NovelToon NovelToon

Benih Yang Kau Tinggalkan

Pertemuan Kembali

Suara dentuman keras terdengar di jalan raya di tengah malam yang gelap gulita dan juga diguyur hujan yang cukup deras, sambaran petir yang saling bersahut-sahutan tak menyamarkan suara dua mobil mewah yang beradu.

Suara dentuman keras itu membuat orang-orang di sekitarnya berhamburan keluar mencari tahu apa yang terjadi.

Mereka menghampiri kedua mobil itu walau dengan guyuran hujan yang begitu deras.

Derasnya aliran air bercampur darah membuat mereka semua panik dan bersama-sama menyelamatkan para korban.

Suara ambulance terdengar nyaring memenuhi gelapnya malam, malam yang mencekam semakin mencekam dengan adanya sebuah kecelakaan yang terjadi di perempatan jalan di ibukota.

"Apa?" tangan Dewi bergetar saat mendengar kabar kecelakaan putra bungsunya.

"Ada apa, Bu?" tanya Bayu Aji melihat istrinya hampir saja terjatuh setelah mendapatkan telepon entah dari siapa, beruntung ia dengan sigap menahannya. Dewi tak mampu berkata-kata dan hanya memberikan ponsel yang dipegangnya pada sang suami.

Bayu Aji menerima ponsel tersebut, ia juga ikut terkejut mendengar penjelasan seseorang yang ada di balik ponsel yang mengaku jika dirinya dari pihak kepolisian.

Keduanya sangat terkejut saat mengetahui putra bungsu mereka saat ini sedang berada di rumah sakit akibat kecelakaan dan dalam kondisi kritis.

Keluarga besar Hartoyo langsung menuju ke rumah sakit tempat di mana saat ini Rangga Adipati Hartoyo dilarikan dengan luka yang cukup serius.

****

Ruang UGD. Para Dokter tengah disibukkan dengan beberapa pasien yang sedang mereka tangani.

"Dokter Mira, dokter Dita, ada pasien kecelakaan yang menuju ke sini. Kalian bersiaplah, sebentar lagi mereka akan sampai," ucap dokter Andre pada kedua rekannya. Dimana ketiga dokter itu malam ini yang bertugas di ruang UGD.

"Baik, Dokter," ucap keduanya secara bersamaan. Dita memilih menunggu di depan UGD, sedangkan dokter Mira sudah berlari menyiapkan beberapa keperluan yang mungkin mereka butuhkan. Mereka sudah mendapat kabar jika ada dua pasien yang dilarikan akibat kecelakaan dan memiliki luka yang cukup parah.

Dari kejauhan terlihat ambulance melaju dengan kencang dan terdengar suara sirine yang menandakan jika mereka membawa pasien dalam kondisi gawat darurat.

Keduanya langsung dilarikan menuju ke ruang UGD, beberapa perawat dan Dita langsung mengarah mereka ke ruang tindakan.

Beberapa mobil yang baru saja tiba, juga langsung terparkir di depan UGD, sepertinya mereka semua adalah keluarga dari kedua pasien dan sepertinya mereka bukan dari kalangan biasa. Terlihat dari mobil-mobil yang mereka tumpangi.

Dita langsung menangani satu pasien dan satu pasien lagi akan ditangani oleh Mira.

Dita yang lebih dulu memasukkan pasiennya ke dalam ruang tindakan yang sudah di siapkan Mira sebelumnya, ia sudah mulai melakukan pertolongan pada pasiennya, mengecek apa-apa saja yang harus mereka beri tindakan lebih dulu, tindakan apa yang harus mereka ambil untuk menyelamatkan pasien.

"Ayo bawa ke ruangan ini," ucap Mira mengarahkan satu pasien lagi yang didorong oleh beberapa perawat dan juga diikuti oleh keluarganya, menuju keruangan lainnya.

Terlihat dari kejauhan keluarganya telah menangisi sang pasien yang terlihat berlumuran darah.

"Ayo, masukkan ke dalam," ucap Mira ikut mendorong brankar nya. Namun, matanya membelalak saat melihat siapa pasien tersebut.

