NovelToon NovelToon

MENGHAPUS JEJAK

01. Menghapus Jejak (MJ)

...Happy Reading...

Alangkah baiknya, readers membaca Novel "Jejak Luka" sebelum membaca ini, karena Novel "Menghapus Jejak" adalah lanjutan dari Novel tersebut di atas.

Terima kasih. 🙏🏻❤️🤗

^^^Flashback.^^^

^^^Seorang gadis bernama Enni Sriwedari yang dikaruniai wajah cantik dan bertubuh indah bagaikan gitar spanyol, menjadi dambaan para pria yang menyukai tipe wanita seperti itu.^^^

^^^Di lingkungan tempat tinggal, sekolah atau di kampus, dia selalu menjadi primadona. Namun pada masa kuliah, dia mengalami rudapaksa dari orang terdekatnya.^^^

^^^Dia diper*kosa oleh kakak iparnya bernama Bargani, seorang polisi yang sengaja menikah dengan kakaknya, Nestri, agar bisa mendekatinya dan berada di sekitarnya.^^^

^^^Dalam suasana kebatinan yang hancur dan marah karena kesuciannya direngut, dia lari dari rumah, sebab diancam oleh Bargani. Kakak dan adiknya akan disakiti, jika tidak menuruti keinginannya.^^^

^^^Merasa putus asa dan tidak tahu harus melakukan apa, dia lari dari rumah tanpa membawa apa pun. Kondisi hati dan pikirannya yang kacau dan sangat sedih membuat dia hampir mengalami kecelakaan, karena tanpa sadar dia berlari di jalan raya.^^^

^^^Dalam situasi demikian, dia ditolong oleh teman sekolahnya bernama Lusina yang sedang pulang dari kota besar untuk menemui orang tuanya. Uluran tangan Lusina diterima dengan rasa terima kasih, sebab telah menyelamatkan dia dari kecelakaan yang bisa membuatnya tewas.^^^

^^^Enni makin berterima kasih sebab mengira dia telah lolos dan bisa bersembunyi dari kakak iparnya yang akan memperkosanya lagi dengan mengikuti Lusina ke kota.^^^

^^^Namun Lusina yang sudah membencinya sejak masih sekolah (sebab kalah bersaing dalam berbagai hal. Kalah cantik, kalah pintar, kalah menarik perhatian pria-pria yang diincarnya), menjual Enni ke salah satu bordir milik Mami Sinna.^^^

^^^Setelah sekian tahun melayani pria-pria hidung belang dan hidung polos di tempat itu, dia kembali dijual oleh Mami Sinna kepada seorang pria bernama Barry.^^^

^^^Dia dikurung oleh Barry yang kecanduan seks dan berperilaku seks menyimpang dalam sebuah unit apartemen. Kemudian melakukan tindak kekerasan seksual padanya bertahun-tahun, tanpa ada yang bisa menolongnya.^^^

^^^Dia mengalami luka psikis dan fisik, hingga suatu malam bisa kabur dari tempat penyekapan saat Barry dalam keadaan mabuk memaksa dia melayani dan memuaskan hasrat seksualnya dengan cara kasar dan brutal.^^^

^^^Setelah bisa keluar dari apartemen, dia berlari tanpa tujuan, hingga sampai ke sebuah rumah sakit dan jatuh ke tanah di halaman rumah sakit, karena kehabisan nafas.^^^

^^^Kemudian Enni ditemukan pingsan di dekat halaman sebuah rumah sakit oleh security, lalu menolongnya. Da dibawa masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit tersebut untuk dirawat.^^^

Flash Off.

Setelah dr Kirana melihat Enni telah tertidur, perlahan dr Kirana melepaskan tangan Enni, lalu memasukan tangannya ke dalam selimut. Ia merapikan selimut untuk menutupi tubuh Enni yang sudah terlelap.

