NovelToon NovelToon

Kembar Genius Kesayangan Bos Mafia Kejam

1 : Paksaan yang Terus Berlanjut

Berhijrah menjadi hal yang langsung Cinta lakukan setelah dirinya keluar dari penjara. Di usianya yang sudah menginjak 34 tahun, Cinta dengan segala kekurangannya, memilih bekerja sekaligus mengabdi di sebuah pondok pesantren.

“Masyaallah ... hari ini banyak banget yang dibereskan. Semangat-semangat!” ucap Cinta sembari memboyong alat pelnya. Ia baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya. Area teras depan pondok akhirnya ia pel tuntas.

Siang menjelang sore, semuanya terasa baik-baik saja meski Cinta merasa jauh lebih lelah dari biasanya. Malahan, tak ada hambatan berarti bagi Cinta yang tak sengaja mengawasi interaksi manis keluarga kecil pak Helios dan ibu Chole. Pasutri dan baru ia ketahui merupakan pimpinan sekaligus pemilik pesantren dirinya bernaung itu masih di depan rumah sebelah pesantren. Rumah paling megah di desa tempatnya menetap, yang ternyata juga masih rumah pak Helios dan ibu Chole.

Pak Helios dan ibu Chole tampak sangat bahagia mengawasi bocah perempuan bergamis merah muda yang begitu menggemaskan. Bocah perempuan bernama Calista itu tengah mondar-mandir, hingga menghasilkan suara terbilang berisik. Sepatu bulu berwarna pink di kedua kaki Calista selalu bunyi cit-cit, di setiap Calista melangkah apalagi ketika Calista berlari.

“Aku baru tahu kalau ternyata, pesantren ini milik mereka. Andai dari awal aku tahu, tentu aku tidak akan pernah memiliki keberanian untuk ada di sini,” batin Cinta sambil menunduk bingung.

“Kalian benar-benar sudah sangat bahagia,” batin Cinta masih diam-diam mengawasi dari teras pesantren. “Padahal dulu aku berpikir, menikah dengan Helios sama saja bunuh d-iri, musibah. Namun aku sungguh salah. Dan sekarang, aku jadi ingin menertawakan diriku sendiri jika keadaannya justru begini.”

“Ukhti ... ayo kita menikah agar kita juga bisa bahagia seperti mereka!” ucap seorang pria dan sudah langsung membuat Cinta yang baru balik badan, membatu.

Di hadapannya, sepasang sepatu Cinta pergoki berdiri tegap. Yang dengan kata lain, pria itu menghadap bahkan menjadikannya lawan bicara.

Tanpa berniat melirik apalagi menatap kemudian membalas si pria, Cinta memilih pergi. Langkah Cinta menjadi makin cepat dan perlahan berubah menjadi lari karena pria itu, sampai menyusul. “Enggak mungkin dia sengaja mengajak aku. Karena jangankan orang lain, aku saja takut lihat wajahku sendiri! Andai pun memang iya, yang dia maksud aku. Pasti karena dia belum tahu. Apalagi selama dua bulan aku di sini, aku memang selalu memakai cadar!” batin Cinta masih berusaha menghindari si pria.

Kecelakaan fatal yang Cinta alami sebelum dirinya dipenjara, memang membuat wajahnya buruk rupa. Hingga Cinta begitu yakin, normalnya tidak ada laki-laki yang akan menerima, terlebih mencintainya lagi.

“Cinta! Aku serius! Aku benar-benar ingin menikah dengan kamu!” lantang pria tadi. Suaranya menggema karena kini mereka ada di lorong menuju dapur pesantren, sementara suasana di sana benar-benar sepi.

Mendengar itu, Cinta tetap sulit untuk percaya. Dadanya yang masih tertutup gamis syari warna hitam, menjadi bergemuruh hebat. “Dia bahkan tahu namaku? Namun sebentar, ... kalau dipikir-pikir, suaranya memang enggak asing,” pikir Cinta yang menjadi gemetaran lantaran pria tadi sudah sampai ada di hadapannya.

