Suasana tegang menyelimuti Masjid Ar-Rasyid, tempat dimana dilaksanakannya akad nikah antara Azzam dan Zalfa.
" Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, akad nikah Azzam dengan Zalfa akan segera dilakukan."
" Dimohon untuk para saksi, menempati tempat yang telah disediakan. Serta dimohon untuk seluruh tamu undangan, untuk menyimak dengan seksama agar akad ini berjalan dengan khidmat." tutur naib hakim nikah dari KUA.
"Bismillahirrahmanirrahim,"
..." Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Zalfa Alesha Banafsha 'alal mahri Bi 'Adawati Sholati halan !!!!"...
..." Qobiltu nikakhaha watajwiidaha bil mahril madzkuur halan."...
kalimat sakral itu, dengan lancar terucap oleh Azzam yang dengan wibawanya menjabat tangan orang yang sekarang telah menjadi ayah mertuanya.
Sahutan "Alhamdulillahi rabbil 'alamiin.,"mereka ucapkan serempak setelah ijab qobul itu selesai diucapkan dengan lantang oleh Azzam, sang mempelai pria.
Maka hari ini, tanggal 16 Maret 2023 tepat dihari bertambahnya usia Zalfa. Dirinya resmi, telah berubah statusnya menjadi seorang istri.
Zalfa berjalan memasuki masjid setelah dirinya telah sah menjadi istri Azzam, lelaki yang Zalfa kagumi dalam keheningan.
Muhammad Azzam Ashraf Yazdan pria yang sangat taat akan agamanya, yang tidak pernah sekalipun meninggalkan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah SWT.
Dia sang primadona di kalangan muslimah yang mengetahui keberadaannya. Sampai kabar pernikahannya bagaikan angin topan yang tidak diinginkan oleh mereka.
Senyuman Zalfa tidak luntur sedikitpun, tatkala dirinya memasuki masjid sampai dirinya sekarang bersanding dengan suaminya. Kebahagiaan yang sangat tercekat jelas dalam wajahnya membuat siapapun di sana ikut merasakannya.
" Monggo, nak Azzam istrinya Zalfa sudah muhrim untuk kamu genggam."
Ujaran naib itu, menuntun Azzam mengalihkan pandanganya pada wanita yang telah sah menjadi istrinya. Dengan perlahan namun pasti, Azzam membimbing tangannya ke ubun sang istri. Mengusapnya lembut seraya berdoa:
...اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوْذَ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ...
..."Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."...
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.”
Dan diakhiri dengan Zalfa menjabat tangan suaminya, sebagai tanda khidmat dirinya terhadap sang suami.
...~...
" Mas, bangun yukk. Sekarang sudah subuh, kita jamaah subuh bareng."
" Air hangatnya udah Zalfa siapin, mas Azzam langsung mandi saja. Zalfa tunggu sambil tadarusan dulu.,"
" Mas Azzam, bangun yukk!!" titahnya sekali lagi, membangunkan Azzam yang masih tetap dalam posisi nyenyak.
Tapi sepertinya Zalfa tidak menyerah, dirinya tetap kekeh membangunkan Azzam untuk jamaah sholat subuh bersama. Dengan menepuk pelan lengan suaminya berulang, yang membuahkan hasil sekarang.
Azzam terbangun dari tidur nyenyak nya. Memaksa tubuhnya untuk segera bangun dari tempat tidur yang sangat melenakan hidup manusia.
Namun atensinya sekarang teralihkan setelah mendapati perempuan yang tengah duduk dihadapannya. Sepertinya dirinya lupa, sekarang bukan hanya dirinya saja penghuni kamar ini.
Melihat itu, Zalfa kembali membuka suaranya,
" Mas Azzam, air hangatnya sudah Zalfa siapin. Zalfa tunggu sambil tadarusan ya, sembari menunggu mas selesai di kamar mandi."