'Rangga?' batinnya dan tubuhnya tiba-tiba mematung, tangannya bergetar dan terlepas begitu saja dari brankar itu saat melihat siapa pasien yang baru saja dimasukkan ke ruang tindakan.

"Dokter, apa yang kamu lakukan? Tolong selamatkan putraku, mengapa kamu tak masuk," ucap Dewi saat melihat dokter tersebut hanya mematung dengan tangan yang bergetar tanpa menyusu Rangga dan beberapa perawat yang telah masuk lebih dulu.

"Dokter!" bentak Bayu Aji saat terlihat dokter itu tak merespon ucapan istrinya.

"Iya, Pak," jawab Mira dan tersadar dari keterkejutannya saat mendengar bentakan Bayu Aji.

"Apa yang kamu lakukan? Cepat selamatkan adikku," ucap Prabu membuat Mira pun hanya mengangguk dan segera masuk ke dalam ruang tindakan menyusul yang lainnya. Namun, sesampainya di sana ia juga tak melakukan apa-apa. Mira hanya menatap pasiennya yang sekarat tanpa melakukan tindakan apapun, membuat perawat yang sudah melakukan apa yang harus mereka lakukan hanya bisa menatap dokter Mira yang masih terpaku dengan tatapan tertuju kepada pasiennya dengan linangan air mata.

"Dokter, Anda baik-baik saja?" salah satu perawat coba menyadarkan Mira yang masih terlihat syok.

Mira tak menjawab dan tatapannya masih tertuju pada Rangga.

"Kita harus segera menyelamatkannya, jika tidak nyawanya bisa tak tertolong, Dok," ucap perawat tersebut menggoyang-goyangkan tubuh Mira. Namun, bukannya Mira langsung menolong pasien tersebut, ia malah pingsan.

"Dokter ...!" seru perawat yang ada di ruangan itu. Dokter yang seharusnya menolong pasien justru tak sadarkan diri, membuat mereka semua panik dan langsung berlari memanggil dokter lainnya.

Dokter Andre yang mendengar apa yang terjadi di ruangan tersebut langsung menghampiri mereka dan menggantikan tugas Mira untuk menyelamatkan pasien tersebut.

Keluarga Hartoyo yang juga mendengar kejadian itu sangat marah.

Kedua pasien itu langsung dibawa ke ruang operasi, setelah melakukan beberapa pemeriksaan.

Rangga Adipati Haryono, putra kedua dari Bayu Aji Haryono merupakan direktur Antarix Group, sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam beberapa bidang termasuk perhotelan, perusahaan cabang yang dipimpin oleh Rangga saat ini. Sedangkan kakaknya Prabu Haryono memegang perusahaan keluarga yang bergerak dalam bidang tekstil, keduanya sama-sama memperkuat posisi perusahaan Antarix Group, membuatnya menjadi perusahaan yang paling diperhitungkan di negara itu, perusahaan keluarga yang sudah turun temurun diturunkan dari beberapa generasi mereka.

Malam itu Rangga terburu-buru karena mendapat kabar dari seseorang, kabar yang selama ini selalu dicarinya. Ia tak ingin menunda lagi dan ingin langsung menemui orang yang dicarinya itu. Namun, naasnya ia mengalami kecelakaan. Mobilnya tak sengaja menabrak mobil lain di perempatan jalan karena kurang berhati-hati.

Erik, anak pertama dari pasangan Raditya Adimaya dan Biah Suseno. Salah satu anak dari rekan bisnisnya yang masih berseragam putih abu-abu.

Erik yang sedang melarikan diri dari kejaran teman-temannya sehabis melakukan perkelahian di salah satu klub malam, juga tak berhati-hati sehingga kecelakaan pun tak bisa mereka hindari.

Kedua keluarga hanya bisa menunggu hasil dari operasi yang sedang berlangsung, mereka sudah memeriksa CCTV yang ada di daerah kecelakaan dan terlihat dengan jelas jika semua itu murni sebuah kecelakaan dan kesalahan dari kedua pihak.

Di mana Erik melajukan kendaraannya dengan sangat laju dari arah sisi kiri, sedangkan Rangga melajukan mobilnya dari sisi arah yang lain dan keduanya saling tabrakan di perempatan jalan.

