NovelToon NovelToon

PENARI ITU WANITAKU

1

"Flo, bagaimana pekerjaanmu?" tanya Sani yang tidak lain rekan penari Flora sekaligus sahabat dekatnya.

"Hm begitulah, lancar saja." jawab Flora santai sembari menghitung beberapa uang lembar yang menjadi upahnya menari.

"Loe yakin mau sumbangin uang itu ke panti sedangkan loe butuh uang juga kan untuk bayar kontrakan?" tanya Sani heran melihat Flora yang selalu rutin memberi sumbangan ke salah satu panti yang sering dikunjunginya. Dia saja yang lebih berkecukupan dari Flora tidak ada niat seperti Flora yang malah keadaannya serba kekurangan.

"Seperti biasa San." sahut Flora acuh. Dia lalu berdiri mengambil tasnya dan hendak ingin pulang ke kontrakannya.

"Lalu gimana uang kontrakan loe?" tanya Sani mempertanyakan bagaimana Flora akan membayar cicilan kontrakannya.

Flora berbalik menatap sahabatnya dengan senyuman tipis karena lelah, bahkan pakaiannya saja masih berpakaian kebaya.

"Loe lupa kalau gue juga bekerja sebagai pelayan?" tanya Flora mengingatkan sahabatnya kembali jika dia punya kerja sampingan juga.

"Gue hampir lupa." cengir Sani.

"Loe mau pulang ya?" tanya Sani sembari mengejar langkah Flora yang mulai menjauh dari ruangan penari mereka.

"Ini udah malem banget, ya gue pulanglah." jawab Flora ketus karena sahabatnya ini sangat banyak bertanya.

"Loe dianterin putra aja, lumayan naik mobil loh." ucap Sani tersenyum menggoda.

Putra adalah pemilik dari usaha penari ini. Semua orang sudah tau jika dia menyukai Flora, hanya saja Flora tidak membalas cinta dari putra. Padahal, putra adalah seorang pria dewasa yang mapan dan belum pernah menikah. Bagi orang orang, Flora adalah wanita bodoh yang menolak cinta dari putra.

"Mending loe aja deh!" jawab Flora malas dan langsung berjalan kembali meninggalkan Sani. Sani lalu langsung mengejar kembali langkah Flora dan berhasil menghentikannya kembali.

"Loe itu kenapa sih? Kenapa loe terus nolak dia? Loe bodoh tau gak! Loe cape cape kerja kaya gini padahal yang mau sama loe itu banyak, terutama putra yang kaya raya. Kalau gue jadi loe, gue pasti terima cinta dia." jelas Sani mulai meninggikan suaranya. Bukan maksud apapun sebenarnya, dia hanya merasa kasihan kepada sahabatnya ini yang setiap hari harus banting tulang demi hidupnya. Dia hanya kasihan!

"Loe mau sama dia? Ambil aja, gue gak butuh Sani! Gue udah berulang kali bilang, gue gak mau sama dia! Dia emang kaya raya dan tampan, tapi dia pemain wanita Sani. Dia bukan pria yang baik sebenernya." sahut Flora tak kalah dari Sani. Dia juga meninggikan suaranya untuk membuat sahabatnya ini sadar. Baginya, Putra memang tampan dan kaya, namun dia seorang pemain wanita di luar sana. Dan, memang begitulah kenyataannya!

Sani terdiam tidak bisa berkutik. Dia juga sebenarnya tau itu, tapi entah kenapa dia masih mendukung Flora dengan Putra.

"Maksud gue i..."

"Udah ya Sani, gue cape! Gue pulang dulu!" sela Flora dan langsung meninggalkan Sani yang terdiam mematung.

Flora pulang menaiki bus yang masih berlewatan. Hari memang sudah gelap, namun belum terlalu larut. Dari simpan jalan raya, Flora masih harus berjalan sedikit untuk memasuki sebuah lorong kecil. Kontrakannya memang sangat terpencil. Bahkan, mobil saja tidak bisa lewat. Asal murah saja, pikirnya!

"Eh ibu murni, kok di luar malam malam begini Bu?" tanya Flora kepada ibu pemilik kontrakannya yang tidak sengaja bertemu dengan flora dengan menggandeng sebuah plastik putih berisi makanan ringan.