Perkataan Zalfa menuntut Azzam bangkit, untuk segera bergegas ke kamar mandi memberikan tubuhnya.
*****
Pemandangan pertama, dimana Azzam mendapati istrinya melantunkan ayat-ayat Allah dengan suara indahnya. Membuat tubuh dirinya mengerang, merasakan sensasi asing yang menjulur ke seluruh tubuhnya.
Padahal dirinya telah memantapkan diri, agar didalam ikatan pernikahan ini dirinya tidak terjatuh dalam perasaan yang tidak pernah dirinya harapkan.
Dimana perasaan cintanya telah hilang terbawa kenyataan pahit yang sangat menghancurkan jiwanya. Dia telah membawanya jauh untuk digenggam kembali, namun dengan harapan cinta itu kembali kedalam genggamannya.
Bukanlah seorang Zalfa Alesha Banafsha yang harusnya berdiri di sampingku, tetapi dia Khanza Zunaira Najwa yang seharusnya bersanding dan sepenuhnya menerima kasih sayangku.
صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ
Kalimat itu mengakhiri tadarus Zalfa, setelah menyadari keberadaan suaminya yang telah selesai membersihkan tubuhnya. Seraya mempersilahkan Azzam untuk segera melangsungkan sholat subuh pertama mereka.
Bagi Zalfa hal sederhana ini (berjamaah bersama dengan sang suami) bagaikan sebuah momentum yang tidak akan pernah dirinya lupakan. Beribadah bersama dalam menyempurnakan ketaatannya kepada Allah adalah kado terindah sepanjang hidupnya.
Karena sekarang satu dari banyaknya impiannya telah terwujud, yakni bersanding dengan pujaan hatinya membangun rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah.
" Mas Azzam, " panggilnya sembari menggantung tangan kanannya untuk bersalaman sebagai salah satu Sunnah setelah melaksanakan sholat lima waktu berjamaah.
Menyadari itu, Azzam bergegas membalas salaman Zalfa untuk menghormati dirinya yang sekarang telah istrinya.
Suasana canggung menyelimuti kamar pengantin baru tersebut, dimana Zalfa yang masih malu-malu dan juga Azzam yang masih tetap bergelut dengan perasaannya sendiri, meratapi langkah yang dirinya sendiri ciptakan tanpa memikirkan akhirnya. Sebelum akhirnya, Azzam memecahkan keheningan diantara mereka.
" Zalfa!!, hari ini kita harus berkemas untuk langsung pindah ke rumah saya sendiri "
" Iya mas Azzam, tetapi alangkah baiknya kita nginep dulu di rumah Abah....?"
" Di lain waktu, kita masih bisa kok untuk mengunjungi Abah sekaligus menginap disana,"
" Saya harus bergegas pulang, karena besok akan ada meeting yang tidak dapat saya tinggalkan."
" Jika kamu, masih ingin tinggal bersama Abah silahkan. Karena saya juga tidak memaksa kamu untuk langsung ikut bersama dengan saya." ujar Azzam mempertegas ucapannya.
Mendengar penjelasan sang suami, membuat Zalfa menyadari kesalahannya. Merutuk dirinya sendiri, yang masih berjalan satu hari rumahtangga yang ia jalani, tetapi dirinya sudah membuat kesalahan kepada suaminya.
Tubuh Zalfa terguncang samar, menundukkan pandangannya tak sanggup lah menatap wajah pujaan hatinya, dirinya benar-benar menyesali perbuatannya yang asal bicara tanpa berfikir dahulu penyebab dari perkataannya.
" Maaf mas, seharusnya saya mengikuti perkataan mas Azzam yang dimana sekarang sudah menjadi mahram saya.,"
" Dan sudah seharusnya saya, untuk selalu mematuhi perintah dan tutur kata mas Azzam. Maaf sekali lagi ya mas, Zalfa masih kekanak-kanakan."
