NovelToon NovelToon

Anak Untuk Dokter Ammar

Perkenalan

Di sebuah rumah sakit seorang wanita tengah berperang dengan pikirannya sendiri apakah dia harus membantu seorang bapak yang mengalami kecelakaan tabrak lari dan harus segera dioperasi atau tidak.

"Bagaimana ini mbak, dokter bilang suami saya harus segera dioperasi" Ucap Mirna istri pak Danu yang menjadi korban tabrak lari.

"Saya akan coba pikirkan jalan keluarnya buk" Jawab Zira pelan. Dia benar-benar bingung apakah membantu atau tidak.

"Kalau suami saya meninggal, kami bagaimana mbak anak kami banyak dan masih kecil-kecil, mereka membutuhkan sosok ayah" tangis Mirna pecah mengingat nasibnya.

Zira pun ikut menangis mendengar penuturan Mirna istri pak Danu. Walaupun Zira tidak mengenal keluarga pak Danu tapi dia merasa iba melihat keluarga pak Danu, istrinya tampak sangat kacau dengan penampilan yang memilukan, begitupun dengan anak-anak pak Danu yang berjumlah 5 orang. Mereka masih terlalu kecil untuk menanggung derita jika ditinggal oleh ayahnya.

flashback on*

"huh, ada apa ya? kenapa macet" gumam Zira saat melintasi jalan kota x, tiba-tiba kaca mobilnya digedor salah satu warga yang berada disana

"Mbak tolong bawa bapak ini ke rumah sakit" Ucap salah satu warga yang membatu pak Danu korban tabrak lari.

Melihat seseorang terkapar penuh darah Zira pun langsung meng-iyakan tanpa berpikir panjang.

Di perjalanan dia bertanya kepada salah satu warga yang ikut bersamanya ke rumah sakit.

"Kecelakaan tunggal pak?" tanya Zira

"Bukan mbak, korban tabrak lari" jawab bapak tersebut

"Memangnya ngak ada warga yang ngejar pelaku pak? tanya Zira lagi

"Ada mbak, tapi kayaknya sulit buat ditangkap, pelaku langsung kabur usai kejadian tadi" keluh bapak tersebut.

flashback off*

Zira menunggu di depan ruang ICU rumah sakit bersama istri dan anak-anak pak Danu. Hatinya terenyuh menyaksikan mereka saling memeluk untuk menguatkan satu sama lain. Sedangkan keadaan pak Danu masih tak sadarkan diri.

Zira terus memandang ke arah pak Danu yang terbaring lemah melalui jendela ruangan tempat pak Danu dirawat, dia melihat banyak alat-alat medis yang memenuhi tubuh pak Danu. Rasanya dia ingin sekali pergi dari sana, dia merasa sudah mencoba membantu dengan membawanya ke rumah sakit dan bisa pergi meninggalkan keluarga tersebut. Tapi.. Lagi-lagi jiwa kemanusiannya menggagalkan keinginan tersebut.

"Ahhhh.. kenapa aku harus terjebak dengan situasi begini. Harusnya tadi setelah mengantar aku langsung pulang. Dasar bodoh, berhenti memikirkan orang lain Zira" rutuknya pada diri sendiri.

"Apa aku beri uang saja ya? ahh betul uang" gumamnya pelan dan ia pun segera pergi ke ATM yang terdapat di sekitar rumah sakit.

Setelah membawa uang tunai sebanyak 5 juta rupiah Zira pun langsung menuju ke tempat bu Marni berada. Di perjalan dia terus memikirkan kata-kata yang akan disampaikan kepada bu Marni.

"Bu.. saya pulang dulu ya, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan" ucap Zira

"Baik mbak, Terima kasih karna sudah menolong suami saya" jawab bu Marni sungguh-sungguh, wajahnya masih sembab akibat banyak menangisi keadaan suaminya

"Iya buk, Sama-sama. Ini saya ada sedikit uang, saya harap bisa membantu bu" ucap Zira lagi

"Terima kasih mbak, Terima kasih banyak" tangis bu Marni pecah menerima uang tersebut.

Disaat yang sama perawat datang memberitahukan bahwa kondisi pak Danu makin memburuk. Apakah yang akan dilakukan Zira?

to be continued

...****************...

Ini merupakan novel pertama othor, mohon untuk dimaklumi pemilihan kata dan penulisan yang berantakan, kritik dan saran dari pembaca sangat othor butuhkan untuk lebih baik kedepannya.

