'KRINGGG'
Mendengar bell masuk yang berbunyi, semua siswa langsung berhamburan untuk masuk ke kelasnya masing-masing.
Anggota kelas MIPA 1 yang memang telah masuk kelas sejak guru Bk datang, duduk dengan perasaan cemas. Pertama, tak ada ketua kelas ataupun pengurus kelas lain.
Saat jam istirahat tadi semua pengurus kelas dipanggil, untuk ikut rapat di ruang guru. Dengan begitu tak ada perwakilan kelas yang bisa mendukung Selli dan Fika.
Kedua, Lily dan Alion yang menjadi alasan mereka bertengkar tak terlihat sejak tadi. Setidaknya jika ada keduanya Selli dan Fika bisa membuktikan bahwa mereka tak sepenuhnya salah.
Dan ketiga, mereka tak bisa meminta tolong pada wali kelas. Jelas saat ini rapat tengah terjadi dan jika mereka ke ruang guru. Bisa-bisa bukan hanya Selli dan Fika, tapi seluruh kelas akan terlibat.
Bukannya mereka tak setia kawan, saat ini mereka jika tengah mempertimbangkan apa yang harus mereka lakukan.
"Bagaimana jika kalian hubungi ketua kelas," Tia angkat suara setelah sekian lama berfikir.
"Aku sudah melakukannya, masalah nya dia tak membuka pesanku," balas Rio penuh sesal.
Semua orang kembali terdiam lagi, dan saat itulah Lily dan Alion yang mereka tunggu-tunggu akhirnya memasuki kelas.
Lily dan Alion baru saja sampai di depan kelas MIPA 1 beberapa menit setelah bell. Karena memang jarak kelas mereka dengan warung belakang lumayan jauh. Dan keduanya pun berjalan dengan santai. Alhasil mereka cukup terlambat memasuki kelas.
Untuknya guru tengah mengadakan rapat, jadi mereka tak perlu khawatir jika saat masuk sudah ada guru.
Lily dan Alion baru saja memasuki kelas saat seseorang menghentikan mereka berdua.
"Lily gawat, Fika dan Selli di bawa ke ruang BK," kata Risya salah satu teman sekelas Lily.
Lily yang mendengar kabar itu tentu saja terkejut. Mereka baru berpisah beberapa detik namun kenapa mereka tiba-tiba mendapat masalah.
Karena kini perutnya tak lagi sakit seperti tadi. Otak Lily pun kembali bekerja cepat seperti biasanya. "Selly dan Fika tak biasanya membuat masalah. Kenapa tiba-tiba.... Hmm, murid baru mungkinkah...." batin Lily menduga.
Sebuah tebakan pun muncul di pikiran Lily. Tapi dia tak langsung menyimpulkan dan memilih untuk bertanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Lily cepat.
"Setelah kamu pergi mereka terlibat perkelahian dengan Lucia. Guru Bk tiba-tiba datang di tengah-tengah perkelahian. Dan langsung membawa mereka berdua," jelas Risya secara singkat.
Risya tak memberi tahu alasan mereka bertiga bertengkar. Bukan niatnya untuk menyembunyikan. Hanya saja dia terlalu bingung untuk bercerita dari mana.
Mengingat yang paling penting saat ini adalah nasib Selli dan Fika. Risya pun hanya memberi tahu garis besarnya saja.
Alion yang datang bersama dengan Lily pun mendengar semuanya. Dia sedikit tak menyangka akan ada masalah setelah kepergiannya.
"Kenapa harus dengan Lucia, shi**," batin Alion mengumpat kesal.
"Bagaimana..." Lily tak melanjutkan kata-kata nya. Semua tebakan nya sepertinya benar. Kini Lily bingung bagaimana membantu kedua temannya.
Melihat Lily yang terdiam, Alion pun angkat bicara.
"Terima kasih informasinya. Kami akan mengurusnya," kata Alion membawa Lily pergi.
Keduanya baru akan melewati koridulot saat Lily menahan tangan Alion agar pria itu berhenti.
Meski tenaga Alion lebih besar, tapi untuk Lily tentu saja dia akan menahannya. Meski Alion menyeret Lily tadi dia juga tak menggunakan kekuatan yang besar.
Jadi saat Lily menahannya Alion bisa merasakannya. Dan seketika menghentikan tarikan tangan dan langkah kakinya.