Cinta memberanikan diri untuk menatap wajah pria di hadapannya melalui lirikan. Seperti yang ia yakini, pria tersebut memang tidak asing. Cinta mengenalnya sebagai Syam, orang kepercayaan pak Helios. Dulu mereka kerap bertemu karena sebelum akhirnya Cinta meninggalkan pak Helios, mantan bos mafia itu teramat bucin kepada Cinta. Iya, di masa lalu, pak Helios pernah memperlakukan Cinta layaknya seorang ratu yang harus selalu dicintai sekaligus disegani.

“Kamu sadar apa yang kamu katakan? Padahal harusnya kamu juga tahu keadaanku,” ucap Cinta terus menunduk dan memang sengaja menjaga pandangannya. Ia memberanikan diri untuk membalas Syam, agar pria itu tak salah jalan.

Syam yang menatap Cinta dengan tatapan dingin terbilang keji, mengangguk-angguk. “Ya! Bahkan karena aku sudah tahu semuanya juga, lebih baik kamu menikah denganku daripada kamu jadi pengga-nggu!”

Balasan sinis dari Syam sudah langsung membuat dada Cinta makin bergemuruh. “Pengga-nggu bagaimana, maksudnya? Apa karena aku justru ada di sini? Niatku di sini murni untuk bekerja. Sementara alasanku sampai tinggal di dapur pesantren karena aku memang tidak punya tempat tinggal!”

“Jangan pura-pura bo-doh! Wanita ular sepertimu memang paling pandai bersandiwara, tapi kamu tidak akan pernah bisa menip-uku!” sengit Syam.

Detik itu juga Cinta menggeleng tak habis pikir, kemudian mundur. “Sumpah demi apa pun, tak ada sedikit pun niatku mengusik apalagi mengganggu mereka. Alasanku ada di sini, murni karena untuk kerja. Sebelumnya aku sungguh belum tahu kalau ternyata—” Cinta sudah langsung tidak bisa berbicara lagi. Sebab tangan kanan Syam mendadak mence-kiknya dengan keji. Ia yang awalnya menunduk dan sengaja menjaga tatapannya, jadi menatap Syam.

Hidup dan mati seolah tengah menghantui Cinta detik itu juga. Cinta jadi tidak bisa bernapas, suhu tubuhnya terasa jauh lebih panas. Perubahan tersebut Cinta rasakan dengan sangat drastis.

“Menikah denganku! Kamu harus menikah denganku agar kamu tidak menjadi pengga-nggu!” kesal Syam benar-benar emosi lantaran baginya, Cinta sengaja mengulur waktu. Saking kesalnya, ia sengaja memba-nting Cinta, hingga wanita itu meringkuk kesakitan di hadapannya. “Aku bisa saja mema-tahkan lehermu, tapi sekarang itu belum menjadi tujuanku!”

“Pertama, dia bilang alasannya menikah agar aku juga bisa bahagia bersamanya seperti hubungan mas Helios dan Chole. Lalu, dia menganggapku sebagai pengga&nggu, dan sekarang, selain terang-terangan melukaiku dengan kejam, dia juga bilang mematahkan leherku belum menjadi tujuannya. Dengan kata lain, alasannya ingin menikahiku, hanya agar dia bisa menyiks-aku dengan leluasa?” batin Cinta yang sekadar bernapas saja masih sangat kesulitan.

Diperlakukan layaknya sekarang, Cinta hanya bisa menangis. Masa lalunya yang membuatnya gagal dalam segala hal, memang membuat hijrah yang ia jalani tidak mudah. Terlebih bagi mereka yang menjadi bagian dari masa lalunya, khususnya mereka yang turut dirugikan akibat ulah Cinta di masa lalu.

“S-sekarang juga, ... sekarang juga aku akan pergi dari sini. A-aku janji! Aku benar-benar hanya ingin hidup tenang!” Susah payah Cinta berucap karena ulah Syam sudah langsung membuatnya tak berdaya. Nyawa Cinta seolah dicabut paksa, hanya saja Cinta masih berusaha menahannya.

