Terlihat seorang gadis SMA sedang menunggu jemputan didepan gerbang sekolah yang sudah lama ditutup. Dia berdiri cukup lama, sesekali dia membenarkan kacamatan nya yang melorot. hingga matanya menyipit ketika sebuah mobil yang sangat dikenalnya mendekat.
"Kenapa ayah lama sekali menjemputku?" Gerutu gadis itu.
Yuna Akeno. Nama gadis itu, gadis berkecamata dengan rambut pendek sebahu. Dia asli jepang dengan kulit putih mulus layaknya gadis Jepang pada umumnya.
seperti biasa ayah nya selalu telat menjemputnya, seperti sekarang hari sudah berganti malam ayahnya baru saja menjemputnya. Tapi Yuna tidak ambil pusing dengan hal itu kerena dia memaklumi kalau ayah nya sibuk dengan pekerjaannya bukan hal lain.
"Maafkan ayah Yuna, ayah tadi sedang mengurus beberapa orang yang membuat kegaduhan dipusat kota." Ucap Ayah Yuna yang berprofesi sebagai polisi di tokyo, jepang.
"Tapi ayah juga harus memikirkan diri ayah sendiri, apalagi dipusat kota banyak orang-orang jahat yang bisa melukai ayah sewaktu-waktu." Ucap Yuna
"Jangan terlalu Khawatir tentang itu Yuna."
"Baiklah."
Mobil yang ditumpangi Yuna berjalan cepat. Mata Yuna mulai terlelap dan kepalanya perlahan menyandar pada kaca mobil. Yuna sangat lelah hari ini. Ditambah dia menunggu lama jemputan ayahnya tadi tenaganya hampir habis.
'Ciiiit' hingga suara decitan mobil membangunkan tidur lelap Yuna. Decitan itu berasal dari mobil yang tidak jauh dari mobil yang ditumpangi yuna. Ayah yuna memberhentikan mobilnya dan menyaksikan apa yang terjadi.
Tidak lama keluar lah seorang pria dengan jeket kulit dan celana jeans hitam serta topi hitam yang menutupi hampir setengah wajahnya. Menambah kesan misterius pria itu. Ayah yuna terus memperhatikan gerak-gerik pria itu dari dalam mobil.
"Ayah sebaiknya kita pulang jangan mempedulikan orang itu. Orang itu sangat aneh ayah" Entah kenapa perasaan Yuna tidak enak. Seperti ada masalah besar yang menimpanya
"Tidak bisa Yuna, ini sudah tugas ayah menjaga keamanan disini."
Tidak lama keluar lah seorang anak kecil dari gedung besar terlihat anak kecil itu sedang mengambil bola kecil yang menggelinding keluar dari pintu utama gedung. Tidak jauh dari keberadaan anak kecil itu, pria yang mengenakan baju serba hitam itu berjalan mendekat ke arah anak kecil itu. Dengan langkah perlahan seperti seorang penjahat.
Mata Yuna terus menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Hatinya terus berkata bahwa dia dan ayah nya harus pergi segera.
"Ayah untuk kali ini saja ikuti apa kata Yuna. Perasaan Yuna tidak enak sebaiknya kita pulang ayah." Pinta Yuna.
Tidak lama ada suara teriak minta tolong suara itu berasal dari arah anak kecil itu berada.
#Yuna pov
Aku melihat anak kecil itu sedang berusaha membebaskan bekapan pria yang mengintainya dari tadi. Ayah ku sudah membuka pintu mobilnya untuk membantu anak kecil itu.
Aku tidak sempat melarang ayah untuk tidak mendekati anak kecil itu. Perasaan ku semakin tidak enak ketika ayah semakin dekat dengan tempat kejadian. Orang-orang disekeliling ayah terlihat diam tidak ada yang membantu. Aku juga bingung kenapa masih ada anak kecil yang berkeliaran malam-malam tanpa ada ayah dan ibunya yang mendampinginya.
Ditambah disamping gedung tempat anak kecil itu keluar ada sebuah Bar besar yang sangat terkenal. Aku berpikir orang tuanya tidak tahu kalau tempat ini sangat berbahaya bagi anak mereka.
