"Adel, bangun!"
Teriakan seorang wanita menggema di seisi rumah membuat para penghuninya menutup telinga mereka rapat-rapat. Wanita itu terus memanggil-manggil putrinya sambil mengetuk pintu kamar tersebut agar Adel bangun, tetapi gadis itu tidak bangun juga.
"Astaghfirullahal'adzim, anak itu benar-benar yah," gumam wanita itu sambil mengusap dadanya untuk menahan emosi, dia lalu kembali turun ke lantai satu untuk sarapan bersama dengan suami dan anak-anaknya yang lain.
Sementara itu, Adel yang masih terlelap di bawah selimut tampak menggeliatkan tubuh saat sinar matahari menerobos masuk melalui fentilasi udara lalu mengenai matanya.
"Hoam, jam berapa ini?" gumam Adel dengan suara serak khas bangun tidur. Dia lalu mengerjapkan kedua matanya seraya mendudukkan tubuh di atas ranjang.
Sinar surya terus menerobos masuk ke dalam kamar membuat Adel menatap dengan heran. Padahal ibunya belum membangunkannya, tetapi kenapa sepertinya hari sudah siang?
"Memangnya ini jam berapa sih?" ucap Adel sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat jam yang tergantung di dinding, lalu seketika kedua matanya membelalak lebar saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. "Astaga, aku terlambat!" Dia segera melompat turun dari ranjang lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi untuk segera bersiap.
Dengan kecepatan cahaya, Adel membasuh semua tubuhnya lalu segera keluar dari kamar mandi untuk memakai pakaian dan bersiap pergi ke kampus.
Pagi ini, Adel ada mata kuliah wajib yang harus dia hadiri. Apalagi dosennya sangat killer dan terkenal kejam dalam memberi nilai pada semua mahasiswa, terutama mahasiswa-mahasiswa yang suka terlambat dan tidak disiplin oleh waktu.
Setelah selesai bersiap, Adel segera menyambar tasnya dan berlalu keluar dari kamar. Dia berjalan dengan sangat tergesa-gesa karena takut tidak diperbolehkan mengikuti mata kuliah pagi ini, bahkan dia sama sekali tidak sempat untuk sarapan.
"Adel, sarapan dulu!" teriak Ayun saat melihat putrinya menuruni tangga, membuat yang lainnya juga menoleh ke arah Adel.
"Aku sudah terlambat, Bu. Aku pergi dulu, asaalamu'alaikum Papa, Ibu, semuanya," balas Adel sambil melambaikan tangannya dan berlari keluar dari rumah.
Ayun yang akan kembali bicara tidak jadi mengeluarkan suaranya saat melihat Adel sudah pergi. Dia lalu menggelengkan kepala karena merasa tidak sabar dan khawatir dengan apa yang putrinya itu lakukan.
"Biarkan saja, dia kan ada kelas pagi ini," ucap Fathir sambil kembali menikmati sarapan dan mencoba untuk menenangkan sang istri.
"Tapi dia belum sarapan, Mas. Aku khawatir nanti maghnya kambuh," balas Ayun dengan khawatir. Akhir-akhir ini Adel jarang sekali sarapan, dia takut jika gadis itu jatuh sakit.
"Nanti aku bawakan bekal untuknya aja, Bu. Biar dia bisa sarapan di kelas," ujar Faiz. Hari ini dia juga ada kelas pagi, jadi bisa sekalian menemui Adel.
Ayun mengangguk senang saat mendengar ucapan Faiz. "Kalau gitu biar ibu siapkan bekalnya, tunggu sebentar yah." Dia bergegas menyiapkan bekal untuk Adel agar anak nakal itu bisa sarapan di kelas, padahal di kampus tempat Adel kuliah juga sebenarnya banyak sekali pedagang makanan.
Faiz mengangguk seraya memperhatikan adik kecilnya yang terlihat sangat lahap memakan sarapan buatan ibu mereka, begitu juga dengan sang kakak yang tertawa gemas melihat wajah gembul Fayra.
"Lihat pipimu ini, Fayra. Gembul sekali sih," seru Ezra sambil mencubit pipi Fayra dengan geram, dia benar-benar merasa gemas sekali dengan adik bungsunya itu.