"Ibu habis beli ini." jawab murni sembari menunjukkan plastik yang ada di tangannya.

"Oh begitu, yasudah Flora masuk dulu ya Bu." ucap Flora sopan.

"Tunggu dulu!" tahan murni.

"Ada apa Bu?" tanya Flora.

"Uang kontrakan sudah ada kan? Besok ibu ambil ya." ujar murni mengingatkan Flora.

Flora tersenyum kecut sembari menghela nafas.

"Sudah ada bu, besok saya akan kasih." jawab Flora tersenyum ramah sekarang.

"Bagus deh, yaudah ibu pergi dulu ya, jangan lupa besok!" ujar murni sebelum akhirnya pergi meninggalkan Flora yang masih terdiam mematung.

"Setiap gajian, uangnya pasti langsung habis. Gue gak sempet sempet beli kebaya baru untuk menari." gumam Flora dengan helaan nafas beratnya.

Memang, dari dulu Flora bermimpi ingin membeli kebaya impiannya. Hanya saja, setiap dia memiliki uang, uangnya pasti langsung habis untuk kebutuhannya sehari hari terutama untuk bayar kontrakan.

Flora berbalik menatap kontrakan kecil yang menjadi tempatnya berteduh. Kontrakan kecil yang berwarna putih pudar, bahkan catnya saja sudah terkelupas. Namun, Flora sudah menempati kontrakan ini selama 5 tahun. Dia sudah terbiasa dengan suasananya.

Flora sekarang tinggal sebatang kara. Dia sebenarnya sedari kecil sudah hidup bersama neneknya namun beberapa tahun yang lalu, neneknya sudah meninggal sehingga dia harus hidup sendiri. Orang tua? Dia tidak tau seperti apa dan dimana orang tuanya. Apa dia masih punya orang tua? Entahlah, dia tidak tau. Dia sedari kecil tidak tau apapun tentang orang tuanya.

Flora memasuki kontrakan itu dengan tenang. Membersihkan dirinya seperti biasa dan merapikan kembali kontrakan serta membersihkannya agar tidak banyak debu karena dia sering meninggali kontrakannya untuk bekerja.

Setelah selesai melakukan itu semua, Flora lalu langsung merebahkan dirinya di kasur tipis dengan selimut yang tipis pula. Dia menatap kembali langit langit kamar yang lusuh.

"Kapan seperti ini terus?" tanyanya tanpa sadar. Pertanyaan yang hampir setiap hari dia pertanyakan.

Flora sebenarnya adalah wanita yang rapuh. Dia sebenarnya sudah sangat lelah menjalani hidupnya yang tidak menentu, namun mau harus bagaimana? Dia hidup saja baginya sudah bersyukur. Dia hanya perlu belajar untuk bisa bertahan dalam setiap situasi.

"Semoga ada hari hari baik kedepannya." gumamnya sebelum akhirnya matanya terpejam dengan nafas yang teratur. Dia sudah tertidur!

...****************...

"Ada apa put?" tanya Flora menatap Putra yang berada di hadapannya. Dia menatap pria itu dengan tatapan malas.

"Ada yang ingin saya bicarakan." ujar Putra santai.

"Apa itu put?" tanya Sani antusias yang berada di samping Flora.

"Kita ada job lagi. Dan kali ini, job nya bener bener wah!" ujar Putra semangat. Dia memainkan tangannya senang.

2

"Benarkah?" tanya Sani antusias.

Flora juga sedikit kaget mendengarnya karena putra biasanya tidak pernah terlalu semangat seperti ini.

"Job apa sampe loe semangat kaya gini?" tanya Flora langsung. Dari gaya bicaranya, kita bisa tau kalau dia tidak menyukai putra. Dan, memang begitulah kenyataannya.

"Club penari kita udah terkenal banget, apalagi loe. Banyak yang suka sama gaya menari loe. Dan job yang gue maksud adalah perusahaan Paradise yang terkenal itu akan pakai club penari kita untuk mengisi acara penting mereka. Jadi gue mau loe yang akan menjadi ketuanya." ujar Putra semangat antusias.

"Loe serius!" kaget Sani menganga tidak percaya.

"Ngapain gue bohong. Gimana Flo?" tanya putra menatap Flora yang diam saja.

