NovelToon NovelToon

DIBALIK PESONA DAHLIA

Kehidupan Dahlia di Layar Kaca

Kisah Sebelumnya.

Sekolah Menengah Atas, pagi hari di hari senin. Sebelum upacara di mulai anak-anak menunggu di kelas sampai bel instruksi berbunyi. Saat ini siswa dan siswi duduk berkumpul sambil fokus dengan ponselnya masing-masing.

"Lihat ini, wah mereka happy banget..." Ucap teman Dahlia yang sedang melihat beberapa postingan baru milik family. Mereka berkumpul dan saling memberikan komentar pada postingannya.

"Ah ngiri banget deh" lirih salah satu anak.

Yah, siapa yang tidak merasa iri, pasti ada saja yang iri karena melihat keluarga yang super bahagia. Bahkan mereka sangat kompak, tidak ada tekanan atau sesuatu yang menyedihkan terlihat? Keluarga itu terlihat sempurna?

"Pengen deh jadi anak angkatnya, hahaha" mereka masih fokus melihat apa yang di tontonan oleh keluarga Dahlia.

Memang keluarga Dahlia terlihat harmonis, bahkan teman-temannya sering iri melihat kekompakan Dahlia dan kedua orang tuanya di balik layar. Keluarga Dahlia selalu menampilkan moment bersama yang memang terlihat akur dan harmonis di setiap postingan di media sosial milik masing-masing?

Ya, tak hanya itu untuk menunjukkan betapa mereka sangat bahagia mereka pun membuat berbagai akun media sosial yang mengatasnamakan family. Jadi, setiap postingan bersama mereka selalu mengabaikan nya di akun tersebut.

Ibu Dahlia terlihat sangat perhatian kepada anak semata wayangnya itu, bahkan terlihat setiap saat selalu menyempatkan waktu bersama Dahlia dan sangat memperhatikan perawatan kecantikan anaknya yang kini duduk di bangku akhir SMA(1).

(1)Sekolah Menang Atas (SMA)

"Pantes aja dia selalu kelihatan bening, orang sering diajak perawatan dan ini gila bagus banget," ucap salah satu dari mereka yang kini melihat postingan di tempat kecantikan.

"Ah pengen banget sih jadi anak nya, nyokap dan bokap nya super perhatian abis," mereka mengiyakan pendapat yang lainya. Mereka menjadi iri dengan keluarga Dahlia yang selalu memperlihatkan kebersamaan.

Gerbang sekolah

Begitu juga dengan Ayah nya yang tak pernah lupa untuk mengantarkan Dahlia ke sekolah. Hal ini selalu menjadi pusat perhatian teman-temannya apabila melihat Dahlia di antarkan.

Saat Dahlia turun dari mobil, teman-temannya datang dan merangkul Dahlia, "Wih anak ayah bunda... Selalu aja ya diantar jemput tepat waktu lagi? Gak pernah ke siangan, enak banget sih hidupmu bak putri aja!" Nyeletuk mulut Amelia.

Dahlia hanya tersenyum, yah Dahlia memang anak nya terlihat pendiam dan tidak banyak tingkah? Dia anak yang baik-baik, anak yang lembut dan palingan hanya tersenyum kepada orang-orang yang dia kenal tanpa banyak mengatakan apa pun.

"Hey ayolah Dahlia... Kenapa kamu dari dulu sampai sekarang hanya menyelipkan senyuman?" Tanya Amelia.

Dahlia menoleh, dan dirinya berjalan sambil menggandeng Amelia. Amelia hanya mengangguk masih tidak tahu kenapa temannya selalu bersikap seperti ini?

Bel berbunyi tepat saat Dahlia dan Amelia sampai di kelas, dan mereka pun langsung ke lapangan untuk upacara.

Mereka berbaris, "Hey Lia... Kemarin kamu berlibur kemana?" Tanya anak-anak kelas tadi yang rumpi.

Dahlia terdiam, dia tidak berbicara apa pun dan hanya merogoh kantong rok nya kemudian memberikan hadiah untuk nya.

"Hah, apa ini Dahlia?" Ucap anak itu sambil terkejut melihat cincin yang diberikan Dahlia.

"Diam lah, sedang upacara." Ucap singkat Dahlia.