Kemudian dr Kirana meninggalkan ranjang Enni, lalu kembali ke ruang jaga untuk istirahat, sebab hari belum pagi. Dr Kirana berusaha untuk istirahat sejenak, sebelum ada pergantian tugas jaga.

Baru saja tertidur, dr Kirana dikagetkan oleh bunyi ketukan pada pintu ruangannya. Dia mengangkat wajahnya dari atas meja, lalu mengumpulkan kesadarannya sambil memijit pelipisnya yang pening, karena terkejut.

"Kau lagi, kau lagi. Sudah berapa kali hari ini, kau hampir membuat jantungku lompat mencari nyawaku." Dr Kirana berkata, saat melihat perawat yang pernah memanggilnya untuk melihat kondisi Enni sudah berdiri di ruangannya tanpa menunggu dipersilahkan masuk.

"Ada apa, lagiiii...?" Tanya dr Kirana yang tidak jadi kesal, saat melihat perawat itu mengangkat dua jarinya, tanda peace.

"Maaf, dok. Urgent. Ada orang yang mencari pasien wanita tadi." Ucapan perawat tersebut membuat dr Kirana langsung berdiri di balik mejanya. Rasa peningnya hilang seketika.

"Siapa dan sekarang dimana?" Tanya dr Kirana panik, lalu berjalan cepat mendekati perawat yang jadi tertegun melihat reaksi dr Kirana atas keterangannya. Dia langsung diajak keluar oleh dr Kirana.

"Itu, di sana, dok. Orangnya lagi bicara dengan security." Ucap perawat itu, saat mereka sudah keluar dari ruangan jaga dokter. Dia menunjuk seorang pria kekar yang sedang berdiri bicara dengan security.

^^^Seluruh saraf halus dalam kepala dr Kirana jadi siaga dan memberikan signal waspada. Hal itu terjadi, sebab pasien yang dicari oleh pria itu sedang dirawat karena mengalami tindak kekerasan.^^^

^^^Dr Kirana khawatir pria itu yang melakukan kekerasan kepada pasien yang sedang dirawat. Menyadari demikian, dia berpikir cepat untuk bisa menolong Enni. Sebagaimana janjinya kepada Enni, bahwa dia sudah aman.^^^

"Keni, kau telpon salah seorang security untuk berbicara dengan orang itu. Bilang security buat pria itu sibuk beberapa waktu, sampai kau hubungi lagi. Jangan biarkan pria itu masuk ke sini." Dr Kirana berkata sambil berjalan ke tempat informasi. Sedangkan Keni mengikutinya sambil mengotak-atik ponselnya.

"Keni, Saya mau hindari pasien yang tadi, dari orang itu. Saya mau pindahkan dia ke tempat lain, sebelum tau siapa pria itu." Dr Kirana memberikan instruksi sambil berpikir cepat dan mengotak-atik komputer di depannya.

^^^Dr Kirana berusaha mengamankan Enni sebelum mengetahui persoalan yang sebenarnya antara Enni dan pria itu. Dia tidak mau bertindak gegabah, sebelum ada kepastian tentang hubungan pria itu dengan Enni. Jika Enni bersedia menemuinya, dr Kirana akan ijinkan mereka bertemu.^^^

"Siap, dok." Perawat Keni segera menghubungi pos security, lalu menyampaikan permintaan dr Kirana. Dia berbicara cepat, sebab mereka dikejar waktu.

"Sudah ok, dok. Apa yang akan dokter lakukan?" Tanya Keni, saat melihat dr Kirana sedang berpikir dan tegang di depan komputer.

^^^Keni yakin sedang terjadi tindak kekerasan seksual terhadap pasien itu, karena dia diminta meninggalkan ranjang pasien dan memanggil seorang suster untuk menggantikan tugasnya.^^^

"Begini. Kau tutup semus tirai di ruang UGD dan kau lepas infus dari pasien, tapi kau jangan bangunkan dia. Kau pindahkan dia ke ranjang kosong di dekatnya." Dr Kirana menjelaskan apa yang harus di lakukan oleh perawat Keni pada Enni.

