Beberapa saat berlalu Lucy mulai merasa bosan dengan kata-kata Shu yang selalu membicarakan novel baru dari penulis favoritnya, memutuskan untuk menutup mata dan tiba-tiba perkataan Shu mulai mengecil lalu menghilang.
Karena penasaran Lucy membuka mata dan mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda.
Entah kenapa Lucy melihat sekeliling dengan penasaran dan menemukan dirinya berada di atas pohon, tiba-tiba ranting pohon tersebut patah yang mengakibatkan kepalanya terbentur.
"Tuan putri Louise... tolong buka matamu." Suara misterius yang menggema di telinga
"Louise... Siapa itu?" ucapnya sambil memegang kepala.
"Tentu saja namamu adalah Louise Romanov, apa kau tidak mengingat apa-apa? mungkin kau mengingat aku?" ucap orang misterius itu.
"Jadi namaku Louise, kalau begitu tempat apa ini?" Ia menatap sekeliling
"Ini adalah kerajaan Aldiora, dan kau sedang berada di bawah pohon. kami berniat membawamu ke kamar namun tampaknya kau telah sadar lebih dahulu." Jelas seorang pria paruh baya.
"Sepertinya kau telah mengalami amnesia atau hilang ingatan, tapi tenang itu tidak akan bertahan lama dan perlahan kau akan mendapatkan kembali ingatanmu." kata seorang yang lain.
"Karena Tuan Putri Louise sedang hilang ingatan, maka aku akan memperkenalkan diriku lagi. Namaku adalah Haruki Kobayashi, aku adalah pengawal pribadimu. jadi jika ada hal yang kau ingin tahu, aku dengan senang hati akan membantumu." ucapnya sambil membungkuk memberi hormat.
"Entah kenapa saat kalian mendengar bahwa aku kehilangan ingatan, kalian terlihat bahagia? Apa maksudnya kalian ingin aku tidak mengingat apapun, atau mungkin kalian lah yang menyebabkan aku kehilangan ingatan?" Louise menatap mereka dengan wajah datar.
"Tentu saja bukan begitu tuan putri, kami senang bukan karena kau hilang ingatan namun karena kau telah sadar dari pingsan." Jelas pria paruh baya itu.
Louise tidak menjawab apa-apa ia hanya berdiri dan mulai berjalan seperti sedang mencari sesuatu, yang tentu saja di temani oleh pengawalnya Haruki.
"Kenapa kau mengikutiku? Aku tidak perlu perlindungan oleh siapapun termasuk kau." Louise mempercepat langkah kakinya tanpa menghiraukan Haruki. "ketahuilah tempatmu pengawal."
"Maaf tuan putri, tapi tugasku adalah melindungimu. itu berarti aku harus pergi ke mana kau pergi." kata Haruki sambil terus mengikuti Louise.
"Katamu kau akan mengikuti aku ke mana saja, apa itu berarti saat aku tidur juga? Atau mungkin saat aku melakukan kegiatan pribadi?" Louise menatap Haruki sambil menunggu jawaban yang tepat. "peraturan bodoh macam apa itu?"
"Tentu saja aku akan tetap menjaga privasimu, karena tugasku hanya untuk melindungimu dari bahaya." Haruki tersenyum lembut menatap Louise.
Sambil memikirkan memikirkan cara agar ia bisa lepas dari pandangan Haruki, karena baginya Haruki itu sangat menyebalkan. tidak ada kesenangan yang bisa dilakukan jika Haruki terus berada di sisinya,
'Entah di dunia ini atau sebelumnya selalu saja ada orang gila—' seketika Louise menghentikan perkataannya karena ia bingung dengan apa yang telah ia katakan.
Sementara itu Louise tengah berfikir keras mungkin saat itu ia tengah bermimpi, ia pun melanjutkan perjalanannya dan tentu saja Haruki tetap saja masih mengikuti dirinya, ia lalu berbalik dan menatap dengan wajah marah.
"Apa kau tidak bosan setiap hari hanya mengikuti aku saja? Atau sebenarnya kau memang senang melihat wajahku yang luar biasa hebat ini?" Louise berpose ala mahou shojo.