Aku melihat ayah berusaha berbicara dengan penjahat itu. Orang-orang semakin ramai ketika melihat keributan. Aku memutuskan keluar dari mobil takut terjadi apa-apa dengan ayahku.
Tapi belum sempat aku mendekati tempat kejadian. Penjahat itu berlari sambil membopong anak kecil yang sudah pingsan dibahu nya. Tidak jauh dari penjahat itu ayah ku mengejarnya, aku menatap sekeliling tempat ini tidak ada satu pun dari mereka yang ikut membantu ayah ku.
Tanpa memperdulikan orang-orang ini Aku berlari mengikuti ayahku. Sudah cukup jauh aku tertinggal. Ayolah ini sudah cukup jauh sampai kapan ayah menyerah mengejar penjahat itu. Dadaku sudah terasa sesak sepertinya asma ku akan kambuh jika aku tidak berhenti berlari sekarang juga.
Aku memperlambat lariku dan mencoba mengatur nafas, karena bisa saja asma ku kambuh sedangkan aku lupa membawa inhaler Yang kusimpan di dalam tasku yang tertinggal didalam mobil.
#Author Pov
Yuna kembali berlari namun dia berusaha agar tidak terlalu cepat agar tidak membuat dadanya
Sesak. Untung saja diujung jalan masih ada terlihat ayahnya. Yuna merasa semakin lama dia dan Ayah mengejar penjahat itu semakin sunyi tempat yang mereka lalui.
Sekarang Yuna merasa dadanya semakin sesak. Dia membungkukkan badanya mencoba mengatur nafas. Cukup lama hingga dia baru sadar kalau dia sudah tertinggal jauh dari ayahnya.
Saat itu juga firasat buruknya kembali muncul. Dengan cepat dia mencari-cari ayahnya. Hingga tepat diujung jalan Gank sana. terlihat tubuh ayahnya terbujur kaku. tubuh Yuna mematung seketika. matanya tidak berkedip melihatnya. bibir mungilnya mulai bergetar dan terisak.
Ayahnya dipukuli beberapa Dua orang pria Dewasa termasuk penjahat yang membopong anak kecil tadi.
Anak kecil tadi dipegang oleh pria berstelan jas merah. Yuna tidak bisa melihat wajah pria itu kerena wajahnya tidak tersorot oleh lampu. Dia berusaha membenarkan kacamatanya agar melihat wajah pria berstelan merah itu. Dipikiran Yuna hanya satu pria itu pasti ketuanya.
"Berhenti." Teriak Yuna dengan suara bergetar. Orang-orang itu terus memukuli ayah Yuna yang sudah terbujur kaku ditanah.
"Tolong tolong Alois, Alois takut." Teriak anak kecil itu ketika mendengar suara Yuna.
"Akh anak sialan. Tangkap anak kecil dan gadis itu." Teriak pria berstelan merah ketika anak kecil bernama Alois itu berhasil kabur dan berlindung dibalik tubuh Yuna.
"Jangan mendekat aku akan melaporkan kalian atas pembunuhan yang kalian lakukan terhadap ayahku." Ucap Yuna dia berusaha menahan tangis ketika melihat sosok ayah nya yang sudah tidak bernyawa disana.
"Kembalikan anak kecil itu kepada kami, maka kau akan selamat. Jangan ikut campur dengan urusan kami. Jika kau masih berani tuan kami akan tidak akan membiarkan mu hidup."
Yuna beringsut mundur ketika orang-orang itu berusaha maju menggapai anak kecil yang dibelakang Yuna. Anak kecil itu memegang jemari Yuna kuat. Dengan cepat dia berbalik dan menggendong anak kecil itu.
Yuna terus berlari cepat. Orang-orang itu terus mengejarnya. Seolah-olah tidak ada kata berhenti untuk Yuna. Dadanya sudah sesak sangat sesak.
"Kamu carilah bantuan." Ucap Yuna kepada anak kecil itu setelah menurunkannya.
"Bagaimana dengan kakak?"