“Untuk yang terakhir kalinya aku tegaskan, aku sama sekali tidak pernah berniat menjadi pengga-nggu. Baik itu ke mas Helios, maupun ke Akala yang semuanya sudah berkeluarga, dan mereka sudah sangat bahagia!”

“Karena setelah apa yang terjadi di masa lalu dan membuatku gagal dalam segala hal, sekarang, satu-satunya yang ingin aku lakukan hanya fokus berhijrah! Aku mohon, biarkan aku menjadi manusia lebih baik lagi!” Cinta terus menunduk membatasi pandangannya.

Di masa lalu, Cinta memang hidup dengan tidak tahu diri padahal ia yang merupakan seorang anak angkat di keluarga kaya raya, sudah mendapatkan banyak cinta. Puncaknya, kejahat-annya yang tega memb-eli seorang wanita muda bernama Nina, kemudian mengubah wajah Nina menjadi wajahnya, agar Nina menggantikannya menikah dengan Helios si ketua mafia cac-at, membuat Cinta diga-njar hukuman penja-ra hampir lima tahun lamanya.

Karena masa lalunya juga, kini Cinta yang merasa hi-na, sengaja menutup diri, termasuk itu dari keluarga angkatnya.

“Kamu harus menikah denganku!” paksa Syam, tapi Cinta sudah langsung menggeleng.

“Aku tidak akan pernah menikah. Sampai kapan pun aku tidak akan menikah! Aku mohon, maafkan aku yang dulu. Aku benar-benar memohon, tolong izinkan aku hidup tenang!” Berderai air mata bahkan perlahan tersedu-sedu, Cinta memilih pergi dari sana mengandalkan tenaga yang tersisa.

Cinta bahkan meninggalkan alat pelnya begitu saja karena ia telanjur ketakutan kepada Syam.

“Aku pastikan, kamu akan menikah denganku! Kamu harus menikah denganku!” lantang Syam sembari melepas kepergian punggung Cinta yang benar-benar meninggalkannya. Ucapan yang masih sama ketika dua hari kemudian, ia menemukan Cinta.

Terhitung sejak dua hari lalu, Cinta sudah tak lagi bekerja apalagi menjadi bagian dari pesantren milik pak Helios.

“Kamu harus menikah denganku!” tegas Syam lagi untuk ketiga kalinya. Ia sengaja memaksa dan mewajibkan Cinta untuk menerimanya.

Cinta yang masih menahan pintu warung tempatnya bekerja sekaligus menjadi tempat tinggal barunya, langsung menggeleng. “Maaf, aku enggak bisa. Karena aku memang enggak akan menikah. Cari wanita lain saja. Maaf ini sudah malam. Warung sudah tutup, enggak enak ke bos!” ucapnya lirih sekaligus santun, padahal dadanya sudah berdebar tak karuan.

Ulah Syam yang terus saja memaksa memang sudah membuat Cinta sangat takut. Terlebih di pertemuan terakhir mereka saja, Syam tak segan mence-kik bahkan membanti-ngnya.

Padahal Cinta pikir, asal dirinya tak ada di pesantren lagi kemudian menghilang dari kehidupan orang di masa lalunya, semuanya benar-benar sudah selesai. Namun kini, selain Syam masih memaksa agar mau menikah dengannya, orang kepercayaan pak Helios itu juga nekat menerobos masuk. Syam menutup pintu warung, kemudian menguncinya dengan sangat cekatan.

“Keluar! Keluar, atau aku teriak!” ucap Cinta sengaja mengancam. Ia marah, bahkan sangat marah. Terlebih bisa ia pastikan, ia sama sekali tidak berulah. Cinta merasa harusnya semuanya sudah selesai. Mereka tidak punya urusan dan harusnya Cinta boleh hidup tenang.

Cinta sengaja terus mundur di ruangan sana yang luasnya tak seberapa, lantaran Syam tak segan melangkah kasar menghampirinya. Entah apa yang akan Syam lakukan, tapi Cinta yakin, bukan hal baik karena tampang Syam saja sangat emosional. Bahkan kini, tangan kanan Syam dengan cekatan menc-ekik leher Cinta, dan lagi-lagi, tubuh Cinta, Syam ban-ting.