"Cakit tau. Papa!" teriak Fayra sambil melihat ke arah sang papa untuk mengadukan apa yang telah kakaknya lakukan, membuat Ezra dan Faiz tertawa geli.
"Jangan ganggu adik kalian!" ucap Fathir dengan tajam dan penuh dengan penekanan.
Fayra tersenyum senang saat mendengar ucapan sang papa. Dia lalu menjulurkan lidah ke arah kakak-kakaknya untuk mengejek mereka.
"Wek, aku menang. Kakak kalah," ucap Fayra sambil menggoyang-goyangkan kepalanya ke kanan dan kiri. Tingkahnya itu malah membuat kedua kakak lelakinya semakin merasa gemas.
Fayra lalu kembali berteriak saat Fathir dan Ezra menyerangnya dengan seribu ciuman membuat suasana dimeja makan sangat ramai sekali, sedangkan Ayun dan Fathir hanya menggelengkan kepala saat melihat kelakuan anak-anak mereka.
Sementara itu, di tempat lain terlihat Adel baru saja sampai di Univiersitas tempatnya kuliah. Untung saja jarak rumahnya dan kampus tidak terlalu jauh, jadi dia masih bisa memburu waktu.
"Hah, hah, hah, aku capek sekali," keluh Adel dengan napas tersengal-sengal akibat berlari dari area parkir sampai ke depan kelas, kedua kakinya bahkan sampai gemetaran karena merasa lelah dan lemas akibat belum sarapan.
"Hey, Del. Kau baru datang?" seru salah satu teman Adel yang bernama Rachel. Dia lalu melambaikan tangannya pada Adel agar gadis itu segera masuk ke dalam kelas sebelum dosen datang.
Perlahan Adel masuk ke dalam kelas dan langsung menghempaskan pantatnya ke kursi yang ada di samping Rachel, membuat gadis itu terjingkat kaget.
"Dasar gila! Untung saja kursinya kuat, kalau gak udah patah tuh," ucap Rachel sambil menggelengkan kepalanya saat melihat apa yang Adel lakukan.
Adel mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah karena merasa panas tanpa mempedulikan ucapan Rachel. Dia benar-benar merasa sangat lelah sampai rasanya ingin pingsan.
"Teman-teman, katanya Pak Andra hari ini gak masuk, jadi kita di suruh melanjutkan tugas minggu lalu," ucap seorang lelaki yang merupakan komisaris kelas (kosma) yang baru saja mendapat kabar dari dosen mereka pagi ini.
"Apa? Gak masuk?" teriak Adel sambil menggebrak meja dan berdiri dari kursi, membuat semua orang terjingkat kaget.
Laki-laki itu menganggukkan kepalanya dan mengatakan jika dosen itu sedang ada urusan lain, itu sebabnya tidak bisa hadir untuk memenuhi mata kuliah pagi ini.
Tubuh Adel langsung lemas seperti tak bertulang saat mendengar ucapan kosma. Sia-sia saja perjuangannya tadi untuk datang ke kelas, apalagi dia sampai tidak sempat untuk sarapan.
Lain hal dengan Rachel, wanita itu tampak sangat senang saat mengetahui jika dosen mereka tidak datang.
"Hah, apa yang terjadi padamu?" tanya Rachel dengan bingung saat melihat wajah lemas Adel.
"Ck, kenapa pak Andra gak datang sih? Bener-bener deh," gerutu Adel dengan sebal. Tahu gini dia tidak akan datang ke kampus, apalagi pagi ini hanya ada satu mata kuliah saja.
"Dih, tumben-tumbenan kau sedih karena pak Andra gak masuk. Biasanya kan, kau yang paling senang kalau dosen gak ada," sindir Rachel dengan nada ejekan membuat Adel langsung mencubit lengannya dengan kesal. "Sakit tau!" Omelnya sambil mengusap-usap bekas cubitan Adel.
Adel tertawa senang saat melihat wajah sebal Rachel, kemudian dia menoleh ke arah pintu karena ada seseorang yang memanggilnya.
"Loh, apa yang kau lakukan di sini?"
•
•
•
Tbc.
