NovelToon NovelToon

Perahu Pernikahan

bab 1. lamaran Duke

"Sarah....." Teriak nyonya Melinda dengan tergesa gesa sambil memegang erat sepucuk surat

"Astaga bu, dimana etikamu? Kenapa berlarian begitu?" Ucap Antonio menegur istrinya

Tanpa menjawab suaminya dia langsung memberikan surat yang iya bawa tadi, dia langsung tertunduk mengatur nafas sambil di bantu pelayannya

Antonio langsung berekspresi kaget dan menatap putri satu satunya itu, Sarah yang sedari tadi sedang memakan kue manisnya lantas berhenti dan memperhatikan kedua orang tuanya yang terlihat panik

"Ada apa sih?" Ucap Revan yang sebenarnya merasa terganggu dengan keributan karena ibunya berteriak dari ujung lorong hingga ruang baca

Ayahnya menjelaskan bahwa ada surat lamaran untuk Sarah, dan Revan dengan santainya mengatakan bahwa nikahkan saja adiknya itu, toh dia memang sudah waktunya menikah. Bukan tanpa alasan Revan berkata begitu, itu karena Sarah memang tak memiliki pacar jadi itu adalah hal yang wajar, Revan juga berkata kalau Sarah tak suka maka mereka tinggal menolaknya

"Masalahnya undangan ini datang dari keluarga Duke Barnett, kita semua tau bahwa dia itu suka bermain wanita dan sangat kejam, kita tak bisa menolaknya karena ini lamaran dari keluarga duke Barnett yang merupakan keluarga dekat kaisar

Semuanya mulai tampak panik, mengingat reputasi sang duke yang begitu menyeramkan. Mereka hendak menolaknya dengan segenap keberanian, namun tiba tiba ibunya yang sudah agak tenang Mengingat sesuatu

"Tunggu, kita tak bisa menolaknya, siapa nama Duke sebelumnya?" tanya sang ibu

"Duke Abyan Barnett" jawab ayah

"Syukurlah kalau begitu, kita bisa menolaknya" Melinda menghela lega

"Kenapa memangnya bu? Kalau leluhurnya sih namanya Roberto Barnett kalau tidak salah, aku tau karena mereka terkenal dan" belum selesai Revan Mengoceh ibunya kembali kaget

"Apa Roberto? Astaga kepalaku mau pecah, Sarah cepat siap siap untuk menulis surat balasan untuk menerima lamaran itu!" Tegas Melinda sambil memegangi kepalanya dan mendudukkan tubuhnya di kursi

"Kenapa ibu plin-plan sekali, memang ada apa dengan nama Roberto?" Tanya Sarah keheranan

Sang ibu menjelaskan bahwa lamaran ini bukanlah lamaran yang bisa di tolak, mengingat janji tak tertulis antara kakek Sarah dan Roberto Barnett

"Dahulu ayah atau kakek kalian memiliki seorang teman baik, mereka bertemu karena suatu kejadian yang sangat sulit, Roberto yang saat itu di kejar segerombol orang jahat meminta bantuan pada Ayah yang saat itu baru pulang mengajar, Ayah lantas membonceng Roberto dan mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga untuk sampai ke rumah, sesampainya di rumah dia langsung memasukkannya ke dalam rumah bawah tanah dan menyembunyikannya di sana"

"Lalu?" Tanya Sarah

"Saat itu aku dan kakak sibuk menyiapkan makan malam hingga terdengar suara ketukan pintu yang cukup nyaring, saat ku buka itu adalah segerombolan preman, kami mulai ketakutan karena tampang mereka sangat menyeramkan" Lanjut Melinda

"Lalu apa yang mereka lakukan bu?" Ravin mulai mendekati ibunya dan duduk di sebelahnya begitupun dengan Sarah

"Aku yang saat itu sedang ada di rumah ayah karena Antonio masih berada di luar kota tak mengetahui jika ayahku menyusupkan orang asing ke rumah, dia adalah orang yang mereka cari" Melinda menengok pada suaminya sedangkan suaminya mengangguk

"Jadi ibu tidak tau kalau kakek membawa orang asing?" Tanya Sarah heran

Melinda menggeleng dan melanjutkan ceritanya

"Mereka menanyakan seseorang yang ada dalam lukisan yang mereka bawa, dengan jujur kami tak mengetahuinya lalu mereka pergi tanpa melakukan yang lainnya, sepertinya mereka masih terus mencari di sekitar desa hingga beberapa hari"

