"Mas Alex"
"Hm," gumam Alex tanpa melirik istrinya yang berdiri di ambang pintu ruang kerja nya.. Kedua matanya masih fokus membaca beberapa berkas penting yang ada ditangannya.
Bukan pemandangan yang aneh,sudah hampir setiap hari selama tiga tahun pernikahan, Alexander bersikap seperti itu.
"Aku mau bicara sama kamu Mas."
"Bicara saja," jawab nya yang lagi-lagi tanpa mau menatap istrinya.
Fifian lalu membuang napas panjang..
"Aku mau bicara penting, Mas. kamu bisa meluangkan waktu untuk ku sebentar saja mas??!!"
"Sepenting apa sih, langsung aja utara kan bisa kan..??"
Fifian diam sejenak seraya mengumpulkan keberanian nya untuk mengungkapkan keinginan nya..
"Aku mau cerai..!!"
Alexander yang kala itu sedang serius memeriksa berkas penting nya tiba tiba tangan nya terasa kaku seakan mati rasa
Sesaat, pikiran dan Otaknya tidak bisa berfikir karena terlalu kaget mendengar apa yang di ucapkan Fifian..
Kalimat yang tak pernah terbayangkan oleh Alex kini diucapkan oleh istrinya.
"Kenapa?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Alex karena dia sungguh sangat tak percaya Fifian meminta cerai kepada nya
"Kamu bertanya kenapa? Kamu pun pasti tau jawaban nya, Mas."
"Aku nggak tau," ucap Alexander dengan polos nya yang membuat Fifian menjadi tambah marah dan merasa jengkel..
"Apa salah ku Fifian ..apa yang aku lakukan sampai membuat kamu merasa lelah. Aku selalu membebaskan kamu melakukan apa yang kamu mau. Mau jadi ibu rumah tangga silakan, mau menjadi wanita karir pun silakan. Aku nggak pernah membatasi ruang gerak kamu.. Permintaan ku hanya satu, tolong sayangi anak-anak dengan baik. Saat di rumah, aku juga jarang bicara sama kamu, aku nggak pernah marah, nggak pernah negur kamu. Kamu bebas."
Demi apapun, Fifian ingin sekali berteriak memaki suaminya dengan puas..Fifian. Tolonglah jangan kayak gini. Aku malas harus menikah lagi dan menyesuaikan diri lagi. Kasihan Gina sama Gani Mereka juga udah sayang sama kamu."
"Kalau kamu... Kamu nggak sayang sama aku?"
"Apa itu penting? Yang penting semua baik-baik saja."
"Apanya yang baik-baik aja, Mas!"
Fifian berdiri, dia menarik paksa lengan Fifian agar duduk. Namun Fifian justru memalingkan wajah.
"Tolong tatap aku," Alexander mengarahkan wajah Fifian agar menatap nya. Dia tersentak saat melihat air mata istrinya. Selama tiga tahun menikah, sekalipun Fifian tak pernah sama sekali mendengar Fifian menangis.
"Kamu menangis?"
"Kenapa? Kaget? Tanpa kamu sadari setiap malam aku nangis, Mas."
Hati alex mencelos.
Selama tiga tahun pernikahan Fifian terlihat baik-baik saja.
Setiap bangun Fifian selalu tersenyum, menyiapkan keperluan ke kantor, menyiapkan sarapan, mengurus Gina dan Gani , dia melakukan semua itu dengan wajah ceria. Dia tidak pernah mengeluh atau protes.
Pun saat Alexander bilang...
'Aku belum siap untuk malam pertama'
Fifian menerima sepenuh hati. Fifian tidak pernah menuntut nafkah batin.Apa selama ini hanya bersandiwara? Dia pura-pura baik-baik saja.
"Kenapa kamu nggak bilang?
"Gimana aku mau bilang? Kamu dari pagi sampai sore sibuk kerja, pulang dari kantor kamu main sama anak-anak, lalu malam hari kamu langsung tidur. Begitu terus selama tiga tahun. Aku lelah batin, Mas. Aku masih bisa menahan lelah fisik, tapi lelah batin terlalu menyakitkan."