"Yaudah terima aja, tapi gimana dengan Reta?" tanya Flora mengingat Reta atau lebih tepatnya adalah Areta. Dia mempunyai kedudukan yang sama seperti Flora di club penari mereka.

"Gue udah bilang sama dia, tapi katanya dia mau tolak untuk job ini. Dia kebetulan ada di luar negeri bersama cowok nya." jawab Putra dengan jujur. Memang, begitulah kenyataannya.

"Yaudah gue mau." sahut Flora.

"Loe beli kebaya baru deh Flora, biar lebih kelihatan cantik." ujar Putra teringat akan kebaya yang sering Flora pakai.

"Ya makanya loe ngasi uang jangan dikit dikit dong!" kesal Flora.

"Yaudah, untuk kali ini gue kasih loe bonus biar loe bisa beli kebaya baru." ujar Putra tersenyum sembari mengeluarkan beberapa kembar uang merah.

"Gitu dong!" ujar flora tersenyum senang sembari mengambil uang itu dari tangan Putra.

"Guenya gak loe ambil?" tanya Putra.

"NAJIS!" bentak Flora.

"Awas loe kalau suka sama gue nanti. Gue gak akan suka lagi sama loe!" kesal putra karena Flora masih menolaknya.

"Sama gue mana put?" tanya Sani mengerjab polos sembari melayangkan tangannya satu.

"LOE BANYAK DUIT!" jawab Putra dan Flora serentak. Sani langsung terdiam mendengarnya.

...****************...

"Gimana San, gue udah cantik belum?" tanya Flora sembari tatapannya fokus pada cermin besar.

"Loe mana pernah terlihat jelek. Loe itu kaya keturunan bangsawan tau gak. Gue aja yang punya duit udah coba perawatan mahal biar bisa cantiknya kaya loe." jawab Sani cemberut. Dia kadang iri melihat kecantikan Flora. Flora benar benar sangat cantik baginya. Wajahnya dan postur tubuhnya seperti keturunan bangsawan dan yang diimpikan oleh semua kaum hawa.

"Bersyukur Sani!" sahut Flora kuat tepat di wajah Sani. Sani hanya bisa memejamkan mata sembari menutup kedua telinganya.

"Udah yuk, kita harus cepat cepat ke perusahaan Paradise, acanya udah mau mulai." ujar Flora bergegas pergi.

"Yuk!"

Mereka akhirnya berangkat menggunakan mobil Sani yang baru selesai di servis.

"Udah balik mobil loe?" tanya Flora.

"Loe lihat? Udah dong. Ayo naik!"

Sesampainya di perusahaan Paradise yang adalah perusahaan terkenal, mereka langsung turun dengan kekaguman.

"Gila, bagus banget!" kagum Flora menatap gedung tinggi dan megah yang berada di hadapannya.

"Asal loe tau Flo, bokap gue bilang ini perusahaan terkenal banget tau gak."

"Gue kayanya bisa percaya sama kata kata loe yang ini, soalnya gedungnya megah banget ya ampun."

"Maksud loe, biasanya loe gak percaya sama kata kata gue?" tanya Sani tidak terima.

"Gitu deh, rada rada enggak!" sahut Flora acuh sembari berjalan memasuki gedung perusahaan megah Paradise.

"Tungguin wey!"

"Maaf, kalian anggota dari rombongan penari?" tanya salah satu pelayan yang menghampiri mereka.

"Benar, kami hanya datang belakangan." jawab Flora. Anggota penari mereka memang lebih dulu datang ke perusahaan ini.

"Baik jika begitu, mari saya tunjukkan ruangan kalian." ujar pelayan itu sopan.

Flora mengangguk sopan sembari mengikuti langkah pelayan itu bersama Sani yang berada di belakangnya.

"Ini ruangannya. Semua rekan penari kalian sudah berada di dalam. Saya ingin mengingatkan bahwa acaranya akan dimulai dalam 10 menit lagi, jadi silahkan bersiap." jelas pelayan itu.

"Baik, terimakasih." ucap Flora.

Setelah kepergian pelayan itu, mereka berdua langsung memasuki ruangan yang ditunjukkan. Baru saja mereka masuk, mereka sudah mendapati semua rekan penari mereka tengah bersiap, bahkan ada putra juga disana.