"Untung tidak ketahuan ya bu" ucap Revan

" Mulai dari situlah kakekmu akrab dengan pria yang bernama Roberto itu, seiring berjalannya waktu mereka saling membantu dalam banyak hal dan ayah tak pernah memanfaatkan Roberto karena dia seorang Duke, pertemanan mereka sangatlah murni hingga tercetuslah perjanjian konyol yaitu mereka akan menjodohkan keturunan mereka nanti" jelas Melinda

"Karena ibu dan paman sudah menikah jadi perjanjian itu turun ke generasi kami begitu?" Tanya Revan

Melinda pun mengangguk mengiyakan, dia memegangi kepalanya karena pusing, dia masih sangat syok karena harus melepas satu satunya putri mereka pada orang yang tak pernah mereka kenal, ditambah lagi rumor tentang Duke baru bernama Sebastian itu sebagai playboy di ibukota

"Apa tak ada keturunannya yang perempuan, biar aku saja yang menikah, kalau aku kan laki laki, masih bisa melawan jika ada apa apa" Ucap Revan yang tak tega jika adiknya harus menikah dengan orang asing apalagi seperti Duke

Ayah hanya menggeleng dan membuang nafas besar. Semuanya jadi terdiam sejenak sedangkan Melinda mulai menangis dan memeluk Sarah

"Kenapa jadi sedih begini, itu kan hanya rumor, dan pernikahan adalah hal yang indah jadi aku akan baik baik saja kok, dia adalah seorang Duke jadi aku akan jadi Duchess kan, seharusnya kita bahagia sekarang" Ucap Saras mencoba memecahkan keheningan sekaligus menghibur ibundanya

"Sarah kamu ayah besarkan bukan untuk menjadi seperti putri bangsawan lainnya, kamu bukan alat untuk memperkuat posisi, keluarga kita adalah keluarga guru, dan selamanya ayah siap jadi keluarga biasa saja seperti ini, kita sudah cukup bahagia dengan ini, ayah tak ingin kamu menjalani masa depanmu dengan berat hati"

"Ayah aku baik baik saja, aku janji akan bahagia"

Sang ayah hanya memalingkan wajah dan pergi. Dia menangis di dalam kamarnya, dia tau bahwa sebenarnya keluarganya tak bisa menolak apapun, andaikan saja keluarga Duke itu tak mengingat perjanjian itu maka dia tak kan melepas putrinya ke tangan pria playboy seperti Duke, dia faham bahwa Roberto adalah pribadi yang baik tapi tak menjamin keturunannya juga sama dengannya

Dua hari setelahnya surat balasan untuk menerima lamaran itu di kirim, surat balasan yang singkat padan dan seperlunya itu di kirim dengan berat hati, semua orang tau Sarah tersenyum dalam kepalsuannya, Revan sering mendapati adiknya membuka jendela kamarnya dan menatap langit malam dengan tatapan sendu dan penuh keputusasaan namun di luar dia begitu kuat dan ceria seperti biasanya

Semua orang melakukan aktifitas mereka hingga tak terasa hari pertunangan itu akan di adakan akhir minggu ini dan itu berarti pernikahannya akan terjadi satu bulan lagi, Sarah mulai mengurusi semua keperluannya untuk acara pertunangannya, semua di lakukan tanpa pertemuan satu kali pun, bahkan saat memilih cincin pertunangan pun Sarah memilihnya sendiri di kediamannya. Sang Duke mengirim pemilik toko perhiasan terkemuka untuk ke rumahnya beserta beberapa cincin yang sudah di pilih Duke terlebih dahulu

"Sesibuk itukah dia?" tanya Vania salah satu teman Sarah yang memang sering bermain di rumah Sarah

"Entahlah Van, yang jelas aku tak ingin semuanya jadi makin rumit, lebih baik memang begini saja kan"

"Ah kamu ini, eh lihat ini sangat cantik, dia imut tidak mencolok dan manis" ucap Vania sambil melihat lihat cincinnya

"Itu cantik tapi bukankah ini lebih cantik" Saras menunjukkan cincin dengan permata meras tua, berwarna emas dengan sedikit ukiran di setiap sisi lingkarannya

Iya itu sangat cantik" Balas Vania dengan mata berbinar

"Anda memang sangat jeli dalam memilih kualitas Nona, baiklah itu akan saya simpan dan sampaikan pada Duke" Ucap penjual berlian sambil menata barang barangnya kembali

