Hai ... hai ... Ketemu lagi nih sama aku author abal-abal yang baru belajar dan masih jauh dari kata sempurna. Apa kabar kalian? Aku harap baik dan sehat-sehat selalu.
Langsung saja ya, karena aku tidak ingin bicara panjang lebar.
Seperti biasa, ceritaku hanyalah khayalan semata. Jadi jangan heran ya bila ceritaku ini ada yang tidak masuk akal atau diluar nalar manusia.
Kalau berkenan baca yuk, ramaikan agar aku bisa terus berkarya.
.
.
.
Seorang gadis sedang mengendarai motor butut miliknya. Gadis itu bernama Aleta Quenbi Elvina yang selalu menyembunyikan identitasnya dan meninggalkan kemewahan keluarganya demi untuk hidup sederhana.
Aleta bekerja sebagai pengantar makanan di sebuah restoran mewah yang bernama A Q E restaurant.
Tidak ada yang tau kalau restoran itu adalah miliknya sendiri, selain keluarganya dan manager restoran tersebut.
Beberapa jam yang lalu Aleta baru masuk ke restoran dan langsung disuruh untuk mengantarkan makanan pada pelanggan mereka.
"Aleta, antar makanan ini pada alamat ini, ya," kata seorang koki yang bekerja di restoran tersebut.
"Baik Madam," jawab Aleta.
Mengapa dipanggil Madam? karena wanita itu adalah ketua koki yang sok berkuasa di restoran ini.
"Sana cepat!" perintahnya.
Aleta pun pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Dengan mengendarai motor butut miliknya, Aleta menyelusuri jalanan.
"Beruntung tidak terlalu macet," gumam Aleta.
Aleta sekali lagi melihat alamat tersebut untuk memastikan apakah itu benar atau salah?
Gadis itu menghentikan motornya dan menekan tombol yang ada di gerbang tersebut.
"Pengantar makanan...!" teriak Aleta. Satpam penjaga gerbang tersebut pun keluar.
"Saya pengantar makanan dari restoran A Q E," kata Aleta.
"Silahkan Nona," ucap pria itu.
"Terima kasih," ucap Aleta sopan.
Kemudian Aleta pun masuk kedalam kawasan rumah tersebut dengan mengendarai motornya. Karena letak gerbang dengan rumah tersebut lumayan jauh.
Aleta kembali menekan bel pintu rumah tersebut. keluarlah seorang wanita modis dan s*ksi.
"Lama amat sih, kerja sebagai pengantar makanan belagu," kata pedas wanita itu.
Aleta tetap tersenyum meskipun mendapatkan cacian dari para pelanggan. Karena ia tidak mau reputasi restorannya dicap buruk. Padahal dalam hatinya, ingin sekali ia menonjok wanita sombong itu.
Setelah melakukan pembayaran dengan scan diponsel Aleta. Aleta pun segera pergi dari rumah tersebut. Mana betah dia berlama-lama di sini.
"Permisi Pak," sapa Aleta saat keluar dari gerbang. Satpam itu hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Hah," Aleta menghela nafas, saat ini ia sedang duduk istirahat di taman.
Tidak terlalu capek sih, hanya saja dicuaca mendung seperti ini rasanya segar duduk di taman.
"Heh, bagi duit, Lo...!" bentak salah satu preman.
Mereka berjumlah 6 orang. Yang membentak tadi adalah ketuanya.
"Kakek, nih saya kasih uang," ucap Aleta menyerahkan uang 2 ribu kepada mereka.
"Apa Lo bilang? Kakek?" tanya pria itu.
"Bukan ya? Habisnya rambut situ putih semua," jawab Aleta enteng.
"He ... Begini-begini, lulusan sarjana loh. Dan ini apa? Lo kira kita pengemis? Ngasih segini," tanya pria itu.
"Bang, aku juga orang susah, jangan tambah susah entar kalian bonyok," jawab Aleta.