"Jadi saya harus menggendong pasiennya?" Tanya Keni sambil berpikir. Dia belum mengerti maksud dr Kirana. Sebab pikirnya, jika mau pindahkan pasien itu, dia bisa mendorong ranjangnya ke tempat yang dr Kirana tentukan.

"Iyaa, kau cukup kuat menggendongnya. Tapi kau harus lakukan dengan pelan dan berhati-hati, sebab pasiennya masih trauma terhadap sentuhan orang lain." Dr Kirana berkata cepat, sebab melihat perawat Keni bertubuh atletis dan cukup berotot.

"Infus pasien tetap di ranjang sebelumnya, biarkan tergantung begitu saja. Tidak perlu dirapikan. Begitu juga dengan selimutnya, biarkan begitu saja." Dr Kirana dan perawat Keni berbicara cepat sambil sesekali melirik ke arah pria kekar yang sedang berbicara dengan security.

"Kau tutup sekujur tubuh pasien dengan selimut, lalu dorong pasien dengan cepat ke ruang mawar 03 yang sedang kosong." Dr Kirana berkata sambil melihat ruangan mawar (kelas satu) yang sedang kosong di komputer.

"Ok. Siap, dok. Mengerti..." Perawat Keni jadi paham. Dr Kirana mau menyembunyikan pasien tersebut dari pria kekar yang sedang berbicara dengan security. Oleh sebab itu, dengan cepat dan cekatan dia lakukan permintaan dr Kirana tanpa bertanya lagi.

...~▪︎▪︎▪︎~...

...~●○¤○●~...

02. MJ 2.

...~•Happy Reading•~...

Perawat Keni segera mendekati bagian tempat Enni dirawat, lalu menutup semua tirai. Dia memeriksa ranjang yang masih kosong di bagian deretan ranjang Enni, lalu memeriksa kondisi Enni. Dia merasa lega dan bersyukur, saat melihat Enni sedang tidur lelap.

Dia melepaskan infus, lalu perlahan mengangkat selimut dari tubuh Enni ke arah kaki. Kemudian dia menutup tubuh Enni dengan selimut baru diambil dari ranjang yang akan digunakan untuk memindahkan Enni.

Setelah merapikan selimut, dia mengangkat Enni perlahan dengan kedua tangannya. Tangan kanannya di bagian punggung dan tangan kiri di bagian bawah paha Enni. Dia mengangkat secara pelan dan hati-hati seperti yang diingatkan dr Kirana.

^^^Sebelum melakukan tindakan itu, perawat Keni terus berdoa dan berharap, Enni tidak terbangun saat diangkat. Situasinya akan menjadi kikuk atau ricuh dan di luar kendali, jika Enni berontak atau berteriak.^^^

Saat mengangkat Enni, dia bisa melihat banyak luka di tubuh Enni. 'Pantas dr Kiran bersikap demikian.' Perawat Keni membatin, sambil meletakan Enni di ranjang yang baru. Dia makin mengerti tindakan dr Kirana yang mau menolong pasiennya, sebagai sesama perempuan yang diperlakukan seperti hewan.

Hatinya sangat lega, saat bisa meletakan Enni di ranjang yang baru, dengan mulus. Kemudian dia  menutupi sekujur tubuh Enni dengan selimut, lalu mendorong ranjang dengan cepat, tapi tetap berhati-hati.

Dia terus berharap, Enni tidak kaget bangun selama ranjangnya didorong ke ruangan mawar di lantai dua. Supaya dia tidak mengalami kesulitan atau menarik perhatian orang yang sedang mencarinya.