Adel mengernyitkan kening heran saat melihat keberadaan Faiz di depan pintu ruangannya, sementara Faiz sendiri tampak berjalan masuk ke dalam ruangan sambil menenteng paper bag di tangan kanannya.
Ruangan yang semula ramai seketika menjadi sunyi karena kedatangan Faiz, apalagi para wanita yang terus melihat ke arah laki-laki itu dengan tatapan kagum, bahkan para lelaki yang lain juga terlihat mengagumi penampilan Faiz.
"Aku bawa bekal dari ibu, tadi kau kan belum sarapan," ucap Faiz saat sudah berdiri di hadapan Adel. Dia lalu meletakkan paper bag yang sejak tadi dipegang ke atas meja wanita itu.
Adel langsung tersenyum lebar saat mendengar ucapan Faiz, apalagi ketika melihat paper bag yang ada di ataz mejanya.
"Wah, aku memang sangat lapar sekali," seru Adel dengan sumringah membuat Faiz menggelengkan kepalanya seraya mengusap puncak kepala Adel.
"Makanya, kalau dibanguni itu bangun. Dasar kebo," ejek Faiz sambil terus mengusap-ngusap kepala Adel membuat wanita itu segera menepis tangannya.
"Ah, apa sih. Jilbabku rusak tahu!" pekik Adel dengan sebal. Sudahlah tadi pagi dia tidak sempat menyetrika hijabnya, sekarang malah dibuat kusut oleh laki-laki kurang ajar itu.
Faiz berdecih dengan tidak peduli. Dia lalu melihat ke arah Rachel yang sejak tadi menatapnya, sama seperti semua orang yang ada dalam ruangan itu.
"Selamat pagi, Rachel. Bagaimana kabarmu?" tanya Faiz dengan ramah, walau raut wajahnya tetap datar seperti biasanya.
Rachel yang sejak tadi memperhatikan wajah Faiz karena merasa terpesona, seketika panik dan salah tingkah saat mendengar ucapan laki-laki itu.
"Se-selamat pagi juga, Faiz. Aku baik, bagaimana kabarmu?" balas Rachel dengan tergagap. Dia merasa gugup dan benar-benar salah tingkah.
Faiz tersenyum tipis seraya menjawab pertanyaan Rachel dengan ucapan baik. Kemudian dia segera pamit pada Adel dan wanita itu karena masih ada urusan dengan dosennya.
"Bareng deh," ucap Adel sambil berdiri dari kursi membuat Faiz tidak jadi melangkah pergi. Dia lalu mengajak Rachel untuk ikut keluar bersamanya.
"Loh, bukannya kau ada kelas?" tanya Faiz dengan heran.
Adel menggelengkan kepalanya. Kemudian dia menggandeng lengan Faiz lalu mengajak laki-laki itu keluar bersama dengan Rachel juga sambil menceritakan jika pagi ini dosennya tidak masuk kelas.
Setelah Faiz dan Adel keluar, suasana di dalam ruangan itu kembali ramai. Terutama para wanita yang menjerit histeris karena menceritakan ketampanan Faiz.
"Gilak, Faiz ganteng banget sih," seru salah seorang wanita yang sekelas dengan Adel.
"Iya bener. Udah ganteng, keren, ah sempurnanya calon suamiku," sambung yang lainnya.
"Hey, dasar halu. Mana mungkin dia mau sama butiran debu sepertimu!" teriak salah seorang lelaki yang juga ada di ruangan itu saat mendengar ucapan halu temannya.
"Diam kau bekicot sawah!" balas wanita itu kembali sambil melempar buku yang ada di tangannya.
Suasana kelas pun semakin ramai karena adu mulut yang terjadi di antara teman-teman Adel, sementara orang yang menjadi sumber keributan tampak berjalan dengan santai tanpa peduli dengan apa yang terjadi.
"Langsung pulang aja kalau gak ada kelas lagi, aku mau ke ruang dosen dulu," ucap Faiz setelah menemani Adel dan Rachel sarapan di taman kampus.
"Aku mau ke perpus aja sampai siang, malas kalau bolak-balik," sahut Adel. Kalau sudah sampai di rumah, nanti dia pasti malas kembali lagi ke kampus.