"Ini untuk ku? Wah kamu beneran membelikannya..." Anak itu kembali bertanya sambil tidak percaya.

"Heh berisik! Nanti yang lain iri." Kata Amelia sambil memutar bola matanya malas.

Anak itu pun mengangguk.

"Lia," Teman nya dari samping mencolek Dahlia.

"Lia... Kamu tidak lupa kan?" Lanjutnya mengingatkan Dahlia.

Dahlia hanya mengangguk tanpa berkata apa pun, kemudian dirinya melirik Amelia yang ada di belakangnya. Amelia pun tersenyum dan mengangguk pelan seolah-olah dia sudah paham.

"Cukup diam lah, Dahlia sedang menghormati upacara... Kalian gak perlu khawatir." Ucap pelan Amelia sambil melirik ke kanan dan kiri.

Ruang Kelas

Kelas, setelah selesai upacara mereka semua selalu mengerumuni kursi Dahlia entah apa keinginan mereka, mereka datang dengan berbagai tujuan.

"Lia makasih ya..." Ucap ketika mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau.

Yah, Dahlia memang memiliki banyak teman bahkan satu sekolah tahu siapa Dahlia jadi mereka selalu terlihat baik, ramah dan menjadi temannya.

Lia tidak banyak mengatakan apa pun, dia hanya fokus dengan prestasi yang selalu di impikan oleh kedua orang tuanya. Jadi, dia tak pernah banyak keluar, ke kantin, bergosip atau apa pun itu ajakan teman-temannya yang bersifat sia-sia baginya.

Dan untuk tetap memiliki teman-teman Dahlia selalu memberikan apa yang mereka inginkan selagi itu masih bisa di lakukan oleh Dahlia. Jika tidak? Itu juga tidak masalah sebenarnya karena dengan kecerdasan dan kepintaran Dahlia mereka juga tidak bisa menjauhi Dahlia?

Tapi, jika mereka tidak mendapat apa yang mereka mau dari Dahlia terkadang anak-anak itu nyinyir dengan kata-kata yang begitu pedih, dan perlakuan itu membuatnya tak bisa fokus belajar.

Kring-kring kring suara bel berbunyi tanda istirahat.

"Saatnya istirahat" Bel berbunyi, anak-anak langsung bersorak ria untuk segera kembali membuat lingkaran dan menikmati waktu istirahat.

"Lia, kamu mau ke perpustakaan atau mau makan dulu?" Tanya Amelia.

"Aku ke perpustakaan," Dahlia menjawab.

Dia kini berjalan menuju perpustakaan, dan dengan ramah dirinya selalu tersenyum kepada orang-orang yang menyapanya.

"Kak Dahlia,"

"Hai kak aku di lantai atas..."

"Love you Dahlia," sorak anak-anak.

"Itu kak Dahlia tuh, pinter banget... Cantik lagi," anak-anak memperhatikan Dahlia dan saling berbisik.

Bahkan Dahlia merupakan anak populer di sekolahan Adidaya Wita, dia populer bukan karena jabatan atau organisasi? Dia populer karena termasuk anak yang pintar dan selalu memenangkan nilai terbaik setiap tahunnya.

Tak hanya disitu, dia juga merupakan perwakilan anak yang sering mengikuti berbagai macam lomba seperti Debat, Olimpiade sains, festival seni, jadi tak heran banyak anak yang nge fans. Berbagai poster di pajang di sekolahan menunjukkan prestasi yang sudah dicapai Dahlia.

Begitu karena Dahlia juga cantik dan berprestasi dia juga di jadikan model untuk promosi sekolahnya.

Hampir di sepanjang sudut terpajang beberapa poster tentang Dahlia.

Perpustakaan, Dahlia pun sampai di perpustakaan, dia mencari tempat duduk favorit nya di paling ujung dan pojok. Bagi Dahlia perpustakaan adalah tempat yang tenang dan nyaman, di sana dirinya bisa membuka berbagai sudut pandangan, dan membuka jendela baru dalam berpikir. Tak hanya itu, perpustakaan yang di kenal dengan tempat terhening di sekolahan membuat dirinya mampu beristirahat sejenak sambil menutup dirinya dengan buku.

Lelah nya Dahlia tak bisa dirasakan oleh siapa pun? Di sore hari sehabis pulang Dahlia tak bisa langsung merebahkan tubuhnya dengan sangat santai, pasalnya dia harus mengikuti beberapa bimbel untuk mempertahankan prestasi.

