NovelToon NovelToon

When Billionare meet doctor

prolog

Alena tengah berada didalam mobilnya. Ia merasa kesal harus merasakan kemacetan siang itu. Ia baru saja melihat rumah sakit yang akan ia datangi untuk bekerja. Tak lama lagi ia akan diwisuda. Akhirnya cita-citanya sebagai dokter tercapai. Sesuai permintaan ibunya yang terakhir jika ia harus menjadi orang yang dapat berguna bagi orang banyak.

Baru saja ia bertemu dengan Gisel yang masih sama dengannya. Ia adalah calon dokter. Ia akan bekerja dirumah sakit itu sebagai dokter kandungan. Diluar dugaan, mereka berdua diterima bekerja dirumahsakit itu.

Tiba-tiba macet itu tak terkendali. Banyak orang yang keluar dari kendaraannya karena panas. Ia membuka jendela dan melihat tak jauh darinya banyak orang berkerumun.

"Ada apa?" Tanyanya pada seseorang yang baru saja melihat kumpulan orang-orang itu.

"Ada kecelakaan didepan. Orangnya gak sadar. Mereka lagi nunggu ambulance. Tapi kalo macet gini gimana bisa nyampe?" Seru orang itu kesal.

Alena turun dari mobil dan membawa alat P3K nya yang seadanya. Ia menghampiri kumpulan orang banyak. Sedikit susah payah ia menerobos kerumunan itu.

"Permisi. Saya dokter." seru Alena keras.

Kumpulan orang-orang itu membelah diri sehingga Alena bisa masuk kedalam. Ia melihat seorang pria masih mengenakan topinya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Alena mencoba mengecek detak jantungnya. Kemudian ia mengangguk.

Kemudian ia melihat kakinya. Sepertinya pria didepannya terkena patah tulang. Ia memang dokter anak, tapi ia diwajibkan untuk membantu siapapun yang membutuhkannya. Iapun mengeluarkan gunting dan menggunting celana jeansnya. Ia dapat melihat tulang kakinya bengkok akibat benturan keras.

"Halo, pa.. saya dokter. Bisa dibuka matanya?" tanya Alena pada pria yang tidak sadar itu. "Saya anggap bapak dengar ucapan saya. Kalau bapak sadar, bapak bisa anggukan kepala."

Pria itu menganggukkan kepalanya pelan.

"Bisa diangkat kesamping?"tanya Alena pada orang-orang yang sedang menolongnya.

Beberapa orang membantu pria itu mrngangkatnya ketrotoar. Ketika pria itu diangkat, Alena mencari beberapa kayu. Setelah mendapatkannya, ia kembali kepria tadi.

"Sementara sampai ambulance datang, saya berikan ini. Maaf bapak-bapak, bisa tolong dibersihkan dahulu kayunya agar steril. Ini banyak tanahnya. Saya ke mobil dulu untuk parkir." Ucap Alena ramah. Ia melihat motor yang ditunggangi pria yang terkapar itu dalam keadaan hancur dibagian depan. Motor sport berwarna merah itu sudah tidak nampak bentuknya.

"Baik,bu dokter."

Mendengar orang-orang memanggilnya dokter membuat ia bangga. Akhirnya ilmunya berguna saat ini. Pria didepannya adalah pasien pertama nya.

Alena memarkirkan dahulu mobilnya dan kembali kepria tadi. Ia perlahan menempelkan kayu-kayu itu untuk kakinya. Ia melakukannya dengan teliti.

Hampir satu jam mereka menunggu ambulance. Ketika tiba, Alena ikut masuk kedalam ambulance dan mereka pergi kerumah sakit.

Gisel telah menunggu dipintu UGD ketika ia mendapatkan telepon dari Alena. Karena ia masih ada dirumah sakit. Ia ingin melihat penanganan orang yang baru saja kecelakaan. Tak lama ia menunggu ambulance itu.

"Al, baju kamu banyak darahnya." Seru Gisel.

"Iya, gak masalah. Pria tadi harus cepet dibantu."

"Udah ada dokter didalam. Kamu ganti baju aja. Aku udah bawa baju didalem mobil. Kamu bisa pake baju aku."