Di saat operasinya masih sedang berlangsung, Mira yang baru sadarkan diri hanya bisa duduk dan menatap tangannya yang masih berlumuran darah dari Rangga, pria yang pernah memberikan luka di hatinya. Tadi ia sempat memegang tubuh Rangga dan ingin menolongnya sebelum mengetahui jika pria itu adalah pria yang tak ingin ia temui, pria yang paling ia benci.

Rangga dan Syaka

Setelah selama 2 jam, operasi yang dilakukan oleh Dita pun selesai. Dokter Dita keluar dari ruang operasi dan menemui keluarga Erik. Ia mengatakan operasinya berhasil. Namun, Erik masih dalam kondisi yang membutuhkan banyak istirahat. Membuat keluarga Erik pun merasa lega mendengar putra mereka baik-baik saja baik. Erik pun langsung dipindahkan ke ruang perawatan.

Namun, berbeda dengan ruang operasi tempat dimana Rangga dirawat. Di ruang itu belum ada tanda-tanda jika dokter di dalam sudah menyelesaikan pekerjaan mereka.

“Dokter? Mengapa anak saya belum juga selesai? Apakah kondisinya baik-baik saja?” tanya Dewi menghampiri dokter Dita.

“Kita tunggu dan berdoa saja ya, Bu. Dari hasil pemeriksaan tadi memang kondisi pasien yang ditangani oleh dokter Mira jauh lebih berat dari apa yang saya tangani. Pasien yang saya tangani hanya mengalami beberapa masalah saja, tapi Ibu tenang saja. Dokter Mira adalah dokter yang terbaik di rumah sakit ini, dia pasti bisa menyelamatkan putra ibu,” ucap Dita berusaha menenangkan Ibu dari Rangga, dia bisa melihat bagaimana terpuruk dan khawatirnya wanita itu.

Tak lama kemudian pintu ruangan tersebut terbuka, membuat mereka semua melihat ke arah ruangan tersebut dan berpikir jika operasi telah selesai.

Bukannya dokter, malah seorang perawat keluar dari sana, “Bagaimana kondisi anak saya, Sus?” tanya Bayu Aji menghampiri perawat tersebut.

“Kami masih berusaha untuk menanganinya, Pak,” jawab perawat tersebut kemudian ia melihat ke arah dokter Dita.

“Maaf, Dokter. Silakan Anda masuk ke dalam ruangan operasi untuk membantu

Dr Andre jika memang operasi Anda telah selesai.”

Dita tak menjawab, ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Tak biasanya dokter Mira tak bisa menangani pasiennya seorang diri, kemampuan sahabatnya itu jelas jauh di atas kemampuannya.

“Di dalam ada dokter Andre juga?” tanya Dita pada perawat tersebut sembari berjalan menuju ke ruang operasi, di mana Dita tadi mendengar nama dokter Andra disebut oleh perawat tersebut.

Jika memang sudah ada dua dokter mengapa ia juga harus dipanggil masuk ke ruangan tersebut.

“Tidak, Dok. Hanya dokter Andre yang melakukan operasinya,” jelas perawat tersebut membuat Dita mengerutkan keningnya, pasalnya yang ia tahu 2 pasien yang datang malam itu di satu ditangani olehnya dan satu ditangani dokter Mira.

'Mengapa tiba-tiba dokter Andre yang menangani operasinya?'

Begitu Dita masuk ke dalam ruang operasi ternyata memang hanya dokter Andre yang ada di dalam sana.

Dita melihat di sekitarnya dan ia tak melihat sahabatnya ada di sana, ia langsung mengambil posisi dan membantu operasi tersebut.

“Dokter, aku pikir dokter Mira ada di ruangan ini membantu Anda?” tanya Dita sambil mengerjakan apa yang diminta oleh Andre.

“Aku juga tak tahu ada apa dengannya. Tadi dalam kondisi darurat ia tiba-tiba pingsan, membuat aku yang menggantikan operasinya. Sekarang entahlah bagaimana kondisinya.”