"Kalau boleh tau itu harga cincin itu berapa?" Tanya Vania yang kepo

"Saya tak bisa memberitahu harganya karena tuan Duke tak memberi perintah dan ijin untuk itu, yang jelas itu salah satu yang termahal

" Apa? saya ganti yang lain saja " Ucap Sarah panik

"Maaf nona, saya undur diri dulu" penjual itu lantas membungkuk lalu pergi begitu saja meninggalkan Sarah dan Vania yang masih tercengang

"Maaf nona anda hanya bisa memilih sekali saja" Lanjut penjual perhiasan itu sambil kembali melanjutkan langkahnya

Bab 2. Pertunangan

Akhirnya pertunangan akan di laksanakan dua hari lagi dan para pelayan sudah mempersiapkan semua keperluan pesta namun tiba tiba datang pelayan dari kediaman Duke dan mereka berdalih akan membantu persiapan pesta, Alhasil keluarga Saras yang tak bisa menolak niat baik itu hingga membuat rumah mereka yang sederhana seketika menjadi sangat mewah, walau ini hanyalah pertunangan namun semuanya tampak seperti pesta yang sangat besar

" Ibu apa ini adalah sebuah hal yang baik?, ini kan masih pertunangan saja?" Tanya Saras pada ibunya

"Kalau ibu sih merasa senang karena hari spesial mu jadi sangat indah begini" Jawab sang ibu, Vania juga mengangguk setuju

Sarah merasa ini terlalu berlebihan tapi dia juga sadar bahwa pasangannya adalah seorang Duke yang pastinya sudah terbiasa dengan hal semacam ini, dalam hati Saras takut mengecewakan calon tunangannya, karena bagaimanapun mereka tak saling kenal dan tak pernah bertemu

Waktu semakin cepat berlalu hingga rombongan Duke tiba di kediaman Sarah tepat waktu. Keluarga Sarah langsung menyambut mereka dengan Hangat.

Untuk pertama kalinya Sarah dan Duke Sebastian bertemu, Duke tersenyum kecil sedangkan Saras merasa sangat canggung. Mereka berdua mengikuti proses pertunangan dengan sangat baik hingga waktunya untuk istirahat, dimana para orang tua dapat mengobrol dan menyambut hangat tamu yang datang.

"Sarah" panggil Sebastian pada Sarah

"Ya tuan Duke" jawab Sarah

Sebastian terdiam cukup lama sambil menatap tunangan barunya itu, setelahnya dia mengajak Sarah berkeliling bersama, dia beralasan ingin melihat lihat suasana di kediaman keluarga Stuart

"Lain waktu aku ingin menjelajahi perpustakaan yang sangat padat dengan buku itu"

"Saya akan siap mengantar anda kapan saja tuan Duke" Balas Sarah

Tiba tiba Sebastian berhenti dan menoleh pada Sarah, dia mendekat namun Sarah langsung mundur perlahan

"A..a ada apa tuan?" Sarah menunduk karena gugup

"Panggil aku Sebastian Sarah, aku tunanganmu sekarang"

"Iya Sebastian" Ucap Sarah, pipinya memerah dan kedua tangannya saling menguatkan agar tak semakin bergetar. Sarah merasa jantungnya akan melompat keluar lalu melarikan diri dari situasi ini

Sebastian sendiri enggan mengalihkan pandangannya dari wanita cantik nan saleh itu, tak pernah terbesit dalam benaknya dia bisa bertemu wanita seindah Sarah dengan tutur kata yang lembut dan suara yang merdu, dia adalah gambaran bidadari tanpa sayap yang bisa hidup di dunia yang sangat rumit ini

"Sarah aku tau kamu wanita yang baik, ku harap kita bisa hidup rukun, aku tak bisa menjanjikan kehidupan bak Romeo dan Juliet tpi aku janji kamu akan hidup makmur" Tutur Sebastian

Sarah mengiyakan harapan Sebastian, dia tau maksud dari ucapan Sebastian. Pernikahan tanpa cinta namun tetap saling menghormati, dan Sarah faham kalau mungkin seumur hidup mereka akan jadi rekan saja dalam pernikahan ini

Walau ucapan itu tak kasar namun cukup membuat Sarah menangis sesenggukan saat acara telah selesai, saat semua orang telah beristirahat dan kegelapan mulai menggantikan siang, Sarah terduduk sepi dalam kamar kecilnya, dia tak pernah merasa se hampa ini, tak peduli bagaimana dia mengelak dan menghibur diri namun kenyataan bahwa pernikahan ini hanya sebatas kerjasama.

