnya tidak akan pernah selesai sampai kapanpun juga.

"Aku harap kamu mau menolaknya. Karena aku yakin kalau kamu juga nggak akan mau menyetujui perjodohan ini, kan?" tebak Arga tanpa basa basi.

Betul sekali tebakannya jika Darin juga tidak pernah menginginkan perjodohan ini. Mereka berdua hanya alat untuk mencapai bisnis kedua orang tuanya. Memang tidak adil bagi mereka berdua jika terlibat ke dalam perjodohan buta seperti ini, tapi mereka berdua tidak bisa memilih jodohnya sendiri.

"Kalau kamu sudah tahu jawabannya buat apa datang ke sini? Hanya membuang waktuku saja."

Glek, ucapan Darin kali ini berhasil membuat Arga kembali kesal. Namun Arga adalah lelaki yang dikenal memiliki kesabaran seluas samudra. Semarah apapun dirinya ia tidak pernah meninggikan suaranya, baik dengan lelaki apalagi perempuan. Tapi sekalinya ia bicara bisa membuat lawan bicaranya sakit hati dan terdiam seribu bahasa.

"Jadi kamu setuju membatalkan perjodohan ini?" hati Arga terasa senang karena perempuan yang akan menjadi calon istrinya menolak perjodohan antara mereka.

"Ingin sekali aku membatalkannya, tapi aku nggak mempunyai kekuatan untuk melakukan itu semua," jawab Darin dengan nada pesimis membuat Arga dirundung rasa kesal dan jengkel.

"Aku yakin kamu bisa melakukannya. Karena pasti kamu juga sudah mempunyai kekasih atau calon pendamping hidupmu, kan?"

Deg, wajah Darin yang tadinya terlihat jutek kini mendadak sendu saat Arga menyinggung tentang kekasih. Ingatannya kembali menghampiri Akaz yang sudah pergi meninggalkannya. Arga bisa melihat dengan jelas perubahan yang terlukis di wajah Darin, dan kedua bola matanya mendadak berkaca-kaca.

"Sekali lagi aku bilang, kalau aku nggak bisa membatalkan perjodohan ini. Karena aku nggak mempunyai kekuatan menentang kedua orang tuaku. Sekalipun aku berusaha keras berbicara dengan mereka, tetap saja semua akan terjadi. Lagipula aku hanya alat untuk membayar hutan perusahaan keluargaku kepada keluargamu." suara Darin terdengar sedikit parau dan sedih serta air mara mulai memenuhi pelupuk matanya.

Sekuat tenaga Darin berusaha menahan agar air mata tidak jatuh ke pipi, ia tidak mau terlihat menyedihkan di depan Arga. Mendengar apa yang diucapkan oleh Darin membuat Arga kecewa karena ia tidak mau membatalkannya.

"Apa kamu dan keluargamu takut hidup menjadi gelandangan sehingga keluargamu memberikanmu sebagai jaminan?"

Lagi-lagi ucapan Arga membuat Darin sakit hati dan ingin menangis, apa serendah itu ia di mata Arga? Bibir Darin gemetar seakan menahan semua amarah yang ingin ia ucapkan. Tapi Arga tidak merasa bersalah sedikitpun atas ucapannya.

"Bukannya keluargamu masih memiliki banyak saham untuk membayar hutang? Bahkan aku dengar baru kemarin kakakmu mendapatkan tender yang sangat besar. Tapi kenapa bisa mereka mengorbankan mu untuk melunasi hutang kepada kami? Apa mereka sudah tidak mau menginginkanmu lagi?"

Semua yang Arga ucapkan membuat Darin terpukul dan hatinya seperti tercabik, memang benar apa yang diucapkan Arga benar adanya. Entah kenapa keluarga Darin begitu ingin menendang dirinya keluar dari rumah dan menyingkirkan dirinya jauh-jauh dari kehidupan mereka.

"Kamu bisa bayangkan bagaimana hidup dengan orang yang nggak kamu cintai? Bukan hanya sehari seminggu atau sebulan, bahkan bertahun-tahun. Apa kamu sanggup hidup tanpa cinta dengan orang yang nggak menginginkan kamu dalam hidupnya?" Arga kembali mengintimidasi Darin agar mau menolak perjodohannya.

Arga tidak perlu memberitahu dirinya tentang itu semua, Darin sudah merasakan semuanya. Dibuang oleh keluarga dan ditinggalkan dengan orang yang sangat dicintainya, tidak pernah dianggap keberadaannya itu sudah biasa bagi Darin. Bahkan Darin sempat ingin bunuh diri, terlahir dari keluarga kaya raya tidak pernah menjamin kebahagiaan yang didapatkan olehnya. Kehidupan Darin baginya saat ini sudah tidak ada artinya, jika boleh memilih ia ingin sekali pergi jauh atau mungkin tidak kembali lagi ke dunia ini.

"Aku tahu rasanya. Bahkan aku juga nggak mau hidup. Tapi aku nggak bisa memilih jalan hidupku. Masa depanku di tangan mereka dan kehidupanku nggak ada artinya, jika aku bisa memilih lebih baik aku nggak pernah dilahirkan ke dunia ini." air mata Darin yang sekuat tenaga dibendungnya sejak tadi kini jatuh menetas ke pipi membuat Arga sedikit terkejut dengan ekspresi sedih Darin.

Arga tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar yang baru saja terucap dari mulut Darin. Sepertinya gadis itu sedang menumpahkan semua isi hatinya yang sudah dipendam lama dan tidak ada seorang yang tahu.

Secepat kilat Darin menghapus air mata yang jatuh ke pipi dan kembali menegakkan wajah cantiknya di depan Arga. Darin tidak mau kalau Arga tahu tentang lukanya dan masa lalunya yang membuat dirinya merasa tidak ingin hidup lagi.

"Jadi kalau kamu mau membatalkan perjodohan ini, aku nggak akan pernah melarangnya. Tapi jangan pernah menyuruhku untuk meminta kepada mereka membatalkan perjodohan ini, karena hidupku nggak ada artinya di mata mereka," kata terkahir Darin sambil pergi meninggalkan Arga tanpa permisi seraya air mata kembali jatuh ke pipinya.

Entah mengapa Arga tiba-tiba saja iba dan penasaran dengan semua ucapan Darin. Apa yang terjadi kepada keluarganya sehingga perempuan itu tidak bisa memilih kehidupannya sendiri. Dan apa benar jika Darin memilih untuk tidak dilahirkan ke dunia ini?

Arga menjadi serba salah setelah bertemu dengan Darin, benar apa yang diucapkan olehnya. Jika mereka tidak akan pernah bisa menghindari takdir yang sudah menjadi bagian dari keluarganya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!