"Harus aku akui bahwa tuan putri memang menawan tapi, aku tidak tertarik pada bocah." ucap Haruki.
"Apa maksud perkataanmu dengan bocah? Aku sudah dewasa, apa kau mengerti?" setelah mengatakan hal itu Louise merasa bangga. "siapa yang keren? Tentu saja aku dong, hahahaha."
"Apa ada tempat yang ingin tuan putri datangi?" tanya Haruki
"Sebenarnya aku juga tidak tahu ke mana aku akan pergi, teehee." Louise menepuk kepalanya.
"Tuan putri tidak apa-apa? Apakah sebenarnya ada kerusakan di bagian kepala?" Haruki menyentuh jidat dari putri Louise. "tapi—"
"Singkirkan tanganmu dariku, hmmph." dengan kasar Louise menepis tangan Haruki dari kepalanya. "kau mungkin lupa tapi aku adalah seorang putri, entah apa pula itu."
Saat mereka tengah berjalan tiba-tiba ada seseorang yang berjalan dan menabrak mereka, namun bukannya meminta maaf orang itu malah marah-marah tidak jelas.
"Hey, bocah perhatikan langkahmu. apa orang tuamu tidak pernah mengajari sopan santun? Segera minta maaf, kau harus hormat kepada orang yang lebih tua." teriak orang itu
"Hey, brengsek." dengan raut wajah marah Louise menatap orang itu. "aku harap kau segera meminta maaf kepada pengawalku atau aku akan membuatmu menyesali telah di lahirkan di dunia ini."
Namun entah kenapa Haruki menahan bahu dari Louise. "aku benar-benar tidak apa-apa, lebih baik kita minta maaf saja pada orang ini, karena akan menjadi buruk jika kita—"
"Hah? Kau mau meminta maaf kepadanya setelah ia menabrakmu? Otakmu terbuat dari apa sih?" Louise menghela nafas dengan cepat seraya menenangkan dirinya. "kebaikan juga ada batasnya loh, sesekali kau harus tegas."
"Ternyata kalian hanya bocah ya?" orang itu berteriak dengan suara keras.
"Jadi begitu ya? Aku bersumpah atas nama langit dan bumi tidak akan meminta maaf kepadamu." Louise mengangkat salah satu tangannya seraya ingin melancarkan salah satu sihirnya.
Meski tidak tahu apa yang tengah terjadi kepada dirinya Louise merasa bahwa ia bisa menggunakan sihir tingkat atas, 'Pure Flame' seketika tempat tersebut dikelilingi oleh api, melihat halnya membuat orang itu langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Tuan putri, apa baru saja menggunakan sihir tipe 'murni'?" Haruki tampak terkesima melihat api berwarna merah dan biru tersebut.
"Aku hebat kan? Ayo puji aku." dengan percaya diri Louise membusungkan dadanya. "siapa kalau bukan aku penyihir tingkat tinggi."
Setelah sadar bahwa orang itu telah pergi Louise menjentikkan jarinya seraya menghilangkan semua jenis sihir yang ia panggil sebelumnya, ia lalu mengulurkan tangan kepada Haruki.
"Ayo ikut aku ke jalan jalan sebentar." ucap Louise seraya tersenyum.
"Tapi bukankah—"
"Kalau tidak mau ikut yasudah, aku mau pergi sendiri saja." Louise berbalik dan melanjutkan perjalanannya.
"Tunggu, aku akan ikut denganmu." Haruki berlari dan berjalan di samping Louise.
Setelah beberapa saat mereka lalu berjalan tanpa arah dan tujuan tapi di tengah perjalanan Louise berhenti di depan sebuah cermin tua usang. Di sana ia merasa aneh ketika melihat seorang pemuda yang entah kenapa terlihat sangat familiar, namun saat ia melihat lebih lama cermin itu kembali seperti semula.
Tiba-tiba Louise mendengar suara aneh dalam kepala nya, antara menjadi baik seperti kepribadian yang dimiliki oleh Lucy sebagai jiwanya atau menjadi jahat seperti kepribadian asli yang dimiliki oleh tubuhnya Louise. Karena penasaran ia memutuskan untuk meminta cermin itu pada pemiliknya, namun setelah ia cari orang tersebut tidak kelihatan.