Air mata Fifian menetes kembali. Sesak di dada yang tak tertahan membuatnya tak mampu lagi menahan air mata. Selama tiga tahun Fifian memendam sendiri, berusaha menguatkan hati atas sikap suaminya yang begitu dingin dan cuek. Fifian berusaha untuk bertahan beberapa saat lagi demi Gina dan Gani. Tapi Fifian sudah tak mampu.
"Dan kamu tau apa yang paling menyakitkan untukku. Kamu bisa meluangkan waktu untuk febi, mantan istri kamu, tapi kamu nggak ada waktu untukku.
""Kenapa jadi bawa-bawa febi?"
"Kamu masih cinta sama dia kan, Mas. Cara kamu menatap febi, cara kamu memperlakukan dia dengan lembut, kamu selalu meluangkan waktu untuk dia, bahkan saat aku dan dia sakit dalam waktu bersamaan, kamu lebih memilih membawanya ke dokter cuma gara-gara flu, sementara aku nyaris mati kahabisan darah di kamar mandi karena kepleset. Selama tiga tahun kita menikah, kamu nggak menyentuhku, sampai aku bertanya-tanya apa yangsalah dengan aku? Apa aku kurang seksi? Apa aku kurang cantik? Aku sampai mau gila karena bertanya-tanya sendiri tanpa tau jawabannya!"
Alexander terdiam.
"Kamu nggak perlu jawab apa-apa, aku sudah tau jawabannya. Aku akan segera mengurus surat perceraian kita. Setelah itu kamu akan bebas melakukan apapun dengan perempuan itu."
Tanpa menunggu jawaban suaminya, Fifian langsung meninggalkan ruang kerja suaminya.
***
Semua memang tidak mudah untuk Fifian..
Berpisah dengan pria yang sangat dia cintai rasanya sakit sekali. Tapi jauh lebih sakit bila terus bersama laki-laki yang dicintai tapi bagaikan orang asing.
Fifian kembali ke kamar, membanting tubuhnya di kasur, menarik selimut dan menutup tubuhnya hingga kepala.
"Jahat. Aku benci kamu Mas. Aku benci," Fifian menangis sambil terisak sambil memukul-mukul bantal seolah sedang memukul suaminya.
Tiga tahun sudah Fifian bersabar, tapi sekarang Fifian sudah sangat lelah.
Apalagi selama enam bulan ini setelah mantan istri nya kembali dan masuk ke dalam pernikahan mereka, Fifian sudah berjuang. Tapi mau sekuat apapun Fifian berjuang jika dihati suaminya masih ada nama Febi, sampai kapanpun Fifian tidak akan mendapatkan cinta Alexander
Tak lama terdengar suara pintu terbuka.
Fifian langsung menghentikan tangisan nya.Alexander pun masuk dan duduk di tepi kasur, tepat di samping istrinya.
"Fifian."
"Aku mau tidur."
"Kita belum selesai bicara."
"Aku sedang sibuk," Fifian menjawab dengan jawaban yang selalu di ucapakan sang suami
"Sibuk apa? Kamu cuma rebahan doang."
"Ya... sibuk rebahan."
Alexander berdecak lalu menarik selimut nya hingga wajah Fifian terlihat. Sontak saja Fifian langsung melotot tak terima.
"Aku mau tidur! Aku nggak mau bicara lagi sama kamu, keputusanku juga udah bulat dan nggak bisa diganggu gugat. Aku mau tetap cerai, Mas."
"Duduk dulu."
"Nggak!"
Alexander mencengkeram pelan bahu Fifian dan menariknya paksa hingga tubuh mungil itu terduduk. Tapi Fifian menolak dan terus mendorongnya.
"Aku bilang aku nggak mau bicara sama kamu!!"
" Lepas -hmppp."
Gerakan tangan Fifian yang memberontak terhenti, keduanya matanya melotot terkejut saat tiba-tiba suaminya mencium bibirnya. Selama tiga tahun menikah ini pertama kali nya Alexander mencium bibirnya.
"Ma-mas."
Fifian terdiam untuk sesaat. Ciuman yang begitu dia dambakan selama tiga tahun ini nggak akan Mempengaruhi nya apapun. Keputusan Fifian sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.
"Mas, berhenti."
"Kenapa? Bukankah ini yang kamu mau?"
Seketika rasa gugup dan detak jantung yang menggila sirna.fifian marah. Saking marahnya sampai tubuhnya terasa panas. Sementara Alexander mengira panas tubuh Fifian karena ciuman yang dia berikan.