Meski sempat berteriak, mulut Cinta berhasil Syam bek-ap. Cinta hanya bisa menangis karena usahanya memberontak juga tak mendapatkan hasil. Tenaga Cinta tak seberapa dari Syam yang apa-apa selalu cekatan.

Tanpa peduli pada Cinta yang sudah berlinang air mata dan tak hentinya memberontak, Syam dengan begitu keji menindih kemudian mereng-gut kesucian Cinta.

Kenyataan mereka benar-benar hanya berdua di warung, membuat ulah Syam tak diketahui orang lain selain. Ditambah lagi, hujan deras lengkap dengan angin sekaligus guntur, juga mendadak berlangsung. Semua itu menciptakan suara yang selalu meredam tangis sekaligus permintaan tolong dari Cinta.

“Sesulit ini jadi orang baik, padahal aku hanya ingin fokus hijrah!” batin Cinta masih tersedu-sedu sambil memakai pakaiannya, tak lama setelah Syam pergi. Bukan hanya tubuhnya yang terasa rem-uk. Karena ulah Syam juga membuat hati, mental, bahkan kehidupannya han-cur.

Syam dan segala kekasarannya membuat Cinta memilih melarikan diri untuk ke sekian kalinya. Namun sekitar delapan bulan setelah kejadian itu, malam-malam, Cinta tertatih dituntun oleh satpam dan juga wanita paruh baya, memasuki sebuah puskesmas.

“Bayi kembarku lahir jauh lebih cepat dari HPL. Bismillah lancar dan semuanya selamat, sehat! Bisa yah, Nak, lahirnya secara normal saja. Iya, wajib bisa karena mama enggak punya banyak tabungan!” batin Cinta lagi.

Kini, Cinta ditemani seorang wanita paruh baya dan merupakan tetangganya yang berprofesi sebagai dukun beranak. Cinta siap melahirkan di ruang bersalin puskesmas keberadaannya. Dua orang suster sudah siap membantu Cinta, sementara seorang bidan baru saja datang. Tak sedikit pun Cinta berniat mengabari Syam, meski anak kembar yang akan ia lahirkan memang benih pria kejam itu.

Catatan :

Novel Helios, Chole, Cinta : Mempelai Pengganti Ketua Mafia Buta yang Kejam (Merupakan juara 2 Terjerat Benang Merah S3)

Novel Akala, Cinta, Helios : Pembalasan Istri yang Haram Disentuh. (Merupakan juara 1 lomba novel Pembalasan Istri)

2 : Kembar Prematur Dan Kelainan Karena Ketuban

“Masyaallah, ternyata melahirkan rasanya begini. Namun rasanya tetap lebih menyakitkan dari alasan kalian ada, Nak. Bismillah, apa pun alasan kalian ada, Mama akan melakukan yang terbaik!” batin Cinta.

Melahirkan tanpa suami bahkan sekadar dampingan keluarga dan orang dekat, Cinta merasakannya. Ia menjalani masa-masa sulit itu sendiri. Cinta berjuang, mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan janinnya yang diprediksi akan kembar fraternal. Bayi yang Cinta lahirkan terancam prematur, mengingat usia janinnya yang belum cukup.

Bayi pertama berjenis kelamin perempuan dan bisa Cinta lahirkan secara normal. Namun, bayi satunya dan harusnya laki-laki, tak kunjung mau lahir secara normal.

“Ibu, jika terus dibiarkan begini, bayi maupun Ibunya bisa dalam bahaya. Ini Ibu beneran enggak ada keluarga apa pihak suami yang bisa dihubungi?” sergah Bidan berusaha memberi Cinta pengertian sekaligus arahan.

Di antara hidup dan mati sekaligus kecemasan kepada nasib anak-anaknya, apa yang baru saja bidan katakan sungguh membuat mental Cinta terguncang.