"Permisi, ada yang ingin aku tanyakan. bisakah kau memberikan cermin ini padaku, karena entah kenapa aku tertarik untuk mendapatkan cermin ini." Louise berteriak dan berharap ada yang mendengarnya.
Tidak ada tanda-tanda ada kehidupan dalam rumah tersebut, karena penasaran ia masuk ke dalam rumah orang itu. Dan ternyata ia sedang berjuang melawan kutukan atau racun yang mulai mengkonsumsi orang tersebut, Louise dilanda dilema antara menolong atau membiarkannya mati.
"Jika ia mati sekarang, maka aku tidak perlu membuang waktu hanya untuk meminta cermin ini dan itu berarti aku bisa mengambilnya." gumam Louise pada dirinya.
"Jadi apakah kita harus membantunya?" dengan sabar Haruki menunggu perkataan dari Louise.
Setelah berpikir panjang Louise akhirnya memutuskan untuk membantu orang tersebut ia lalu menggunakan sihir miliknya yang luar biasa yaitu "Heavenly Water : Healing" meski sebenarnya ia juga bingung apakah sihirnya akan berhasil karena sebelum ini ia merasa belum pernah merapalkan mantra, namun ternyata orang itu seketika menjadi sembuh sembu, bahkan tidak ada tanda tanda bahwa ia pernah terkena racun atau semacamnya.
Tapi bukannya ucapan terima kasih yang Louise terima malah justru orang itu berdiri seraya mengacungkan senjatanya. "Kau ke sini untuk merampok rumahku kan? Apa yang kau inginkan dariku? Jawab pertanyaanku."
"Tuan putri mundur saja, biar aku jelaskan—"
"Tidak perlu menjelaskan apapun kepada orang yang tidak tahu berterima kasih ini, lebih baik kita pergi dari sini." Louise berbalik dan bejalan meninggalkan rumah itu.
"Tunggu... aku tidak tahu kalau kau yang telah menyembuhkan aku." ucap orang tersebut. "aku berfikir bahwa kau mungkin berniat membunuhku lagi."
"Apa ada orang yang menyembuhkan seseorang hanya untuk di bunuh lagi?" ketika berada di depan cermin itu Louise menghentikan langkahnya. "jika memang itu tujuanku maka akan lebih baik aku langsung mengirimmu ke dunia lain."
"Itu terdengar cukup masuk akal, kalau begitu biar aku berikan cermin ini kepadamu." orang itu menyentuh cermin dan seketika berubah menjadi lebih kecil. "aku tidak tahu apa hubungannya dengan kunci ini, tapi sepertinya mereka sepasang."
Sekilas Louise melihat cermin pemberian dari orang itu, dan ketika ia menyentuhnya cermin yang awalnya berkarat kini berubah seakan di lapisi oleh emas di sekelilingnya, hal itu membuat mereka menjadi terkejut. Namun di sisi lain kuncinya menghilang entah kemana.
"Apa yang baru saja ter—" ketika bayangan wajah Louise hampir dipantulkan oleh cermin ia melemparkan cermin tersebut. "aku benci cermin"
"Putri, tenangkan dirimu." ucap Haruki dengan nada lembut. "bagiku kau adalah orang yang luar biasa—"
Tanpa peduli dengan sekitarnya Louise berlari meninggalkan tempat itu, begitu juga dengan cermin tersebut, setelah lama ia pun mulai berjalan akhirnya ia tiba di sebuah taman dekat sana, ia lalu menghentikan langkahnya dan memasuki taman itu.
Di sana Louise duduk dengan santai seraya melupakan hal-hal yang telah terjadi sebelumnya, tiba-tiba ada seseorang berdiri di depannya, sehingga menutupi separuh dari sinar matahari, karena merasa terusik ia membuka mata dan di depannya berdiri seorang anak kecil berambut jingga.
"Apa yang kau lihat? Apakah ini pertama kalinya kau melihat manusia?" ucap Louise dengan nada datar. "sebaiknya kau pergi dari hadapanku karena aku tidak tertarik berbicara denganmu."
"Kau tampak sedang sendirian, jadi kurasa akan lebih baik jika kita berteman." ucap anak itu seraya tersenyum. "ngomong-ngomong namaku adalah Fransisca Kirana Amelia, dan kau?"