"Hahaha... Gadis sepertimu ingin menghajar kita? Sekali sentil aja sudah terlempar," kata preman itu.
Buugh... Satu pukulan mendarat tepat diperut preman itu. Pria itu meringis menahan sakit.
"Lo ...." ucap preman itu.
"Apa? Kamu pikir aku lemah?" tanya Aleta.
Bos preman itu memberi kode kepada anak buahnya. Kelima bawahannya pun maju untuk menghajar Aleta.
"Majulah semuanya," kata Aleta.
Salah satu dari mereka menendang, tapi Aleta dengan gesit menghindar. kemudian disusul oleh temannya, Aleta menangkis tendangan tersebut. Maju lagi temannya meninju Aleta. Tapi tangannya ditangkap dan dipelintir oleh Aleta.
"Aaakh...." teriak preman itu.
Aleta benar-benar dikeroyok kali ini, tapi Aleta yang sejak kecil sudah berlatih beladiri, tidak sulit baginya untuk mengalahkan preman tersebut.
Keenam pria tersebut sudah terkapar di tanah. Mereka meminta ampun kepada Aleta.
"Makanya kalau mau duit, kerja," ucap Aleta sambil meletakkan uang seratus ribu 20 lembar.
"Nih, obati luka kalian, kalau sampai aku lihat kalian berkeliaran disekitar sini atau dimana pun untuk meminta uang. Maka kalian akan berurusan denganku," ancam Aleta.
Kemudian gadis itu pun pergi dari tempat itu. Dengan mengendarai motor bututnya.
"Cari tau tentang gadis itu untukku," perintah seseorang.
"Baik Tuan," jawab asisten pribadinya.
Ya, sejak tadi saat Aleta melawan para preman, dua orang pria yang sedang duduk didalam mobil memperhatikan gadis itu.
Tiba-tiba pria itu teringat pada sosok gadis kecil penyelamat nya, sehingga pria itu bisa sukses seperti sekarang ini.
"Aku merindukan mu gadis kecilku, bagaimana kabarmu sekarang? Mungkin kamu sudah sebesar gadis itu," batin pria itu.
Ya, pria itu adalah Arshaka seorang CEO muda dan tampan. Yang menjadi incaran banyak wanita.
Berkat pertolongan seorang gadis kecil akhirnya pria itu sukses seperti sekarang ini. Meskipun hidupnya tidak seberuntung orang lain dimasa lalunya. Tapi berkat pertolongan gadis kecil itu ia bisa bangkit dan melewati hari-hari. Dimulai dari usaha kecil-kecilan hingga akhirnya menjadi berkembang.
Ars terus mencari keberadaan gadis itu, dan sampai saat ini Ars tidak tahu keberadaannya.
"Tuan, gadis itu bekerja sebagai pengantar makanan di sebuah restoran A Q E restaurant, Tuan," lapor sang asisten.
"Identitasnya?" tanya Ars.
"Maaf Tuan, identitasnya tidak dapat ditembus," jawab sang asisten.
Asisten pribadinya bernama Faisal, mereka bertemu saat Ars menyelamatkan dirinya dari penculikan anak-anak. Sejak saat itu mereka selalu bersama menjadi sahabat baik dan sekaligus asisten pribadi.
Faisal sudah berjanji akan selalu mengabdi kepada Ars penyelamatnya itu.
"Aneh," gumam Ars.
Ars tidak tahu kalau gadis itu seorang jenius, hacker yang belum bisa terkalahkan oleh orang lain. Termasuk keluarganya. Bahkan ayahnya sendiri kalah dengan dengan kejeniusannya. Hanya Aldebaran yang bisa menyaingi kehebatan gadis itu.
"Jalan!" perintah Ars.
"Baik Tuan," jawab Faisal.
Tiba di perusahaan, Ars langsung keruangannya. Ars duduk dikursi kebesarannya dan menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Ars mengambil kartu ATM pemberian Aleta.