Faiz mengangguk. Dia lalu beranjak pergi menuju ruangan dosen untuk berdiskusi soal judul skripsi yang akan dia kerjakan, sementara Adel dan Rachel tetap berada di tempat itu.
"Kedip woy!" seru Adel sambil menggebrak meja saat melihat Rachel terus menatap ke arah Faiz, membuat wanita itu terjingkat kaget karena ulahnya.
"Dasar gila. Kau mau buat aku kena serangan jantung?" pekik Rachel sambil mengusap-ngusap dadanya yang terasa sesak dan berdebar-debar, untung saja dia tidak kena serangan jantung karena kaget dengan apa yang Adel lakukan.
Adel langsung tergelak saat melihat raut wajah sahabatnya itu, membuat Rachel langsung mencubit lengannya dengan kuat.
"Aw, sakit tahu! Dasar kau tukang cubit," seru Adel seraya mengusap lengannya yang berdenyut sakit.
Kemudian mereka berdua saling adu cubit sambil tertawa lebar membuat suasana terdengar ramai, hingga beberapa orang yang juga ada di tempat itu langsung melihat ke arah mereka.
"Apa kalian tidak bisa pelan sedikit?" seru salah seorang wanita yang berada tidak jauh dari Adel dan Rachel, membuat kedua wanita itu langsung menoleh ke arahnya. "Ini tempat umum, bukan milik kalian sendiri!" Dia menatap dengan sinis.
Adel berdecih mendengar ucapan wanita itu. "Oh, maaf. Sepertinya kami terlalu bahagia jadi tidak sadar kalau ada kau di tempat ini, Amy. Pantas saja suasana di sebelah situ terasa suram." Ejeknya dengan senyum lebar.
Wanita yang bernama Amy itu tampak mengepalkan kedua tangannya dengan geram saat mendengar ucapan Adel, begitu juga dengan kedua temannya yang lain.
"Dasar wanita si*alan!" umpat Amy dengan kesal. Dia yang akan menghampiri Adel tidak jadi melangkahkan kaki karena tangannya di tahan oleh salah satu temannya.
"Jangan, Amy. Kalau kau bertengkar dengan Adel, nanti Faiz juga pasti tahu," ucap teman Amy yang bernama Ranti.
Amy langsung berdecak kesal saat mendengar ucapan Ranti. Si*alan, dia hampir saja membuat kesalahan yang bisa mencoreng nama baiknya sendiri, terutama di hadapan Faiz. Laki-laki tertampan dan terpopuler di kampus ini.
"Awas saja dia," gumam Amy sambil menatap Adel dengan tajam, sementara Adel sendiri tampak tersenyum lebar dengan penuh ejekan ke arahnya.
Rachel menghela napas kasar saat melihat apa yang terjadi. Ini bukanlah kali pertama Adel berseteru dengan Amy, bahkan sahabatnya itu pernah baku hantam dengan seorang wanita gara-gara Faiz.
"Cih, dasar wanita sok cantik," cibir Adel seraya membuang muka sebal saat melihat tatapan sinis Amy. Dia tahu jika wanita itu menahan diri karena tidak mau terlihat jelek di mata Faiz.
"Jangan bertengkar dengannya, Del. Kau mau, masuk ke ruangan wakil rektor lagi?" ucap Rachel dengan khawatir, pasalnya sudah dua kali Adel masuk ke ruangan wakil rektor karena bertengkar dengan wanita lain.
"Bukan aku yang mencari gara-gara, tapi mereka, Ra. Kau lihat saja sendiri, mereka selalu mencari gara-gara denganku cuma karena aku saudaranya Faiz," balas Adel dengan kesal.
Yah, Rachel juga tahu tentang semua itu. Banyak wanita yang merasa iri dan tidak suka dengan Adel karena sahabatnya itu merupakan saudari dari laki-laki tertampan dan terpopuler di seluruh kampus, tetapi ada banyak juga wanita yang mencoba untuk cari perhatian dengan Adel supaya bisa didekatkan dengan Faiz.
"Sudahlah, aku mau balik aja, Ra. Udah gak mood di sini," ucap Adel seraya bangkit dari kursi membuat Rachel juga ikut berdiri.