"Aku akan memberikan ini untukmu, tapi bertahan lah denganku dan anak-anak."
Plak...
Alexander tersentak tiba-tiba ketika istrinya menamparnya.
"Bahkan setelah aku menjelaskan panjang lebar tadi kamu masih nggak mengerti kenapa aku minta cerai!"
Alexander turun dari tubuh istrinya dan duduk di kasur,begitu pun dengan fifian yang duduk sambil menarik selimut hingga menutupi dada nya yang hanya dibalut bra merah.
"Aku mengerti. Kamu ingin berhubungan badan denganku kan?"
"Mas!" fifian tak bisa berkata-kata lagi. Entah suaminya bodoh atau polos atau tidak peka atau apapun itu, tapi yang jelas fifian sangat kesal karena alex berpikir permintaan fifian cerai hanya karena seks. Fifian benar-benar tersinggung.
"Kalau hanya karena seks, sudah dari tahun lalu aku minta cerai. Tapi nyatanya aku tetap bertahan sampai tiga tahun ini mas???"
"Ya terus kenapa???"
Fifian kembali tidur dan menarik selimut hingga menutup wajahnya. Rasanya percuma saja bicara dengan suaminya yang nggak peka ini. Atau bahkan mungkin dia sengaja pura-pura nggak peka. Pokoknya keputusan Fifian sudah bulat dan dia akan segera mengurus surat cerai.
Sementara Alexander masih diam di tempat, dengan mata menatap punggung istrinya, dia bingung harus melakukan apa.
"Kamu nggak mau bicara lagi?"
"Nggak. Aku ngantuk."
Alexandermenghela napas panjang.
Jujur saja Alexander belum bisa mencintai istrinya. Dia menikahi mantan sekretarisn ya ini karena Alexander ingin memberikan ibu untuk anak-anaknya.
Fifian adalah sosok perempuan yang lembut, penyabar, cerdas, cocok sekali menjadi ibu rumah tangga. Dan selama tiga tahun ini Fifian benar-benar menjadi ibu yang baik,yang selalu memeprhatikan anak anak nya Alexander sampai-sampai kedua anak kembarnya sangat menyayangi Fifian
selama ini pun Fifian terlihat bahagia-bahagia saja.dia bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan selama tiga tahun ini ,dan ternyata istrinya sangat tersiksa batin.
"selamat pagi,"
Tiba tiba Fifian terkaget, karena baru saja dia membuka sudah disambut oleh sapaan yang membuat bulu kuduk nya merinding.
Fifian sangat terheran-heran melihat suaminya tiduran dengan posisi miring menyangga kepala dan menatap ke arahnya. Semakin heran saat melihat suaminya tersenyum. Sejak kapan suaminya yang dingin ini bisa tersenyum manis kepada nya.
"Kamu kenapa, Mas?"
"Menyapa istriku."
"Hah..menyapa?"
Alexander mengusap pipi sang istri dengan lembut,dan seketika Fifian langsung bangun dan menjauh.
"Kenapa sih? Kenapa menjauh?"
"Mas yang kenapa? Kenapa tiba-tiba berubah gini?"
"Berubah gini gimana?"
"Ya tumben-tumbenan Mas menyapaku, terus tersenyum dan mengusap pipiku lagi. Mas nggak kesurupan setan bucin kan?"
Fifian lalu meletakkan tangan di dahi suaminya dan membaca doa-doa.
Alexander berdecak
"Apa-apaan sih kamu. Aku nggak kesurupan."
"Sebentar, Mas. Aku akan berusaha mengeluarkan setan dari tubuh kamu," Fifian masih terus menempelkan tangan di dahi suaminya.
"Keluarlah kau setan bucin. Jangan merasuki tubuh suamiku."
"Ha..ha, astagaaa," Alexander langsung memegang tangan istrinya, "Aku nggak serupan. Ya oke tingkah aku mungkin berbeda dari biasanya, tapi bukan berarti kesurupan."
Fifian bertanya beberapa kali, "Terus kenapa kamu bertingkah begini?"
Alexander lantas menghela napas.
"Semalam aku sudah berpikir."
"Loh ternyata mas mikirin perkataan aku kemarin..?kirain mas enjoy aja!!"
