Terlihat seorang wanita yang sedang sibuk di ruang kerjanya, tatapannya fokus di depan laptop dimeja kerjanya. Wanita itu sesekali melirik jam tangannya.
"Ternyata sudah malam." ucap Nikita yang masih ada diruang kerja, dengan cepat wanita itu menutup laptopnya. Dia mulai berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan tempat itu dengan tangan kanannya yang masih membawa tas kerjanya.
Saat Nikita hendak keluar, didepan pintu ruang kerjanya masih ada seorang wanita yang masih duduk didepan meja kerjanya.
"Nona." sapa Bella, yang hendak menghampiri Nikita.
"Kenapa kamu belum pulang?" tanya Nikita pada Bella.
"Saya masih menyelesaikan tugas untuk rapat besok nona , jika nona ingin pulang silakan" kata Bella yang mempersilakan atasannya untuk lebih dulu pulang.
"Tapi ini sudah pukul 7 malam, kamu sudah melewati jam kerja kamu." jawab Nikita yang mengingatkan Bella untuk segera pulang.
"Iya nona, sebentar lagi saya akan pulang." kata Bella.
"Baiklah, jika sudah selesai kamu harus cepat pulang ." kata Nikita yang untuk kedua kalinya mengingatkan Bella untuk segera pulang.
"Baik nona." Nikita segera keluar dari tempat itu. Nikita pulang dengan membawa mobil , suasana di jalan makin penuh dengan kendaraan.
"Macet lagi." batin Nikita yang sudah menjadi hal biasa disetiap pulang kerja.
Nikita langsung pergi menuju mini market, dia ingin membeli sesuatu yang bisa dia masak.
"Sepertinya ini cukup." batin Nikita yang membeli beberapa makanan frozen dan sisanya sedikit buah-buahan.
Setelah selesai membayar, Nikita bergegas meletakkan beberapa belanjaan ditempat duduk sampingnya.
Akhirnya Nikita sampai di Mansion.
Nikita segera turun dari mobil dengan membawa beberapa belanjaan yang baru saja dia beli.
"Nona." sapa seorang wanita tua pada dirinya.
"Bibi." jawab Nikita yang melihat Bibi Anin menghampiri dirinya.
"Saya bantu Nona." Bibi Anin langsung mengambil kantong plastik itu dari tangan Nonanya.
"Nona belanja apa?" Tanya Bibi Anin pada Nikita.
"Nikita sengaja pergi ke mini market, membeli makanan itu." Bibi Anin mengecek isi didalam kantong plastik itu.
"Ya sudah, sekarang Nona ganti baju dulu. Makan malam sudah siap." pesan Bibi Anin pada Nonanya.
"Baik Bibi." Nikita langsung pergi ke kamarnya
Nikita langsung tiduran di tempat tidurnya, dia terlihat seperti kelelahan setelah seharian dia bekerja.
Nikita segera pergi ke kamar mandi, Nikita berendam di bathtub dengan sedikit aroma terapi bunga lavender yang tercium sangat harum disekeliling kamar mandi.
Setelah Nikita selesai berendam, Nikita segara turun ke bawah untuk makan makan malam . Di ruang tamu ada bibi Anin yang sedang sibuk diruang meja makan.
"Selamat malam Bibi Anin." sapa Nikita pada Bibi Anin.
"Selamat malam juga nona." jawab Bibi Anin pada Nikita, di atas meja sudah ada beberapa makanan yang sudah tertata rapi dimeja makan.
" Masakan Bibi kelihatannya enak." Nikita mengambil beberapa menu yang ada dimeja makan.
"Biasa sesuai pesanan nona." Bibi Anin mengambil segelas air putih untuk nonanya.
"Jadi sepi kalau tidak ada kakek disini." kata Nikita yang rindu dengan kakeknya.
"Nona sabar, saya yakin jika tuan Besar akan pulang." Bibi Anin menyemangati Nonanya yang terlihat sedih dengan tidak ada hadirnya kakeknya disampingnya.
"Iya bi, Mungkin Niki harus sedikit bersabar." Nikita melanjutkan makan malamnya.
Akhirnya Nikita selesai makan malam, dia masih duduk santai diruang tamu.