"Tidak perlu memikirkan kakak, cepatlah." Ucap Yuna sedikit mendorong tubuh anak kecil yang berumur tiga tahun itu.
Yuna menekan sedikit dadanya yang sangat sesak. Yuna kaget ketika sebuah tarikan kuat dirambutnya. Saking kuatnya kacamatanya terlepas dan kacanya pecah berkeping-keping.
Tanpa kacamata itu pengelihatan Yuna buram apalagi ketika malam hari. Tubuh Yuna dihempaskan ketembok dengan kuat. Yuna berusaha mengatur nafasnya yang bertambah sesak seiring dengan ketakutan yang menguasai pikirannya.
"Kau berani macam-macam dengan ku hah!" Teriak seorang pria tepat diwajah Yuna.
"Menjauh dari ku." Ucap Yuna. Matanya menyipit ketika dia melihat samar-samar pakaian stelan merah yang dikenakan pria didepannya ini.
"Kemana anak kecil itu?" Teriak pria berstelan merah itu lagi diwajah Yuna. Yuna kembali menyipitkan matanya untuk mengenali wajah pria ini. Yang dia tangkap hanya kulit putih dan bibir merah muda milik pria ini itupun masih samar.
"Gadis sialan kau tuli hah!" Pria itu mencengkram bahu Yuna kuat.
"Tuan sepertinya ada yang kesini. Sebaiknya kita pergi secepatnya tuan." Ucap penjahat berjaket kulit.
"Kau salah bermain-main dengan ku gadis sialan." Ucap pria itu.
Cengkraman dibahu Yuna melemah seiring mendekatnya suara mobil kearahnya. Pria berstelan merah itu pergi. Seketika Tubuh Yuna lunglai ke tanah.
Hingga sentuhan telapak tangan kecil menyentuh pipinya.
"Daddy, disini." Teriak anak kecil itu memanggil ayahnya.
"Cepat bawa dia kerumah sakit." Ucap pria yang dipanggil ayah oleh anak kecil tadi.
Tidak jauh dari mereka ada seorang pria yang mengintai mereka sejak insiden pembunuhan seorang polisi yang tidak lain adalah ayah Yuna. Pria dengan ciri Khas orang Amerika yang melekat pada wajah tampannya. Menatap Yuna dari keajauhan dengan mata elang nya dan senyuman miring yang tercetak jelas dibibirnya.
"Gadis malang." Ucap pria itu
Yuna terbangun karena sedikit terusik oleh sapuan lembut di keningnya. Matanya menyipit untuk melihat siapa gerangan yang telah menganggunya. Seperti biasa matanya tidak bisa menangkap jelas tanpa kecamata yang selalu dia pakai. Tapi apalah daya kacamata itu sudah hancur berkeping-keping akibat insiden tadi malam.
Penglihatannya menangkap seorang wanita berumur tersenyum ke arahnya. Yuna membalas senyuman wanita itu.
"Kamu tidak papa? Apakah ada yang terluka?" Tanya wanita itu
"Saya baik-baik saja nyonya."
"Pakailah ini." Ucap wanita berumur itu menyerahkan kotak kacamata kepada Yuna.
Merasa tidak ada pergerakan dari Yuna wanita itu mengambil telapak tangan Yuna dan meletakkan kotak yang berisikan kacamata itu disana.
"Cucu ku yang meminta ku membelikankan ini untuk mu, terimakasih sebelumnya sudah menyelamatkan Alois Cucu ku." Ucap wanita berumur itu.
"Terimakasih Nyonya. Tapi sepertinya saya tidak bisa berlama-lama disini. Saya harus ke kantor polisi untuk mengajukan penangkapan pelaku atas pembunuhan ayah saya tadi malam." Ucap Yuna. Dengan mata yang berkaca-kaca
"Kamu tidak perlu mengurusnya, Aurick sudah menyelesaikan semuanya. Termasuk pemakaman ayahmu" Ucap wanita itu.
"Aurick?" Ucap Yuna mengulang nama yang disebutkan oleh wanita yang disampingnya ini.
"Dia anak ku yang membawa mu kesini. Daddy nya Alois."