"Kemana aku harus mencarimu gadis kecilku," batin Ars.
Sudah 12 tahun berlalu sejak kejadian itu, Ars tidak bisa melupakan gadis kecil itu walaupun cuma sesaat. Bahkan dalam tidur pun ia selalu menyebut nama gadis kecil itu.
Yang Ars tahu, nama gadis itu adalah Aleta. Ars tidak tahu keluarga gadis itu.
"Aku tidak akan putus asa untuk mencarimu," gumam Ars.
"Tuan, rapat akan dimulai 10 menit lagi," ucap Faisal sang asisten.
"Hmmm," jawab Ars singkat.
Sementara di restoran...
"Mengapa telat? Ini masih ada yang mau diantar," ucap seorang wanita yang dipanggil Madam itu. Ia sering membentak Aleta, tapi Aleta demi menyembunyikan identitasnya dia bersikap selayaknya karyawan.
"Maaf Madam, tadi jalanan macet," jawab Aleta.
"Sebentar lagi kamu akan aku pecat," batin Aleta.
Aleta sudah jengah dengan karyawannya yang bernama Madona itu.
.
.
.
.
.
.
Aleta berjalan dengan membawa makanan yang akan diantar pada pelanggannya.
"Nona," sapa Dara sang manager di restoran ini.
"Ssst, sudah kubilang, jangan panggil aku Nona," ucap Aleta pelan, tapi masih bisa didengar oleh Dara.
"Baiklah Ale," jawab Dara.
"Aku ingin kamu ganti ketua koki disini," perintah Aleta. Dara mengerti, kalau Nonanya sudah bicara seperti itu pasti ada yang tidak disukai Nonanya.
"Maafkan aku Ale, karena merekrut karyawan seperti itu," ucap Dara.
"Hmmm. Lakukan saja," kata Aleta dan segera pergi dari tempat itu.
Aleta kembali mengendarai motornya, tidak lupa jaket khusus sebagai kurir pengantar makanan yang selalu ia pakai.
"Alamat ini, Ars company?" batin Aleta.
"Sepertinya namanya sangat familiar," gumam Aleta.
Ya, karena Ars company sudah termasuk jajaran 12 besar pembisnis di negara ini. Karena jajanan 1 sampai 10 adalah milik keluarga Henderson. Sementara perusahaan Lina, Lita dan Lica dipegang oleh suami mereka. Selebihnya milik orang lain.
Ars company termasuk perusahaan maju, dan kini semakin berkembang saat perusahaan itu bekerjasama dengan perusahaan keluarga Henderson.
Aleta melanjutkan perjalanannya menuju alamat yang dimaksud. Setelah tadi ia berhenti sejenak untuk memastikan alamat tersebut.
"Permisi," sapa Aleta pada sekuriti yang berjaga didepan gerbang.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" tanya sekuriti itu.
"Mmmm, saya mengantar makanan pesanan dari pemilik perusahaan ini," jawab Aleta.
"Silahkan Nona, langsung keruangan CEO," kata sekuriti tersebut.
"Baik Pak," kata Aleta.
Aleta pun segera masuk kedalam perusahaan, saat di lobby perusahaan, Aleta diberhentikan oleh resepsionis.
"Maaf Nona," ucap resepsionis.
"Saya mengantarkan pesanan Tuan CEO," kata Aleta.
"Tapi tuan CEO sedang rapat dan tidak bisa diganggu," kata resepsionis.
"Oh maaf, kalau begitu saya titip disini, dan silahkan dibayar, ya Nona," kata Aleta.
"Ha... Belum dibayar?" tanya resepsionis sedikit terkejut.
"Saya mana ada uang untuk membayarnya," batin resepsionis.
"Nona!" panggil Aleta.
"Ah, iya ada apa?" tanya resepsionis pura-pura lupa.
"Bayar disini Nona," ucap Aleta menyodorkan ponselnya untuk di scan.
"Ta-tapi, saya tidak punya uang," jawab resepsionis gugup.