“Saat aku masih bayi, alasan mama meninggal karena mama dibunuh papa. Masa iya, sekarang anak-anakku juga harus menjadi yatim piatu sangat dini, sepertiku? Ya Allah, tolong beri hamba kesempatan menjadi orang tua untuk anak-anak hamba. Hamba tahu rasanya hidup tanpa orang tua. Rasanya sangat menyakitkan. Sakit yang tidak pernah bisa terobati, meski bahagia dari hal sekaligus pihak lain sudah hamba dapatkan,” batin Cinta sampai detik ini masih menutupi wajahnya menggunakan cadar, meski cadarnya juga sudah basah oleh keringat yang bercampur dengan air mata.

“Lakukan yang terbaik, Bu Bidan. Saya memang tidak punya suami maupun keluarga. Suami saya sudah meninggal, sementara saya hidup sebatang kara!” lirih Cinta sudah tak berdaya

.

“Baik kalau begitu, Bu. Kami akan melakukan yang terbaik.” Setelah berkata begitu, sang bidan sudah langsung bergegas pergi.

Cinta terpaksa dirujuk ke rumah sakit besar dan sampai disesar. Fatalnya, bayi kedua yang Cinta lahirkan dan memang berjenis kelamin laki-laki, keracunan air ketuban.

“Prematur dan keracunan air ketuban? Ya Allah, ... cobaan apa lagi ini?” batin Cinta masih tak berdaya setelah melahirkan dua bayi dengan proses berbeda di waktu yang hanya berselang hitungan jam. “Aku enggak mungkin bilang ‘lakukan yang terbaik lagi’, sementara aku saja enggak punya banyak uang. Namun jika aku tidak melakukannya, nyawa anak-anakku, khususnya putraku, ... terancam.”

“Apa yang harus aku lakukan?” itulah yang terus Cinta tanyakan kepada dirinya sendiri, di tengah waktunya yang terbatas. Meski lagi-lagi, mulutnya sebagai seorang ibu berkata, “Lakukan yang terbaik, Sus! Tolong sembuhkan anak saya!”

Seorang ibu akan lebih dulu terluka, dan akan sangat terluka, ketika anaknya terluka. Karena seorang ibu ibarat kulit ari terluar dari anak-anaknya—iya, Cinta sungguh tengah merasakan anggapan itu.

“Baik, Bu. Namun tolong sekalian sambil diurus administrasinya, ya. Ibu masuk jalur umum tanpa jaminan biaya. Jadi, ini prosesnya nanti begini,” jelas sang suster yang melakukannya dengan sangat sabar. Terlebih sekadar bernapas saja, kini Cinta sampai harus memakai bantuan selang oksigen.

“Yang aku takutkan benar-benar terjadi. Biaya yang harus aku bayar sungguh tidak sedikit, khususnya biaya untuk putraku yang keracunan air ketuban. Dan saat seperti ini, aku benar-benar tidak memiliki pilihan lain,” isak Cinta yang jadi berlinang air mata.

Alasan Cinta merasa sangat sedih sekaligus terpukul hingga ia tidak bisa untuk tidak menangis, tak lain karena ia ingat Syam. Syam dan semua paksaan yang pria itu lakukan hingga Cinta berakhir layaknya sekarang. Namun, Syam juga menjadi satu-satunya yang bisa Cinta andalkan.

Di dompet miliknya, Cinta menarik sebuah kartu nama yang saat itu Cinta temukan terselip di gamisnya. Kartu nama yang Syam lempar ke wajah Cinta, setelah pria itu dengan sengaja mere-nggut kesucian Cinta.

“Hanya ini yang bisa aku harapkan. Semoga nomornya masih aktif. Dan semoga dia mau berbaik hati meminjamiku uang yang memang tidak sedikit, untuk biaya pengobatanku dan juga pengobatan kedua anakku.”

Cinta terpaksa menghubungi Syam dan itu membuat Cinta teringat masa lalu mereka yang jauh dari baik apalagi indah.

“ ... lebih baik kamu menikah denganku daripada kamu jadi pengganggu!”

“Jangan pura-pura bodoh! Wanita ular sepertimu memang paling pandai bersandiwara, tapi kamu tidak akan pernah bisa menipuku!”

“Kamu harus menikah denganku!”