Saat ranjang Enni akan melewati ruangan jaga, dia hanya melirik sekilas ke arah dr Kirana. Lalu memberikan tanda OK dengan jarinya sebagai isyarat, semuanya berjalan dengan baik. Dia berharap rencana dr Kirana selanjutnya bisa berjalan dengan baik, setelah dia sudah bisa membawa Enni. Dr Kirana mengangguk pelan sebagai tanda mengerti, maksudnya.

"Suster Lisa, tolong ikuti mereka. Kau tolong temani pasiennya di kamar. Saya akan menggantimu di sini. Bilang Keni segera kembali ke sini." Bisik dr Kirana kepada suster jaga, agar bisa menggantikan perawat Keni menemani Enni. Dr Kirana khawatir, Enni terbangun dan histeris saat melihat dia dan Keni sendiri dalam kamar.

^^^Perawat yang lain sedang keliling melihat dan memeriksa pasien, dan yang lain sedang istirahat. Jadi hanya ada Suster Lisa dan perawat Keni sedang berjaga di UGD.^^^

"Siap, dok..." Suster Lisa segera berdiri dan mengambil perlengkapan yang dibutuhkan, lalu berjalan cepat menyusul perawat Keni untuk mengantar pasien ke kamar mawar.

Setelah melihat ranjang Enni telah masuk ke lift khusus pasien, dr Kirana menghubungi pos security supaya membawa masuk pria kekar ke UGD.

Sambil menunggu kedatangan mereka, Dr Kirana meletakan kedua tangan di atas meja lalu meletakan dahinya ke atas lengannya, seakan sedang istirahat. Dia menunggu dan berpikir strategi yang baik menghadapi pria kekar itu untuk menolong Enni.

"Selamat pagi, Suster." Sapa security saat mendekati dr Kirana di tempat jaga para perawat. Dr Kirana mengangkat wajahnya, seakan terbangun karena sapaan security.

"Oh, maaf ganggu, dokter Kiran. Saya kira suster jaga." Security minta maaf, karena tidak menyangka dokter Kirana yang tidur di ruang jaga para perawat.

"Tidak apa-apa, Pak. Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dr Kirana sambil merapikan baju dokternya, lalu berdiri mendekati security. Dia bersikap profesional sebagai dokter, jika ada yang membutuhkan bantuan medis.

"Begini, dok. Bapak ini, sedang mencari seorang wanita yang mungkin datang ke sini untuk dirawat di rumah sakit ini." Security menjelaskan, sesuai yang dikatakan pria kekar itu padanya.

"Seorang wanita? Baru datang ke sini? Siapa namanya?" Tanya dr Kirana serius dan beruntun, seakan belum tau maksud kedatangan pria itu.

"Iya, dok, seorang wanita muda. Mungkin tadi malam ke sini... Namanya Win da." Jawab pria kekar itu pelan dan ragu-ragu menyebut nama Enni.

"Winda? Sebentar, saya periksa..." Dr Kirana kembali ke ruang jaga untuk memeriksa nama pasien di komputer. Pria kekar dan security mengikuti dr Kiran dari belakang.

"Mungkin dia datang ke rumah sakit ini, sebab sedang sakit. Dia pergi dari rumah tanpa pamit, dok." Pria itu menambahkan keterangan untuk lebih meyakinkan dr Kirana yang sedang sibuk di depan komputer tanpa menunjukan rasa curiga padanya.

"Tidak ada pasien bernama Winda yang datang ke sini. Dia sakit apa?" Dr Kirana bertanya tenang, sebab ingin tahu tentang pria itu dan Enni.

^^^Pria itu jadi bingung mendengar pertanyaan dr Kirana tentang sakit wanita yang dicari. Dia tidak tahu mau mengatakan Enni sakit apa, sebab bossnya hanya menyuruh dia memeriksa kantor polisi dan rumah sakit terdekat dengan apartemen untuk mencari Enni yang kabur dari apartemen.^^^

^^^Dia berpikir keras dan cepat tentang sakit Enni, agar dr Kirana dan security tidak curiga padanya.^^^

"Ooh, dia kurang sehat pikirannya, jadi sering mengamuk. Mungkin ada beberapa bagian tubuhnya yang luka." Pria kekar mengatakan apa yang terpikirkan olehnya, sesuai dengan yang dia tahu tentang Enni.