"Apa aku harus memperkenalkan namaku? Karena bagiku itu buang waktu saja." jawab Louise.
"Hmm, jika begitu maka aku akan mencaritahu sendiri namamu itu." Sisca menjentikkan jarinya dan seketika ia seperti mendapatkan sebuah informasi. "maaf telah mengakses pikiranmu tapi senang bertemu denganmu Putri Louise Romanov."
"Ternyata kau adalah tipe orang menyebalkan ya." setelah mengatakan hal itu Louise melanjutkan kegiatan bersantainya
"Apa kau tahu sinar matahari jika di atas jam 10 akan berbahaya bagi tubuh." tapi entah kenapa Sisca malah menarik tangan Louise ke bawah pohon yang ada di pintu gerbang taman. "kecuali jika kau menggunakan tabir surya atau krim semacam itu."
"Tch, kayak aku peduli aja." ketus Louise. "sebenarnya aku tidak suka jika ada orang yang seenaknya menyentuh tanganku, tapi kali ini aku akan membiarkanmu begitu saja."
"Ngomong-ngomong apa boleh aku mampir ke rumahmu?" Sisca menatap dengan wajah berbinar binar. "selain karena kita sepertinya seumuran tapi tampaknya ada begitu banyak persamaan di antara kita."
'Entah kenapa tapi aku merasa ada hal yang mengganjal di fikiranku.' batin Louise. 'apa orang ini benar-benar bisa dipercaya? Karena ia tampak begitu mencurigakan, apalagi kekuatannya itu.'
"Louise apa kau baru saja menghayal?" Sisca melambaikan tangannya di depan wajah Louise.
"Maaf tapi aku lebih baik pulang sendiri, lagi pula aku masih mengingat semua jalan menuju ke rumahku." ucap Louise seraya melanjutkan langkahnya. "lebih baik kau pulang ke rumahmu saja."
Setelah mengatakan hal itu Louise berjalan keluar dari taman tersebut, namun ketika ia berbalik ternyata tidak ada tanda-tanda bahwa di sana ada sebuah taman, ia pun menjadi kebingungan seraya menatap sekeliling, sementara di sisi lain Haruki seperti sedang kerepotan mencari dirinya.
"Putri Louise, kau tidak apa-apa." Haruki berlari menghampiri. "kufikir kau telah pulang lebih dahulu."
"Tadi aku baru saja berada di sebuah taman, namun—" karena kebingungan Louise merasa kepalanya sedikit terasa sakit. "tapi di sini tidak ada—"
"Bagaimana kalau kita pulang saja?" Haruki mengulurkan tangannya.
"Tapi aku capek." Louise duduk di salah satu bangku di sana, entah muncul dari mana.
"Apa kau mau aku gendong?" ejek Haruki.
"Gak usah deng, mending jalan kaki aja." setelah mengatakan itu Louise berdiri dan melanjutkan langkahnya.
Setelah lama berjalan akhirnya mereka tiba juga di rumah, karena Louise sering berhenti di tengah jalan dengan alasan kecapean, padahal selama ini ia juga sering beristirahat. Sesampainya di rumah ia melihat ada seseorang yang tengah duduk di sofa seraya bersantai dan minum kopi hangat.
"Darimana saja kau? Jangan bilang kau hanya berleha leha saja selama ini?" Tanya Kyle yang terlihat sangat marah. "hanya karena kau adalah seorang putri bukan berarti bisa melakukan semua hal semena-mena."
"Sebenarnya tadi—"
"Diam Haruki, orang yang sedang aku tanyakan adalah anakku." ucap Kyle dengan raut wajah marah.
Sambil menundukkan kepala Louise berpikir bahwa Kyle akan marah jika tahu bahwa ia hampir melukai seseorang, ia duduk di lantai dan berniat untuk meminta maaf serta bersiap mendapatkan hukuman.
"Sebenarnya tadi aku sedang tersesat di sebuah taman, dan di sana aku bertemu dengan orang aneh." ucap Louise sambil menundukkan kepalanya.
"Sebaiknya kau tidak pernah berbicara dengan orang asing." jelas Kyle. "apalagi di kerajaan kita tengah beredar rumor tentang seseorang dengan kemampuan Shapeshifter."