"Ada apa?" tanya Alion. Saat ini mereka harus segera bergerak. Jika tidak kedua teman Lily akan dihukum.
Tapi kenapa Lily malah menghentikannya.
Lily melepaskan tangan Alion. Dan mengambil langkah mundur untuk memberi jarak antara dirinya dan Alion. Sepertinya Lily benar-benar tengah marah.
"Apa kamu begitu menyukai gadis itu, Lio?" tanya Lily tiba-tiba.
Pertanyaan yang tak pernah Alion sangka akan keluar dari mulut Lily. Sejak tadi gadisnya tak pernah menanyakan apapun. Sikap nya masih seperti biasanya.
Alion awalnya berpikir Lily sama sekali tak peduli. "Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"
"Aku tahu kamu terburu-buru bukan karena temanku. Tapi agar gadis itu tak dihukum," kata Lily menatap lurus ke arah mata Alion.
Alion menatap mata Lily yang tengah menatap dirinya. Pandangan mata marah dan cemburu bisa Alion rasakan.
Seketika Alion terkekeh geli melihatnya. "Ahh, bagaimana ini aku jadi semakin mencintaimu."
"Aku tak sedang bercanda," kata Lily serius.
Alion seketika menghentikan tawanya. Bagaimanapun juga tidak baik memprovokasi perempuan. Dan lagi perempuan itu adalah gadisnya yang paling berharga. tentunya dia tak mau sama pa Lily marah kepadanya.
Tapi Alion tak bisa menahan perasaan senang nya. Ini pertama kalinya Lily menunjukkan rasa cemburunya setelah keduanya jadian. Terakhir kali sebelum mereka jadian, Lily sempat menunjukkan rasa cemburunya, dan itu sudah lama sekali.
"Tentu saja pikirmu itu tidak benar. Aku akan menjelaskan nanti. Tapi sekarang yang terpenting adalah kedua temanmu, okey," jelas Alion dengan cara yang paling lembut. Bukan saatnya untuk menikmati kecemburuan kekasihnya.
Ada orang lain yang saat ini butuh bantuan mereka. Jika hanya dihukum biasa tak masalah. Tapi jika sampai scors atau bahkan pengurangan nilai. Itu akan sangat buruk bagi Fika dan Selli.
Yang tentunya Alion cukup peduli, karena keduanya pasti melakukan ini untuk mendukung Lily.
Mendengar perkataan lembut Alion, Lily menjadi sedikit tersadar. Sekarang memang yang terpenting adalah menolong kedua temannya.
"Baiklah," jawab Lily memutuskan.
"Hmm, aku janji penjelasan ku tak akan sampai menyakitimu," kata Alion lagi berusaha menenangkan. Dia tak mau jika gadisnya terlalu berfikir buruk nantinya.
Lily mengangguk, emosinya seketika meluap setelah keyakinan yang Alion beri padanya. Jika Alion berkata hal itu tak akan menyakitinya, maka itu pasti benar.
Melihat Lily telah tenang Alion kembali menggenggam tangan Lily. Untungnya gadis itu tak menolaknya.
Keduanya pun melanjutkan langkah mereka yang tertunda.
****
Di ruangan Bk.
Hari masih siang, tapi suasana di ruangan ini sudah sangat mencengkam. Tak bisa dipungkiri bahwa ruang Bk adalah salah satu tempat yang ditakuti selain ruang guru.
Entah kenapa saat memasuki kedua ruangan itu, setiap murid selalu merasa berdebar bahkan meski mereka tak berbuat salah sekalipun.
Masih ingat dengan Bu Rahayu guru seni sekaligus guru BK, yang terkenal dengan sebutan 'cantik tapi galak'.
Saat ini Rahayu tengah menatap marah pada ketiga murit nya. Bisa-bisa nya mereka berkelahi tidak tahu tempat seperti itu. Masih dilingkungan sekolah dan memakai atribut sekolah. Mereka seperti menyepelekan peraturan sekolah.
Bahkan meski ketiganya adalah siswi perempuan, Rahayu tak mengendur sedikitpun. Nada nya tetap tegas seperti biasa.
"Apa yang terjadi?" tanya Rahayu.