"Ooh, karna luka?" Dr Kirana berdiri dari depan komputer, lalu melihat pria kekar dengan serius.

"Iya, dok. Mungkin dia ke sini untuk mengobati luka-lukanya." Pria kekar jawab sesuai apa yang terlintas di pikirannya.

"Tadi malam ada wanita yang pingsan di depan rumah sakit, dan ada banyak luka di tubuhnya. Anda siapanya? Keluarganya?" Dr Kirana bertanya dengan serius.

"Bisa dibilang seperti itu, dok." Jawab pria kekar cepat dan merasa lega bisa temukan Winda, wanita boss nya.

"Bisa dibilang seperti itu? Anda harus katakan dengan jelas hubungan anda dengan pasien. Kami tidak akan berikan informasi pasien kepada sembarang orang." Dr Kirana berkata tegas dan serius. Bukan saja karena pasiennya Enni, tapi itu adalah tugasnya sebagai dokter untuk menjaga kerahasiaan pasiennya.

"Maaf, Bu dokter. Saya asisten suaminya. Suaminya sedang sakit, jadi minta saya mencari istrinya." Pria kekar itu tidak bisa mengelak, jadi terpaksa berbohong agar bisa bertemu dengan Enni.

^^^Dr Kirana makin curiga dengan pria yang ada di depannya dan juga pria yang diakui sebagai suami Enni yang sedang sakit. Sakit apa yang membuat seorang suami tidak mencari istrinya saat kabur dari rumah.^^^

^^^'Mungkin terjadi perkelahian antara suami istri dan saling melukai, sehingga Enni kabur dari rumah? Tapi semua luka-luka itu, apa dilakukan oleh seorang suami?' Apa suaminya sakit jiwa?' Dr Kirana berpikir dan bertanya sendiri dalam hati, sebab semua luka yang dialami oleh Enni tidak mungkin dilakukan oleh seorang suami yang waras.^^^

^^^Memikirkan mungkin suami Enni yang sakit jiwa, dr Kirana makin ingin tahu lebih banyak tentang suami Enni. Agar bisa melindungi Enni dari suami yang sudah menyakitinya.^^^

"Kalau begitu, coba lihat foto ini. Apa benar wanita yang anda cari itu, yang ini atau bukan." Dr Kirana mengeluarkan ponsel dari saku jas, lalu otak-atik ponselnya dan perlihatkan salah satu foto Enni kepada pria kekar itu.

...~▪︎▪︎▪︎~...

...~●○¤○●~...

03. MJ 3

...~•Happy Reading•~...

Pria kekar itu merasa lega, saat melihat layar ponsel dr Kirana. "Benar, dokter. Ini istri boss saya yang bernama Winda..." Pria kekar berkata cepat sambil menunjuk layar ponsel dr Kirana, saat melihat wajah Enni yang sudah diobati dan ditutupi perban di beberapa tempat.

"Baik. Saya percaya pada ucapan anda. Tapi anda harus berjanji, akan membiarkan wanita ini dirawat di sini sampai luka-lukanya sembuh." Dr Kirana berkata tegas dan mendesak. Dia sengaja lakukan itu untuk memastikan keselamatan Enni, lalu memasukan ponselnya ke dalam saku jas dokternya.

"Baik, dok. Saya berjanji atas nama boss saya." Pria kekar itu berkata cepat sebelum dr Kirana berubah pikiran. Baginya yang penting sudah menemukan Winda.