Terima kasih telah memilih untuk membaca novel othor 🙏

Pertemuan dengan Dokter Ammar

Disaat yang sama perawat datang memberitahukan bahwa kondisi pak Danu makin memburuk. Apakah yang akan dilakukan Zira?

...****************...

"Keluarga pak Danu? " tanya perawat kepada bu Marni

"Iya betul, saya istrinya mbak" jawab bu Marni

"Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan bu? " tanya perawat

"Ka.. mi.. tidak punya suster" jawab bu Marni terbata-bata dan pelan.

Zira cukup terkejut mendengar penuturan tersebut, dia mengira pak Danu memiliki asuransi kesehatan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu, ternyata dugaannya salah.

"Kalau begitu tolong lengkapi berkas-berkas pasien dan segera lakukan pembayaran agar pasien bisa segera di operasi" jelas perawat tersebut

Setelah mengatakan itu perawat segera melangkah pergi, tapi baru beberapa langkah Zira menghentikan perawat tersebut.

"Suster, apa kita bisa bicara? " tanya Zira

"Ada apa mbak? " jawab perawat tersebut

"Apa bisa pasien di operasi terlebih dahulu dan pembayaran dilakukan belakangan, mengingat pasien termasuk keluarga kurang mampu dan merupakan korban tabrak lari, apa bisa diberikan keringanan sus?" tanya Zira panjang lebar

"Maaf mbak, kalau masalah itu saya tidak bisa memutuskan, saya hanya menjalani tugas sebagaimana mestinya mbak" balas perawat tersebut

"Kalau saya ingin meminta keringanan dari rumah sakit ini, saya harus menjumpai siapa ya sus?" tanya Zira pantang menyerah

"Coba anda jumpai dokter yang menangani beliau mbak, lalu minta dia untuk berbicara ke direktur rumah sakit, mungkin beliau mau membantu mbak" saran dari perawat

"Ahh betul, saya ngak kepikiran sus" jawab Zira

"Kalau boleh tau mbak keluarga pasien? " tanya perawat

"Bukan sus, saya yang kebetulan membawa beliau kesini" jawab Zira

"ooo begitu, kalau ngak ada pertanyaan lagi saya pamit mbak" pamit perawat

"Baik suster, Terima kasih atau bantuannya, kalau nanti ada yang mau saya tanyakan saya jumpai suster lagi ya" tanya Zira

"silahkan mbak, saya senang bisa membantu" jawab perawat

Perawat pun pergi meninggalkan Zira, baru beberapa langkah lagi-lagi Zira memanggil perawat tersebut

"Suster.. " panggil Zira

"Iya mbak? " jawab perawat tersebut dengan sabar

"saya lupa, tadi katanya pasien mau segera di operasi kan? " tanya Zira

"betul mbak, itu perintah dari dokter yang menangani" jawab perawat

"Kapan rencana operasinya sus?" tanya Zira

"Kalau kapan pastinya saya kurang tau mbak, tapi tadi saya diperintahkan untuk menyampaikan yang saya katakan tadi" jawab suster

"Oo.. baik suster, satu pertanyaan lagi, nama dokter yang menangani siapa ya sus? saya mau jumpa beliau" jawab Zira

"Ooo namanya dokter Ammar mbak, ruangan beliau ada di lantai 8, mbak bisa langsung kesana, nanti akan ada asisten beliau yang akan mengarahkan mbak untuk jumpa beliau" jawab perawat

"Baik, Terima kasih sekali lagi suster, kalau begitu saya pamit dahulu" jawab Zira sambil tersenyum

Setelah sesi tanya jawab berakhir, Zira pun menuju ke tempat dimana bu Mirna dan anak-anak nya berada.

"Buk.. ayo kita keruangan dokter yang menangani bapak, saya temani ibu kesana, nanti disana kita bicarakan masalah penanganan dan biaya pak Danu, gimana? " tanya Zira

"Baik mbak, ayo kita kesana, sekali lagi saya betul-betul berterima kasih mbak, mbak sudah mau membantu saya lagi" ucap bu Marni sambil menangis

"ngak masalah buk, saya akan coba bantu sebisa saya" jawab Zira

"Iya mbak, saya ngak tau harus ngomong apa lagi, saya betul-betul merasa berterima kasih, saya kira saya sendiri mbak, ngak ada yang mau bantu saya, kami orang susah mbak, untuk makan sehari-hari saja kami masih kesulitan, apalagi untuk biaya pengobatan di rumah sakit ini, saya ngak tau harus bagaimana mbak, saya.. saya takut mbak" tangis bu Marni semakin menjadi-jadi

Zira yang mendengar itu hanya bisa diam dan memeluk bu Marni untuk memberikan kekuatan, dia tau bagaimana rasanya kesulitan membayar biaya rumah sakit, karna dia pernah berada di posisi ini dulu. Menjadi miskin memang sangat sulit, dunia terlalu berat untuk mereka yang tidak mampu secara finansial. Meski sudah melaporkan kejadian ke pihak berwajib tapi tetap saja laporan hanya dalam tahap pemprosesan, tidak ada solusi lain dari pihak berwenang. Lagi-lagi dunia sangat tidak adil untuk orang-orang susah.