"Biar gue saja yang bayar," kata seorang wanita s*ksi yang baru datang.
Ia berjalan dengan lenggak-lenggok layaknya seorang model di atas catwalk.
"Oh silahkan, silahkan," kata Aleta.
Wanita itu memandang sinis kearah Aleta, seolah merendahkan pekerjaannya sebagai kurir pengantar makanan.
"Terima kasih Nona, anda seorang model papan atas, kan?" tanya Aleta.
"Ya," jawab wanita itu dengan bangga.
"Sini gue antar keatas," kata wanita itu merebut kotak makanan tersebut.
Aleta hanya menghela nafas, itulah resikonya kalau menjadi pengantar makanan, selalu direndahkan oleh orang lain. Tapi ia lebih suka hidup seperti ini daripada bergelimang harta dan kemewahan.
Tapi soal menolong orang, Aleta tidak pernah lupa. Sejak kecil hingga sekarang sudah menjadi rutinitas dalam kehidupannya.
Setelah urusannya selesai, Aleta pun meninggalkan perusahaan tersebut.
Amora, seorang model papan atas yang namanya sudah melambung tinggi di dunia modeling. Tidak hanya di negara ini, bahkan sudah go internasional.
Ia berjalan menuju lift dan hendak memasuki lift khusus CEO, tetapi tidak bisa. karena tidak sembarangan orang yang bisa menggunakan lift tersebut.
"S*al, mengapa harus menggunakan scan wajah dan sidik jari sih," gerutu Amora.
Akhirnya ia beralih menggunakan lift karyawan. Untuk sampai ke lantai atas yaitu ruang CEO harus menaiki tangga. karena Lift untuk karyawan tidak sampai ke lantai tempat CEO.
Amora tidak putus asa, demi bisa dekat dengan Ars bahkan ia rela menyerahkan dirinya sekalipun. Tapi Ars yang memang bersikap dingin, tidak ingin bersentuhan dengan wanita.
Hanya ada Aleta didalam pikirannya, tapi pikirannya terpecah saat melihat seorang gadis yang begitu tangguh melawan preman.
Ars yang sudah selesai rapat, kini sedang duduk dikursi kebesarannya sambil menunggu pesanan makan siangnya. Dia berharap akan bertemu gadis penghantar makanan tersebut.
Tok... Tok... Tok...
Pintu ruangan diketuk, Ars mengira itu adalah gadis pengantar makanan. Ars membenarkan jas dan dasinya yang memang tidak berantakan. Sekali lagi ia membenarkan penampilannya agar terlihat semakin keren.
"Ah, aku seperti seorang pria yang sedang jatuh cinta saja," batinnya.
"Masuk...." Ars mempersilahkan masuk, suaranya yang dingin untuk menetralkan kegugupannya.
Entahlah, kenapa dia harus gugup? Padahal ia tidak mengenali gadis itu. Ars berdehem beberapa kali.
Amora pun masuk setelah mendengar perintah suara dari dalam. Ars belum menyadari kalau yang masuk bukanlah gadis pengantar makanan. Melainkan orang lain.
Karena posisi Ars saat ini sedang berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. sehingga ia tidak menoleh pada Amora.
"Ars!" Mendengar suara manja dibuat-buat, Ars sudah tahu yang datang adalah Amora.
"Mengapa kamu datang? Kamu itu datang tidak diundang pergi tidak diantar," tanya Ars.
"Ars, kok ngomong begitu sih? Gue datang hanya ingin menemuimu, dan ini aku bawakan makan siang," jawab Amora.
"Aku sudah makan," kata Ars.
Arshaka seorang CEO tampan dan sukses di usianya yang masih muda. Saat ini baru berusia 24 tahun. Meskipun tidak berpendidikan tinggi, tapi karena kepintarannya bisa menyamai pengusaha-pengusaha lain. Ars tidak bersekolah dan tidak mempunyai ijazah, ia belajar hanya secara otodidak bersama Faisal sang sahabat. Yang kini menjabat sebagai asisten pribadi.