Helaan nafas panjang Azzam tercekat jelas, dirinya benar-benar sangat membenci situasi seperti ini. Kondisi dimana dirinya berada pada posisi serba salah, yang membuat ia harus bersikap sabar dalam menghadapi kondisi itu.
Tangan kanannya terulur mengusap lembut bahu wanita dihadapannya, seraya berucap " Sudahlah, sekarang berkemas lah. Penjemput kita akan tiba pukul 7 tepat."
Zalfa mengangkat kepalanya kembali, menatap mata suaminya sembari mengangguk memberikan jawabannya.
*****
Assalamualaikum, Zam.
Pak Husni, sudah dalam perjalanan. Sekitar 20 manit lagi beliau akan sampai ketempat mu.
^^^Baik, thanks bro. Sampai jumpa besok, untuk sekali lagi aku membutuhkan bantuan mu!!^^^
Sans aja, kek sama siapa aja sih. Selagi aku masih bisa membantu sahabat karibku ini, buat apa menyia-nyiakan, yang bahkan dirinya selalu ada buat gw dalam kondisi apapun.
^^^Makasih sekali lagi Jeff, udah ngerepotin banyak banget sama kamu.^^^
^^^Oh ya, tolong beritahu Devan untuk membawa berkas-berkas yang harus aku koreksi di rumah. Sepertinya menyibukkan diri adalah cara ampuh untuk sekarang.^^^
Oke, dan sekali lagi. Gw harap untuk sekarang dan kedepannya, jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Yang membuat kerugian maupun kekecewaan pada dirimu sendiri.
Aku tutup telfonnya, assalamualaikum.
^^^Waalaikumsalam warahmatullah.^^^
Zalfa berjalan menghampiri Azzam yang tengah berdiri di balkon hotel tempat mereka melangsungkan resepsi pernikahannya.
" Mas Azzam, ini sudah siap semua. Tinggal diusung ke bawah."
" Turunlah ke lobby, saya akan membawa barangnya." balas Azzam.
" Iya mas, Zalfa duluan kebawah nggeh, assalamualaikum,"
" Waalaikumsalam."
...----------------...
...Assalamualaikum, teman teman semua. ffyyynn kembali bersama cerita baru ini, semoga saja expectasi ffyyynn cerita ini dapat mewarnai hari-hari kalian memberikan sebuah pesan kehidupan dalam diri kalian, dan insyaallah cerita ini bisa dijadikan pelajaran hidup....
...Untuk ME AND YOU, insyaallah akan update kembali setelah cerita ini mencapai target 20 chapter pertama debut....
...Sekian dari saya, selamat menikmati karya aku yang amburadul ini 🤣🤣🤣...
...Instagram: ffyyynn_...
...Segala informasi per update an ada disana, monggo langsung di follow saja....
" Pak Azzam, selamat pagi. Dan selamat menempuh hidup baru bapak Azzam." salam dari bapak Husni sembari menjabat tangan atasannya, beliau baru saja sampai untuk menjemput Azzam beserta Zalfa.
" Pagi juga pak Husni, dan terimakasih atas ucapannya."
" Kalau begitu mari bapak, silahkan langsung saja masuk kedalam mobil. Beserta ibu silahkan masuk Bu..!" seraya membukakan pintu untuk mereka berdua.
" Terimakasih ya pak," ucap Zalfa setelah memasuki mobil hitam itu.
" Iya Bu, sama-sama."
Setelah seluruh barang telah dimasukkan kedalam bagasi mobil, pak Husni bergegas untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah milik atasannya tersebut.
Hari kemarin, dimana dilangsungkannya pernikahan dari Azzam beliau tidak dapat menghadiri acara pernikahan tersebut dikarenakan bertepatan dengan hari pernikahan putri beliau. Namun, beliau juga turut berbahagia, melihat status atasannya tersebut yang sekarang telah memantap kan dirinya kedalam bilih rumah tangga.