Semua ucapan Syam tersebut terus menghiasi ingatan Cinta. Ucapan yang juga kembali membuat Cinta ketakutan. Meski untuk kali ini, ketakutan yang Cinta rasa juga turut disertai dendam.

Jantung Cinta menjadi berdetak lebih cepat ketika akhirnya telepon yang ia lakukan terhubung, dan suara dingin Syam sudah langsung menyapa.

“H—halo?” Dari seberang, Syam mengulang sapaannya.

Susah payah Cinta menguatkan dirinya agar berani menghadapi Syam, demi anak-anaknya, khususnya putranya yang keracunan ketuban. Namun, belum sempat ia membalas dan memang tetap tidak ada suara yang lidahnya hasilkan hanya karena ia telanjur trauma kepada Syam, dari seberang Syam sudah memutus sambungan telepon mereka.

“Ya Allah, aku harus bisa. Nyawa anak-anakku jadi taruhannya!” jerit Cinta dalam hatinya. Kali ini Cinta kembali nekat menelepon nomor Syam.

“Halo?” sapa Syam benar-benar dingin. “Lima detik masih diam, aku blokir!”

“I-ini ... aku ...!” ucap Cinta berat dan refleks memejamkan erat kedua matanya.

Berbeda dari sebelumnya, kali ini Syam tak langsung merespons. Hingga Cinta berinisiatif berkata, “Aku—mohon. Aku butuh bantuan kamu!”

Syam tetap tidak merespons meski sambungan telepon mereka masih berjalan. Beberapa kali Cinta memastikan layar ponselnya.

“Tolong bantu aku. Aku butuh biaya besar untuk pengobatanku dan pengobatan kedua ... kedua anakku.”

“Anak kembarku lahir prematur, sementara yang laki-laki keracunan air ketuban. Aku janji akan mengembalikan secepat mungkin. Tolong pinjami aku uang. Segera, khususnya untuk anakku yang keracunan!”

“Kamu sudah menikah?” tanya Syam dengan nada yang masih sama layaknya di pertemuan terakhir mereka, sekitar delapan bulan lalu.

“Aku tanya sekali lagi, kamu sudah menikah?!” ulang Syam kali ini sampai membentak.

Selain refleks menggeleng, Cinta yang menangis juga jadi gemetaran ketakutan.

“Kamu cari matiiiiii?!” bentak Syam kali ini sampai berteriak.

“M—mereka ... mereka anak-anakmu!” Tangis Cinta pecah. “Jadi aku mohon tolong aku! Aku janji, apa pun akan aku lakukan asal kamu membantuku!”

***

Catatan : Novel orang tuanya Cinta : Pembalasan Istri yang Terbunuh (Suamiku Simpanan Istri Bos!)

3 : Harus Menikah!

“M—mereka ... mereka anak-anakmu!”

“Jadi aku mohon tolong aku! Aku janji, apa pun akan aku lakukan asal kamu membantuku!”

Apa yang Cinta katakan barusan membuat dunia Syam mendadak berhenti berputar. “Aku punya anak? Aku punya anak bahkan kembar?” batinnya sulit percaya.

“Aku mohon, Syam. Aku mohon tolong aku karena aku tidak tahu harus meminta tolong ke siapa lagi.”

“Anak pertama dan berjenis kelamin perempuan, aku lahirkan secara normal di puskesmas, sekitar satu jam lalu. Namun anak kedua dan itu berjenis kelamin laki-laki, terpaksa dirujuk ke rumah sakit besar karena tak kunjung mau lahir. Dia lahir lewat persalinan sesar karena ditakutkan meminum air ketuban lebih banyak. Semuanya dalam keadaan prematur, tapi si adik telanjur keracunan air ketuban. Mereka benar-benar terlantar karena aku sendiri belum punya tenaga untuk mengurus.”

Dari seberang, suara Cinta kembali merintih tak ubahnya penge-mis yang sangat mengharapkan belas kasih.

“Ibu Cinta mohon maaf, bayi laki-laki Ibu kritis!”