“Pingsan? Ada apa dengannya? Tadi dia baik-baik saja kok, Dok,” ucap Dita walau mereka terus mengobrol, tetapi tangan mereka terus mengerjakan pekerjaan yang mereka saat ini lakukan berusaha mengerjakan sebaik mungkin, agar bisa menyelamatkan nyawa pasien.

Setelah di dalam ruangan operasi selama 5 jam akhirnya operasinya pun selesai. Andre langsung menghampiri keluarga pasien sedangkan Dita langsung mencari sahabatnya.

Pintu ruang operasi terbuka. Semua keluarga langsung menghampiri Andra.

“Dokter. Bagaimana keadaan putraku?” tanya Bayu Aji.

“Alhamdulillah, Pak. Operasinya berjalan dengan lancar. Namun, kondisinya saat ini masih dalam kondisi kritis, kita tunggu saja perkembangannya kami akan terus memantaunya malam ini. Semoga ia bisa melewati malam ini,” jawab dokter tersebut membuat mereka pun mengangguk dan mendoakan yang terbaik untuk Rangga.

Rangga pun dipindahkan ke ruangan ICU agar mendapat perawatan lebih intensif disana.

Dita yang sudah menemukan Mira yang masih terduduk di lantai dengan menatap tangannya yang masih berlumuran darah dan juga terlihat bergetar langsung menghampirinya, ia bisa melihat wajah ketakutan, wajah cemas di wajah sahabatnya itu.

“Mira, ada apa?” tanya Dita panik melihat kondisi sahabatnya. Dita mendengar dari yang lainnya jika mereka melihat Mira terkejut saat melihat pasien tersebut.

Mira, dokter terbaik di rumah sakit itu tak akan melakukan kesalahan dan membahayakan nyawa pasien. Jika alasannya hanyalah masalah kesehatan dan juga hal sepele Mira tak mungkin meninggalkan pasien dalam kondisi seperti itu.

Bukannya menjawab Mira justru menangis, membuat Dita pun menarik sahabatnya itu ke dalam pelukannya. Cukup lama Lira menangis dipelukan Dita hingga akhirnya isakannya pun mulai tenang. Rasa sesak di dada yang sejak tadi ditahannya selama berjam-jam juga kini sudah mulai terasa lega, ia menatap Dita dengan mata yang masih meneteskan air mata dengan tangan yang masih bergetar.

“Katakan! Ada apa? Kamu bisa bercerita padaku agar kondisimu akan lebih baik,” Dita menggenggam erat tangan Mira yang masih bergetar.

“Pria itu … pria itu adalah Ayah Biologis Syaka,” ucap membuat Dita tak kalah terkejutnya.

“Maksudmu … dia …?”

Mira hanya mengangguk.

Ya, mereka semua tahu jika Mira memiliki seorang putra bernama Syaka, putra tampan yang berusia 5 tahun dan mereka semua tahu jika Mira adalah seorang janda. Ayah dari Syaka sudah meninggal, itulah yang di katakan Mira pada teman-temannya.

“Jadi, pria itu ... Ayah Syaka?” Dita masih tak percaya jika pria yang baru saja diselamatkan yaitu adalah ayah dari anak sahabatnya.

“Sekarang sebaiknya kamu pulang saja, ayo aku antar pulang,” ucap Dita membuat Mira pun yang sudah merasa lebih baik mengangguk, mereka sama-sama mengganti pakaian mereka menjadi pakaian biasa tak lupa meminta izin pada Andre untuk pulang. jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari.

Seminggu setelah kejadian itu, Mira selalu menghindar ruangan yang ia tahu adalah ruangan Rangga. Setiap harinya kondisi Rangga yang berada di ruang ICU terus menurun. Setiap hari Andre terus memantau kondisinya, ia tak yakin pasiennya itu bisa bertahan.

Sementara itu di ruangan ayah Andre selaku pemilik Rumah Sakit tersebut, Bayu Aji marah besar saat mengetahui kondisi putranya. Ia meminta dokter yang mengabaikan putranya malam itu dipecat dari rumah sakit Itu sekarang juga. Mereka semua sudah tahu apa yang terjadi di ruang operasi malam itu. Mereka bahkan mengancam jika terjadi sesuatu pada putranya, ia akan menuntut dokter itu yang tak lain adalah Mira.