"Sekali lagi Terima kasih nyonya. Tapi apakah saya boleh bertanya?." Tanya Yuna masih Ragu.
"Tanyakan apa saja. Yang masih membuat hati mu ragu. Dan Jangan terlalu formal berbicara dengan ku" Ucap
"Ba-baik nyonya." Ucap Yuna
"Apakah aku boleh tau siapa pelakunya? Aku ingin menemuinya." Ucap Yuna dia berharap sekali agar bisa melihat siapa pelaku yang membunuh ayahnya.
"Karena Aurick yang mengurus pelaku. Kamu bertanya lah sendiri kepadanya."
"Dimana aku bisa menemuinya?"
"Nanti malam kamu bisa menemuinya, datanglah malam ini. Aku ingin memperkenalkan kamu dengan suamiku. Kamu harus datang ya karena Alois ingin sekali bertemu dengan mu. Untuk urusan alamat aku sudah menulisnya di kertas atas nakas"
"Baiklah Nyonya. Aku usahakan datang." Ucap Yuna merasa tidak enak kalau menolak wanita yang disampingnya ini.
"Yuna kamu jangan terlalu bersedih. Tetaplah semangat menjalani hidup mu." Ucap wanita itu
"Bagaimana nyonya bisa tahu namaku?."
"Aku tahu semua tentang mu Yuna Akeno. Sepertinya aku harus pergi. Kalau begitu sampai jumpa nanti malam." Ucap wanita itu lalu pergi meninggalkan Yuna.
Kini tinggal Yuna sendiri diruangan serba putih ini. Sekarang dia benar-benar menjalani kehidupannya sendiri. Ibunya sudah lama meninggal waktu melahirkan dia. Sejak itu hanya ayah nya saja yang seorang diri mengurus dirinya. Ayahnya adalah seorang pahlawan bagi Yuna.
Yuna sangat menyayangi ayahnya itu. Seorang ayah yang hebat bisa berperan sebagai seorang ibu sewaktu-waktu. Tapi mungkin ini yang terbaik untuk ayahnya. Bukankah tuhan sayang sama orang baik. Ya tuhan tidak pernah tidur. Tuhan melihat semua yang dilakukan manusia dibumi. Yuna harap pelaku pembunuhan ayahnya dihukum setimpal dengan perbuatannya.
Ditempat lain terlihat seorang Pria sedang berdiri menatap keluar kaca gedungnya. Hiruk pikuk diluar tidak menganggunya.
Lucas Alexander. nama pria itu. Pria asal California Amerika serikat. Yang pindah ke jepang. Pria dewasa memiliki paras tampan yang memikat. Memiliki kekayaan yang berlimpah, seumur hidupnya dia hanya mencari uang dan uang tidak ada hal lain. Bahkan cinta pun dia tidak bisa merasakan lagi. apa itu cinta? bahkan dia tidak tahu arti cinta itu apa.
"Strategi yang sangat cantik. Bahkan aku tidak perlu membuang-buang tenaga untuk menghancurkan mu Aurick. Kita lihat saja kau salah bermain-main dengan ku." Ucap Lucas dengan senyum miringnya.
...***...
Yuna sudah kembali ke apartemen nya. Apartemen kecil dan sederhana memiliki dua kamar yaitu kamar Yuna sendiri dan Kamar Bekas ayahnya yang pastinya akan kosong untuk selamanya.
Untuk sekarang Yuna masih fokus untuk sekolahnya. Untuk biaya hidup mungkin dia tidak perlu bekerja part time. Karena ayah nya seorang polisi pemerintah daerah pasti akan memberi tunjangan untuk keluarga yang ditinggalkan. Tunjangannya cukup untuk membayar apartemen dan biaya sekolahnya.
"Semoga ayah bertemu ibu disana." Doa Yuna. Tidak habis-habisnya air matanya menetes. Setiap mengingat ayahnya pasti dia akan menangis dalam kesunyian.
"Sebaiknya aku bersiap-siap." Ucap Yuna kalau terus berlarut-larut dia akan terlambat.