Tiba-tiba saja Handphone miliknya berdering.
"Hallo."
" Hallo Nona, ini saya Bella. Maaf jika saya menganggu waktu istirahat nona." ucap Bella yang sedang menghubungi nonanya.
" Ada apa kamu menghubungi saya?" tanya Nikita pada asistennya.
"Saya mau menyampaikan jika, asisten tuan Arthur menghubungi saya ingin mengajak bertemu dengan nona besok siang di tempat yang sudah ditentukan oleh tuan Arthur." Bella menyampaikan pesan itu pada nonanya.
"Baiklah, kamu atur jadwalnya." balas Nikita yang menyetujui besok dia akan bertemu dengan tuan Arthur.
"Baik nona, akan saya sampaikan pada asisten tuan Arthur." jawab Bella yang siap mengerjakan tugasnya.
"Ya sudah, besok kita lanjutkan diskusi kita." Nikita langsung mematikan sambungan telepon dengan Bella asistennya.
"Ada apa tuan Arthur ingin bertemu denganku." batin Nikita yang diselimuti rasa penasaran.
"Nona, ini minuman jusnya." Bibi Anin membawa segelas minuman jus Orange.
"Terima kasih." jawab Nikita yang langsung direspon dengan anggukkan dari Bibi Anin.
Nikita langsung pergi ke ruang kerjanya.
Dia duduk di kursi kerjanya, dengan laptop yang sudah ada di depan meja kerjanya.
"Sebaiknya aku cek lagi, sebelum besok ada masalah lagi." Nikita fokus menyelesaikan pekerjaan hingga tak terasa sudah 1jam dia bekerja didepan laptop.
Nikita melirik jam dinding yang ada diruang kerjanya.
Setelah merasa cukup Nikita segera keluar dari ruang kerjanya. Disaat dia melewati ruang tengah Nikita tertuju dengan sebuah foto ukuran besar yang ada diruang tengah.
"Mama." lirih Nikita yang merasa kesedihan yang begitu mendalam setelah kehilangan orang yang dia sayangi.
"Aku rindu mama, setelah ayah menikah lagi semua berubah seketika tidak seperti dulu. Aku butuh mama, Nikita kesepian mama." batin Nikita yang tiba-tiba meneteskan air mata kesedihan itu.
Momen itu tak sengaja di saksikan oleh Bibi Anin yang tak sengaja melihat Nonanya menangis didepan foto nona Isabella.
"Kasihan Nona, pasti nona merindukan nyonya Isabella." Bibi Anin mengerti bagaimana perasaan nona Nikita yang akan merindukan kehangatan seorang ibu.
Nikita pun menghapus air matanya. "Nikita janji mama, akan menjadi wanita kuat. Nikita janji juga akan selalu melindungi kakek. Nikita janji mama." batin Nikita yang harus kuat menghadapi hidupnya yang begitu berat. Setelah dia meninggalkan rumah dan memilih tinggal bersama kakeknya membuat dia merasa jauh dengan ayahnya.
Karna kehadiran wanita itu dan adik tirinya membuat dirinya memilih keluar dari rumah itu.
Entah apa yang merubah ayahnya seperti tak peduli dengannya. Tapi dia selalu ingat kata-kata ayahnya yang sudah tak peduli dengan putri kandungnya sendiri dan memilih wanita itu dengan anak tirinya.
Nikita makin lelah memikirkan apa yang terjadi pada hidupnya. Kini dia hanya bisa mencoba untuk bangkit dan mencoba merubah kehidupannya lebih baik dan seperti sekarang, dia merubah dirinya menjadi wanita karir.
Nikita hanya bisa terdiam merasakan sakit itu, dan hanyalah kakeknya yang membuat dirinya berubah menjadi lebih baik, hingga Nikita membuktikan pada kakeknya jika dia bisa sukses.
Diam-diam kakeknya menunjukkan dirinya untuk menggantikan posisi kakeknya diperusahaan. Itu makin membuat beban Nikita makin berat.
Mau tidak mau dia harus menerimanya, dari itulah Nikita terus belajar dan ingin memberi yang terbaik untuk kakeknya.