Namun kondisi didalam mobil itu sepertinya terlalu hening, antara sepasang suami-isteri di sana yang tengah tenggelam dalam dunia mereka masing-masing. Yang menimbulkan sebuah penasaran besar dalam diri bapak Husni.
Hanya keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka hingga di mana mereka telah sampai disalah satu rumah yang cukup luas besarnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
" Terimakasih ya pak, saya masuk ke dalam dulu." lirih Zalfa, memberikan ucapan terimakasih kepada bapak Husni yang telah membawa mereka dengan selamat sampai tujuan.
" Baik Bu, sudah tugas saya untuk menghantarkan ibu dan bapak disini."
Zalfa untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya kedalam rumah besar ini, menyisakan rasa penasaran dalam dirinya. Melihat kenyataan akan suaminya sendiri yang belum dirinya ketahui, rumah ini, dan semuanya, seperti tertampar kenyataan yang luar biasa.
Dimana sekarang dirinya, benar-benar bertambah kekagumannya terhadap seorang Muhammad Azzam Ashraf Yazdan. Sungguh, pria itu sangat misterius bagi dirinya.
" Mulai sekarang, rumah ini adalah tempat tinggal kita. Dan hanya saya dan kamu yang menempati rumah ini, tanpa adanya orang asing lainnya yang dapat masuk disini.,"
" Seperti ucapan saya barusan, tidak akan ada asisten rumah tangga disini. Apakah kamu keberatan....?"
" Karena saya sangat tidak menyukai adanya orang lain yang mencampuri urusan saya, dan saya lebih suka ketenangan tanpa adanya kebisingan."
Mendengar penjelasan panjang Azzam, Zalfa mulai menyadari akan kondisinya sekarang. Walaupun belum menyadari sepenuhnya akan apa yang hidupnya jalani mulai sekarang.
Dengan senyuman manisnya, Zalfa menjawab perkataan suaminya. " Zalfa sama sekali tidak keberatan kok mas, insyaallah Zalfa sanggup untuk mengurus mas Azzam dan rumah ini sendiri tanpa adanya asisten rumah tangga."
Tatapan mata Zalfa sendu, memandang indahnya ciptaan Tuhan didepannya ini. Walaupun terkadang dirinya merasa tidak pantas untuk bersanding dengan suaminya.
Tutur batinnya bagaikan malapetaka, dan sekarang kenyataan pahit akan kehidupannya akan dimulai sekarang. Dimana setelah Azzam melanjutkan perkataannya,
" Dan satu lagi, untuk sekarang kita akan berpisah kamar. Dimana kamar utama di ujung sana adalah kamar kamu, dan saya mengambil kamar atas."
" Dan saya mohon, untuk kamu jangan pernah sekali saja memasuki kamar maupun ruang bekerja saya tanpa adanya izin dari saya sendiri!!!" sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Zalfa sendiri dalam kesunyian rumah tersebut.
Bagaikan Sambaran petir yang menyengat tubuhnya, ucapan Azzam begitu sangat melukai perasaannya. Menerima kebenaran akan dirinya sendiri yang kenyataannya tidak diinginkan kehadirannya dalam hidup suaminya.
Tubuhnya bergetar hebat, detak jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya menyisakan rasa sesak di dada yang begitu menyakitkan.
Membawa tubuhnya untuk segera memasuki kamarnya seraya tersenyum menahan airmata nya yang sebentar lagi akan jatuh ke permukaan pipinya.
Cklek!!!
Tubuh Zalfa dalam sekejap merosot didepan pintu kamarnya, airmata nya telah jatuh tak terbendung menyesakkan dada. Meninggalkan isakan lirih menyakitkan dalam tangisannya.
Tetapi menangis bukanlah hal yang dapat menyelesaikan masalah sekarang, walaupun begitu dengan menangis adalah solusi yang tepat untuk membantu meredakan luapan isi hati.