"Kalian dari mana aja sih? Lama banget.", ujar Putra mendekati mereka.

"Kita tadi sedikit nyasar karena gedungnya sangat luas." jawab Flora. Memang tadinya mereka sedikit nyasar karena gedung ini terlalu luas sampai akhirnya pelayan tadi menghampiri mereka.

"Yaudah. Btw, loe cantik banget Flo." ucap putra genit mengedipkan satu matanya. Flora benar benar terlihat sangat cantik lebih dari biasanya. Apa karena kebayanya yang juga baru dan berwarna manis seperti Flora? Bisa jadi.

"Basi loe!" ucap Flora memutar bola matanya malas.

"CK!"

"Yaudah ayo keluar, acaranya akan dimulai sebentar lagi." ujar Putra menatap jam yang berada di tangannya.

"Yaudah tapi gue ke kamar mandi dulu." ujar Flora karena kebelet ingin membuang air kecil.

"Yaudah sana, loe tinggal belok kiri dan jalan terus, nanti ada toilet di sana." jelas putra.

"Oke."

"Mau gue temenin Flo?" tanya Sani.

"Gak usah San, loe mending siap siap aja." tolak Flora lembut.

"Yaudah deh."

Flora berjalan dengan sedikit terburu buru mengikuti petunjuk dari Putra tadi.

"Nah, ini dia!" ucapnya tersenyum puas setelah melihat toilet yang dia cari.

Flora memasuki toilet itu lalu langsung melakukan tujuannya datang ke toilet itu. Setelah selesai, Flora langsung keluar dari toilet mengingat waktunya sedikit lagi. Karena terburu buru, Flora sampai menabrak seseorang.

Bughh.

"Ahh!" kaget flora saat nyaris ingin terjatuh namun ditahan oleh sebuah tangan kekar di pinggangnya.

Flora yang tadinya memejamkan matanya karena takut mencoba membuka matanya perlahan setelah merasa tubuhnya baik baik saja.

Degg

Flora begitu kaget saat wajahnya berdekatan sekitar 5 cm dari wajah pria yang entah dia tidak tau siapa itu.

"Tampan." batinnya.

"Eum." pria itu langsung melepaskan tangannya setelah tersadar begitupun dengan Flora.

"Maaf." ucap Flora pelan.

"Lain kali berhati hatilah." ucap pria itu dengan wajah datarnya lalu langsung pergi meninggalkan Flora yang masih terdiam mematung.

"Dia sangat tampan." gumam Flora menjadi salah tingkah. Entah mengapa dia suka dengan pria yang baru saja di temui itu.

"Ha astaga, acaranya sudah akan dimulai!" sadar Flora ingat jika mereka disini sebagai penari yang mengisi acara. Dia merutuki kelambatannya.

Mereka akhirnya mengisi acara itu dengan tarian tradisional mereka yang begitu memukau para pendatang yang menjadi orang penting di acara itu. Banyak sekali sorak sorai dari mereka dan tepukan tangan yang sangat meriah. Bisa dipastikan, upaya mereka untuk memberikan tarian yang disukai oleh orang orang penting di perusahaan ini benar benar berhasil.

3

Acara berjalan dengan lancar. Sekarang, semua anggota club' penari Flora sedang berada di dalam ruangan yang disediakan untuk mereka.

"Acaranya tadi sangat meriah. Sepertinya, banyak yang menyukainya tarian dari club' kita." ujar putra mengingat bagaimana tarian dari club' mereka mendapat banyak sorakan kagum. Flora dan Sani hanya tersenyum mengangguk sembari meneguk botol air minum milik mereka.

"Permisi." ucap seseorang yang memasuki ruangan mereka. Seorang pria tampan dan terlihat gagah dengan jas putih yang dia pakai.

Putra dan rekannya sontak berdiri karena sadar siapa seseorang yang datang ini. Ya, dia adalah tangan kanan pemilik perusahaan. Dia juga yang mengundang club' penari mereka.

"Ada apa tuan?" tanya putra sopan.

"Ah tidak ada, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya mewakili perusahaan sangat menyukai tampilan penari kalian." jawab pria itu tersenyum ramah.