Hari berganti begitu saja, tak terasa pernikahan kurang dua minggu lagi dan Sebastian menentukan janji temu dengan Sarah, Sarah langsung bersiap untuk datang di tempat yang sudah di tentukan. Jantungnya berdegup kencang, dia merasa gugup untuk bertemu namun dia juga terus mengingatkan dirinya untuk tetap menjaga hatinya agar tak berharap lebih dari hubungan ini

Sarah tiba terlebih dahulu, dia duduk dan memesan sebuah teh, Sarah tak berani menelaah sekitar karena banyak mata yang sedari tadi mengawasinya, mungkin mereka penasaran dengan calon istri Duke, bagaimanapun Duke adalah orang yang populer karena segala prestasi dan kontroversinya

Tak berselang lama Sebastian datang dan duduk tenang di hadapan Sarah

"Apa kamu lama mengunggu?" Tanya Sebastian

"Tidak terlalu lama, apa perjalananmu lancar?" sarah mencoba untuk mencari topik pembicaraan

"Perjalanannya sangat lancar dan karena aku punya waktu luang hari ini jadi aku mengajakmu bertemu, ayo kita jalan jalan untuk memilih baju pengantin"

" Baik sebastian"

"Jangan terburu buru, nikmati dulu tehmu lalu setelahnya baru kita pergi"

Setelah percakapan itu keduanya diam hingga teh itu benar benar habis dan mereka mulai beranjak meninggalkan tempat itu

Mereka terus menjadi pusat perhatian hingga sampai di butik mewah itu, di sana Saras di minta untuk memilih gaunnya dan mereka menyarankan banyak gaun model terbaru, namun Sebastian menolak keras gaun yang terlalu terbuka, dia juga sangat mengiyakan gaun gaun yang dipilih Sarah karena rata rata gaun yang dipilih Sarah sangat cantik dan masih tergolong sopan

Setelah memilih gaun mereka lantas pergi ke toko perhiasan untuk memilih cincin pernikahan hingga membeli beberapa perhiasan untuk Sarah. Setelah itu Sebastian langsung mengantar Sarah pulang, dia juga menyempatkan diri untuk menyapa orang tua Sarah

"Ayah ada di rumah?" Sarah berjalan ke arah ayahnya yang sepertinya baru saja pulang, sedangkan sang ayah yang membawa banyak buku langsung bingung untuk menaruh buku bukunya karena melihat Sebastian juga datang menghampirinya,

"Biar aku bawakan kedalam yah" Sarah langsung mengambil banyak buku itu dan berpamitan sebentar pada Sebastian untuk menaruh buku buku yang di bawa oleh ayahnya

"Tuan Sebastian senang bertemu dengan anda, maaf keadaan saya sedang kacau begini" ucap Antonio pada Sebastian

" Tak apa ayah, aku lah yang salah karena tak mengabari Terlebih dahulu jika ingin berkunjung" Balas Sebastian

"Mari masuk, maaf karena sedikit berantakan"

Rumah Sarang tak terlalu besar namun di setiap ruangan terdapat buku walau hanya ada satu atau dua buku saja, namun walau begitu seluruh ruangan tetap sangat rapi dan tak ada yang perlu di khawatirkan karena penempatan setiap barang terlihat begitu enak do pandang, memang seluruh anggota keluarga adalah orang yang teliti, resik dan suka membaca

Di ruang tamu ternyata ada Revan yang sedang membaca bukunya dengan santai, setelah melihat Sebastian dan ayahnya dia langsung berdiri dan menyambut keduanya, Revan bicara formal pada Sebastian

"Ayah, dan Tuan Duke silahkan duduk, maaf karena tak menyambut tamu dengan baik" ucap Revan yang sebenarnya tak suka pada sebastian

"Ini salahku tak memberi kabar terlebih dahulu, slam kenap kakak ipar, namaku Sebastian, kakak bisa memanggilku Sebastian saja" Balas Sebastian

Alhasil mereka bertiga duduk di ruang tamu,emang benar kalau Duke Sebastian ini sangat berwibawa dan pembawaannya selalu mengintimidasi, tanpa melakukan apapun dia mampu membuat lawan bicaranya tak bisa berkata kata