Dahlia harus belajar mati-matian demi membuat kedua orang tuanya bangga dan hal itu juga untuk mempertahankan reputasi keluarga Dahlia yang memang terkenal dengan segi keahliannya? Kedua orang tua Dahlia terbilang pintar dan sukses jadi anak nya juga harus seperti mereka bahkan mereka menuntut Dahlia seperti yang mereka impikan?

"Huh, aku lelah... aku ingin mengakhiri semua ini!" Ucap didalam hati Lia sambil melihat view dari jendela.

Dret dret... Suara getaran HP, panggilan telpon masuk dari ibunya yang secara tiba-tiba dan membuat Dahlia heran?

"Ibu?" Ucap sambil menggeser untuk mengirimkan pesan.

"Tumben sekali ibu menelpon? " pikir Dahlia.

...➳༻❀✿❀༺➳...

...Jangan Lupa Rekomendasi Karya ...

Awal dari segalanya, kenapa?

Dahlia memilih mengirimkan pesan kepada ibunya, karena Dahlia tidak ingin membuat kesalahan di perpustakaan. 

Dahlia : Aku sedang di perpustakaan, kenapa? 

Itu adalah pesan yang disampaikan olehnya kepada sang ibu. Dahlia dan ibunya sebenarnya tidak sedekat di media sosial bahkan Dahlia juga bersikap dingin kepada kedua orang tuanya. 

Ibu : Nanti ibu jemput kamu. 

Dahlia terdiam sejenak, karena tidak biasanya ibu menjemput Dahlia. Setiap hari Dahlia diantar jemput oleh sang Ayah. "Kenapa jadi ibu, aneh sekali... Pasti ada sesuatu di antar mereka." Pikir Dahlia. 

Dahlia : Ya. 

Dahlia menjawab dengan singkat tanpa lagi bertanya, kemudian dirinya kembali memandang langit yang biru dan indah. 

"Seandainya, hidup ku secerah dan seindah langit itu," gumam Dahlia. Kemudian dirinya pun tersadar dan kembali tersenyum.

"Lucu sekali aku, padahal langit cerah pun bisa gelap," lanjutnya kemudian memilih untuk kembali membaca beberapa buku. 

Tapi, Dahlia tidak bisa fokus ? Sejatinya dia anak yang pemikir dia sekarang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi antara Ayah dan Ibunya. "Apa mereka berdebat?"

"Mereka pasti berantem lagi..." Pikir Dahlia, kemudian dirinya pun memilih untuk pergi dari perpustakaan ke tempat seni. Dia berharap ketika di sana bisa melepas pikiran yang mengganggu.

Dahlia pun berjalan dengan cepat, dia sudah tidak sabar ingin melampiaskan semua amarahnya dengan memainkan piano. 

Jantung Dahlia berdegup kencang, langkah kakinya pun tak terarah. Namun, saat dia melihat anak-anak lainya yang memperhatikan dirinya dia pun sadar dan berjalan seperti biasanya tapi tak ada senyuman.

"Hai kak Dahlia," sapa adek kelasnya.

Tapi, Dahlia tidak menghiraukan nya.

Laboratorium musik. 

Dahlia pun membuka pintu, dia berjalan perlahan mendekati piano. Tapi, piano itu sedang dimainkan oleh seseorang dengan syahdu? 

Dahlia pun menoleh ke belakang dan melihat ke kaca yang nampak anak-anak lainya sedang asyik menonton dan mendengarkan anak itu bermain piano. 

"Siapa dia?"

Dahlia memejamkan matanya dan berhenti melangkah, "Bisakah aku memainkannya?" Ucap Dahlia dengan hati yang tak sabar, dirinya pun menggenggam amarah karena pikirannya. Pikiran tentang ayah dan ibunya. 

Anak yang tengah asyik itu pun berhenti memainkan pianonya. "Dahlia," ucap Anak itu sambil melihat name tag yang tertera di seragamnya. 

Dahlia membuka matanya, "Siapa dia?" Ucap Dahlia sambil memicingkan matanya. 

Dahlia sepertinya tidak pernah bertemu dengan anak ini, wajahnya juga terlihat asing. Kini Dahlia masih berdiri di hadapan nya sambil memperhatikan dari setiap detailnya. 