^^^Dia sangat khawatir, sebab yang menangani wanita boss nya adalah dokter wanita. 'Dengan luka yang ada pada wajah Winda, bisa membangkitan rasa empati sebagai sesama wanita.' Itu yang ada dalam pikiran pria kekar itu.^^^

^^^Sehingga dengan cepat dia menyanggupi permintaan dr Kirana. Dia yakin boss nya akan setuju dengan keputusannya, sebab yang penting dia sudah tahu keberadaan Winda dan dia tidak melakukan tindakan yang merugikan boss nya.^^^

"Sebentar, saya harus membuat video sebagai bukti anda sudah berjanji untuk membiarkan istri boss anda dirawat di sini." Ucap dr Kirana cepat, lalu mengeluarkan kembali ponselnya dari kantong jas.

^^^Security yang berdiri bersama dengan mereka hanya bisa memperhatikan, tanpa mengerti maksud tindakan dr Kirana. Suatu tindakan yang tidak biasa dilakukan oleh dokter atau perawat di rumah sakit itu. Oleh sebab itu, dia hanya mengamati dan berjaga-jaga.^^^

^^^Security itu tidak mengerti situasi, sebab dia yang bertugas di pos setelah Enni ditemukan oleh security yang lepas tugas jaga sebelumnya. Jadi dia tidak tahu seberapa luka wanita yang menjadi pasien di UGD dan sedang dicari oleh pria kekar itu.^^^

"Silahkan diulang lagi janji anda tadi, Pak." Dr Kirana berkata sambil mengarahkan kamera ponsel ke arah pria kekar yang sudah tidak bisa menghindar lagi.

^^^Tanpa berpikir panjang dan curiga, dia mengulang janji yang diucapkan sebelumnya. Dia hanya berpikir, yang penting sudah menemukan Winda. Dia juga setuju, agar semua luka Winda ditangani oleh pihak medis. Bukan hanya sekedar diobatin dengan obat yang diberikan boss nya.^^^

^^^Setelah melihat luka yang dialami Winda, dia tidak bisa lakukan sesuatu untuk mengobati. Sebab dia hanya bisa menuruti perintah boss nya. Membawa obat yang diberikan, tanpa bisa lakukan sesuatu yang lain. Padahal dia tahu bisa terjadi infeksi, akibat tidak tertangani dengan baik.^^^

"Baik, trima kasih." Dr Kirana memasukan ponsel kembali ke kantong jasnya setelah pria kekar selesai mengucapkan janjinya. Kemudian dr Kirana mengajak pria kekar dan security ke ranjang, tempat Enni dirawat.

"Pasiennya belum kami berikan nama, sebab dia ditemukan dalam keadaan pingsan. Tapi saya dokternya, karna saya yang sedang bertugas di UGD." Dr Kirana menjelaskan kejadian Enni ditemukan kepada pria kekar yang mendengar dengan serius.

^^^Pria itu jadi was-was dan bahkan mulai takut mendengar penjelasan dokter tentang luka-luka yang dialamj oleh Enni. Sebab selama ini dia tidak pernah melihat luka Enni di bagian tubuh yang lain, selain di wajahnya.^^^

^^^Karena setiap kali dia masuk ke kamar untuk mengantar keperluan Enni, dia melihat Enni selalu berada di balik selimut. Enni tidak pernah turun dari tempat tidur, jadi dia tidak tahu luka yang lain.^^^

"Loh, di mana pasien di sini?" Tanya dr Kirana sambil menunjuk ranjang Enni yang sudah kosong dengan wajah panik.

"Tadi malam dia dirawat di sini. Ini buktinya..." Dr Kirana berkata sambil menunjuk papan yang mencantumkan keterangan pasien di bagian kaki ranjang. Di situ tercantum nama pasien dengan inisial 'NN', juga nama dokter yang merawat adalah dr Kirana.

"Apakah dia sudah siuman?" Tanya dr Kirana sambil melihat sekeliling, seakan sedang mencari Enni. Begitu juga dengan pria kekar dan security yang tidak mengerti.

"Itu infusnya dilepas begitu saja..." Dr Kirana menunjuk alat infus yang masih tergantung dan juga botol cairan infus yang isinya masih tersisa.