Setelah tangis bu Marni reda, mereka pun pergi menuju lift untuk naik ke lantai atas menemui dokter yang bertanggung jawab menangani pasien.

ting...

Pintu lift terbuka

Mereka segera keluar dan mencari ruangan dokter tersebut. Setelah berputar-putar mereka menemukan ruangan yang bertuliskan nama dokter yang menangani pak Danu. Saat sampai di depan ruangan seorang perawat menyapa dengan ramah.

"Mau berjumpa dengan dokter Ammar buk?" tanya perawat tersebut

"betul sus, dokter ada di ruangannya? "jawab Zira

" Sudah buat janji sebelumnya? atas nama siapa kalau boleh tau? "tanya perawat dengan ramah

"Ooo maaf kami belum buat janji sus, kami keluarga dari pak Danu korban tabrak lari yang ditangani oleh dokter Ammar, kami datang ingin konsultasi mengenai pasien sus" jelas Zira

"Oo baik, kalau begitu saya tanya ke beliau dulu ya mbak" jawab perawat sambil menelpon ke dalam ruangan dokter Ammar

Zira dan bu Marni pun duduk di kursi tunggu, tidak berapa lama perawat tersebut memanggil dan mempersilahkan masuk ke ruangan dokter Ammar

"Keluarga pak Danu?" tanya dokter Ammar kepada Zira dan bu Marni

...****************...

Kepada pihak berwajib punten ya bapak ibuk, jangan tersinggung ini hanya novel cerita fiksi 🙏 tidak ada niatan lain.

Ini merupakan novel pertama othor, mohon untuk dimaklumi pemilihan kata dan penulisan yang berantakan, kritik dan saran dari pembaca sangat othor butuhkan untuk lebih baik kedepannya.

Terima kasih telah memilih untuk membaca novel othor 🙏

Negosiasi

"Keluarga pak Danu?" tanya dokter Ammar kepada Zira dan bu Marni

****************

"Betul dokter saya istrinya" jawab bu Marni sambil mengendong anak bungsunya yang masih bayi

"Baik, kata asisten saya ada yang ingin dibahas mengenai pasien atas nama pak Danu, silahkan ibuk sampaikan apa yang ingin ditanyakan" jelas dokter Ammar sambil sesekali melirik ke Zira

Sedangkan Zira masih terus berpikir apa yang akan dia sampaikan agar menyentuh hati dari dokter tersebut. Dia betul-betul harus pandai dalam memainkan kata agar tujuan mereka untuk mendapatkan bantuan dari dokter ini bisa terlaksana.

"Begini dokter, saya dan suami saya adalah orang miskin dokter, anak kami banyak ada lima orang dan masih kecil-kecil, sehari-hari suami saya hanya bekerja sebagai pemulung dari pagi sampai malam hari beliau mencari rezeki, sedangkan saya tidak bisa membantu karena anak kami masih ada satu yang bayi dan satu lagi masih batita jadi tidak bisa saya tinggalkan. Uang yang didapat oleh suami saya setiap harinya habis untuk makan dan membayar kontrakan bahkan untuk menambah bahan makanan saya sering mencari sayuran bekas yang di buang oleh pedagang di tempat sampah belakang pasar dokter, karena keadaan tersebut kami tidak memiliki jaminan kesehatan karena kami memang tidak akan mampu untuk membayarnya, selain itu kami keluarga transmigrasi jadi tidak memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk" jelas bu Marni sambil menangis

Saat bu Marni menjelaskan Zira mencoba menguatkan dengan mengenggam erat tangan bu Marni, dia merasa tidak perlu lagi menjelaskan banyak hal karna bu Marni sudah melakukannya.

Disaat yang sama perawat yang merupakan asisten dokter ammar masuk dan memberi tahu bahwa pak Danu sudah siuman dan mencari bu Marni. Dokter Ammar pun meminta bu Marni untuk menemui beliau dan menyuruh Zira tinggal sebagai perwakilan dari keluarga pak Danu untuk membahas masalah pasien.