Ars membangun perusahaan ini dari nol dengan usaha sendiri dan modal dari gadis kecil yang menolongnya. Boleh dibilang kesuksesan yang diraih adalah berkat gadis kecil itu.
"Ars, ini gue masak sendiri loh," kata Amora.
Ars mencebikkan bibirnya, "berani sekali ingin menipuku, jelas-jelas dikotak itu ada logo restoran A Q E," batin Ars.
Seketika Ars teringat bahwa ia memesan makanan dari restoran tersebut. Ars segera menelepon pihak restoran.
"Halo, dengan manager A Q E restaurant disini," jawab suara itu.
"Saya ada memesan makanan, kenapa belum juga sampai?" tanya Ars.
"Maaf Tuan, makanan yang anda pesan sudah kami antar, dan sudah diterima oleh resepsionis," jawab Dara. Kebetulan Aleta juga ada didekat Dara.
"Begitu ya, baiklah terima kasih," ucap Ars.
Ars kemudian menelepon resepsionis dan menanyakan kepada resepsionis tersebut. Ars menatap tajam kearah Amora karena sudah merebut makanan tersebut.
Ars segera keluar dari ruangannya dan pergi keruangan asistennya.
"Ars, Lo mau kemana? Gue ada disini," tanya Amora.
Tapi Ars tidak menghiraukan Amora sama sekali, Ars terus melangkah pergi dari situ.
"Tumben tuan Ars kemari?" tanya Faisal.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Ars kepada Faisal.
"Belum tuan, Saya terlalu sibuk hingga tidak sempat untuk makan," jawab Ars.
"Ikut aku, kita makan di restoran A Q E," ajak Ars.
"Serius Tuan?" tanya Faisal.
"Sejak kapan aku pernah bohong," jawab Ars.
Sementara Amora yang masih berada didalam ruangan Ars pun menjadi kesal karena ditinggal. Amora pun keluar dari ruangan itu.
"Ars...!" panggil nya. Ars yang baru keluar dari ruangan Faisal pun menoleh.
"Kenapa lagi, aku muak melihatmu," ucap Ars pedas.
Faisal yang juga disitu berusaha menahan tawa, jujur ia juga tidak suka dengan model yang satu itu.
.
.
.
.
.
.
Ars dan Faisal langsung masuk kedalam lift, Amora hendak menyusul, tapi ditepis oleh Faisal sehingga ia terjatuh karena heels nya terlalu tinggi membuat ia terkilir.
Amora menangis disitu, apalagi dilantai tertinggi itu hanya ruangan CEO dan asisten pribadinya. Ars sengaja tidak merekrut karyawan perempuan sebagai sekretaris atau asisten.
Ars dan Faisal sudah tiba dilantai bawah. Keduanya selalu menjadi pusat perhatian para karyawan wanita. Kalau dilihat sekilas mereka seperti saudara.
"Asr, kamu yakin kita akan kesana?" tanya Faisal.
"Kenapa? Sepertinya kamu meragukannya," jawab Ars.
"Jalan!" perintah Ars.
Diluar pekerjaan Faisal tidak memanggilnya tuan, kalau sewaktu bekerja baik itu di perusahaan atau diluar perusahaan Faisal akan memanggil Ars dengan tuan.
"Aku melihat gadis itu mengingatkan aku padanya," kata Ars.
"Maksudmu gadis kecil yang menyelamatkan mu itu?" tanya Faisal. Ars mengangguk.
"Kalau benar dia gimana?" tanya Faisal.
"Tidak mungkin, gadis kecil yang menyelamatkan aku anak orang kaya, sedangkan gadis itu terlihat sederhana dari segi pakaian dan pekerjaannya," jawab Ars.
"Kita jangan tertipu hanya karena penampilan, zaman sekarang bisa saja orang kaya pura-pura miskin dan begitu sebaliknya," kata Faisal.