"Yaaa Nando..."

"Nando..." Teriak anak-anak cewek dengan histeris. 

"Nando?" Gumam Dahlia, dirinya benar-benar tidak mengenal siapa Nando dan dia pikir Nando adalah anak baru sebab anak-anak cewek tidak biasanya histeris ini melihat wajah cowok? Yah, nama 'Nando' juga baru terdengar ditelinga nya. 

Nando memperhatikan Dahlia, "Tentu saja, aku juga ingin melihat seberapa hebatnya kamu?" Ucap Nando berdiri dihadapan Dahlia, dirinya juga tersenyum miring. 

Dahlia tidak banyak berpikir, dirinya pun duduk dan memainkan piano dengan hikmat. 

Nando dan anak-anak yang sedang mendengarkan instrumen itu dengan nikmati, itu terdengar sangat indah karena Dahlia sangat menghayati di setiap melodinya. 

Tak sedikit anak-anak yang mengabadikan Dahlia, mereka mem video kan Dahlia. 

"Kak Dahlia memang hebat," 

Suara itu membuat semua merasakan emosi yang sedang di rasakan oleh Dahlia? 

Beberapa menit setelah selesai Dahlia memainkan piano, Nando pun memberikan tepukan tangan sebagai tanda apresiasi nya.

"Pro pro pro" suara tepukan tangan. Sorak dari anak-anak di luar pun mengikuti tepukan tangan Nando. 

"Keren abis Lia... Huuuuu" ucap siswa siswi di luar yang menyaksikan nya. 

"Hebat juga, ternyata memang kamu berbakat," Ucap Nando. 

Dahlia hanya melirik, kemudian dirinya melangkah pergi tanpa meninggalkan sepenggal kata. Dahlia juga tidak tersenyum. 

Nando tersenyum, "Dahlia menurut ku dia sangat dingin, tapi... Kenapa orang-orang suka dengan Dahlia?" Ucap Nando sambil menggelengkan kepala. 

Benar? Bagi Nando, Dahlia itu terlihat sangat dingin. "Sikapnya berbeda, apa dia tidak suka dengan ku?" Pikir Nando yang melihat Dahlia hanya tersenyum ramah kepada anak-anak yang ikut menonton. 

"Sudah lah, tak perlu dipikirkan..." Ucap Nando kepada dirinya kemudian dia memilih untuk duduk dan memainkan piano kembali. 

Namun setelah beberapa detik, Nando malah kembali teringat dengan instrumen yang menyedihkan itu, lantas dirinya pun menghentikan jarinya. Begitu Nando juga merasa heran dengan Dahlia? 

"Kenapa dirinya harus menutup mata, dan mengepalkan tangannya... Apa dia tidak suka ada aku di sini? Atau dia sedang ada masalah?" Pikir Nando. 

"Lah, ngapain harus peduli?" Lanjut Nando kemudian menyeringai. 

Dirinya merasa lucu dengan apa yang dia pikirkan tentang Dahlia, dia seharusnya tak perlu memikirkan hal itu karena semua itu tidak ada hubungan apa pun dengan nya. 

Kelas 9 A. 

Di kelas, semua anak masuk ke dalam kelasnya masing-masing karena waktu istirahat telah habis. Kelas 9 A sangat ramai-ramai dengan anak-anak yang sedang asik bergosip bahkan mereka senang melihat apa yang ada dalam video itu. 

Tidak satu atau dua orang yang mengharapkan pertemuan Nando dan Dahlia adalah awal dari sebuah hubungan yang spesial. 

"Cocok ya mereka, Cantik dan Ganteng terus punya talenta yang sama," ucap Amelia sahabat nya yang sudah lama menantikan ada momen seperti ini. 

"Kalian setuju kan, kalau Nando kita comblang sama si Lia?" Lanjut Amelia tersenyum. 

"Setuju sih, tapi emang nya si Lia mau? Dia kan cewek dingin dan dia terlalu fokus sama prestasi..." Ucap salah satu siswi di kelas. 

"Nah itu peran kita, comblang mereka!" Ucap Amelia dengan semangat. 