Yuna memilih baju yang ingin dikenakannya. Matanya jatuh kesebuah gaun selutut berwarna putih dengan lengan sebatas siku. Gaun pemberian ayahnya ketika dia berulang tahun yang 17, dua bulan yang lalu.
Yuna sedikit merias rambut dan sedikit memoles wajahnya agar tidak terlihat pucat. Padahal ini bukan acara pesta. Tapi kenapa Dia menggunakan gaun. Yuna berpikir setidaknya dia berpakaian yang pantas dan nyaman untuk dipandang. Ini juga sebagai tanda hormat kepada keluarga anak kecil yang ditolongnya waktu itu. Karena sudah mengurus semua pemakaman dan pelaku pembunuhan ayahnya.
Tidak lupa Yuna memakai kacamatanya. Kacamata pemberian nenek nya Alois tadi sangat pas bahkan pengelihatannya bertambah terang.
"Pasti harga kacamata ini sangat mahal." Batin Yuna
Untuk turun ke lantai dasar Yuna harus menggunakan lift terlebih dahulu. Karena letak Apartemennya berada dilantai tiga. Ketika sudah sampai dilantai dasar Yuna menaiki taksi yang sudah dipesannya.
Terpaksa dia menaiki taksi yang pastinya akan memakan banyak biaya. Dia tidak mau menaiki kendaraan umum lainnya takutnya ketika dia turun pakaiannya menjadi lusuh karena berdesakan.
Taksi yang ditumpangi Yuna memasuki kawasan Elite di Minato, tokyo. Kota Minato adalah salah satu dari 23 distrik istimewa yang terletak ditokyo tenggara jepang.
"Sepertinya keluarga Wanita itu sangat terpandang." Batin Yuna. Ketika taksinya melintasi permukiman mewah yang terdapat Di azabu pinggiran kota Minato.
"Nona sudah sampai." Ucap supir taksi.
"Terima kasih atas tumpangannya." Ucap Yuna lalu membayar taksinya.
Yuna baru sadar uang nya tinggal beberapa lembar saja. Pasti uang yang didalam tasnya sekarang tidak cukup untuk biaya pulang nanti. Terpaksa dia naik kendaraan umum untuk pulang.
"Aku tidak menyangka nenek nya alois sangat kaya." Batin Yuna ketika melihat mansion yang sangat megah dan mewah. Dengan pagar kokoh yang mengurung mansion itu.
Yuna tidak bergeming ditempatnya dia masih didepan pagar mansion. Hingga seoarang penjaga gerbang membukakan gerbang untuk Yuna.
"Nona Yuna Akeno sudah ditunggu didalam. Saya akan mengantarkan nona menemui tuan dan Nyonya" Ucap penjaga itu tanpa berbasa-basi.
"Ba-baik." Ucap Yuna.
Setelah sampai didepan pintu utama Mansion penjaga yang mengantar Yuna tadi menekan bel yang berada disamping pintu. Lalu keluarlah anak kecil yang dikenali oleh Yuna. Anak kecil itu langsung memeluk kaki Yuna dan menatap Yuna dari bawah.
"Mommy kenapa sangat lama? Alois pikir Mommy tidak jadi datang." Ucap Alois
Yuna terlihat terkejut ketika dia mendengar anak kecil ini memanggilnya dengan sebutan Mommy. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau dia bukan Mommynya tapi dia tidak tega. Bukankah waktu terakhir kali anak kecil ini memanggilnya dengan sebutan 'kakak' tapi kenapa ini memanggilnya dengan Sebutan 'Mommy'
"Mommy Alois mau gendong." Ucap Alois dengan wajah gemasnya. Alois mengangkat kedua tangannya bersiap untuk digendong oleh Yuna.
"Ada apa dengan anak ini?" Batin Yuna bingung.
"Boleh." Ucap Yuna lalu menggendong Alois. Cukup berat bagi Yuna. Tapi dia tidak bisa menolak peemintaan anak ini.
"Mommy mau ketemu Daddy?" Tanya Alois.