"Oke, tapi aku gak bisa kembaliin cepet-cepet ya gi! Besok aku harus pulang. Mungkin seminggu. karena lagi ada acara dirumah.

"Gak masalah." Jawab Gisel tenang.

Dokter Alena

Alena menatap jam tangannya. Sudah hampir satu jam ia menghabiskan waktu untuk berbincang dengan pria didepannya. Ia bosan setengah mati padahal pria didepannya adalah seorang dokter juga. Bukannya seorang dokter bisa mengajak lawan bicaranya nyaman? Alena terus menatap jam tangannya. Pria yang didepannya tersenyum samar. Ia mulai merasa tak nyaman.

“Kamu ada acara lain?”tanyanya sambil membetulkan letak kacamata.

“Sebetulnya iya sih, tapi gak papa kok.” Jawab Alena berbohong.

“Kita nanti bisa ketemu lagi. Lagian kamu nya gak tenang gitu."ucap pria itu

“Oke, makasih ya buat hari ini.” Jawab Alena cepat sambil beranjak dari duduknya. Pria didepannya hanya melongo melihat kepergian Alena.

Iapun pergi dari tempat itu dan langsung menuju restoran milik temannya. Firly yang membuat janji antara ia dan dokter itu. Firly hanya tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Alena. Iapun tidak menyangka jika salah satu kenalannya membosankan seperti itu.

“Kamu tau gak? Yang dia omongin pasiennya terus. Aku gak sanggup ly. Kita sama-sama dokter dan aku gak mau denger lagi tentang pasien, obat, rumah sakit, penyakit.. hah” Ucap Alena sambil menyimpan kepalanya dimeja.

“Minum dulu, minum dulu. Nanti aku cariin lagi buat kamu.” Jawabnya sambil menahan tawa. Bukan tanpa alasan ia lakukan itu. Karena pekerjaannya, Alena sulit mencari pasangan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk anak-anak didik di wisma nya dan tentu saja pasiennya.

“Pengusaha gimana?Atau dosen?”

Alena hanya menatap Firly sambil menaikkan bahunya. "Cukup." jawabnya cepat.

Alena sudah meminta ijin dari rumah sakit khusus untuk acara ini. Dan ia juga harus membatalkan janji dengan para pasiennya. Namun sayang semuanya tidak berjalan lancar.

Ia melihat sekelilingnya. Restoran milik Firly lumayan penuh. Banyak anak muda yang senang berkumpul. Sepertinya ia memang harus pergi. Ia tidak mau mengganggu Firly dan bisnisnya. "Aku pulang."

"Loh, mau kemana?"tanya Firly. Ditangannya masih terdapat nampan berisi beberapa gelas. Alena tahu Firly sangat sibuk tapi ia masih sempat-sempatnya mencarikan pacar untuknya.

Alena berjalan ditrotoar. Untuk sampai halte bis membutuhkan waktu 15 menit. Ia menyimpan mobilnya dikontrakannya karena tadinya ia pikir akan diantarkan pulang. Namun ia malah pulang duluan. Ia tersenyum sambil menundukkan kepalanya.

Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut tak jauh darinya. Ia berlari menuju asal suara itu karena penasaran. Orang-orang itu berkumpul mengelilingi sebuah mobil sedan berwarna merah. Mungkin kecelakaan, pikir Alena. Karena penasaran, iapun melihat korbannya. Apakah sudah tertangani atau belum.

“Permisi..”ucapnya.

“Bawa kerumah sakit. Cepat, kasian,,” ucap salah satu dari mereka.

Terlihat oleh Alena seorang wanita berusia lanjut tengah menekan dadanya dan meringis kesakitan. Alena langsung mendekati wanita itu. “Permisi, saya dokter.” Ucapnya cepat. Iapun memeriksa secukupnya pada wanita itu. “Nenek, maaf bisa bangun dulu buat dipindah kebelakang.”ucapnya cepat. Wanita itu nampak kesulitan. Alenapun melihat kekiri dan kekanan. “Tolong bantu saya baringkan nenek ini dibelakang.”