"Tunggu, kamu kenapa tiba-tiba mau mereka pacaran sih?" Tanya mereka yang penasaran dengan Amelia yang tiba-tiba gak ada badai dan petir dia mau sahabatnya punya pacar? 

"Dan kenapa harus si anak baru itu?" Lanjut mereka. 

"Aku mau buat bahan novel tentang asmaranya Dahlia, kalian bosen kan lihat si Lia gitu gitu aja... Nah aku pengen nge bahas asmaranya Lia." Jawab Amelia sambil menyeringai. 

"Kenapa si Nando? Karena dia anak pindahan yang prestasi nya juga bagus banget... Anak nya ganteng dan juga lumayan baik, eh beneran baik sih." Lanjut Amelia. 

Mereka menganggukkan paham, dan setuju dengan ide Amelia. 

"Yah betul juga Mel, gue bosen baca novel lu yang isinya family Dahlia atau prestasi Dahlia..."

"Tapi, gimana kalau si Nando itu udah punya cewek?" 

"Tenang... aku juga gak asal comot! Nando itu masih jomblo setahu ku berdasarkan data di media sosial sih," jawab Amelia. 

Mereka sangat antusias dengan rencana Amelia. Bahkan mereka mendukungnya dan tidak sabar ingin membaca cerita itu. 

"Aah aku gak sabar Mel pengen baca."

Dahlia datang dengan senyuman tipis tak biasanya dirinya menampilkan mimik itu, yah... Dia selalu menampilkan wajah ceria, dan selalu bisa menutupi masalah yang sedang dia lakukan. 

Semua anak masih terdiam, dan memilih tidak menanyakan apa pun karena takut semakin membuat Lia menjadi semakin terbebani. 

Amelia sahabatnya lah yang memang selalu berani, yah... Karena Amelia itu sahabatnya. 

"Lia,"

"Kamu kayaknya lemes banget, kenapa?" Amelia bertanya dengan penasaran. 

"Tidak papa kok, hanya lelah saja setelah aku membaca banyak buku..." Jawab Dahlia berbohong. 

Dahlia memang tidak pernah mau berbagi masalah apa pun kepada siapa pun, dari dulu dari dia kecil dia selalu memendam semuanya sendiri. 

Bertemu Daniel?

Pulang sekolah, Dahlia bersama teman-teman nya berjalan menuju gerbang, dan sesampainya di gerbang sekolah Dahlia pun harus berpisah dengan mereka, karena dia sudah di jemput oleh sang ibu. 

"Lia, kamu pulang sama siapa?" Tanya Amelia yang penasaran, karena dirinya tidak melihat mobil Ayah Dahlia yang sudah familiar. 

Dahlia hanya menunjuk ke sebrang jalan tepat pada mobil berwarna silver. 

Mobil berwarna silver sudah menunggu Dahlia, "Aku duluan ya, bye." Ucap nya sambil melambaikan tangan. 

"Bye bye Dahlia, hati-hati ya..." Teriak Amelia. Dia tak henti memperhatikan Dahlia yang sedang menyebrang, dan Dahlia terlihat sedang berbincang dengan Ibu dan laki-laki asing? 

Entah siapa laki-laki itu, tapi Ibu Dahlia terlihat akur? Mereka terlihat sudah akrab tertawa satu sama lain bahkan Ibu Dahlia berani menepuk-nepuk lengan laki-laki itu. 

"Tumben banget si Lia di jemput ibunya?" Celetuk sama satu teman se kelasnya. 

"Iya, mungkin ayahnya sibuk kali." Jawab Amelia, tapi dirinya masih memantau Dahlia dan mereka. 

"Hmm, mungkin itu sahabat ibunya kali." Gumam di dalam hati Amelia tampak berpikir panjang dirinya hanya memantau Lia. 

Dahlia langsung bersalaman kepada Ibu dan laki-laki itu, dia juga tersenyum dengan ramah kepada laki-laki yang asing. Kemudian sang ibu pun memperkenalkan lelaki itu kepada anaknya. 

"Sayang ini om Daniel, dia rekan kerja ibu..."

Dahlia hanya tersenyum, dan sebenarnya dirinya sangat malas harus melihat tingkah ibunya yang terlihat genit. Sesekali sang ibu berbicara sambil merapikan rambut dan bajunya. 