"Pak, tolong periksa toilet, mungkin pasien sedang ke toilet." Ucap dr Kirana pelan tapi serius kepada security, sebab khawatir membangunkan pasien lain yang ada di UGD

^^^Security langsung ke toilet diikuti oleh pria kekar untuk memeriksa. Dr Kirana berdiri diam dekat bekas ranjang Enni sambil berpikir untuk menolong Enni, selanjutnya.^^^

"Tidak ada, dok. Kamar mandi kosong..." Security menjelaskan, setelah kembali dari toilet bersama pria kekar.

"Apakah pasiennya kabur, saat siuaman?" Tanya pria kekar yang menyadari kondisi Winda, mungkin tidak mau ditemukan oleh boss nya, jadi melarikan diri lagi.

"Mungkinkah...?" Tanya dr Kirana pelan, sambil terus berpikir bagaimana bisa memberikan penjelasan yang masuk akal dan bisa diterima oleh pria kekar.

"Kalau begitu, saya akan mencarinya di luar, sebelum dia jauh dari sini." Ucap pria kekar buru-buru, lalu hendak keluar mencari Enni.

"Tunggu sebentar, Pak. Anda harus membayar semua tindakan medis yang sudah kami lakukan kepada istri boss anda." Dr Kirana menahan langkah pria kekar itu untuk tidak keluar dari UGD.

"Tapi saya, tidak bawa uang tunai, dokter." Pria itu berkata cepat dan bingung mendengar permintaan dr Kirana.

"Silahkan telpon boss anda untuk membayar perawatan istrinya di sini." Dr Kirana tidak bergeming, karena mau tahu lebih banyak tentang suami Enni.

^^^Pria kekar itu tertegun mendengar permintaan dr Kirana. Dia tidak menyangka, dokter yang terlihat baik dan ramah bisa berkata seperti itu untuk masalah uang. Dia berpikir, dr Kirana akan lebih mengutamakan rasa kemanusiaan.^^^

"Nanti saya kembali lagi, dok. Saya harus mencari istri boss dulu, sebelum kehilangan dia lagi." Pria kekar coba memberikan alasan yang bisa diterima oleh dr Kirana.

"Maaf, Pak. Kalau anda langsung hubungi suami pasien, bisa cepat selesai. Ini bukan masalah kemanusiaan, tapi masalah peraturan di rumah sakit ini."

"Kami sudah merawat pasien, tanpa ada identitas apa pun karena rasa kemanusian. Tapi sekarang sudah ada keluarga yang bertanggung jawab, jadi silahkan telpon suaminya untuk bertanggung jawab pada istrinya."

"Tadi anda lihat foto pasien bukan? Kami membuat itu sebagai persiapan memposting di sosial media untuk mencari keluarganya, jika sampai pagi dia belum siuman dan tidak ada yang mencarinya."

"Jadi anda sekarang bisa pikirkan kondisi kami jika melepaskan anda tanpa jaminan apa pun dan pasien sendiri belum ada datanya di rumah sakit ini." Dr Kirana tetap mempertahankan sikapnya sebagai dokter yang bertanggung jawab di ruang UGD.

^^^Dengan berat hati pria kekar itu mengeluarkan ponsel dari saku untuk menghubungi boss nya. Sebab dia melihat security berdiri siaga di dekatnya. Sedangkan dr Kirana diam menunggu apa yang akan dia lakukan.^^^

"Berapa biaya yang harus dibayar, dok?" Akhirnya pria kekar itu menyerah dan bertanya tentang biaya perawatan Winda sebelum menghubungi boss nya.

"Sebentar..." Dr Kirana memanggil perawat Keni yang baru kembali ke ruang jaga para perawat dan sedang melihat ke arah mereka, dengan melambaikan tangan.

...~▪︎▪︎▪︎~...

...~●○¤○●~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!