Nikita pun akan membuktikan jika dirinya akan menjadi wanita karir yang sukses untuk kakeknya yang selama ini membantu dirinya.
Pagi hari
Nikita nampak terlihat sudah rapi dengan baju kerjanya, Tidak lupa dia membawa tas kerjanya.
Dia bergegas turun kebawah sudah waktunya sarapan pagi.
"Selamat pagi Bibi." sapa Nikita pada Bibi Anin yang sibuk menyiapkan minuman dimeja makan.
"Pagi juga nona." jawab Bibi Anin, Nikita langsung duduk menikmati sarapan pagi ini.
"Ini nona." Bibi Anin memberikan segelas jus Orange.
"Terima kasih." jawab Nikita yang masih menikmati sarapan paginya. Bibi Anin membalas dengan senyuman.
Tak terasa Nikita sudah selesai sarapan pagi, Nikita bergegas siap untuk berangkat ke kantor.
"Ya sudah bibi, Nikita mau berangkat ke kantor sekarang." pamit Nikita pada Bibi Anin yang sedang berdiri didekat meja makan.
"Baik nona, hati-hati dijalan." pesan Bibi Anin pada Nikita.
"Iya bibi." jawab Nikita yang langsung pergi membawa mobil miliknya.
Situasi selama diperjalanan lancar tanpa macet, walaupun ada beberapa jalan macet karna banyaknya kendaraan keluar masuk di jalan itu.
Nikita sudah sampai didepan kantornya, didepan dia sudah disambut beberapa karyawan Yang saat itu mereka baru saja datang.
"Selamat pagi nona." sapa dari beberapa karyawannya.
"Pagi." jawab Nikita yang saat itu berjalan ke arah lift.
Nikita langsung ke lantai 5 yang dimana itu lantai ruang kerjanya. Didepan ruang kerjanya sudah ada Bella yang lebih dulu sampai ditempat kerja.
"Selamat pagi nona."sapa Bella pada atasnya.
"Pagi." jawab Nikita yang langsung masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Tok... Tok."
"Masuk." ternyata itu Bella yang datang membawa Dokumen.
"Maaf nona, ini ada Dokumen yang harus nona tanda tangani." Bella langsung meletakkannya dimeja kerjanya.
Nikita yang baru sampai di kantor sudah di dihadapkan beberapa laporan yang harus dia tanda tangani.
"Baiklah letakkan di meja, nanti aku tanda tangani." jawab Nikita yang sudah duduk di kursi kerjanya.
"Baik nona." jawab Bella, yang akan keluar dari ruang kerja nonanya.
Kini Nikita menyelesaikan kembali pekerjaan yang sudah ada di meja kerjanya.
Tak terasa sudah 2 jam dia bekerja. "Akhirnya semua selesai, kini tinggal menunggu rapat 1jam lagi." Nikita duduk santai setelah beberapa jam dia bekerja.
Dia menikmati waktu istirahat walaupun hanya sebentar.
"tok... Tok...."
" Masuk ." Datanglah Bella membawa segelas air putih yang selalu dia siapkan untuknya.
"Ini nona." Bella meletakkan Minuman itu di meja kerjanya.
"Terima kasih, oh ya Bella. Kamu siapkan berkas untuk nantinya kita rapat hari ini." perintah Nikita pada Bella.
"Baik nona." jawab Bella yang bergegas keluar dari ruangan itu.
Kini Nikita tinggal menunggu waktu rapat nantinya. Tak terasa waktunya dia segera pergi keruang rapat hari ini.
Diluar sudah ada Bella menunggu dirinya. " Nona, semua berkas sudah saya siapkan." laporan Bella pada Nonanya.
"Ya sudah ayo. Kita berangkat sekarang." mereka berdua langsung masuk ke dalam dengan beberapa direksi yang sudah lebih dulu menunggu dirinya.
Rapat pun dimulai dengan Nikita yang mengawasi jalan rapat hari ini. Setelah 1jam akhirnya Nikita selesai untuk acara agenda rapat hari ini.
Dia langsung kembali ke ruang kerja.
Nikita melirik jam tangannya. " Lelah juga hari ini." batin Nikita yang sudah lelah dengan kegiatan seharian di kantornya.
"Tok... Tok..."