"Tentu saja tuan, penari penari kami tidak pernah gagal." sahut Putra bangga dan percaya diri. Pria itu hanya menganggap tersenyum.

"Oh iya, saya ingin memberikan penawaran lagi." ucapnya.

"Penawaran?" bingung putra beserta Flora dan Sani yang berada di sampingnya.

"Ya penawaran, penawaran untuk perusahaan kami mengontrak beberapa penari dari club' penari kalian sebagai model tradisional kami. Jadi, penari yang dipilih akan terikat kontrak beberapa waktu sebagai model tradisional di perusahaan kami, karena kebetulan tema perusahaan kami akan dirubah tahun ini." jelasnya panjang lebar.

Putra dan lainnya mengangguk setuju dan mencoba mencerna semua penjelasan yang dia dengar. Setelah mengerti, putra langsung tersenyum girang menatap Flora dan Sani.

"Ini dia penari terbaik kami, termasuk wanita ini yang menjabat sebagai ketua penari kami." ucap putra memperkenalkan Flora dan Sani.

Pria itu melirik wanita yang ditunjuk. Wanita yang terlihat kebingungan.

"Ah dia?" tanya pria itu memperjelas sembari terus menatap Flora.

"Ya dia. Jika boleh tau, berapa penari yang dibutuhkan?" tanya putra antusias.

"Perusahaan kami hanya menerima dua penari saja." jawab pria itu.

"Bagus kalau begitu, yasudah kalian berdua saja." ucap putra mendorong kecil Flora dan Sani.

"Kami?" tanya Flora dan Sani serentak kaget.

"Gue gak mau, flora aja sama Areta, mereka kan ketua." ucap Sani menolak. Bukan apa, dia sebenarnya menginginkan itu, hanya saja karena ada kata kontrak, Sani menjadi malas pasalnya dia tidak suka dikontrak dan ingin bebas tanpa terikat apapun.

"Gue?" tanya Flora linglung.

"Bayarannya besar bukan tuan?" tanya putra cengesan.

"Saya bisa pastikan itu. Namun ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, penari tersebut harus siap apabila dibawa ke kota yang lain jika memungkinkan, namun hanya sementara." jelasnya kembali dengan jujur.

Flora diam mendengarkan. Dia cukup kaget namun memaklumi hal tersebut.

"Gimana Flo?" tanya putra menaik turunkan alisnya semangat.

Hal ini juga menguntungkan putra karena dengan adanya penari mereka yang dikontrak oleh perusahaan ternama dan terkenal, maka otomatis nama baik club' mereka akan terkenal juga.

"Loe terima aja Flo, lumayan loh gajinya, kebutuhan loe bisa lebih terpenuhi." ucap Sani setuju dan mendukung.

Flora terdiam untuk berpikir sebentar. Benar juga, dia bisa punya lebih baik simpanan uang untuk kebutuhannya dan untuk panti yang sering dia bantu. Flora berpikir ini rezeki yang bagus.

"Saya terima penawarannya tuan, saya mau." sahut flora tersenyum semangat.

Pria itu mengangguk tersenyum.

"Baik jika begitu, sebelumnya perkenalkan saya adalah Vandes, saya tangan kanan di perusahaan ini." ucap Vandes mengacuhkan tangannya untuk berjabat.

"Saya Flora tuan, senang bertemu dengan tuan." sahut flora ramah dan membalas jabatan tangan Vandes.

"Baik jika begitu, saya permisi. Untuk informasi selanjutnya, kamu hanya perlu datang ke perusahaan ini pada besok hari jam 10 pagi untuk menghadap pemilik perusahaan ini, saya sarankan dengan tegas jangan sampai terlambat, atau mungkin penawaran itu mungkin tidak akan berlaku bagi pemilik perusahaan ini." jelas Vandes dengan ramah namun tegas.

Flora yang mengerti arah pembicaraan mengangguk mengerti.

"Baik tuan, saya tidak akan terlambat hadir esok hari."

Setelah kepergian Vandes, Flora dan Sani saling berpelukan senang.

"Loe akhirnya dapat pekerjaan yang bergaji lebih besar Flora, gue senang banget. Loe gak boleh lupain gue kalau loe udah banyak uang, ngerti loe!" tegas Sani dengan gayanya.