Kini mata Dahlia tak berhenti memperhatikan tingkah ibunya dan laki-laki itu, "Siapa dia sebenarnya?" Pikir dengan rasa penasaran. 

Ibunya memang terlihat begitu dekat, bahkan ibunya sesekali tertawa dan tersenyum dengan manis? Ibu terlihat begitu tertarik dengan laki-laki yang usianya mungkin lebih muda dari ibunya. 

"Ayo bu kita pulang," Dahlia mengajak ibunya. Ketika Dahlia mengajak ibunya, Daniel pun tiba-tiba saja tersenyum kepada Dahlia, mata Daniel juga tak berhenti memandang gadis remaja yang memang memiliki paras cantik. 

"Dahlia, nama dan orang nya sangat cantik," ucap Daniel sambil melirik Laras (ibu Dahlia). 

Laras tersenyum. 

"Iya cantik seperti ibunya," lanjut Daniel. 

"Ah kamu ini bisa saja ya," jawab Laras. 

"Ibu, ayo pulang..." Ucap Dahlia sambil berjalan dan membuka pintu mobil. 

Di dalam mobil. Dahlia hanya menggeleng geleng kepala, dirinya tak habis pikir dengan sang Ibu dan si Daniel yang aneh? 

"Kenapa om Daniel menatap ku seperti itu, dirinya juga memperhatikan aku sambil tersenyum? Apa ada yang salah dengan ku?" Pikir Dahlia .... 

"Aneh," ucap Dahlia. 

Ibunya pun masuk ke dalam mobil dengan wajah yang terlihat senang, tanpa berbicara apa pun lagi ibu nya pun menyalakan mesin mobil untuk melaju.

Dahlia yang memang dihantui oleh rasa penasaran akan ayah nya yang tidak datang menjemput pun bertanya kepada sang ibu dengan wajah yang sedih. Jujur saja Dahlia tidak bisa menerima kenyataan jika memang benar ayah dan ibunya bertengkar kembali. 

"Kenapa ayah tidak menjemput?"

Ibunya memandang Dahlia, dia melihat wajah anak nya yang tiba-tiba bersedih. "Sibuk sayang," jawab ibu yang terpaksa berbohong. Laras berbohong karena dia tidak ingin membuat anaknya lebih bersedih. 

Namun, Dahlia tak percaya begitu saja kepada ibu nya karena dia tahu sesibuk apa pun ayah pasti dia bisa menjemput, jika pun tidak ayahnya selalu menghubungi Dahlia, bukan ibunya. 

Dahlia memperhatikan sang ibu, "Kenapa kau berbohong?" Ucap Dahlia sambil menatap tajam ibunya. 

Ibunya tidak bisa menjawab, dia benar-benar tidak tau apakah harus berbohong kembali? 

3 menit ibunya hanya terdiam lalu pura-pura tidak mendengar anaknya dia malah memasang earphones untuk beralibi mendapatkan panggilan. 

Dengan beraninya Dahlia mengambil earphones ibunya, yang membuat sang ibu terkejut bahwa anaknya benar-benar bisa seberani itu kepada ibunya sendiri. 

"Dahlia! Apa-apaan ini?" Tanya ibu dangan nada keras, ibunya juga pun berhenti dan menyampingkan mobilnya. 

"Apa? Ibu berbohong..." Ucap Dahlia. 

"Ibu berantem sama ayah kan?" Tanya Dahlia. 

"Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" Jawab sang ibu penasaran. 

"Aku melihat kalian berantem lagi semalam..." Jawab Dahlia dan meneteskan air mata. 

Dahlia tidak ingin melihat ayah dan ibunya bertengkar apalagi sampai bercerai dia tidak mau itu terjadi? Dia ingin keluarganya bisa utuh dan bahagia seperti dulu saat dirinya masih menjadi anak-anak. 

Ketika Dahlia berusia 3 tahun sampai 6 tahun dia benar-benar merasa bahagia, dia merasa keluarga nya sangat harmonis dan dirinya bisa merasakan cinta kasih dari kedua orang tua yang amat besar yang tiada taranya? 

Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama, pasalnya saat usia Dahlia menginjak 7 tahun dia pun melihat kejadian yang membuat hatinya sedih? Hingga saat ini masih tersimpan di memorinya dengan rapih. Kejadian menyedihkan itu terjadi tepat di hari ulang tahun Dahlia. 