Suara asing dari seorang wanita yang juga sudah langsung membuat Cinta menangis meraung-raung, tak ubahnya tamparan panas untuk seorang Syam. Hingga beberapa menit kemudian, Syam yang awalnya masih berdiri merenung di balkon kamarnya dengan keadaan serba gelap, kini mengemudikan motornya dengan kecepatan penuh.

Menggunakan motor gedenya, Syam yang lagi-lagi memakai pakaian serba hitam, termasuk topi dan juga masker yang menutupi sebagian wajahnya, membelah keheningan jalan dini hari ini yang terbilang sangat sepi. Malahan di beberapa titik jalan, Syam menjadi satu-satunya pengemudi yang lewat.

Tanpa direncanakan, kejadian masa lalu dan itu ketika Syam masih kecil, mendadak terputar di ingatan Syam. Kejadian yang tentu saja jauh dari kata bahagia. Sebab menjadi yatim piatu sejak dini, membuat Syam kecil hidup terlunta-lunta. Bahkan meski Syam sempat ikut keluarga paman dan bibinya, yang ada Syam justru dipaksa bekerja sejak dini. Sejak dirinya belum genap berusia enam tahun.

“Mau jadi bajin-gan kamu, masih kecil sudah berani mencuri! Kamu pikir makanan ini buat kamu? Kerja dulu, baru boleh makan!” ucap bibi Syam, ketika memergoki Syam mengambil nasi di sangku nasi.

Padahal, Syam yang kala itu berusia enam tahun, baru beres bantu-bantu. Syam sudah menyuci gerabah dua ember, selain tiga ember tak kalah besar berisi pakaian milik keluarga bibinya.

Kejadian tersebut memang bukan yang kali pertama Syam lakukan. Karena hal seperti itu, bahkan kejadian yang sampai membuat Syam diamuk, sudah berulang kali Syam kecil alami.

“Jangan sampai anak-anakku mengalami seperti itu!” batin Syam tak terima jika anaknya sampai terlantar hanya karena tidak adanya biaya seperti yang Cinta kabarkan.

Di lain sisi, Syam marah karena Cinta baru mengabarinya di saat anak-anaknya justru terancam keselamatannya. Namun di sisi lainnya lagi, hati baik Syam justru tak percaya, seorang Cinta mau mengandung bahkan bertaruh nyawa melahirkan benihnya.

“Padahal dia bisa menggug-urkannya,” pikir Syam yang lagi-lagi menambah kecepatan laju motornya.

Sekitar setengah jam kemudian, kehadiran Syam langsung mengejutkan Cinta. Cinta benar-benar terkejut, sulit baginya untuk percaya lantaran Syam langsung datang dini hari ini juga.

“Kamu masih hidup setelah mengaku menjalani dua proses persalinan sekaligus?” sinis Syam yang memang memandang ren-dah Cinta.

Sebenarnya, Cinta memang disarankan untuk istirahat total setelah menjalani sesar maupun persalinan normal sebelumnya. Namun, kekhawatiran Cinta kepada anak kembarnya membuat Cinta tak melakukannya. Cinta nekat memanfaatkan kursi roda untuk memantau keadaan kedua bayinya. Meski yang ada, pertemuannya dengan Syam langsung membuat perasaannya tak karuan. Cinta seolah mendadak merasakan gejolak kontraksi lagi, saking takutnya ia kepada Syam.

Kembali bertemu Syam setelah apa yang terjadi membuat kewarasan Cinta seolah diuji. Rasa takut tak hentinya menghantui Cinta. Iya, Cinta takut Syam justru melukai anak kembarnya.

“Tapi dia datang, ... berarti dia peduli,” pikir Cinta jadi memiliki penilaian berbeda kepada pria di sebelahnya. “Atau jangan-jangan, ... ada rencana lain?” pikirnya makin takut.

Di depan ruang NICU, atau ruang perawatan intensif di rumah sakit yang diperuntukkan khusus bagi bayi lahir prematur maupun bayi yang memiliki masalah kesehatan tertentu, pertemuan Cinta dan Syam terjadi. Dunia Cinta menjadi terasa berputar lebih lambat karenanya.