Zalfa mengusap air matanya, berusaha meredakan rasa sakit dalam hatinya. Seraya membimbing tubuhnya untuk segera bangun dari ketidak berdayaannya, melangkahkan kakinya dengan pasti ke kamar mandi dan mengambil air wudhu.
Sepertinya mengadu kepada Allah adalah jalan keluar yang terbaik sekarang. Sampai dimana dirinya tertidur menghadap kiblat, dengan mata sembabnya.
Hingga dimana lantunan adzan ashar membangunkan Zalfa.
Membawanya segera bangun untuk melanjutkan menghadap sang penciptanya, dan bersiap untuk menyiapkan makan malam suaminya yang sekarang telah menjadi kewajibannya.
...*****...
Azzam bejalan menuruni tangga, menuju kitchen room yang terletak di lantai pertama rumahnya. Rasa haus yang mengganggu memaksa dirinya untuk turun, sampai dimana hal yang tidak dirinya inginkan untuk berhadapan dengan istrinya sekarang ini terjadi.
Disana Zalfa bergerak dengan lincahnya, berkutat dengan peralatan-peralatan dapur beserta aroma wangi masakan khas yang menyelimutinya.
Azzam dirinya sama sekali tidak bergeming, melangkah acuh menuju lemari pendingin untuk mengambil minuman seperti apa tujuan awalnya. Tapi sepertinya, Zalfa menyadari keberadaannya.
" Mas Azzam, mas mau makan...?"
" Makan malamnya Zalfa sajikan sekarang ya, mas Azzam duduk dulu sebentar. Zalfa siapkan makanannya dulu.,"
Dengan terpaksa Azzam menuruti titah sang istri, kebetulan perutnya juga tidak bisa diajak kompromi setelah dirinya melewatkan makan siang hari ini.
Langkah kakinya berjalan pasrah menuju tempat makan, dan menduduki salah satu kursi meja makan tersebut.
" Sebelumnya, Zalfa mohon maaf. Jika masakan Zalfa kurang selera di lidah mas Azzam, tapi saya berharap semoga mas Azzam dapat menikmatinya."
" Karena keterbatasan bahan makanan, jadi Zalfa masak seadanya yang ada di dalam lemari pendingin." tambah Zalfa menjelaskan.
Walaupun tanpa adanya respon dari suaminya, itu bukan menjadi penghambat bagi dirinya untuk tetap berbakti pada suaminya.
Mulai sekarang, Zalfa telah memantapkan hatinya untuk menjadi manusia tangguh dalam dirinya. Agar kedepannya permasalahan hati bukanlah hambatan dalam menjalankan hidup dan beribadah kepada Tuhan yang maha kuasa.
Ting tong, Ting tong
" Sepertinya ada tamu mas, Zalfa kedepan dulu ya, membukakan pintunya.,"
" Tunggu, biar saya saja yang membukakan pintu. Saya sudah selesai makanya, kamu bisa lanjutkan dulu makan malam mu." celetuk Azzam, seraya meninggalkan ruang makan dan bergegas menyambut tamunya.
cklik...!!ys
" Selamat malam pak Azzam, mohon maaf apabila mengganggu waktu istirahat anda,"
" Seperti perintah bapak, saya datang kemari hanya untuk memberikan berkas-berkas yang bapak butuhkan." Devan menjelaskan, Seraya menyerahkan berkas dokumen perusahaan kepada petingginya, mengingat sekarang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dimana seharusnya waktu istirahat dari aktivitas panjang.
" Terimakasih ya Devan, dan sampai jumpa besok di kantor." jawab Azzam seadanya.
" Baik pak, kalau begitu Saya pamit undur diri. Sekali lagi mohon maaf jika kedatangan saya mengganggu istirahat bapak."
" Assalamualaikum," salamnya dengan menganggukkan kepalanya memberi hormat kepada Azzam.
" waalaikumsalam warahmatullah,"
Azzam kembali memasuki rumahnya, dengan membawa tumpukan berkas ditangannya. Berjalan lurus menuju ruang kerjanya, tanpa memperdulikan keberadaan Zalfa yang tengah membersihkan ruang makan disana.