"Apa hal berbahaya tentang hal itu." karena baru pertama kali mendengarnya Louise merasa kebingungan. "apa mereka jahat."
"Dari informasi yang aku terima mereka bisa meniru sampai kekuatan bahkan ingatan dari orang lain." jelas Haruki. "bahkan banyak kerajaan berperang karena ulah dari mereka."
"Apa mereka sangat hebat bahkan tidak punya kekurangan sama sekali?" tanya Louise penasaran.
"Sebenarnya aku bingung mendeskripsikan apakah ini kelemahan atau kelebihan." Haruki mengeluarkan sebuah kertas dan menggambar sesuatu. "jika orang yang ia tiru meninggal ia bisa mendapatkan kekuatan orang itu sepenuhnya tanpa batas waktu."
"Tapi jangan khawatir ada hal mencolok dari mereka, yaitu warna mata mereka berbeda entah satunya biru dan yang satu merah atau semacamnya." jelas Kyle.
'Berbeda warna mata.' seketika Louise menjadi terdiam dan menjadi pucat. 'jangan-jangan Icha adalah seorang 'Shapeshifter' dan aku baru saja—'
"Louise, apa kau baik? Kenapa wajahmu terlihat pucat?" tanya Kyle penasaran.
"Aku hanya lapar saja." Louise menggaruk kepala seraya menutupi perasaannya.
Mendengar hal itu Kyle hanya mengangguk pelan, beberapa saat kemudian ia menyuruh pelayan membawa makanan untuk Louise karena sepertinya anaknya itu sangat kelaparan.
Beberapa saat kemudian dari kepala Louise seperti bercahaya menyilaukan, dan ternyata ada sebuah tanda misterius muncul di atas kepalanya.
"Tuan putri Louise, selamat.. kau telah dipilih menjadi ratu negeri" dengan semangat Haruki memegang tangan Louise dengan lembut. "itulah alasan putri bisa menggunakan sihir tipe 'Pure, Sacred dan Heavenly' meski belum sempurna."
Melihat hal itu membuat Kyle menjadi sangat bahagia dan mengumumkan untuk membuat pesta yang sangat meriah untuk memperingati terpilihnya Louise oleh sang dewa agung Anastasia.
Namun ternyata Louise bahkan tidak mempedulikan tentang lambang di dahinya, ia merasa bahwa mungkin saja orang yang baru di temuinya beberapa saat lalu akan menggunakan wajahnya untuk kepentingan diri sendiri atau kemungkinan terburuk adalah menimbulkan perang.
Terlarut dalam fikirannya Louise beranjak pergi ke kamarnya untuk beristirahat sejenak, namun ternyata ia tidak di pedulikan yang hanya sibuk dalam perayaan untuk dirinya. Setelah beberapa saat ketika ia sedang berbaring di kasurnya cermin itu tepat berada di sampingnya.
"Kenapa cermin sialan ini bisa ada di sini? Bahkan ketika aku telah membuangnya." dengan perlahan Louise melemparkan cermin itu ke tempat jauh. "apakah Haruki yang membawanya ke sini?"
Namun tanpa di sadari ternyata Louise telah melewati satu malam dan malah tidak tidur sama sekali, ia pun segera memejamkan matanya untuk melanjutkan tidur meski hanya beberapa saat sementara cermin itu tengah berada di lantai
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari luar pintu, namun karena masih tidur Louise pun tidak menjawabnya, hingga akhirnya ia tersadar bahwa akan ada acara untuk dirinya, ia pun mengusap mata dan berjalan ke arah pintu dengan wajah muram
"Selamat Pagi, tuan putri Louise. Sepertinya tidurmu nyenyak semalam." sapa Haruki dengan nada sopan. "jika kau berkenan maukah ikut denganku mengunjungi taman kerajaan?"
'Sebenanya aku baru saja tidur selama 30 menit loh.' batin Louise. 'jika saja bukan karena cermin bodoh tak berguna itu.'
Melihat bahwa tirai di kamar tuannya belum terbuka, Haruki pun membukakannya sehingga cahaya mentari mulai menyinari kamar Louise, dan membuat ia secara spontan menutup wajahnya karena silau.