Ars terdiam merenungkan kata-kata sahabatnya itu. Karena mereka berdua senasib dan hidup sebatang kara jadi keduanya pun bersama saling melengkapi satu sama lain.
Tibalah mereka di restoran yang mereka maksud. Ars dan Faisal keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. keduanya berjalan masuk kedalam restoran tersebut.
Ars memandang kesegala arah, ia mencari gadis pengantar makanan tersebut.
"Selamat datang Tuan, silahkan," sapa pelayan dengan sopan.
Karena Aleta menerapkan pekerjanya harus sopan dalam melayani pelanggan. Itu ia sampaikan kepada Dara, dan Dara menyampaikan kepada pelayan dan yang lainnya.
Ars dan Faisal duduk disudut ruangan, mereka memesan makanan yang ada dibuku menu tersebut.
"Mbak, apakah restoran ini menyediakan jasa pengantaran makanan?" tanya Ars.
"Iya tuan, Tuan hanya perlu menelpon atau melalui aplikasi kami," jawab pelayan itu.
"Berapa orang yang bertugas mengantar makanan?" tanya Ars.
"Ada 10 orang tuan, 9 diantaranya laki-laki dan satu perempuan. Tapi meskipun ia perempuan dia sangat cekatan dalam bekerja," jawab pelayan itu.
Ars manggut-manggut, kemudian pelayan itu pun pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.
"Kemana dia, dari tadi tidak nongol-nongol," batin Ars.
Pesanan mereka pun sampai, Ars masih mencari-cari gadis pengantar makanan tersebut.
Dari pintu terlihat seorang pemuda tampan berjalan memasuki restoran tersebut. Dengan tangan disaku, pemuda itu terlihat sangat keren.
Aleta keluar dari ruangan Dara dan berlari menghampiri pemuda itu, dan langsung memeluknya.
"Al, aku kangen," ucap Aleta sambil bergelayut manja dengan tangan dilingkarkan dileher pemuda itu.
Ya pemuda itu ada Aldebaran, seorang pengusaha sukses dengan perusahaan sendiri.
Ars yang melihat itu hatinya terasa nyeri, entahlah dia sendiri pun tidak tau.
"Kamu sudah makan, dek?" tanya Aldebaran.
"Belum, yuk kita makan," ajak Aleta. Aleta menggandeng tangan saudaranya itu.
"Bunda menyuruhmu pulang, kebiasaan mentang-mentang diizinkan tinggal diluar," ucap Aldebaran.
"Bunda kan bisa datang kerumah ku," kata Aleta.
Ars memperhatikan mereka dengan tangan terkepal erat. Dia tidak tahu mengapa begitu sakit saat melihat gadis incarannya memeluk pria lain.
"Apa yang terjadi padaku? Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini?" batin Ars.
"Ars, makananmu sudah hancur," tegur Faisal. Ars pun segera menetralkan perasaannya.
"Kamu kenapa? Jangan bilang kamu menyukainya?" tanya Faisal.
"Entahlah, disatu sisi aku mencintai gadis kecilku, disisi lain aku merasa sakit melihat gadis itu memeluk pria lain," jawab Ars jujur.
"Berarti kamu harus secepatnya menemukan gadis kecilmu itu, kalau tidak bagaimana nanti jadinya?" tanya Faisal.
"Ya, aku selalu berharap bisa secepatnya menemukannya. Tapi dimana aku harus mencarinya. satu petunjuk pun tidak ada. Sudah 12 tahun sejak kejadian itu. Kejadian dia menyelamatkan aku," jawab Ars.
Hampir saja airmata nya menetes kala mengingat kejadian itu. Kejadian yang membuatnya kehilangan orang tersayang dalam hidupnya.
"Aku juga tidak tahu, dan lagi kejadian itu sudah lama," kata Ars lagi.
"Sabarlah, mungkin satu saat nanti kalian akan dipertemukan dengan hal yang tidak terduga," kata Faisal dengan bijak.