"Mommy kenapa diam aja? Tidak suka dipanggil Mommy sama Alois ya? Tanya Alois dengan wajah sedihnya. Anak kecil itu menatap wajah Yuna sangat dekat.
Tiba-tiba Yuna merasa tidak enak. Jujur dia agak sedikit risih ketika Alois memanggilnya dengan sebutan 'Mommy'.
"Tidak. Mommy suka. Tadi katanya mau ketemu daddy dimana? Sergah Yuna.
"Semuanya sudah nunggu mommy dimeja makan. Nenek sama kakek juga ada." Ucap Alois dengan lancar nya. Gaya berbicara anak kecil ini sangat lancar dan terdidik.
Ternyata wanita tua yang ditemui Yuna dirumah sakit tadi mengundangnya untuk makan malam bersama.
"Alois umur berapa?" Tany Yuna
"Alois udah 3 tahun. Mommy nanti suapin alois makan ya?." Ucap alois.
"Boleh. Alois tempat meja makannya masih jauh?" Ucap Yuna dia merasa pegal terlalu lama menggendong Alois. Ditambah Alois sangat memeluk lehernya erat.
"Itu disana mom." Ucap Alois menunjuk meja makan yang diduduki oleh tiga orang.
Tidak sengaja mata Yuna bertemu dengan mata pria yang duduk tegak di kursi meja makan. Pria itu menatap Yuna sangat tajam dan mematikan. Yuna sendiri merasa terintimidasi dengan tatapan pria itu.
Yuna membuang tatapannya kearah lain. Dia tidak bisa menatap terlalu lama mata tajam pria tampan itu.
"Mommy ayo duduk samping daddy." Ucap Alois dia masih setia digendongan Yuna.
"Alois Yuna ayo kemari." Ucap pria tua yang mungkin kakeknya alois. Pria tua ini tidak terlihat seperti orang jepang. Melainkan terlihat seperti warga negara asing yang pindah kejepang.
Yuna melangkahkan kakinya pelan. Mata pria itu terus menatap gerak gerik Yuna seperti tidak ada yang lain untuk ditatap. Yuna sendiri merasa gugup ketika pria itu tidak pernah lepas untuk menatapnya.
Dengan hati-hati dia menarik kursi kosong disamping wanita tua yang menurutnya nyaman. Dia sengaja tidak memilih kursi disamping ayahnya Alois. Entah kenapa dia sangat takut dan napasnya tidak beraturan.
"Mom kenapa duduk disini. Alois mau disamping daddy." Rengek Alois
Yuna benar-benar tidak nyaman dengan suasana seperti ini. Lalu Yuna menatap wanita tua yang disampingnya. Untuk meminta bantuan. Tapi wanita tua itu hanya tersenyum penuh arti.
"Ayo mommy." Rengek Alois lagi.
"Jangan terlalu lama berpikir. Turuti apa yang anak itu mau." Ucap pria yang menatap Yuna tajam tadi.
Yuna berdiri lalu dia dengan tangan gemetar menarik kursi disamping pria itu. Ayolah kenapa keluarga ini tidak ada yang berbicara seolah-olah tidak berani membuka mulut Dan berbicara hanya seperlunya saja. Mungkin keluarga ini sudah biasa dengan suasana sunyi. Tapi bagi Yuna dia tidak terbiasa.
"Sebaiknya kita nikmati terlebih dahulu makan malam kita." Ucap pria tua kakeknya Alois.
"Mom suapi Alois makan ya." Ucap Alois yang duduk dipangkuan Yuna.
"Iya. Alois mau makan apa? Biar mommy yang ambilin." Ucap Yuna
'Uhuk' pria disamping Yuna tiba-tiba tersedak ketika mendengar perkataan Yuna sebelumnya. Entah apa yang salah dari perkataan Yuna.
Yuna dengan cepat menyerahkan air putih kepada pria itu. Pria itu hanya menatap dingin gelas berisi air putih pemberian Yuna tanpa berniat mengambilnya. Tanpa meninggalkan sepatah kata pun Pria itu meninggalkan meja makan.
"Mommy jangan khawatir daddy memang seperti itu." Ucap Alois. Yuna hanya tersenyum menanggapi ucapan Alois lalu mengusap kepalanya lembut.