"Kenapa aku harus ikut denganmu? Aku sekarang lagi malas gerak." ucap Louise tanpa semangat. "mungkin nanti siang saja atau mungkin besok atau besoknya lagi. Kamu bisa mencari orang lain untuk menemanimu."
"Maaf, tapi acara ini untuk memperingati keberhasilan anda menjadi seorang ratu." ucap Haruki dengan wajah berbinar binar. "tuan putri Louise maaf jika aku bertindak tidak sopan, tapi kau harus bangun segera atau ayahmu akan marah."
"Meski aku baru saja tidur selama beberapa menit?" ucap Louise seraya mengusap matanya. "aku yakin ayah akan mengerti dengan keadaanku."
"Kalau begitu aku akan memberikan hadiah jika putri mau bersiap pergi ke pesta." ucap Haruki.
"Aku bahkan bukan seorang putri, kenapa harus bertingkah seperti putri? Bukankah itu hanya buang waktu saja?" ucap Louise seraya berjalan kembali ke kasurnya dan menatap ke arah selimut. "aku mau melanjutkan kegiatan tidurku jadi sebaiknya kau pergi saja sebelum aku mengubahmu menjadi katak atau mungkin seekor kucing."
"Lucu sekali." Haruki tidak sengaja mengatakan apa yang ia pikirkan.
"Apa yang lucu? Maksudmu aku ini seperti seekor kucing atau anjing yang berjalan-jalan sambil mengibaskan ekornya?" Louise duduk di samping kasur dengan raut wajah sedikit kesal. "bilang saja sama ayahku kalau saat ini aku sedang sakit."
Namun ketika memejamkan matanya Louise mendapati dirinya berada di tempat berbeda, hal itu membuatnya panik tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa karena bahkan suaranya tudak bisa keluar sama sekali.
"Tempat apa ini? Sepertinya terlihat tidak asing, tapi dimana?" Louise melihat sekeliling dengan seksama dengan panik. "kenapa bisa aku berada di sini, apakah ini ulah dari penyihir 'Shapeshifter' itu?"
Tiba-tiba seperti ada seseorang yang lewat serta hampir menabrak dirinya, ia pun memejamkan matanya dengan spontan karena entah kenapa refleks tubuhnya sulit di gerakkan, tapi tampaknya mereka hanya melewatinya begitu saja seperti ia hanya bayangan. Karena panik ia berlari dari kumpulan orang tersebut, dan secara tidak sengaja masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Yang mulia Ratu, selamat karena memiliki anak kembar." ucap salah seorang tetua di sana.
Mendengar hal itu membuat sang Ratu hanya terdiam sambil terlihat memikirkan cara, entah kenapa ia tampak begitu sedih apalagi saat itu ia sedang memeluk dua anak kembar, dan sebelum mengetahui tentang apa yang tengah terjadi Louise terlempar ke tempat ia berada sebelumnya.
"Apa hubungannya denganku ya? Jika memang ini ingatan masa laluku kenapa tidak mirip denganku?" Louise mengernyitkan keningnya seraya menghela nafas panjang.
Karena bingung Louise melihat dirinya sedang memegang cermin usang itu, sementara ia melihat sekeliling semuanya telah kembali normal, tapi ia tidak merasa risih setelah mendapati cermin di tangannya tidak merefleksikan wajahnya.
"Tuan putri Louise apa kau sudah siap untuk pergi ke pesta?" tanya Haruki. "karena pegawalmu yang luar biasa hebat ini telah menyiapkan sebuah gaun terbaik di seluruh negeri."
'Seluruh negeri? Bukankah kau hanya membelinya di toko? Meski aku tidak tahu kapan kau mendapatkan gaun itu?' batin Louise. 'dan lagi apa kau tidak tahu jika aku lebih suka kegiatan menyendiri tanpa gangguan orang lain?'
Dengan perasaan bangga Haruki menyerahkan sebuah gaun kepada Louise lalu beranjak pergi dari sana, sementara di sisi lain ia yang mengambil gaun tersebut menjadi kebingungan karena selama ini ia jarang mengenakan pakaian perempuan, walaupun ia sendiri tidak tahu dari mana informasi itu berasal.