Flashback on, kejadian masa lalu. 

Siang hari sebelum acara ulang tahun dimulai. 

Hari ulang tahun yang akan digelar sore hari seharusnya menjadi moment yang berbahagia itu malah terbalik, sebelum acara ulang tahun di mulai tiba-tiba saja Dahlia memergoki ibu dan ayahnya yang bertengkar karena dirinya? 

Ulang tahun nya akan diramaikan di rumah denga meriah tentu membuat Dahlia sangat bahagia apalagi kedua orang tuanya juga turut mengundang keluarga besar serta teman-teman Dahlia. Tapi, semua tidak lagi di harapkan oleh Dahlia setelah dirinya berdiri di depan pintu kamar orang tuanya yang terbuka? 

Dahlia berdiri dan mendengar mereka bertengkar. 

"Apa yang akan aku katakan, dibelakang meraka pasti akan mengejek ku ?"

"Kamu benar-benar tidak becus mendidik nya!" Lanjut dang ayah dengan emosi yang menggebu-gebu sambil memegang hasil rapor Dahlia. 

"Apa? Kamu menyalahkan ku, seharusnya kamu ngaca diri... Kamu ada perna tidak dalam mendidik anak mu?"

"Ya tentu aku memberikan semua fasilitas!"

"Aku juga memberikan fasilitas nya, bahkan turut menemani nya belajar!"

"Kenapa kamu tidak becus? Dia sangat bodoh... Jangan- jangan selama ini prestasi mu bagus kamu juga sukses itu karena ada seseorang di balik layar? Jangan jangan kamu membayar seseorang?" Ucap ayah sambil melemparkan rapor Dahlia. 

"STOP!" Laras marah. 

"Kenapa?" Tanya Ardia (ayah Dahlia) 

"Jangan-jangan dia bukan darah daging ku," lanjut Ardia. 

"Kamu keterlaluan! Kamu..." Laras meneteskan air matanya. 

" Jika dia anak ku dia akan seperti ku, dia tidak akan bodoh!" Ucap Ardia. 

Dahlia yang melihat dan mendengar semua pertengkaran itu membuat dirinya menangis, dan begitu hancur hati anak kecil itu saat melihat sang ayah melemparkan rapor nya. 

Dahlia mundur, dirinya berlari ke kamar dan menangis tersedu-sedu. Dikamar nya itu Dahlia menangis dan mencoret-coret bukanya. 

"Jika dia anak ku dia akan seperti ku, dia tidak akan bodoh!" Apa yang keluar dari mulut ayahnya itu terngiang-ngiang di telinga, dan membuat hati anak kecil itu menangis lagi dan lagi. 

Saat Dahlia mendengar sang ibu memanggilnya dia langsung menghapus air mata seolah-olah tak pernah menangis dan tak pernah tahu kejadian itu. Dahlia yang tidak ingin mereka bertengkar dirinya pun mengambil beberapa buku pelajaran dan membukanya. 

Dia duduk di kursi belajar sambil mencoba memahami apa yang ada dalam buku itu. Dahlia juga membacanya perlahan-lahan sambil mengeja nya. 

"Du-a pu-luh ti-ga di tu-li-s 23" ucap Dahlia. 

"Tuk tuk tuk" sang ibu mengetuk dan masuk ke kamar, betapa terkejut nya ibu melihat Dahlia yang tiba-tiba saja duduk di kursi belajar sambil belajar. 

"Sayang," panggil ibunya sambil mendekati Dahlia dengan mata yang berkaca-kaca. 

Dahlia tersenyum, dia sama sekali tidak menunjukkan hati nya yang remuk di depan ibunya. 

Ibu Dahlia pun memeluk, "Anak yang pintar"

Flashback off, Dahlia menatap ibunya dengan tajam. 

"Kenapa kalian bertengkar?" Tanya Dahlia. 

"Apa itu karena aku lagi?" Lanjut Dahlia. 

Ibunya pun langsung mengambil tangan putrinya itu, dia menatap sang putri dengan lembut. "Tidak adak sayang, kami memang sedang tidak cocok..." Jawab sang Ibu. 

"Apa yang membuat kalian tidak cocok?" Tanya Dahlia masih penasaran. 

Tapi sang ibu memilih diam dan melanjutkan perjalanan pulang. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!