"Yuna nanti setelah makan. Temui kami diruang tengah." Ucap wanita tua itu lalu berdiri. Diikuti oleh suaminya
"Nyonya tidak makan?." Tanya Yuna kenapa semua orang pergi. Apakah ada yang salah dengan cara bicaranya tadi.
"Aku sudah selesai." Ucap wanita tua itu.
"Aku tunggu diruang tengah. Tanya saja pada alois letak ruang tengah dimana." Ucap wanita tua itu.
"Baik nyonya." Ucap Yuna.
"Alois mau makan ini."ucap Yuna mengarahkan sumpit berisi mochi kearah Alois yang dipangkuannya.
"Mau mom. Aaa" ucap Alois membuka mulutnya.
"Enak?" Tanya Yuna.
"Enak alois suka." Lalu Yuna merasa tergiur lalu memakannya bersama dengan Alois.
"Alois sudah ya. Alois tidak boleh makan makanan manis terlalu banyak. Sekarang anterin mommy ke ruang tengah." Ucap Yuna.
"Baik mom. Alois juga sudah kenyang." Ucap Alois.
...***...
Yuna sudah duduk diruang tengah disana ada nenek dan kakeknya Alois saja sedangkan daddy alois tidak ada entah kemana pria itu pergi.
Alois masih setia duduk dipangkuan Yuna. Seperti ada lem diantara keduanya yang menempel sangat kuat.
"Alois bisa tinggalin mommy Yuna dulu? Ini sudah malam sebaiknya alois tidur" Ucap nenek Alois.
"Tidak mau. Alois mau sama mommy." Ucap alois lalu memeluk Yuna erat.
Nenek Alois lalu menatap Yuna memberi kode supaya Alois mau pergi.
"Alois masuk kamar ya." Ucap Yuna lembut.
"Tapi Alois mau tidur sama Mommy."
"Iya boleh tapi Alois duluan ya ke kamar nanti mommy nyusul." Ucap Yuna semoga saja perkataannya dapat membuat Alois percaya dan mau pergi
"Janji ya mom." Ucap Alois mengacungkan jari kelingkingnya kepada Yuna.
"Janji." Ucap Yuna menyambut kelingking mungil itu dengan yakin.
Selepas kepergian Alois Yuna menatap kedua orang paruh baya didepannya.
"Maaf Yuna membuat mu merasa tidak nyaman ketika Alois memanggil mu dengan sebutan Mommy."
"Sebelumya aku juga kaget ketika Alois memanggilku dengan sebutan Mommy. Tapi kenapa dia memanggil ku mommy padahal terakhir kali waktu Alois diculik. Alois memanggilku dengan sebutan kakak." Ucap Yuna.
"Itulah yang akan saya kasih tahu. Kau sudah melihat daddy nya Alois bukan? Bagaimana perasaan mu ketika melihatnya?". Tanya kakeknya Alois dengan bahasa Formal.
"Jujur daddy Alois terlihat menakutkan." Ucap Yuna dengan jujur.
"Kau akan terbiasa dengannya nanti." Ucap kakek Alois ambigu
"Apa maksudnya?" Tanya Yuna masih bingung.
"Aku terlanjur memberi tahu Alois kalau kamu akan menjadi mommy barunya. Jadi aku akan menjadikanmu istri dari anak ku." Sambung nenek Alois.
"Tunggu tunggu istri? Apa aku salah dengar." Batin Yuna kaget.
"Kenapa tiba-tiba nyonya ingin aku menjadi istri dari anak nyonya?" Ucap Yuna
"Aku melihat sepertinya kamu adalah gadis yang baik dan pemberani. Jadi aku memilih mu menjadi menantuku. Alois juga suka kepadamu jadi tolong terima tawaran kami."
"Maaf sepertinya aku tidak bisa. Aku juga masih bersekolah tanggung sekali kalau berhenti." Ucap Yuna
"Kau tidak perlu mencemaskan itu. Untuk sementara kau bisa bertunangan lebih dahulu untuk mengenal lebih dekat anak saya. Jika kalian merasa cocok. Kami dengan senang hati melakukan pesta pernikahan." Sambung kakek Alois.