Bagi Azzam, hari ini adalah hari terberat yang dirinya jalani. Kunang-kunang akan masalah perasaannya, kehadiran sosok asing dalam lingkup kehidupannya, membuat Azzam tertekan menerima kenyataan.
Dirinya juga mengakui, akan kecerobohannya dalam mengambil keputusan kali ini.
Melibatkan seseorang yang tidak bersalah masuk kedalam masalahnya, dan mungkin akan berakhir dengan sakit hati yang dirinya terima.
Nasi sudah menjadi bubur, dan rumah tangga tanpa cinta ini menjadi akhir kisah dari keterpurukan ku. Walaupun, didalam lubuk hatinya yang terdalam masih mengharapkan kehadiran sang pujaan hatinya kembali ke dalam hidupnya.
...Teman teman semuanya, jangan lupa vote nya 😉, apalagi commentar....
...Fyfy udah gak sabar buat berinteraksi sama kalian. Dan satu lagi share sebanyak mungkin cerita ini....
...Untuk mengetahui bab selanjutnya, atau bahkan cerita ku yang lain. Kalian bisa mampir ke sini nih:...
...ffyyynn_...
Happy reading, guys 🎊
" Selamat pagi mas!"
" Sarapannya sudah Zalfa siapin, dan ini untuk bekal makan siangnya ya mas." ucap Zalfa sembari menyerahkan bingkisan bekal kepada suaminya.
Dan bergegas pergi meninggalkan ruangan tersebut, untuk menjaga perasaannya sendiri. Tapi sepertinya Zalfa harus mengurungkan niatnya sekarang, setelah Azzam menahannya untuk menunggunya sebentar.
" Tunggu sebentar, ada hal yang ingin saya sampaikan kepada mu," tuturnya menghentikan langkah Zalfa yang akan pergi meninggalkan ruang makan tersebut.
Sebagai seorang istri, perintah suami adalah kewajiban bagi seorang wanita. Dimana mematuhinya merupakan surga bagi dirinya.
Zalfa, berbalik sembari mendudukkan dirinya. " Kalau begitu, mas Azzam lanjutkan dulu makanya. Zalfa tunggu disini."
Keheningan pun menyelimuti ruangan tersebut, yang ada hanyalah bunyi gesekan sendok dan piring yang tengah menjadi alas makan Azzam.
Zalfa, dirinya benar-benar memilih diam duduk di kursi ujung yang berseberangan dengan Azzam.
Selesai menghabiskan sarapan paginya. Azzam, dirinya menghampiri keberadaan istrinya, menyerahkan dua buah kartu debit dan sebuah kunci mobil kepada Zalfa.
" Didalamnya mungkin nominalnya tidak seberapa bagi kamu, tapi kartu itu dapat kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,"
" Dan satu lagi, saya tidak akan memberikan kekangan atau apapun itu. Lakukanlah aktivitas seperti biasa apa yang sehari-hari kamu kerjakan."
" Permisi!!! " Satu kata itu menutup interaksi mereka, Azzam bergegas meninggalkan Zalfa sendiri disana.
Menyisakan keheningan yang selalu menyertainya, dan mungkin akan menjadi salah satu bagian dari hidupnya disini. Mungkin itu semua bukan keinginannya , tetapi keadaan yang memaksanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
" Selamat pagi Bapak Hartono Atmadja." Salam hormat, Azzam berikan kepada mitra kerjanya Bapak Hartono. Salah satu orang berpengaruh dalam dunia perbisnisan di Indonesia.
Yang baru saja tiba di tempat pertemuan ini.
Kesempatan emas ini benar-benar tidak dirinya sia-siakan, bekerja sama langsung dengan petinggi PT. ATMADJA adalah sebuah kesempatan emas dalam menambah citra baik perusahannya. Menempatkan satu tingkat diatas perusahaan-perusahaan lainnya, dan membawanya menuju kejayaan.