" Masuk." Bella sudah masuk ke dalam ruang kerja nonanya.
" Nona, sudah waktunya kita pergi sekarang." kata Bella yang sudah melaporkan jika waktunya untuk pergi menemui tuan Arthur di tempat pertemuan.
"Maaf, ini alamatnya yang akan kita tuju." Bella memberikan selembar kertas yang berisikan alamat dan nama tempat itu.
"Baiklah, aku tahu tempat itu." jawab Nikita yang tahu dimana tempat itu.
"Baiklah ayo kita berangkat sekarang." ajak Nikita yang tidak bisa menunda lagi waktu kerjanya.
Selama diperjalanan Mereka berdua berdiskusi tentang pekerjaan yang berkaitan tentang tuan Arthur.
"Jadi begitu, baiklah nanti aku bicarakan dengan tuan Arthur." jawab Nikita yang harus menyelesaikan pekerjaan antara dia dan tuan Arthur.
Akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.
Nikita mulai mencari dimana tuan Arthur, ternyata tuan Arthur sedang duduk disamping jendela. Nikita segera menemui tuan Arthur yang sedang duduk sendirian ditempat itu.
"Selamat siang tuan Arthur." sapa Nikita pada tuan Arthur,tuan Arthur langsung menoleh kearah samping.
"Selamat siang juga nona Nikita." Tuan Arthur berdiri dari tempat duduknya dan menyambut dengan berjabat tangan.
"Mari silakan duduk nona." Nikita langsung duduk di kursi itu.
"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan nona." kata tuan Arthur yang bisa bertemu langsung dengan nona Nikita.
"Ada apa tuan Arthur mencari saya?" tanya Nikita pada tuan Arthur.
Mulailah mereka membahas masalah pekerjaan antara keduanya. Hingga Nikita mencoba membantu dari masalah tuan Arthur hadapi.
"Baiklah saya mengerti, saya akan mencoba membantu." jawab Nikita yang bersedia membantu tuan Arthur.
"Terima kasih atas bantuannya, tidak salah jika tuan Parker memberikan kepercayaan kepada anda nona." jawab tuan Arthur yang bangga bisa bekerjasama dengan mereka.
Nikita membalas dengan anggukkan, tanpa dia sadari ada seorang pria yang terus menatap dirinya.
Pria itu seperti menaruh rasa penasaran pada Nikita, Nikita langsung menoleh kearah samping kanan.
Ternyata benar, sedari tadi pria itu menatapnya dengan pandangan yang begitu mencurigakan.
Nikita membalaskan dengan tatapan tajam kearah pria itu. Pria itu membalas dengan sedikit senyuman, pria itu tak menyangka akan mendapatkan tatapan seperti itu.
Setelah selesai Nikita bergegas pergi dari tempat itu, jujur saja dia merasa risih dengan kehadiran pria itu.
Apalagi dia tak begitu kenal dengan pria itu. Nikita memilih pulang cepat dari tempat.
Di tempat pria itu
Pria itu masih duduk menikmati beberapa hidangan makan siangnya.
Pikirannya masih fokus dengan apa yang baru dia lihat, rasa penasaran mulai menghantui perasaan.
"Siapa wanita itu?" batin Alvaro yang begitunya penasaran dengan wanita cantik itu.
"Tuan." sapa asistennya yang melihat tuannya sedang melamun.
"Iya ada apa?" tanya Alvaro pada Dio asistennya.
"Apa ada yang menganggu pikiran tuan?" tanya Dio.
"Tidak ada, hanya penasaran dengan wanita tadi." jawab Alvaro yang diam-diam sedikit penasaran dengan wanita itu.
"Apa saya carikan informasi tentang wanita itu tuan?" tanya Dio yang spontan ingin membantu tuannya.
Alvaro langsung menoleh kearah Dio, seolah dia mengerti apa yang Alvaro inginkan.
" Baiklah kamu cari informasi wanita itu." jawab Alvaro yang mulai mengerti apa yang dimaksudkan oleh Dio.
"Baik tuan, akan saya kerjakan." jawab Dio yang langsung tanggap mengerjakan tugasnya.
Alvaro terlihat begitu senang, akhirnya dia akan mengetahui siapa wanita itu.