"Kalau gitu aku ikut juga yah, biar aja mobilku tinggal di sini dulu," pinta Rachel. Dia cemas dengan keadaan Adel saat sedang marah seperti ini.
Adel menolak keinginan Rachel dan berkata jika ingin pulang saja, dan kemungkinan nanti dia tidak akan masuk kelas.
"Bilang aja aku sakit, aku duluan yah," pamit Adel. Dia segera pergi menuju parkiran tanpa menunggu jawaban dari Rachel membuat temannya itu menatap dengan sedih.
Adel benar-benar merasa muak dengan wanita-wanita yang terus mengganggunya. Baik yang selalu menatap dengan sinis, maupun yang mencari perhatian supaya bisa dekat dengan Faiz. Kenapa mereka tidak usaha sendiri jika menyukai Faiz sih, kenapa harus dia yang diganggu?
"Cih, wanita bermuka topeng," gumam Adel saat banyak sekali wanita yang menyapanya dengan ramah, padahal dia sama sekali tidak kenal dengan mereka.
Adel segera masuk ke dalam mobil dan bergegas pulang ke rumah. Dia memacu mobilnya dengan kencang supaya lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Namun, seketika Adel menginjak rem secara mendadak karena mobil yang ada di hadapannya tiba-tiba berhenti.
"Astaghfirullahal'adzim. Sebenarnya orang gila mana sih, yang tiba-tiba berhenti kayak gitu?"
•
•
•
Tbc.
Adel bergegas keluar dari mobil lalu membanting pintunya karena merasa kesal dengan pengemudi yang ada di depan mobilnya. Seenaknya saja pengemudi itu berhenti secara mendadak dan membuatnya hampir saja menabrak mobil itu, untungnya dia sigap menginjak rem, jika tidak maka pasti terjadi kecelakaan.
"Keluar kau!" teriak Adel sambil mengetuk-ngetuk jendela mobil pengemudi itu, terlihat seorang lelaki tampak menunduk di setiur dengan beralaskan tangan.
Adel diam sesaat untuk memastikan apakah laki-laki itu baik saja, lalu dia kembali memanggil orang tersebut agar segera keluar dari mobil.
"Jangan-jangan dia tidak sadarkan diri," gumam Adel setelah memanggil-manggil lelaki itu, tetapi tidak ada sedikit pun jawaban.
Adel lalu melihat ke sana kemari dan mencoba untuk mencari bantuan, tetapi bisa-bisanya tidak ada satu pun orang lewat ataupun orang yang berada di tempat itu.
"Apa aku lapor polisi saja yah?" Adel merasa bingung, tetapi dia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi polisi karena takut terjadi sesuatu dengan pengemudi tersebut.
Namun, belum sempat panggilan Adel di jawab, tiba-tiba lelaki yang ada di dalam mobil itu keluar membuat Adel segera membatalkan niatnya untuk menghubungi polisi.
"A-apa Anda baik-baik saja?" tanya Adel dengan ragu. Dia yang semula ingin memaki-maki laki-laki itu dan melampiaskan amarahnya, mendadak jadi berubah saat melihat raut wajah lelaki tersebut yang tampak sangat pucat dengan wajah sembab.
Laki-laki itu melihat ke arah Adel dengan tajam. "Siapa kau?" Dia merasa tidak kenal dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini.
Mendengar pertanyaan serta lirikan tajam dari lelaki itu, membuat emosi Adel kembali menggelora.
"Aku adalah pemilik mobil itu," jawab Adel sambil menunjuk ke arah mobilnya. "Tadi Anda berhenti secara mendadak dan hampir saja membuat kecelakaan." Dia berucap dengan tidak kalah tajam.
Laki-laki bernama Dante itu melirik ke arah mobil wanita tersebut, kemudian kembali menatap wanta itu dengan sinis.
"Terus kenapa? Buktinya tidak sampai terjadi kecelakaan, 'kan?" tukas Dante sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Ka-kau bilang apa?" pekik Adel dengan murka. Seenaknya saja laki-laki itu berkata tidak sampai terjadi kecelakaan, bagaimana jika tadi dia tidak sempat menginjak rem dan berakhir menabrak laki-laki itu?
Dante menghela napas kasar. Kenapa wanita itu meributkan sesuatu hal yang sepele seperti ini sih, jangan-jangan wanita itu sengaja karena ingin mencari perhatiannya?