Tak ada yang berani menjawab, mereka senantiasa menunduk. Bahkan Fika yang sempat menyombongkan kuasa ayah nya di sekolah pun tak bisa untuk tidak takut.
Rahayu masih senantiasa memandangi ketiga muridnya. Satu diantaranya adalah putri kepala sekolah, dan yang lain nya adalah murid baru.
Entah masalah apa yang membuat dua gadis ini tak akur. Tapi Rahayu yakin pasti itu tak jauh dari masalah pria.
"Anak sekarang benar-benar tak kenal rasa takut. Murid baru pun sudah berani membuat masalah. Di jaman ku dulu mana ada yang berani berkelahi seperti ini," batin Rahayu tak habis pikir.
Melihat ketiganya masih sentiasa diam, Rahayu pun kembali bersuara.
"Kalau tak ada yang menjawab. Itu berarti kalian siap untuk ibu hukum," kata Rahayu mengancam.
"Mereka berdua dulu yang memulai," kata Lucia tanpa malu.
Fika yang mendengarnya tentu saja tak terima. "Jelas-jelas kau yang memulai."
"Fika benar, kamu yang mengejek Lily lebih dahulu," timpal Selli mendukung temannya.
"Bu Rahayu jangan percaya, jelas-jelas kalian yang bersama-sama membully ku," sanggah Lucia.
"Omong kosong apa yang..." Fika yang ingin kembali membantah, lebih dulu di interupsi oleh bu Rahayu.
"Diam," bentak bu Rahayu.
TOKK TOKK
Suara ketukan pintu terdengar di penjuru ruangan. Bu Rahayu mengalihkan pandangan dari ketiga muridnya, beralih ke pintu yang tertutup.
"Masuk," sahut bu Rahayu.
'Ceklek'
Alion dan Lily masuk setelah mendapatkan izin. Keduanya berjalan lurus dan berhenti di depan meja, tepat di samping Selli.
"Lily dan Alion, ada perlu apa kalian kesini bersama-sama?" tanya bu Rahayu aneh.
Tak biasanya kedua muridnya itu menemuinya. Itulah kenapa dia merasa aneh.
"Kami disini untuk masalah mereka bertiga, bu," jawab Alion.
"Loh, apa hubungannya dengan kalian berdua. Seingat saya kalian tak ada di tempat kejadian," kata Bu Rahayu tak mengerti.
"Bu Rahayu benar, Lily dan Alion memang tak ada saat kami bertengkar. Kami berdua yang tidak suka dengan tingkah buruk murid baru ini," kata Fika tak ingin membuat Lily terlibat masalah mereka.
Lagi pula ini memang salah nya yang tidak bisa menahan emosi. Dan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Lily. Karena memang Fika sangat membenci pelakor seperti Lucia.
"Fika benar mengatakan hal benar. Lily sama sekali tak tahu apapun," sahut Selalu menyetujui.
"Kita mengakui kalau memang kita bersalah. Jadi bu Rahayu hukum saja kami. Jangan libatkan Lily, dia tak tahu apapun," kata Fika mencoba melindungi temannya.
"Kalian bicara apa sih, jelas awalnya aku disana. Lily yakin mereka bertengkar karena saya, bu. Jadi kalau bu Rahayu ingin menghukum, hukum Lily saja," timpal Lily cemas.
Melihat masalah semakin runyam Alion pun kembali menggenggam tangan Lily untuk menenangkan nya. Tangan mereka terlepas sejak memasuki ruang Bk. Hal itu mereka lakukan untuk menghormati guru Bk. Tapi sekarang itu tak lagi penting.
"Ly, tunggu sebentar," kata Alion menahan Lily. Padahal sebelumnya keduanya sudah sepakat bahwa dirinya yang akan bicara lebih dulu. Tak disangka gadisnya akan menjadi emosi.
"Awal mulanya memang gara-gara gadis itu, bu," timpal Lucia ikut campur.
"Diam, tak ada yang memintamu bicara disini," sentak Alion dingin.
Lucia seketika menciutkan tubuhnya, aura Alion sangatlah menakutkan.
Melihat anak-anak di depannya yang malah saling ribut lagi. Rahayu pun turun tangan, dengan nada keras dia mulai bicara.
"Cukup sudah, saya tak peduli siapa yang salah. Sekarang kalian semua ibu hukum membersihkan lingkungan sekolah. Dan ibu tak menerima bantahan, keputusan ini sudah bulat," kata bu Rahayu tegas.