Entah kenapa wanita itu terus menganggu Pikirannya. Alvaro hanya tinggal menunggu kabar dari Dio yang sedang mencari informasi wanita itu.
Siang hari
Nikita sudah ada di dalam mobil bersama Bella, mereka baru saja selesai bertemu dengan tuan Arthur.
"Bagaimana, apa sudah kamu catat semua?" tanya Nikita pada asistennya.
"Sudah semuanya nona." jawab Bella yang sudah mencatat semua laporan yang tuan Arthur sampaikan.
"Baiklah jika semuanya sudah lengkap." jawab Nikita yang masih fokus menyetir.
Mobil mereka berhenti didepan Cafe. " Tolong belikan Coffee cappucino 1 dan sekalian kamu juga mau." Nikita langsung memberikan black Card pada Bella.
"Baik nona." jawab Bella pada nonanya, yang dengan cepat dia keluar menuju Cafe didepan mereka. Sedangkan Nikita menunggu di dalam mobil.
"Siapa pria tadi, kenapa pria itu menatap aku seperti itu." Nikita begitu penasaran dengan pria itu.
Nikita terdiam mengingat wajah pria itu. Bella pun datang dengan membawa minuman mereka.
"Nona, ini minuman pesanan nona." kata Bella yang sedang memegang kedua kopi ditangannya.
"Terimakasih." Nikita langsung mengambil coffee miliknya. Mereka pun melanjutkan perjalanan kembali ke kantor.
Setelah mereka sudah sampai di kantor, Nikita mengerjakan kembali beberapa pekerjaan yang sempat tertunda.
Sore hari
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, kini waktunya dia pulang. Semua pekerjaan hari akhirnya selesai juga.
Nikita langsung keluar dari ruang kerjanya, depan Bella masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Kenapa kamu belum pulang,bukannya ini sudah waktunya kamu pulang."
"Sebentar lagi nona, masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan." jawab Bella yang masih ditempatnya.
"Baiklah, jika sudah selesai cepat kamu pulang." kata Nikita untuk mengingatkan asistennya untuk segera pulang.
"Baik nona." jawab Bella, Nikita langsung pergi dari tempat itu. Tapi sebelum dia pulang Nikita ingin pergi kesuatu tempat yang harus dia kunjungi.
Nikita ingin ke toko pakaian mencari baju kerja. Setelah Nikita sampai di toko itu, Nikita dikejutkan dengan kehadiran seseorang.
"Bukannya dia istri ayah, ternyata dia membeli baju disini juga." batin Nikita yang juga melihat secara langsung.
Nikita pun lebih memilih Pergi dari tempat itu, dia tak ingin berurusan dengan mereka berdua. Apalagi dengan kejadian dulu yang pernah terjadi antara Nikita dengan ayahnya.
Nikita akhirnya pergi dan memilih tempat lain. Dia pergi di toko lain mencari apa yang dia butuhkan.
Akhirnya dia mendapatkan salah satu toko itu dan mulai memilih baju yang akan dia beli. Nikita pun memilih sudah memilih baju yang dia inginkan.
Dia langsung ke kasir membayarnya. Setelah selesai barulah dia pergi ke toko bunga. Setelah ini dia ingin pergi mengunjungi seseorang.
Posisi saat ini dia berada di toko bunga. "Bisa ada yang bisa bantu nona." sapa wanita pelayan itu.
"Saya minta bunga mawar putih itu." menunjuk kearah bunga mawar putih yang tersusun rapi
"Baik nona akan kami bungkus." pelayan itu dengan cepat membungkus bunga itu.
Nikita bergegas pergi menuju tempat yang ingin dia kunjungi. Pada akhirnya dia sampai ditempat itu dengan membawa bunga mawar putih.
Nikita berdiri tepat didepan pemakaman mamanya, dia meletakkan bunga mawar putih itu di atas tanah. Nikita menangis akan dia merindukan sosok mama disampingnya.
"Mama Nikita rindu mama." Nikita menangis rindu akan pelukkan kasih sayang dari sosok mama.
Nikita mencoba menghapus air matanya. "Nikita janji akan menjadi wanita paling kuat mama." kata Nikita yang mencoba untuk dirinya lebih tegar menghadapi itu semua.