“Yang mana anak-anakku? Anak-anakku yang mana?” tanya Syam tak sabar.

“Y-yang tengah paling kanan. Dua itu, terus yang adik yang masih dipantau suster,” jelas Cinta takut-takut.

Detik itu juga kedua mata Syam langsung mengawasi kedua bayi yang dimaksud. “Berarti itu yang perempuan. Cantik banget ... terus, itu yang laki-laki. Ya ampun jagoan Papa, kenapa kamu sampai sakit?” sedih Syam dalam hatinya. Syam tak tega, dan memang tak rela anak-anaknya dalam keadaan seperti sekarang.

“Menikahlah denganku, dan aku akan menyelamatkan anak-anakmu. Terlebih baru melihat mereka saja, aku sudah langsung menyayangi mereka!” ucap Syam benar-benar dingin.

“Dia masih ingin mengikatku dalam pernikahan?” batin Cinta benar-benar tak percaya. Selain itu, Cinta juga jadi penasaran, apa sebenarnya maksud Syam begitu ingin menikahinya jika pria itu saja sampai membuatnya hamil bahkan melahirkan di luar pernikahan?

“Jika kamu memang peduli kepada mereka, harusnya kamu mau menikah denganku!” kecam Syam menatap marah wanita di kursi roda yang kali ini masih memakai pakaian termasuk itu cadar serba hitam.

Selain tak memiliki pilihan lain, Cinta juga tak memiliki banyak waktu. “Baik! Namun apa pun yang terjadi, semarah dan sebenci apa pun kamu kepadaku, tolong ... tolong jangan melukai anak-anakku. Kamu bebas mengh-ajarku, asal itu tidak kamu lakukan di depan mereka.”

“Aku tahu bagaimana rasanya itu, terlebih alasan mamaku meninggal karena dibu-nuh papaku. Aku tahu bagaimana sepi dan sakitnya hidup tanpa orang tua kandung. Jadi tolong, jangan buat anak-anakku merasakan pedihnya hidup tanpa orang tua.” Cinta menunduk dalam dan berharap Syam mau menerima syaratnya.

“Aku akan langsung mengurus administrasi kalian!” sergah Syam langsung pergi dari sana. Namun, Syam mendadak kembali meminta berkas kesehatan sekaligus data pribadi milik Cinta, untuk mengurus administrasinya.

Meski tak sampai memberikan penjelasan sekaligus kesepakatan secara gamblang, Cinta yakin Syam menerima syaratnya.

Yang membuat Cinta makin tak percaya, Syam dan ia ketahu sangat kejam kepadanya, ternyata sangat antusias menemui anak kembar mereka. Dari kursi rodanya, Cinta mendapati Syam adzan untuk kedua bayi mereka. Anehnya, kedua bayi mereka langsung merespons melalui gerakan tangan di setiap suara yang Syam lakukan.

“Kalian kangen banget ke papa, apa bagaimana?” lirih Cinta tersedu-sedu menyaksikan pemandangan manis di dalam ruang NICU. Interaksi manis antara anak kembarnya dengan sang papa.

“Kalian selucu ini? Masyaallah ....” Syam benar-benar girang. Ia tidak bisa untuk tidak tersenyum apalagi menghentikan senyumnya. “Yang perempuan wajahnya mirip aku banget, tapi yang laki-laki mirip mamanya banget ....” Kemudian, fokus Syam tertuju kepada anak laki-lakinya.

Persis di sebelah Syam masih ada suster yang jaga-jaga. “Bagaimana Sus? Bayi laki-laki saya, bisa sembuh, kan?”

Sang suster mengangguk-angguk. “Alhamdullilah, ini langsung ada perubahan baik yang sangat pesat, Pak. Bismillah, bertahap, pelan-pelan pasti sembuh!”

“Alhamdullilah ...,” refleks Syam untuk pertama kalinya setelah sekian lama, akhirnya kembali bersyukur. Syam sampai kaget, tak percaya dirinya bisa kembali manusiawi bahkan ingat untuk bersyukur. Kedua bayinya lah penyebabnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!