" Bagaimana kabarmu nak Sebastian?" Ucap Ayah basa basi

"Saya sangat baik dan menunggu momen seperti ini, saya agak sibuk itu sebabnya sulit untuk menemui Sarah"

Ayah sarah mengangguk lalu menarik nafasnya lembut

" Nak ayah tak bisa menilai atau mengatakan apapun tentang pernikahanmu dengan Sarah, ayah hanya berpesan padamu tolong jaga putri kami, dia anak yang baik dan selalu berusaha untuk menjadi bisa berguna, kadang dia menutupi perasaannya walau saat terluka, Jikalau dia membuatmu lelah dan ingin menyerah tolong kembalikan dia pada kami, kami titipkan dia padamu, tolong jangan menyakiti satu satunya putri kami, kami tak akan meminta apapun untuk itu hanya menitipkannya padamu"

"Iya ayah" Balas Sebastian

Bab 3. Rumor

Untuk pertama kalinya Sarah mendapat undangan minum teh, karena Sarah bukan dari kalangan bangsawan jadi dia tidak punya pengalaman tentang acara seperti itu sebelumnya. Sarah merasa gugup namun juga merasa tidak bisa menolak undangan pesta minum teh tersebut

Untung saja Vania juga mendapatkan undangan, itu karena Vania memang putri seorang Count, jadi dia sedikit banyak memiliki pengalaman yang cukup untuk datang dalam acara minum teh tersebut, Sarah dijemput oleh Vania sehingga mereka bisa terus bersama dan Sarah tidak terlalu canggung dalam acara minum teh tersebut

Mereka tiba di tempat acara dan di sana sudah banyak bangsawan lain yang datang, beberapa orang memandang aneh pada Sarah karena dia bukan dari kalangan bangsawan tapi dapat masuk ke dalam acara minum teh tersebut

"Lihat siapa yang datang, dia tunangan Duke"

"Kenapa dia bisa datang kemari padahal dia bukan bangsawan" ucap seorang dari mereka

Beberapa yang lain juga mengatakan bahwa Sarah hanya menumpang ketenaran dari nama Duke

Vania sudah sangat emosi dan dia ingin melabrak semua orang-orang yang bermulut besar itu namun Sarah terus meyakinkan sahabatnya agar tidak masuk dalam masalah sepele ini, acara terus berjalan dan tak ada satupun dari mereka mencoba untuk menyapa Sarah, hanya beberapa teman Vania yang mencoba akrab dengan Sarah, itu pun karena Sarah bersama Vania

"Sebenarnya kami sangat penasaran denganmu sedari tadi namun karena satu dan lain hal Kami merasa canggung untuk menyapa" ucap salah satu teman Vania

"Iya tidak apa-apa, salam kenal namaku Sarah"

Sarah tersenyum dengan ramah,wajah yang cantik menawan itu memikat beberapa pria yang ada di sana namun status sebagai tunangan Duke membuatnya aman dan tidak mendapat godaan dari pria-pria itu.

Beberapa saat kemudian di toilet wanita

"Memang siapa yang berani mendekati wanita itu kalau yang di belakangnya adalah Duke"

"Kau tahu kan sebenarnya Duke itu lebih cocok dengan Angela, gadis rendahan seperti dia tidak sebanding dengan Angela"

"Yah mau bagaimana lagi kalau Duke sudah tergoda oleh paras wanita rendahan itu"

"Semoga Duke cepat sadar ya kalau sebenarnya Angela yang paling mencintainya"

Percakapan menyebalkan itu terdengar oleh Sarah yang berada di dalam toilet, Sarah bukan bermaksud menguping namun dia tidak bisa keluar dari toilet karena mereka berada tepat di depan pintu toilet yang Sarah pakai, mereka berbincang sambil merapikan penampilan mereka di depan cermin

Vania yang dari tadi sudah menunggu Sarah tidak kunjung datang mencoba untuk menyusulnya karena khawatir

Beberapa gadis yang tadi ada di dalam toilet itu langsung berhenti bicara saat Vania tiba di toilet, mereka tahu bahwa Vania adalah teman Sarah

Setelah mereka benar-benar keluar toilet baru Vania memanggil Sarah, Sarah yang mendengar suara Vania langsung keluar dari bilik kamar mandi itu

"Apa perutmu sakit sampai lama sekali?" tanya Vania

"Oh aku tidak apa-apa aku hanya canggung saat terdengar suara beberapa orang di sini tadi"

"Astaga Sarah, Kenapa harus sembunyi, mereka kan tau kamu tunangan Duke, ku jamin tak akan ada yang berani mengganggumu"