“Dia seharusnya memberikan pertolongan pertama pada putraku, tetapi ia justru diam tanpa berusaha menolong bahwa justru pingsan,” kesal Bayu Aji.

Apa yang dilakukan Mira malam itu, membuat mereka berasumsi jika kondisi Rangga saat ini, itu adalah tanggung jawab Mira. Kelalaiannya penyebab kondisi putra mereka semakin memburuk.

Andre yang mendengar hal itu langsung hampiri mereka.

“Andre, sebenarnya apa yang terjadi? Apa benar yang dikatakan oleh mereka jika dokter Mira tak langsung menangani pasien, tetapi justru mengalami syok dan sampai pingsan?” Tanya Mahesa pada putranya.

Andre terdiam, karena itulah situasi yang terjadi di ruang operasi malam itu.

“Pokoknya kami tidak mau tahu, dokter itu harus dipecat sekarang juga, jika tidak kami akan membawa kasus ini ke polisi dan tentu saja nama baik rumah sakit ini dipertaruhkan!” tegas Bayu Aji.

Saat mereka tengah berdebat tentang pemecatan Mira, tiba-tiba suster menghampiri mereka dan mengatakan kondisi Rangga menurun. Andre langsung berlari dengan cepat menuju ke ruangan dimana Rangga dirawat, tak lupa ia menelpon Mira..

Mira berada di minimarket yang ada di depan rumah sakit, ia ingin membeli beberapa makanan untuk putranya sebelum pulang. Jam kerjanya sudah berakhir.

“Iya, Dokter. Ada apa?” tanya Mira menjawab panggilan dari dokter Andre.

“Kamu di mana?”

“Aku masih di depan minimarket membeli sesuatu untuk Syaka sebelum pulang!”

“Kembali ke rumah sakit, kondisi pasien atas nama Rangga kritis. Aku tahu kemampuanmu bisa memperbaiki situasi ini,” ucap dokter Andre di mana mereka semua tahu hal yang tak mungkin bisa saja menjadi mungkin jika dikerjakan oleh dokter Mira. Dokter yang terkenal bertangan dingin dan cekatan, keahliannya sudah tak diragukan lagi. Keahlian yang dimilikinya itulah yang menyebabkan ia dipindahkan ke rumah sakit terbesar di kota itu, yang dulunya hanya bekerja di rumah sakit yang ada di kabupaten.

“Tapi, Dok!” Mira berusaha menolak, ia tak mau berurusan lagi dengan Rangga.

“Jika kamu masih ingin bekerja di rumah sakit ini, cepat datang dan bantu aku menyelamatkan pasien yang bernama Rangga. Jika terjadi sesuatu pada pasien ini aku tak bisa mencegah siapapun untuk memecatmu dari rumah sakit ini dan mungkin juga nama baikmu sebagai seorang dokter akan tercoreng bahkan kamu bisa berurusan dengan hukum.”

“Apa? Kok bisa?”

“Pikirkan baik-baik apa yang kamu lakukan malam itu." Andre tak punya pilihan lain selain mengatakan hal itu, ia menceritakan bagaimana pihak keluarga pasien mempermasalahkan sikap Mira dalam menangani pasien itu sebelum.

“Baiklah. Aku ke rumah sakit sekarang,” ucap Mira yang tak mau mempertaruhkan karirnya. Saat ini ada anak yang harus dipenuhi kebutuhannya, ia harus terus bekerja agar bisa menghidupi anaknya. Ia akan mengesampingkan rasa bencinya pada Rangga dan akan berusaha untuk menyelamatkannya. Semua itu demi masa depan Syaka.

Benih Yang Kau Tinggalkan

Flashback on.

Tiga orang pria yang sedang bosan duduk di sebuah cafe sederhana, mereka sudah seminggu ini tinggal di sebuah kabupaten yang jauh dari kota. Membuat mereka yang selalu saja menikmati suasana kota kini tak tahu harus melakukan apa.”

“Apa proyeknya masih lama, ya? Aku sudah bosan tinggalin di tempat yang sama sekali tak menarik seperti ini,” ucap Rangga pada kedua temannya yang tak lain sekretaris dan juga asisten pribadinya.