Setelah selesai mengenakan gaun tersebut akhirnya Louise keluar dari kamarnya."Haruki ayo pergi ke pesta apa pula itu, meski aku sangat membencinya."
"Apa yang membuat tuan putri Louise berubah pikiran?" tanya Haruki penasaran. "apakah ada kejadian tak terduga?"
Namun saat mereka keluar ternyata tidak ada siapapun di sana hanya seorang pelayan yang tampaknya baru saja bekerja di rumah Louise, meski begitu ia tampak begitu cekatan dengan pekerjaannya, bahkan membuat siapapun melihatnya menjadi terkesima.
"Siapa itu—" sebelum Louise melanjutkan perkataannya ia teringat akan sesorang yang ia temui di taman kemarin. "apakah mereka orang sama, tapi—"
"Putri apa kau baik saja? Karena wajahmu terlihat begitu pucat seperti kertas." ucap Haruki seraya memperhatikan keadaan dari Louise.
Tapi tampaknya Louise tidak mendengarkan perkataan dari Haruki, ia mendekat ke arah dari pelayan tersebut namun entah kenapa ia seperti tidak ingin membuat masalah, jadi ia pun berbaik dan mengurungkan niatnya.
"Acaranya akan di adakan malam nanti, karena sedang terdesak jadi aku di pekerjakan mulai hari ini." jelas dari pelayan tersebut. "salam kenal namaku Poppy."
'Aku akan menemukan identitas aslimu, dasar penipu.' batin Louise.
Namun Louise hanya membalas perkataannya dengan sebuah senyuman dan melanjutkan langkahnya menuju keluar dari kediaman keluarganya.
"Haruki, bisakah kau menemaniku ke taman?" pinta Louise.
"Tentu saja, karena itu adalah tugasku." jawab Haruki dengan wajah ramah
Mereka lalu berjalan hingga ke taman milik dari keluarga Louise, di sana banyak sekali bunga dan ikan sama seperti taman pada umumnya, hingga beberapa saat ia merasa bosan walau aslinya ia hanya ingin mencoba kekuatannya saja.
Dengan memfokuskan fikirannya Louise menggunakan sihir pemanggilan dan seketika muncul sebuah lingkaran sihir "Summoning : Phoenix" tentu saja ia merasa bangga akan pencapaian dirinya.
"Hmm.. siapa phoenix cantik kecil ini? Tentu saja kau, lucu sekali seperti bayi." ucap Louise dengan wajah berseri seri. "nama apa yang akan aku berikan padamu, bagaimana jika Leo atau mungkin—"
Sepertinya Phoenix kecilnya suka dengan nama itu, Louise ingin memeluk Leo tapi nanti malah tangannya terluka jadi ia mengurungkan niat tersebut.
Namun saat Louise ingin bersantai bersama Haruki, pandangannya tiba-tiba terhenti karena ia melihat ada orang lain sedang duduk di bangku yang berada di tengah kolam, ia pun segera menghampiri orang tersebut.
"Apa kau tahu sedang berada di mana?" tanya Louise
"Sebuah taman, kan? Tentu saja aku tahu." jawab orang itu
"Kalau itu aku juga tidak perlu mengatakannya." Louise menatap orang itu dengan wajah tidak senang. "ini adalah taman milik ayahku, dan kau siapa berani masuk ke sini? Apa sebenarnya kau itu penyusup?"
"Namaku adalah Altair Al-Rifai, senang bertemu denganmu, putri—" ucapnya. "dan aku yakin ayahmu sudah memberitahu alasanku ke sini."
"Namaku Louise Romanov, dan ini adalah pengawalku Haruki." ucap Louise. "tujuanku datang ke sini untuk bersantai bukan berbicara omong kosong denganmu."
"Ternyata kau adalah orang baik, dan tidak seperti apa yang tengah di rumorkan orang orang." ucap Altair tanpa mengubah posisi duduknya. "jika mau kau bisa duduk di sampingku."
"Duduk di sampingmu?" Louise tertawa mendengar perkataan dari Altair karena di anggap tidak masuk akal. "ini tamanku dan aku berhak untuk duduk di manapun yang aku inginkan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!