Beberapa orang mencoba membantu membaringkan wanita itu dibelakang. Setelah dibaringkan, Alena mendekatinya dan menggenggam tangannya. “Nenek, nama saya Alena. Saya seorang dokter. Nenek harus percaya saya, nenek harus tenang. Saya bawa nenek kerumahsakit sekarang.Oke.. nenek kalo setuju cukup mengangguk.” Wanita itu mengangguk. Perasaan Alena pernah melakukan hal yang sama. Tapi ia tidak ingat kapan. Alena pun keluar dari mobil dan pindah kedepan. Ia menelpon seseorang. “Halo, dokter Radit hari ini jaga?”

“Ya, ada apa dokter Alena?”

“Saya bawa pasien dok. Tadi waktu dijalan saya liat ada wanita yang kesakitan dibagian dadanya. Kemungkinan kena serangan jantung.”

“Oke, langsung bawa kesini. Dokter Alena dimana?”

“Saya udah dekat dok. Sepuluh menit lagi sampai.”

Dokter Radit berjalan. “Oke, saya tunggu dipintu UGD.”

Ketika Alena sampai, dokter Radit sudah menunggu didepan UGD. Alena hanya melihat ketika dokter Radit memeriksa wanita itu. Wanita itu masih terlihat kesakitan.

”Hanya serangan biasa. Nenek itu lupa bawa obat. Tapi tunggu beberapa jam lagi nanti bisa pulang.”ucap dokter Radit. Alena lega mendengarnya. “Baik dok. Terimakasih.”

Alena menghampiri nenek itu. Wajahnya masih terlihat pucat. “Nek, kenapa bawa mobil sendiri?Nenek gak takut?” wanita itu menggelengkan kepalanya. “Ya udah, nenek istirahat dulu. Nanti beberapa jam lagi Alena antar pulang. Nenek mau saya hubungi keluarganya?”

Wanita itu menggelengkan kepalanya. Alena tersenyum. “Oke kalo gitu, nanti Alena antar aja ya. Sekarang nenek istirahat. Alena tunggu disini.”

Hampir dua jam Alena menunggu wanita itu bangun. Ia langsung mengurus administrasinya dan memang berniat mengantarnya. Ia membawa mobil wanita itu sekalian mengantarnya pulang. Ketika ia melihat rumahnya, ia terkejut karena wanita itu bukan seorang wanita biasa. Rumahnya berada dikawasan elit. Bukan hanya itu, ia memiliki pembantu beberapa orang. Mereka membantu wanita itu keluar dari mobil. “Kalau nenek masih kerasa sakit, nanti hubungi dokter Radit aja. Beliau spesialis jantung.”

“Terima kasih karena sudah mengantar. Masuk kedalam dulu.”ajak wanita itu.

Alena menggelengkan kepalanya. “Maaf nek, udah malam. Besok pagi saya ada janji dengan pasien.”

“Oke, terimakasih ya.”ucapnya.

Alenapun pamit. “Jaga kesehatan ya nek.”

Siska masuk kedalam rumah dengan dibantu oleh pelayannya. “Tolong panggil Dira kesini.” Ucapnya. “Pa Dira diluar negeri, nyonya.”jawab salah seorang pelayannya. “Tolong ambilkan handphone saya dimobil.” Ucapnya sambil masuk kedalam kamar. "Gara-gara anak itu, jantungku kambuh." ucapnya kesal.

hot topic

Dave menghentak-hentakkan kakinya dilantai dansa. Sekarang yang menjadi teman dansanya adalah seorang artis ternama. Ia sudah berapa kali masuk koran gosip. Tapi Dave tidak peduli. Siapa sekarang yang tidak mengenal Dave? Salah seorang pria tampan dari 10 pria muda tersukses di Asia? Diusianya yang relatif muda, ia bisa mendapatkan pundi-pundi uang milyaran dari kehebatan tangannya. Karyanya telah dipakai diberbagai negara di dunia. Para wanita tidak ada yang menjauhinya. Kehidupannya tidak pernah membosankan.

Tiba-tiba tangannya ditarik kencang. Ia akan melawan tapi ditahan ketika melihat kedua sahabatnya yang menarik. Calvin dan Edward menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Dave beberapa hari terakhir. Wajahnya hampir seminggu ini masuk kedalam koran gosip dan menjadi hot news dibeberapa media online.