"Justru itulah sebabnya, aku kan orang biasa, aku hanya numpang nama Duke, aku bahkan tak tau apa yang harus ku lakukan di sini"

Vania tiba-tiba menyadari sesuatu bahwa sahabatnya itu baru saja mendengar hal-hal buruk tentang dirinya sendiri, Vania langsung menanyakan apakah mereka mengatakan sesuatu yang jahat tentang Sarah dan apa mereka perlu diberi pelajaran saja

"Ah kamu ini bisa saja. Aku baik baik saja kok" Ucap Sarah sambil tertawa kecil, dia bersyukur memiliki Vania sebagai sahabatnya

Mereka berdua tidak mengikuti acara sampai selesai karena Vania merasa Sarah tidak terlalu nyaman di dalam acara itu ,Vania mengantarkan Sarah hingga depan pintu gerbang rumahnya dan mereka berpisah di sana

Seminggu berlalu dan tak terasa dua hari lagi Sarah akan menikah dengan Duke Sebastian

Di kediaman Duke terlihat Duke yang masih sangat sibuk dengan tumpukan pekerjaannya

"Aku ingin segera istirahat, hari ini tidak ada yang boleh pulang sebelum semua pekerjaan tuntas " Tegas Duke pada para pekerjanya

Benar saja bahwa mereka lembur sampai tengah malam, walaupun Duke pasti memberikan imbalan yang setimpal namun tetap saja mereka mengeluh kelelahan karena pekerjaan yang seharusnya di kerjakan 3 hari harus di selesaikan dalam satu hari kerja saja

"Astaga ada apa denganmu Sebastian, apa kau mau membunuhku?" ucap Kyuhyun sambil memijat bahunya dan terus berjalan di samping Sebastian

"Besok aku ingin keluar dan beristirahat sebelum acara pernikahan. Aku yakin di hari pernikahanku aku akan bertemu dengan orang orang penting jadi otakku harus istirahat agar bisa berpikir dengan optimal nanti"

"Astaga Sebastian itu acara pernikahanmu loh, kamu masih berfikir begitu"

"Asalkan tak mengganggu acara pernikahan, itu tidak apa apa"

Kyuhyun hanya menghela nafas karena teman sekaligus atasannya itu sangat gila kerja

"Ih iya Sebastian, apa kamu sudah dengar tentang rumor asmaramu dengan Angela?" tanya Kyuhyun

"Itu kan masa lalu, memang ada apa?"

"kemarin lusa waktu ada acara minum teh di kediaman countess, Sarah datang dan banyak orang yang membandingkannya dengan Angela"

Sebastian berhenti sejenak lalu menengok ke arah Kyuhyun

"Biarkan saja, toh bangsawan seperti Angela tak akan sepadan dengan bidadari ku"

Kyuhyun kembali menghela nafasnya berat

"Sebenarnya kamu punya hati gak sih, kok sesantai itu, padahal calonmu sedang di serang habis habisan, aku tau paras dan tutur katanya sangat indah tapi hatinya pasti terluka dan rapuh"

"Dia harus jadi kuat saat bersamaku. Kalau tidak bisa ya sudah menyerah saja, setelah pernikahan ini dia bisa memilih untuk tetap bersama atau berpisah, bukankah hanya dengan menikah janji itu jadi lunas, setelahnya ya terserah kan"

"Astaga Sebastian" Kyuhyun hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya heran

Keesokan harinya jam delapan pagi Sarah diminta untuk datang ke danau dekat istana untuk bertemu dengan Sebastian, jadi dia datang sekitar 30 menit sebelum janji temu itu, namun hingga jam 11 siang Sebastian tak kunjung datang, sehingga Sarah di jemput oleh utusan ayahnya, sebenarnya Sarah masih sedia untuk menunggu namun jam 12 dia masih ada acara mengajar anak anak panti, jadi terpaksa Sarah pulang dengan membawa kekecewaan

Sedangkan yang di tunggu malah ketiduran karena tadi malam begadang menyelesaikan pekerjaannya untuk 3 hari ke depan

Seharian itu Sarah merasa tak fokus, dia kecewa dan merasa di sepelekan oleh Sebastian, apalagi Sebastian tak memberikan kabar bahkan hingga malam hari namun apalah daya Sarah tak bisa protes semudah itu, apalagi besok adalah hari pernikahannya dengan Sebastian

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!