"Pergilah buk.. jumpai suami ibuk dia pasti merasa syok dengan keadaannya, untuk masalah yang ibu sampaikan tadi biar saya bahas bersama nyonya ini" ucap Ammar sambil melihat ke Zira

"Dia keluarga ibuk kan? " tanya dokter Ammar lagi

Bu Marni menggelengkan kepalanya tapi belum sempat berucap Zira sudah menjawab

"Betul dokter, saya keluarga beliau, ibuk pergilah saya yang akan melanjutkan pembahasan masalah ini" ucap Zira ke bu Marni

Bu Marni pun pergi bersama perawat ke ruang perawatan pak Danu meninggalkan Zira dan dokter Ammar di dalam ruangan tersebut.

Hening sesaat..

Karena hanya tinggal berdua di dalam ruangan situasi pun menjadi canggung, Zira menunggu kata yang akan di keluarkan dari mulut dokter Ammar, begitu pun dengan Ammar dia juga menunggu kata yang akan keluar dari mulut Zira.

Zira memutuskan memulai pembicaraan.

"Dokter, anda sudah dengar mengenai keadaan dari pasien yang anda tangani, saya tau anda adalah dokter yang baik hati tidak mungkin anda membiarkan beliau terus dalam keadaan seperti itu tanpa tindakan sama sekali" ucap Zira penuh harap dengan nada suara lembut dan mengandung kesedihan

Pasti dia bakal bilang aku betul dan mau membantu pikir Zira

"Kenapa tidak kamu saja yang membantu, saya lihat dari cara kamu berpakaian dan perhiasan yang kamu gunakan, kamu bukan orang miskin" ledek dokter Ammar

Zira terkejut mendengar penuturan dari dokter tersebut, tapi dia mencoba tenang dan berpikir untuk menjelaskan posisinya agar tidak terjadi kesalahpahaman

"Dokter sebelumnya saya minta maaf, saya bukan keluarga korban, saya hanya orang yang kebetulan lewat saat korban sedang mengalami kecelakaan dan butuh pertolongan, jadi saya yang membawanya kesini" jelas Zira

"Apa telinga saya rusak ya, tadi se pendengaran saya kamu bilang kamu adalah keluarganya? " jawab Ammar sambil memegang telinganya

Wah sepertinya dokter ini sedang ingin bercanda denganku

"Eh.. betul dokter, saya berkata demikian agar bu Marni merasa tenang meninggalkan saya disini untuk membahas masalah ini" jawab Zira sambil tersenyum manis

"Tapi kamu pasti mampu kan bantu beliau, saya yakin kamu cukup kaya untuk membayar biaya pengobatan pasien" jawab Ammar lagi

F**k you dokter sialan, kalau mampu ngak mungkin aku mau sampai memohon minta tolong gini, sialan

"Maaf dokter karna ketidak mampuan dari diri saya lah saya kesini meminta tolong kepada anda, saya dengar dari salah satu perawat disini kalau anda adalah dokter hebat dan berpengaruh disini dan setelah melihat ruangan anda yang sangat besar ini saya semakin yakin bahwa anda bukan orang sembarangan, jadi pasti mudah bagi anda untuk membantu pak Danu" jelas Zira sambil menahan kesal

"Saya ngak bisa, kan kamu yang mau bantu beliau bukan saya" ketus dokter Ammar

Astaghfirullah sabar Zira, sumpah kalau bukan karna butuh uda aku masukkan sandal ke bibir kecil dia itu

"Please dokter, saya akan usahakan asuransi kesehatan beliau, tapi tolong jamin beliau agar bisa segera dioperasi, kan anda yang operasi dia nanti, pokoknya setelah anda jamin beliau saya akan segera pergi dan mengurus surat-suratnya, kalau perlu siap ini saya akan langsung ke dinas terkait untuk minta bantuan, sekarang yang saya butuhkan hanya jaminan dari dokter aja, please dokter mau ya" mohon Zira lagi

"Kalau kamu ngak bisa dapat asuransi kesehatannya gimana? " tanya dokter Ammar

"Saya janji akan bayar dokter, saya akan melakukan apapun untuk membantu beliau" pinta Zira lagi

"Apapun? " seringai licik tampak dari wajah dokter Ammar

"Apapun" tegas Zira

...****************...

Ini merupakan novel pertama othor, mohon untuk dimaklumi pemilihan kata dan penulisan yang berantakan, kritik dan saran dari pembaca sangat othor butuhkan untuk lebih baik kedepannya.

Terima kasih telah memilih untuk membaca novel othor 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!