"Sudahlah, berhenti bertingkah dan minggir!" seru Dante sambil mendorong tubuh Adel dan hendak kembali masuk ke dalam mobil.
Api kemarahan Adel semakin berkobar dahsyat melihat sikap laki-laki itu. Bukannya meminta maaf, tetapi laki-laki itu malah bersikap acuh seolah nyawa manusia bukan apa-apa.
Dengan cepat Adel mengejar laki-laki itu lalu menarik tangannya membuat Dante tidak jadi masuk ke dalam mobil.
"Apa-apaan kau? Lepaskan tanganku!" bentak Dante dengan kedua mata mendelik marah.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau minta maaf dan berjanji tidak akan lagi bersikap sembarangan dijalan raya!" balas Adel dengan tajam. Dia mencengkram tangan laki-laki itu dengan kuat dan tidak akan melepaskannya.
Dante tercengang dengan apa yang wanita itu lakukan. Beraninya wanita itu melakukan hal seperti ini padanya? Apakah sebenarnya wanita gila ini adalah fans fanatiknya?
"Si*alan! Dia pasti sengaja mendekatiku." Dante benar-benar murka. Dia lalu menarik tangannya dengan kuat membuat tubuh Adel juga tertarik ke arahnya, hingga tubuh mereka saling bertabrakan dan terjatuh ke dalam mobil.
Bruk.
Adel tersentak kaget karena tiba-tiba saja tubuhnya tertarik dan menabrak tubuh laki-laki itu, sampai akhirnya dia masuk ke dalam mobil dan berada tepat di atas tubuh laki-laki itu tersebut.
Tatapan Adel dan Dante bertemu serta terkunci selama beberapa saat dengan tubuh yang saling menempel, hingga akhirnya Adel mengalihkan pandangan dan bergegas menjauh dari laki-laki itu.
Dante terdiam dengan tubuh kaku saat baru menyadari apa yang sedang terjadi beberapa saat yang lalu. Dadanya terasa berdegup kencang dan dia segera membangunkan tubuhnya dari kursi mobil.
"Tunggu!" panggil Dante saat melihat wanita yang tadi mengganggunya tampak berjalan ke arah mobil.
Adel yang berniat pergi karena sudah tidak ingin lagi berurusan dengan laki-laki itu, terpaksa menghentikan langkahnya ketika mendengar suara panggilan. Dia lalu berbalik dan menatap laki-laki tersebut dengan tajam.
"Mau ke mana kau?" tanya Dante sembari berjalan mendekati wanita itu, enak saja langsung pergi setelah mencari gara-gara dengannya.
"Bukan urusanmu! Urus saja dirimu sendiri yang tidak bisa menyetir mobil," balas Adel dengan acuh. Dia lalu kembali berbalik karena ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu.
Namun, Dengan cepat Dante menahan tangan wanita itu membuat Adel tidak bisa bergerak. Tentu saja Adel langsung menatapnya dengan tajam.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Adel dengan suara tertahan karena emosinya benar-benar sudah meledak saat ini.
"Apa yang aku lakukan?" ucap Dante dengan sinis sambil menarik tangan Adel membuat tubuh mereka kembali dekat dengan jarak hanya sejengkal saja. "Tentu saja menahanmu pergi. Aku tahu kalau kau sengaja mendekatiku seperti ini, kau pasti fansku, 'kan?"
Adel mengernyitkan kening heran mendengar ucapan gila yang laki-laki itu katakan. Dengan cepat dia mendorong tubuh Dante hingga cekalan laki-laki itu terlepas.
"Dasar gila!" umpat Adel sembari berbalik dan berjalan cepat menuju mobilnya. Dia langsung masuk tanpa menghiraukan panggilan laki-laki itu.
Dante sendiri menatap Adel dengan geram. Padahal dia masih belum memberi pelajaran pada wanita itu, tetapi seenaknya saja wanita itu kabur darinya, sampai dia tidak sadar jika sejak tadi ada sebuah kamera yang terus memfotonya dari kejauhan.
"Gila. Besok ini akan menjadi berita yang paling viral dan heboh."
•
•
•
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!