“Nanti kamu pulang pake taxi ya, sayang.”ucap Edward pada wanita itu sambil memegang bahunya dan pergi keluar. Wanita itu menatap Edward terpesona. Sedangkan Dave dibawa oleh Calvin menuju mobilnya.

“Gila Dave, kamu nemu artis gitu darimana?” seru Edward yang menunggu dijalan setelah mengantar wanita tadi naik taxi.

Dave yang mabuk tidak bisa menjawab. Ia tertidur dikursi belakang. “Kenapa?”tanya Calvin sambil tertawa.

“Dia minta ongkos. Gila, perempuan gak punya malu. Mukanya jelek lagi.” Jawab Edward kesal disambut tertawaan Calvin.

Dave dibawa kerumah Edward karena ia tinggal sendiri. “Mau sampai kapan, Dave? Kasian nenek kamu.” Tanya Calvin saat ia sudah sadar.

“Sampai nenek gak ngatur aku.” jawab Dave sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. “Udah 28 tahun tapi nenek banyak ngatur.”

“Wajar Dave, orangtua kamu pisah. Mereka gak ada yang peduli sama kamu. Trus kamu pewarisnya. Kamu mau harta mereka jatuh ketangan keponakannya?” tanya Edward

“Harta, harta, kapan aku gak denger tentang harta?” seru Dave kesal. “Aku punya perusahaan sendiri. Sesuai sama keinginan aku. kalo ujung-ujungnya aku harus nerusin hotel buat apa?”

Calvin merangkul sahabatnya. “Jangan sama artis. Aku cuma ngasih tau kamu. Silahkan berhubungan sama wanita manapun tapi jangan artis. Kita bisa keganggu. Kamu mikirin kerjaan kamu gak?Gimana klien kita kalau liat kamu masuk tv terus dengan sejumlah skandal?” ucap Calvin bijak.

Dave terdiam beberapa saat. Ucapan Calvin ada benarnya.

Firly berada didepan kost an Alena. Sudah 15 menit ia menunggu tapi sosok Alena belum terlihat. Sejak satu jam yang lalu ia menghubungi Alena tapi handphonenya mati.

“Ly!”panggil Alena.

Firly membalikkan badannya. “Kamu kemana aja sih?”

“Dari rumah sakit.”

Firly mengerutkan keningnya. “Bukannya kamu libur? Tadi dari restoran langsung ke rumah sakit?

“Iya, tadi aku bawa nenek-nenek ke rumah sakit. Kena serangan jantung.” Jawab Alena sambil membuka pintu kost annya.

“Meninggal?”

“Hus! Enggak. Cuma serangan jantung biasa. Dia lupa minum obat.” Alena masuk kekamar mandi. “Trus ngapain kamu kesini?”

“Ada pengusaha. Wajahnya lumayan. Kayaknya kalo yang ini cocok."

“Kapan?”teriak Alena.

“Minggu depan. Sekarang dia lagi diluar negeri.”

Firly tidak pernah menyerah mencari pasangan untuk Alena. Tapi sayangnya selama ini ia selalu gagal. Alena paling sulit membuka hati. Tidak seperti yang lain.

Alena keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk. "Trus kamu kapan nyari pacar?"

"Pacar buat aku gak penting. Please deh, dia cuma ganggu kerjaan aku. Aku maunya bebas." seru Firly. Ia melihat sekeliling kontrakan Alena. "Al, kamu gak punya niat beli rumah?"

"Buat apa? aku punya rumah kok."

"Ya, tapi kan jauh.."

"Biar jauh yang penting berguna buat orang banyak."

"Trus kapan kamu pulang?"

"Gak tau, mungkin minggu depan."

Firly beranjak dari duduknya. Ia berjalan kedapur. "Coba aku liat kulkas kamu." ucapnya. Ia membuka kulkas dan terkejut dengan isinya. "Gak salah Al?" Teriak Firly.

"Apa?" tanya Alena menghampirinya.

"Isi kulkas kamu cuma sayuran sama salad dressing aja? buah-buahan juga dikit."

"Aku kan lagi diet. Kan lagi nyari pacar." jawab Alena sambil tertawa

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!