"Iya iya, mana mungkin gue lupain sahabat terbaik gue." ucap Flora tersenyum memeluk Sani kembali.

"Selamat deh Flora, loe juga gak boleh lupain gue yang udah bantu loe sampai loe seperti ini." ucap putra.

"Iya iya put, loe gak ikhlas ya?" tanya Flora menatap putra menyelidik.

"Mana ada, gue ikhlas. Gue ikhlas karena gue sayang sama loe."

"Idih, basi loe!" ketus Flora.

"Tapi gimana dengan Areta? Kalian kan sama kerjanya?" tanya Sani teringat dengan Areta sebagai rekam Flora.

"Dia akan pulang besok dini hari. Gue yakin dia mau terima penawaran ini secara dia kan gila duit, pas tau gajinya gede pasti dia mau terima." jelas putra memikirkan bagaimana seorang Areta itu sebenarnya.

"Yaudah deh."

Keesokan harinya, Flora sudah bersiap dengan pakaian kemeja putih dan celana hitam yang dia pakai. Dia tidak punya baju yang terlalu bagus untuk hal yang seperti ini.

"Gue udah rapi kan?" tanya Flora menatap Sani. Ya, Sani semalaman menginap di kontrakan Flora agar bisa menemani dan mengantarkannya esok hari agar tidak terlambat.

"Udah, loe udah rapi dan udah cantik. Sekarang, ayo kita pergi, keburu terlambat penawarannya gak berlaku lagi. Inget, loe ketemu bos loh!" ucap Sani mengingatkan Flora sembari berjalan keluar dengan kunci mobil yang sudah berada di tangan kanannya.

"Iya, bentar!" teriak flora sembari mengambil tas kecilnya.

Mereka memang tidak sama dengan Areta, selain karena Areta yang baru akan pulang dari liburannya, mereka sebenarnya tidak mempunyai hubungan baik dengan Areta. Mereka tidak pernah akur sedari dulu.

Sesampainya di depan gedung perusahaan yang megah, Flora dan Sani langsung saja turun.

"Makasih ya San, loe udah banyak bantu gue." ucap Flora menatap Sani dengan mata yang berkaca kaca. Dia benar benar berhutang banyak kepada Sani yang selalu membantunya.

"Iya iya, kayak sama siapa aja. Udah sekarang loe masuk, bentar lagi udah mau jam 10 loh!"

"Iya san."

Saat Flora ingin memasuki perusahaan itu, tiba tiba saja seorang wanita menghampiri mereka.

"Kalian udah duluan sampai ternyata." ucap wanita itu, Areta.

"Eh wanita munafik udah dateng ternyata." sindir Sani.

"Stt Sani!" bisik Flora.

"Mulut loe!" kesal Areta.

"Loe hati hati ya Flo, loe udah tau kan gimana wanita gila ini!" ucap lagi Sani terang terangan menyindir Areta.

Sani memang sangat tidak menyukai Areta karena dia tau bagaimana sifat asli Areta yang sangat egois dan munafik. Namun untuk Flora yang sebenarnya tau juga, dia tidak mau mencari masalah kepada siapapun itu.

"Sani, gak boleh ngomong gitu." ucap Flora menengahi.

"Yaudah loe masuk duluan aja Flo, gue mau ngomong bentar sama ni wanita." ucap Sani.

"Tapi jangan berantem ya." tegas flora dan langsung diangguki oleh Sani. Dia langsung memasuki gedung itu dengan meninggalkan Sani dan Areta yang berdua.

"Awas loe ya berani macem macem sama flora, kalau loe berani nyakitin dia, loe akan hadapi gue, ngerti loe!" Tegas Sani. Dia hanya takut suatu waktu Areta akan menyakiti Flora mengingat bagaimana Areta yang selalu berani melakukan apa saja jika sudah berambisi akan sesuatu hal.

"Berisik loe!" sahut Areta lalu langsung meninggalkan Sani dan langsung mengikuti langkah Flora.

"Dasar wanita munafik!" teriak Sani.

"Maaf ya Flo, gue harus biarin loe berdua dengan Areta, karena gue memang gak bisa kerja pakai kontak gitu, tapi gue pasti usahain untuk jagain loe semampu gue." gumam Sani.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!