****
Dan beginilah akhirnya, Lily dengan Lucia yang membersihkan halaman sekolah. Selli dan Fika yang membersihkan koridor setiap kelas. Dan karena Alion pria sendiri, dia ditugaskan untuk membersihkan gudang.
Tak ada yang bisa menolak atau membantah. Karena jika sampai mereka melakukannya, hukuman skorsing akan menanti mereka.
Lucia yang tak melihat orang lain selain dirinya dan Lily, langsung melempar sapu nya dan duduk di kursi taman.
"Bersihkan yang bersih, aku tak mau guru itu mengomel nanti," perintah Lucia dengan sombong.
Lily mengabaikannya dan terus melakukan tugasnya. Karena bu Rahayu yang takut ketiganya bertengkar lagi. Akhirnya Lily lah yang ditugaskan melakukan hukuman bersama Lucia.
"Lihat sebelah sana belum kau sapu. Begini saja tak becus," kata Lucia semakin kurang ajar.
Dia tak takut sedikitpun pada gadis kecil semacam Lily. Bagi Lucia, Lily bukanlah lawan yang sepadan untuknya. Dia hanya menang karena Alion suka saja padanya.
"Huh, setelah ada aku. Rasa suka Alion pasti akan segera memudar," batin Lucia percaya diri.
"Ayo cepat selesaikan, sisi sini belum disapu," kata Lucia lagi. Merasa tak ada tanggapan dari Lily. Dia berpikir bahwa gadis itu pasti takut padanya.
Lucia pun berjalan mendekati tong sampah. Dengan satu ayunan kaki, dia menjatuhkannya. Dan membuat sampah yang telah terkumpul kembali berserakan.
Lucia menghentikan kegiatannya dan menatap tajam gadis di depannya.
"Kenapa? Marah," ejek Lucia main-main.
"Kau akan terus melakukan ini?" tanya Lily memastikan.
"Iya, kenapa? Tak suka. Ingat jika kau membuat keributan. Guru hanya akan menghukum mu lebih berat," kata Lucia sambil tersenyum menyeringai.
Walaupun mungkin dirinya juga akan ikut di hukum. Tapi Lucia yakin sekali mendengar perkataannya, Lily tak akan berani melakukan apapun. Gadis lemah seperti dia pasti hanya akan menyerah pasrah.
"Baik," balas Lily singkat.
"Lihat, benar kan tebakan ku," batin Lucia penuh kemenangan. Lucia sudah sangat yakin Lily hanya akan dengan patuh membersihkan semua kekacauan ini sendiri.
Tapi berbeda dengan dikira Lucia, Lily malah melakukan hal lain. Dia menaruh sapu nya dan beranjak duduk di bangku taman. Dengan alami Lily mengambil ponsel dia aku nya, lalu memainkannya tanpa memperdulikan Lucia.
"Apa yang sedang kau lakukan," kata Lucia terkejut.
"Bukankah ini maumu," sahut Lily tak peduli. Lucia memang benar, jika mereka berdua sampai ribut. Bu Rahayu hanya akan semakin marah dan memberi hukuman lebih berat.
Tapi bukan berarti Lily gadis yang mudah saat orang lain menindasnya. Jadi jika Lucia tak mau ikut membersihkan tempat ini bersamanya. Untuk apa dia harus bersusah payah sendiri.
"Apa dia pikir semua orang bodoh," batin Lily tak habis pikir.
Lucia yang tak menyangka respon Lily akan seperti ini pun menjadi marah.
"Kau mempermainkan ku ya," katanya kesal.
"Jika benar, kau mau apa?" balas Lily membalikkan perkataan Lucia yang sebelumnya.
"Kauu...." Lucia seketika kehabisan kata-kata.
"Jika kamu bisa bermain. Maka aku juga bisa melakukannya. Jadi.... Keputusan nya ada padamu," kata Lily. Matanya memandang acuh pada Lucia. Seolah mengisyaratkan, jika gadis itu masih membuat masalah, maka dirinya pun tak akan segan-segan melakukan hal yang sama.
Di tempat lainnya, tak jauh berbeda dengan kondisi kelima orang yang tengah mengerjakan hukuman.