"Maafkan Nikita mama, Nikita harus pulang. Jika ada waktu lagi Nikita akan kembali mengunjungi mama lagi." pamit Nikita yang masih merasa sedih disaat dia harus menerima perpisahan dia dengan mamanya.
Nikita langsung keluar dari tempat itu, Nikita melanjutkan perjalanannya kearah jalan pulang menuju rumahnya.
Di tempat lain
Ada seorang pria yang sibuk memeriksa beberapa dokumen yang tertumpuk diatas meje kerjanya.
"Tok... Tok...."
"Masuk." Masuklah seorang pria yang rapi dengan baju kerjanya.
"Tuan." Alvaro langsung menoleh ke depan melihat Dio asistennya berdiri didepannya.
"Ada apa?" tanya balik Alvaro pada Dio.
"Saya mau melaporkan jika, saya sudah mendapatkan identitas wanita itu tuan." Dio langsung memberikan selembar kertas yang berisikan biodata dari wanita itu.
"Namanya Nikita, tak disangka dia putri dari tuan Andreas." Alvaro tak menduga jika wanita itu putri dari tuan Andreas.
"Tapi menurut kabar yang saya dengar, jika saat ini Nona Nikita tidak tinggal dengan tuan Andreas. Tapi tinggal dengan tuan Parker, karena ada kabar yang tak begitu mengenakkan setelah tuan Andreas menikah untuk kedua kalinya. Hubungan antara Tuan Andreas dan nona Nikita merenggang karena kehadiran ibu tiri dan adik tiri dari nona Nikita. " Dio menjelaskan secara rinci.
" Sepertinya hubungan mereka tak begitu harmonis. Tapi itu bukan urusanku, yang terpenting aku sudah mengetahui siapa wanita itu."Alvaro terlihat tersenyum puas.
"Maaf jika saya lancang tuan. Apakah anda tertarik dengan nona Nikita?" tanya Dio yang sedikit ada rasa berani dengannya.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya balik Alvaro pada Dio.
"Saya hanya merasa jika tuan sedikit tertarik dengan wanita itu. Apalagi tidak ada salah jika tuan memang tertarik dengan wanita itu." jawab Dio yang jujur dengan apa yang dikatakannya.
"Menurutmu bagaimana dengan wanita itu?" tanya lagi Alvaro pada Asistennya.
"Menurut saya Nikita orang baik dan wanita pekerja keras. Hingga ada kabar jika perusahaan milik tuan Parker sudah sebagian diberikan pada nona Nikita. Dan sekarang perusahaan itu berkembang pesat." Jawab Dio yang menilai dengan apa yang dia ketahui.
"Baiklah, apa kamu tahu nama perusahaan wanita itu ?" tanya Alvaro pada Dio.
"Nama perusahaan itu Gloria Grup tuan." jawab Dio yang sudah mengecek perusahaan itu.
"Kebetulan juga, perusahaan Gloria grup juga bekerjasama dengan perusahaan tuan." kata Dio yang langsung mendapatkan senyuman dari tuannya.
"Bagus, kamu atur jadwal rapat kita. Aku ingin menemui langsung wanita itu." kata Alvaro yang mulai bertindak lebih cepat.
"Baik tuan, saya akan atur jadwal tuan dengan nona Nikita." jawab Dio yang dibelakang tersenyum melihat tuannya yang diam-diam suka menyukai wanita itu.
"Ternyata tuan lebih cepat bertindak soal wanita itu." batin Dio yang selama ini ikut berkerja dengan tuannya selama bertahun-tahun baru kali ini melihat tuannya yang benar-benar tertarik dengan wanita itu.
Dio segera mengatur semua jadwal rapat dan mulai menghubungi dari perusahaan milik wanita itu.
Alvaro masih duduk santai dengan membaca biodata wanita itu. " Nikita Angel lauren. Namamu bagus juga." batin Alvaro yang benar-benar penasaran dengan wanita itu, Alvaro makin tak sabar ingin bertemu dengan wanita itu.
"Sepertinya aku harus cepat menemui dirimu agar aku bisa melihat langsung wajahmu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!