Beliau Membalas jabatan tangan Azzam, dan membalas salam dari pria muda yang penuh akan ambisi pada dirinya." Pagi Bapak Azzam, "
" Dan selamat atas pernikahannya." Ucap Bapak hartono memberikan selamat kepada Azzam atas pernikahannya.
Senyuman hormat membalas ucapan beliau, " Terimakasih Bapak, sangat terhormat sekali atas ucapannya."
" Baik kalau begitu bisa kita mulai, pertemuan kali ini."
Perkataan beliau Bapak Hartono, menuntun mereka semua yang menghadiri pertemuan bisnis ini kembali pada tujuan utama pertemuan kali ini.
Kerja sama dalam mengembangkan perusahaan ini, menjadi lebih baik lagi menuju kejayaannya.
*****
" Congratulations, my brother." cetus Jeffry, seraya merangkul pundak Azzam. Yang hari ini juga ikut terlibat dalam pertemuan bisnis itu menemani sahabat karibnya.
" Thank's, mungkin kalau tidak ada keberadaan mu akan sedikit rumit pertemuan kali ini." jawab Azzam sekenanya.
" Bisa ae lah elu mah, "
(HHHHHHHH)
Tawa mereka begitu sangat bahagia, berjalan beriringan meninggalkan Restaurant bintang 5 yang menjadi tempat pilihan pertemuan bisnis penting kali ini. Senyuman dalam wajah mereka tercekat jelas, membuat siapapun yang melihatnya turut merasakan kebahagiaanya.
Mereka berdua, melanjutkan perjalanannya kembali ke perusahaan PT AK (Persero) Tbk . Yang didirikan oleh Azzam 3 tahun lalu, yang berjalan di bidang furniture Desing dan Kontruksi.
Jeffry, sebenarnya dirinya adalah seorang jaksa. Yang kesibukannya dua kali lipat dari Azzam, kasus-kasus yang harus dirinya tangani silih berganti berdatangan.
Tapi untuk hari ini, demi sahabatnya dia rela melakukan apapun untuk Azzam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ting! Tong!
" Permisi ibu, apakah betul ini rumah Bapak Muhammad Azzam Ashraf Yazdan?" ucap seorang lelaki yang sepertinya adalah kurir paket.
" Iya betul, pak" jawab Zalfa, jujur.
" Baik ibu, saya dari JNA express. Izin untuk mengantarkan pesanan bapak Azzam."
" Silahkan mas, ada yang perlu saya tanda tangani...?"
" Iya Bu, mohon untuk memberikan tanda terima disini," ungkap mas mas kurir yang mengurus tanda terima. Serta kurir lainnya yang sedang menurunkan peket kirimannya.
" Terimakasih ibu, saya izin pamit. Assalamualaikum,"
" Waalaikumsalam warahmatullah."
🌼🌼🌼
Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam, namun tanda-tanda akan kedatangan Azzam belum juga terlihat hilalnya.
Walaupun keadaan hubungan antara mereka yang tidak jelas, sebagai seseorang yang telah dinikahi sah secara agama maupun negara. Perasaannya sebagai seorang istri juga merupakan kewajaran dalam berumah tangga.
Mencemaskan keadaan suaminya, yang belum juga terlihat akan kedatangannya. Malam yang semakin larut, tiga jam telah berlalu, namun belum juga mendapati kendaraan Azzam yang memasuki pekarangan rumahnya.
Kecemasannya yang begitu tinggi, membuat Zalfa semakin takut akan keadaan suaminya.
Sampai dimana suara mobil yang memasuki pekarangan rumahnya menyadarkan lamunan, Zalfa. Seraya bergegas menyambut kedatangan suaminya.
Seseorang orang yang akan selalu dirinya agungkan, apapun keadaannya.
Klekk !!
" MAS AZZAM,!!"