Agas dan Alvano masih belum menyelesaikan hukuman mereka di perpustakaan. Karena banyaknya buku yang mesti di tata, membutuhkan waktu hingga berjam-jam.
Tapi ada untungnya juga melaksanakan hukuman ini. Dengan begitu mereka berdua tak harus mengikuti kelas.
Selama keduanya bekerja tak ada obrolan sama sekali. Entah karena memergoki Alion dengan murid baru. Atau karena terlalu fokus ingin segera menyelesaikan hukuman. Sejak pembicaraan terakhir kali, mulut mereka seolah terkunci rapat.
"Aku selalu merasa akhir-akhir ini kamu sangat aneh Agas," Alvano menaruh buku terakhir di rak. Dia sebenarnya cukup sadar tentang keanehan Agas.
Tapi dia menutupinya dengan tingkahnya yang selalu mendebat temannya itu. Berharap Agas akan mengatakan sesuatu. Tapi sampai detik ini pria itu hanya diam.
"Gadis itu...." Untuk melanjutkan kata-katanya rasanya berat bagi Agas. Dia tak berharap menceritakan masa lalu nya. Tapi melihat tingkah gadis itu, Agas tau dia tengah merencanakan sesuatu.
Sikap konyol Agas yang biasanya hilang seketika. Saat ini hanya ada raut serius seolah dia tengah memendam hal yang sangat penting.
Melihat Agas yang tak melanjutkan perkataan nya. Membuat Alvano semakin penasaran saja.
"Gadis yang mana. Apa maksudmu yang bersama Alion tadi," tebak Alvano.
Agas menatap temannya dengan pandangan bertanya. Seolah berkata, "Bagaimana kamu tahu?"
"Yahh, pandanganmu selalu aneh pada gadis itu," jawab Alvano yang mengerti arti tatapan Agas.
Tahu bahwa rahasisanya telah terbongkar, Agas hanya bisa memberi tahu yang sejujurnya.
"Hmm, dia pernah jadi orang penting dalam hidupku," kata Agas dengan pandangan jauh kedepan.
Ingatan Agas kembali saat dirinya masih percaya apa itu cinta.
Sebelum dia menjadi playboy seperti saat ini, dulu sekali hatinya pernah jatuh pada satu gadis saja. Dan gadis itu adalah Lucia.
Sayangkan bukan kebahagiaan yang ia temui. Tapi malah penghianatan cinta.
Karena alasan itulah Agas jadi suka bermain-main dengan banyak gadis. Prinsipnya untuk melindungi jenis kelamin perempuan. Berubah menjadi keinginan untuk mempermainkan mereka.
Walaupun di cap sebagai playboy, bisa dibilang bukan Agas yang memaksa para gadis itu. Mereka lah yang suka rela menjadi kekasihnya, meski tahu akhirnya akan diputuskan.
Tak bisa dipungkiri walau terlihat tengil saat bersama teman-temannya. Agas masilah pria yang tampan dengan sejuta pesona.
Dia hanya sedikit lebih rendah dibandingkan Alion. Tapi kalau dibandingkan dengan Alion yang dingin pada semua orang kedua Lily. Agas memang tipe pria romantis yang membuat para gadis klepek-klepek.
Jadi siapa yang tak ingin menjadi kekasih Agas walaupun cuma sehari. Karena begitu kamu menjadi pacar nya, pria itu akan menjadikanmu ratu.
****
Jawaban Agas tentu hal yang mengejutkan bagi Alvano. Mereka berteman bukan sehari dua hari tapi bagaimana bisa dia tak mengetahui perihal gadis itu.
"Bagaimana bisa.... Astaga," seru Alvano terkejut.
Penjelasan dari Agas benar-benar membuka matanya. Sebenarnya apa saja yang telah dia lewatkan selama ini. Mereka telah mengenal cukup lama dan dia tak tahu apa-apa.
"Apa Alion mengetahuinya?" tanya Alvano gugup. Melihat Alion yang tak menolak kehadiran Lucia. Alvano sedikit curiga jika Alion melakukan hal itu untuk Agas.
Mendengar pertanyaan Alvano, raut Agas langsung berubah mengeras. Dia menyembunyikan semua ini diam-diam. Bagaimana mungkin Alion bisa mengetahuinya.
"Tidak," jawab Agas dingin.