“Kamu pikir aku tak bosan, tapi jika kamu saja tak bisa melakukan apa-apa untuk kembali ke kota apalagi dengan kami ini,” jawab Wira sambil tertawa kecil.

“Apa sebaiknya kita bangun klub malam ya di tempat ini?” tambah Aldi membuat ketiganya tertawa terbahak-bahak.

Ya, mereka sangat merindukan klub malam, alkohol dan wanita cantik.

Saat ini Rangga ditugaskan oleh ayahnya untuk membangun cabang perusahaan mereka di sebuah kota kecil, lebih tepatnya di sebuah kabupaten. Jika ia berhasil dengan tugas itu, ia akan dipercaya untuk menggantikan ayahnya memimpin perusahaan mereka.

“Sabarlah, aku yakin semakin lama kita tinggal di sini kita akan semakin betah, apalagi jika kita sudah memiliki kekasih. Aku lihat gadis di sini cukup cantik.” Wira kembali menimpali obrolan mereka.

“Bagaimana jika kita taruhan? Siapa yang lebih dulu mendapatkan kekasih dia akan mendapatkan 10 juta dari kita. Bagaimana?” ucap Rangga menatap kedua temannya sambil menaik turunkan alisnya.

“Itu terlalu mudah dan kurang menantang, bagaimana jika kita menaikkan jumlah nominalnya dan juga menaikkan tingkat kesulitannya taruhannya?” ucap Wira.

“Bagaimana dengan 100 juta. Barang siapa yang berhasil menikah orang yang pertama menyeberang jalan itu, ia akan mendapatkan 100 juta dari yang kalah.” Rangga menunjuk jalan yang ada di depan mereka, dimana mereka duduk di kafe yang berdindingkan kaca sehingga mereka bisa melihat dengan jelas jalan yang ada di depan mereka.

“Setuju, sepakat,” ucap Aldi dan juga Wira secara bersamaan, kemudian mereka pun mulai menatap siapa wanita yang akan menjadi rebutan untuk mereka. Wanita yang akan menjadi bahan taruhan mereka.

Tak lama kemudian seorang wanita tua terlihat ingin menyeberang, membuat ketiganya saling melirik dan bergidik nyeri. Namun, mereka tetap melihat apakah wanita tua itu yang akan menjadi target mereka.

Huft ….

mereka bernafas lega saat melihat wanita tua itu ternyata sedang menunggu seseorang yang mungkin saja cucunya, wanita tua itu naik motor dan pergi dari sana tanpa menyeberang jalan.

Tak lama kemudian ada wanita gendut yang terlihat ingin menyeberang. Namun, lagi-lagi wanita gendut itu tak jadi menyeberang karena mengangkat panggilan dari seseorang, membuat mereka lagi-lagi bernapas lega dan tiba-tiba mobil angkot berhenti di depan wanita gendut tersebut. Mata mereka terus setuju ke arah jalan yang sudah menjadi kesepakatan mereka, menatap mobil angkot itu yang tepat berhenti di sana.

Mobil itu pun melaju kembali, wanita gendut yang tadi mereka lihat kini sudah berubah menjadi wanita cantik. Membuat mereka pun memperlihatkan senyum bahagianya. Jika wanita itu yang menjadi incaran mereka tanpa diberi uang 100 juta pun mereka akan berusaha untuk mendapatkannya dan benar saja wanita itu perlahan melangkah menyeberang jalan hingga wanita itu pun sampai di depan kafe itu.

Wanita itu masuk ke dalam cafe dan duduk tak jauh dari mereka.

“Mau pesan apa, Dokter?” tanya seseorang yang melayani wanita cantik itu.

‘Oh … dia seorang dokter,’ batin ketiganya yang bisa mendengar percakapan wanita cantik itu dengan pelayan yang ada di cafe tersebut.

Dokter tersebut penuh memesan kopi. Ia meminum kopinya dengan santai sambil mengerjakan beberapa berkas yang ada di depannya. Terlihat sangat cantik. Setelah kopinya habis dokter yang tak lain adalah Mira itu pun pergi dari sana.