Aleta makan bersama Aldebaran. Dan keduanya seperti sepasang kekasih, saling suap-suapan. Sehingga membuat iri yang melihatnya.
Ars segera bangkit dari duduknya, entah mengapa dia tidak tahan melihat pemandangan seperti itu. Faisal segera membayar makanan tersebut, dan menyusul Ars ke mobil.
"Jalan!" titah Ars dengan nada dingin.
Faisal tidak berani menyela karena ia tau mood sahabatnya itu tidak baik-baik saja.
Faisal menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena mereka juga tidak terlalu terburu-buru.
"Ars, saranku sebaiknya kamu kejar gadis itu," kata Faisal.
Ars menoleh ke Faisal, karena mereka duduk bersebelahan. Faisal yang sedang fokus menyetir tidak memperhatikan kalau ia sedang ditatap oleh Ars.
"Kalau aku kejar dia, lalu bagaimana kalau suatu hari aku bertemu dengan gadis kecilku?" tanya Ars.
"Sebenarnya perasaanmu seperti apa? Apakah benar kamu mencintai gadis kecilmu itu atau hanya ingin sekedar balas budi?" tanya Faisal.
"Aku yakin kalau aku mencintainya, aku yakin itu," jawab Ars meyakinkan dirinya.
"Kalau kamu yakin, mengapa perasaanmu bisa goyah saat melihat gadis pengantar makanan itu?" tanya Faisal.
"Aku sendiri juga bingung, saat melihat dia ditaman tadi pagi, mengingatkan aku pada gadis kecilku itu. cara dia bertarung melawan musuhnya jelas semua aku ingat," jawab Ars.
Karena keasikan ngobrol, akhirnya mereka pun tiba di perusahaan. Faisal merasa lega kalau sahabatnya itu sudah sedikit lebih baik.
Sementara di restoran, Aleta dan Aldebaran masih sedang asik makan sambil ngobrol. Mereka berdua memang jarang bertemu sejak Aleta memutuskan untuk tinggal diluar. Dengan alasan ingin hidup mandiri.
"Dek, mengapa kamu memilih kehidupan seperti ini?" tanya Aldebaran.
"Udah ah, jangan dibahas lagi tentang itu," jawab Aleta.
"Aku kesini mau jemput kamu dek, bunda ingin bertemu kamu," kata Aldebaran.
"Baiklah, aku siap-siap dulu, maksudku ganti baju," ucap Aleta. Aldebaran pun mengangguk.
Aleta pun pergi keruangannya dan berganti pakaian disana. Setelah selesai iapun keluar dengan pakaian casual nya.
"Yuk Al," ajak Aleta. Keduanya bergandengan tangan membuat orang lain iri.
"Itulah ciri-ciri cewek m***han," cibir wanita yang dipanggil Madam itu. Dara sudah menegurnya dan menurunkan posisinya, bukan lagi ketua koki.
"Apa maksudmu?" tanya Rara, pelayan restoran itu.
"Masa kamu tidak lihat, setiap cowok tampan yang datang kesini selalu dia yang gaet," ucap Madam.
Sebenarnya namanya adalah Madona, tapi lebih suka dipanggil Madam.
"Dona, aku sudah memperingati mu untuk tidak membuat masalah," kata Dara yang tiba-tiba datang.
Keduanya pun terdiam, dan melanjutkan pekerjaannya masing-masing.
Aleta yang mengikuti Aldebaran pulang kerumahnya, kini dalam perjalanan.
"Al, apa kamu tidak curiga? Mobil itu sejak tadi mengikuti kita," tanya Aleta.
"Sebenarnya aku sudah merasa sejak kita keluar dari restoran," jawab Aldebaran.
"Kita pancing mobil itu," kata Aleta.
"Memangnya ikan mau dipancing?"
Dalam keadaan seperti inipun, sempat-sempatnya Aleta bercanda.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!