Seandainya Alion tahu, mungkin pria itu akan membencinya. Dan itulah yang paling Agas khawatirkan.
Melihat tatapan tak percaya Alvano, Agas hanya bisa kembali melanjutkan kata-katanya. "Tak ada yang mengetahui hal ini."
Awalnya Alvano berfikir setidaknya Alion tahu. Itulah alasan kenapa Alvano melihat Alion tak begitu kasar pada murid baru itu tadi.
Tapi mendengar jawaban Agas, jelas Alion juga tak tahu hubungan murid baru dengan Agas di masa lalu. Lalu kenapa sikap Alion tak sama seperti saat menghadapi gadis lain.
Alvano bisa melihat meski dingin dan tak peduli. Bisa dibilang pria itu menjadi sedikit toleran. Teringat dengan Angel yang dulu mengejar Alion.
Temannya itu bahkan tak segan-segan mengurung gadis itu di gudang. Meski murid baru ini belum mengganggu Lily. Tak mungkin kan Alion sengaja membiarkan gadis itu dekat, untuk membuat Lily cemburu.
"Apa kamu akan terus menyembunyikannya?" tanya Alvano penasaran. Bukannya apa, Alvano menanyakan hal ini, karena sejujurnya dia cukup merasa bingung.
"Apa perlunya Agas menyembunyikan hal ini dari semua orang?" batin Alvano semakin tak mengerti.
"Dulu, iya. Tapi sekarang aku akan memberi tahu nya," kata Agas penuh tekad.
"Memberi tahu siapa?" Alion tiba-tiba masuk ke tengah-tengah obrolan keduanya. Dia baru saja selesai membersihkan gudang, saat guru meminta mengambil barang rusak di perpustakaan.
Tak disangka Alion malah melihat kedua temannya di tempat seperti ini.
"Bos, kau disini," kata Alvano terkejut.
"Hmm, sedang apa?" tanya Alion memperhatikan keduanya.
"Ah ka-kami in-ni eee...." Ditanya oleh Alion tiba-tiba membuat Alvano gugup. Bukannya dia melakukan kesalahan. Itu hanya refleks karena sebelumnya mereka tengah membicarakan Alion.
"Apa?" tanya Alion lagi. Alion menatap lekat pada Alvano, menunggu jawaban nya.
"Itu....Ahahha," tawa Alvano kering. Dia benar-benar tak tahu harus berkata apa. "Si***, kenapa seperti aku yang bersalah," batin Alvano frustasi
Berbeda dengan Alvano yang gelagapan Agas malah tenang. Diam-diam dia menatap Alion dengan serius.
"Alion," panggil Agas dengan suara serak.
Alion yang mendengar panggilan tak biasa dari Agas, langsung mengalihkan perhatiannya pada pria itu.
"Tak biasanya dia memanggilku begitu," batin Alion heran. Memang sejak dulu, Agas telah terbiasa memanggilnya boss, padahal Alion tak memintanya. Jadi dibandingkan temannya yang masih sering memanggil namanya. Agas tetap bertahan dengan panggilan itu.
"Bisakah kita bicara berdua nanti," Agas kembali melanjutkan perkataannya.
Alion yang merasa keseriusan temannya, mengangguk tanda setuju.
****
Kembali ke halaman belakang, tempat Lily dan Lucia melakukan hukuman mereka.
Pada akhirnya Lucia kalah, rencana nya untuk menggunakan Lily telah gagal. Dia harus ikut membersihkan tempat ini.
Tanpa banyak bicara lagi, Lucia dengan kesal mengambil sapu, dan mulai menyapu. Menatap sampah yang dia keluarkan dari tong sampah. Membuatnya semakin kesal.
"Kenapa juga tadi aku keluarkan, Huhh. Sekarang aku yang susah kan," mulut Lucia komat-kamit tanpa bersuara.
Lily yang melihat kejadian itu, dengan santai mengambil sapu, dan kembali menyapu.
Keduanya tampak harmonis, meski kerap kali tak akur saat tiba-tiba jarak mereka dekat. Tak ada keributan seperti sebelumnya. Mereka tampak fokus menyelesaikan hukuman.
Dan pemandangan itu disaksikan oleh Alion yang baru saja datang. Alion menatap dengan tatapan penuh arti, yang pastinya hanya dia yang tahu apa artinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!