“Baiklah! Barang siapa yang bisa menjadikan wanita itu sebagai istrinya dalam sebulan, ia akan mendapatkan 100 juta dari masing-masing yang kalah,” ucapan Rangga kemudian Ia pun bergerak lebih dulu menghampiri dokter cantik itu.

***

Sejak hari itu, Rangga terus mendekati Mira. Ia yang awalnya mendekati Mira karena taruhan lama-kelamaan tanpa sadar mencintai sosok wanita cantik tersebut. Mira yang berhasil ditaklukkan akhirnya menerima cintanya setelah satu minggu Rangga terus saja merayu.

Kedua teman Rangga pun menyerah saat tau jika mereka telah jadian.

Tak sampai di situ, dalam waktu sebulan sesuai dengan taruhan mereka Rangga berhasil meyakinkan Mira untuk menikahinya walaupun mereka hanya menikah siri.

****

Hari-hari Rangga lalui dengan Mira, ia merasa sangat bahagia bersama dengan Mira walaupun mereka saat itu masih tinggal terpisah.

Rangga yang memang bekerja di sana menjanjikan banyak hal, termasuk akan memperkenalkan Mira dengan orang tuanya begitu pekerjaannya di tempat itu selesai.

Mira yang sudah termakan janji dan rayuan Rangga pun hanya menurut dan berharap Rangga benar-benar membawanya ke kota dan memperkenalkannya pada orang tuanya.

Setelah 3 bulan pernikahan mereka pekerjaan Rangga pun rangkum dan bertepatan dengan itu Mira memberi kabar jika dirinya sedang hamil. Rangga sangat senang mendengar kabar tersebut. Namun, Rangga baru sadar jika ia menikahi Mira tanpa memberitahu kedua orang tuanya, membuat Rangga memutuskan untuk pulang lebih dulu dan menjelaskan kepada kedua orang tuanya agar menerima Mira menjadi menantu mereka dan menerima bayi yang ada di kandungan Mira sebagai cucunya.

Rangga menjelaskan semua itu kepada Mira, jika ia akan menjemputnya setelah menjelaskan semua itu kepada kedua orang tuanya. Mira lagi-lagi hanya percaya dan menyetujui apa yang dikatakan oleh Rangga. Namun, ternyata Rangga yang sudah pergi tak pernah kembali lagi.

Mira yang sudah terlanjur mencintai Rangga terus meyakinkan dirinya jika Rangga pasti akan kembali. Satu bulan, dua bulan, tak ada kabar dari Rangga. Membuat Mira pun memutuskan untuk mencari Rangga ke kota.

Dengan bermodalkan alamat perusahaan, dokter Mira pun menuju ke kota. Waktu itu merupakan tahun pertama ia menjadi seorang dokter dan tak ada yang tahu jika ia sudah menikah apalagi sedang hamil karena mereka hanya menikah secara siri saja.

Mira pun berhasil mendapatkan perusahaan di mana Rangga bekerja. Namun, sesampainya disana ia merasa sangat sakit saat mendengar tawa Rangga dan juga kedua temannya yang sedang mengolok-oloknya sebagai bahan taruhan mereka. Bahkan uang yang menjadi bahan taruhan mereka ada di hadapan mereka semua.

Setelah mendengar semua itu Mira memutuskan untuk pulang dan tak lagi berharap Rangga akan kembali dan menjemputnya. Ia pulang dengan rasa sakit dan penyesalannya.

Flashback off.

Mira yang tadinya berusaha untuk menepis kemarahannya dan bersikap profesional sebagai seorang dokter, tak bisa menahan diri saat melihat pasien di depannya yang tak lain adalah Rangga.

Saat ini ia tengah berada di ruang operasi, ia menggenggam pisau bedah di tangannya. Bayangan-bayangan dimana Rangga dan teman-temannya menertawakannya dan menjadikannya bahan taruhan mereka terus berputar di benaknya.

Tangan Mira bergetar sambil terus berjalan menghampiri Rangga, “Kamu tak tahu betapa menderitanya aku selama ini karenamu. Kamu meninggalkan benih untukku dan meninggalkan luka yang begitu dalam, kamu harus menembus apa yang telah kamu lakukan padaku selama ini.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!