Kekhawatiran itu tercekat jelas dalam wajahnya, melihat kedatangan Azzam yang tidak layak disebut baik-baik saja.
Tubuhnya mengerang hebat, suhu badannya benar-benar diatas normal, dan wajahnya yang pucat pasi menjelaskan kondisinya sekarang.
Tanpa pikir panjang. Zalfa, memerintahkan pria yang datang bersama suaminya untuk membantu membawa Azzam kedalam kamar tidurnya, walaupun setelahnya dirinya akan mendapatkan sepatah kritikan pedas dari suaminya.
Setelah melakukan pertolongan pertama pada Azzam, mengompres tubuhnya, dirinya menghampiri lelaki yang masih berada disana. Mimik wajahnya juga ketara sekali, begitu menghawatirkan keadaan suaminya.
Sebelum Zalfa membuka suaranya, lelaki tersebut lebih dulu memulai bicaranya. " Bu, saya sudah memanggilkan dokter yang biasa menangani bapak untuk datang."
" Mungkin, beberapa menit lagi beliau akan segera tiba." tambahnya.
" Terimakasih ya, mas!" Hanya kata itu, yang dapat dirinya ucapkan sekarang.
Ditambah dengan keingin tahuannya yang tinggi, akan sangat menyesakkan bila dirinya tidak cepat mengetahuinya.
" Mohon maaf, mas. sebelumnya Kalau saya boleh tahu, bagaimana mas Azzam bisa sampai seperti ini??" suaranya terdengar lirih. Namun, sangat memilukan disana.
" Maaf untuk sebelumnya, ibu. Saya hanya mendapati bapak telah tergeletak tak sadarkan diri di ruangannya."
" Kami, juga tidak mengetahui persis apa penyebab bapak sampai seperti ini. Saya, mengira bapak hanya tertidur tetapi ternyata demam bapak cukup tinggi." jelas lelaki yang tak lain adalah Devandra
" Bu, mohon izin sebentar. Sepertinya dokter Aldi telah datang, saya izin untuk menjemput beliau. Permisi Bu!!".
Cklek
"Assalamualaikum,". Ucap dokter Aldi, yang baru saja memasuki kamar tidurnya.
" Waalaikumsalam warahmatullah. Silahkan, dokter."
" Van, apakah kamu lupa. Bahwa Azzam tidak dapat memakan makanan itu."
" Atau jangan-jangan, kamu sama sekali tidak bisa melarangnya...?" tutur dokter Aldi, yang telah Azzam percaya i untuk menjadi dokter pribadi keluarga mereka.
Perasaan bersalah yang amat dalam, begitu mengutuk perasaan Devandra, yang hanya dengan masalah sepele seperti inipun, dirinya sama sekali tidak bisa menanganinya.
Sudah yang ketiga kalinya Azzam seperti, bertindak semaunya sendiri tanpa memikirkan kondisinya tubuhnya yang akan dirinya hadapi.
Dan sekarang, adalah keadaan yang benar-benar dokter Aldi sesalkan. Tanpa disengaja maupun dirinya sengaja tindakan Azzam kali ini benar-benar sungguh sangat kelewat batasnya.
Dan Yang beliau harapkan sekarang adalah, bahwa Zalfa. Tidak akan pernah mengetahuinya.
" Sepertinya ada hal yang janggal disini, atau kah ini cuman perasaan ku saja!!!"
...------------------------------------------------...
...🥱🥱🥱...
...Saya berharap, semoga part ini adalah awal dari proses saya. Menuju kesuksesan impian keluarga saya....
...Kalian juga gitu ya, pandai-pandai yukk bersyukur. Agar seluruh nikmat yang Allah berikan pada kita semua senantiasa terkabul hajatnya....
...Hari ini, satu bab dulu ya....
...Dan insyaallah, besok akan saya usahakan untuk update lagi di tengah padatnya jadwal kegiatan Azzam dan Zalfa....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!