"Tapi Peraturan Disekolah tidak ada yang boleh bertunangan maupun menikah sebelum lulus." Ucap Yuna masih berusaha menolak.
"Biar saya yang mengurusnya. Saya jamin berita pertunangan kamu tidak akan ada yang tahu." Ucap pria tua itu dengan wajah seriusnya.
"Aku merasa sangat sedih jika kamu menolak Yuna. Terlebih jika Alois tau jika kamu tidak mau jadi Mommy nya. Alois dulu ditinggalkan ibunya ketika dia baru lahir. Dia anak yang malang tidak pernah mendapatkan kasing sayang seorang ibu selama ini. Jadi aku harap kasing sayang yang belum pernah didapatnya. Ditemukannya pada dirimu Yuna" Ucap nenek Alois dengan wajah sedihnya.
Yuna terlihat berpikir sejenak sebenarnya dia tidak tega dengan Alois. Bahkan anak itu sudah menganggapnya sebagai Mommy nya.
"Baiklah aku menerima tawaran tuan dan nyonya Tapi kalau aku merasa tidak cocok dengan daddy Alois apakah aku bisa memutuskan pertunangannya?"
"Kamu berhak melakukannya Yuna. Tapi aku sangat-sangat berharap kamu bisa menerima sikap keras dari anak ku. Sebenarnya dia baik tapi dia menutupinya." Ucap nenek Alois.
"Kalau begitu pertunangan kalian akan dilaksanakan malam besok. Lebih cepat lebih baik." Ucap kakek Alois
"Dan jangan panggil kami dengan sebutan tuan dan nyonya lagi. Cukup panggil Papah dan Mamah" Sambungnya lagi.
"Ba-baik Pah. Tapi sebelumnya apakah tidak terlalu cepat untuk melakukan pertunangannya?" Ucap Yuna merasa asing ketika menyebut kata 'Pah'.
"Lebih cepat lebih baik Yuna. Kau bisa lebih leluasa mengenal Alois dan daddynya. Kau tidak keberataan bukan?
"Eem baiklah lebih cepat lebih baik. Tapi aku minta jangan terlalu meriah dan ramai. Itu untuk memastikan tidak ada yang tahu kalau aku bertunangan" Ucap Yuna.
"Baiklah kalau itu mau mu. Papah kabulkan."
"Kalau begitu biar mamah mengatarkan mu menemui daddy nya Alois. Setelah itu kamu bisa menemui Alois dikamarnya."
Diperjalanan menuju dimana keberadaan daddynya Alois. Entah kenapa rumah ini sangat besar Yuna merasa pegal dikakinya.
"Kamu lelah bukan? Mamah juga seperti itu. Asal kamu tau ini bukan rumah Papah sama Mamah. Ini rumah daddynya Alois. Papah sama mamah baru pertama kali kesini jadi baru tau kamar daddynya alois dan Alois saja." Ucap nenek Alois.
"Aku kira ini rumah Mamah sama Papah. Jadi selama ini mamah tidak tinggal serumah dengan Alois?" Entah kenapa lidahnya terasa belum terbiasa memanggil wanita disampingnya ini dengan sebutan 'Mah'.
"Iya mamah tinggal dijerman bersama dengan kakek alois. Kamu pasti menyadarinya bukan kalau wajah kakek Alois tidak seperti orang jepang?"
"Ya aku menyadarinya ketika dimeja makan. Wajahnya sangat kentara kalau kakek Alois bukanlah orang jepang."
"Nah ini kamar Daddy Alois. Kamu masuklah sepertinya dia ada didalam. Nanti setelah selesai bicara mintalah kepadanya untuk mengantarkanmu ke kamar Alois."
"Jangan terlalu takut kepadanya. Dan yang terpenting jangan membuatnya marah. Yaudah mamah tinggal."
Nenek Alois meninggalkan Yuna yang masih tidak bergeming ditempatnya. Ayolah saat ini dibenar-benar takut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!