"Ck, aku serius Fifian"
fifian pun berhenti mengerjai alex " Yaudah mikir apa?"
"Aku sadar selama ini aku cuek, dingin, dan nggak peduli sama kamu."
"Kemana aja, kok baru sadar sekarang. Ah aku tau, kamu kan sibuk mikirin mantan."
"Aku sibuk kerja."
"Dan sibuk mikirin mantan," Fifian kembali menyindir alex
Kenyataannya memang begitu, alex selalu bisa meluangkan waktu Febi, mantan istrinya, tapi tidak pernah ada waktu untuk dirinya.waktu di saat Fifian sedang membutuhkan nya, Alex tak pernah ada. Sedangkan untuk Febi, bila di miscall sekali aja oleh Nya, Alex langsung datang ke rumahnya.
"Kenapa sih kamu cemburu sama Febi. Febi masa laluku. Kamu tau kan, aku deket sama Febi karena dia sakit kanker. Dia di vonis kalau umurnya juga nggak akan lama lagi..
Waktu itu febi sengaja berpura-pura selingkuh agar aku menceraikan nya karena dia berharap aku bisa bahagia dengan perempuan lain.karena dia sakit kanker dan tak mau membebaniku..
Fifian Aku hanya ingin menemaninya didetik-detik terakhirnya."
"Terakhir apanya mas? Udah tigabtahun tapi febi terlihat sehat sehat saja,ngga ada gejala orang mau mati .."
"Fifian tolong jaga bicara kamu!"
"Kamu tuh dibohongi, Mas. febi emang beneran selingkuh, tapi karena selingkuhan nya nggak sekaya kamu, dia membuat scenario seolah-olah dia sakit untuk mencari perhatian kamu. Dia ingin kbali menikah sama kamu."
"Kamu jangan bicara sembarangan fifian. Febi beneran sakit, ada surat resmi dari dokter."
"Semua bisa direkayasa, Mas."
"Tapi tidak dengan nyawa. Febi nggak mungkin berbohong ,masa dia ingin mati."
"Kamu nggak tau aja apa rencana febi yang sebenarnya."
"Memangnya kamu tau apa? Kamu baru saja enam bulan mengenal febi..Aku mengenalnya dari kecil.."alex tetap membela febi
Bagaimana nasib pernikahan Fifian dan alex,???
Apa akannterus lanjut??
***
"Memangnya kamu tau apa? Kamu baru saja enam bulan mengenal febi..Aku mengenalnya dari kecil.."alex tetap membela febi
"Aku Tau dia seperti apa. Aku yakin dia nggak mungkin berbohong..!" dengan sangat yakin alex berbicara seperti itu
Lelah.. satu kata yang sekarang di rasakan fifian,dia pun memilih untuk diam. Sorot matanya yang berapi-api mulai meredup. Rasanya capek menjelaskan kenyataan pada seseorang yang hati dan pikirannya sudah dipengaruhi oleh orang yang masih di cintai nya.
Benar juga Fifian baru mengenal Febi selama enam bulan, tapi dia tidak sebodoh Alex yang mau-mau saja dibohongi. Fifian juga sudah menunjukkan beberapa bukti, tapi Alex tak pernah percaya.Sampai akhirnya Fifian berpikir...
Alex bukan nya tak percaya, tapi dia tak ingin percaya. karena alex masih mencintai Febi dan menggunakan kesempatan ini untuk terus dekat dengan mantan istrinya itu.
"Fifian, aku-"
"Terserah,kamu Mas. Aku udah nggak peduli. Lagian kita kan mau cerai. Terserah kamu mau peduli sama Febi atau wanita manapun."ucap fifian
Lalu fifian duduk, dan ingin turun dari ranjang, tapi Alex tiba tiba menarik tangan nya hingga dia tertidur lagi di ranjang dengan posisi masuk dalam pelukan nya Alex.
Dario menimpakan kaki di kaki istrinya agar tak kabur, tangan kirinya sebagai bantal untuk fifian, sedangkan tangan kanannya melingkar dipinggang nya.
"Mas apa-apaan kamu, aku terasa sesak."
"Kita gak akan berpisah..Aku nggak mau cerai." teriak Alex
"Terserah, tapi keputusanku sudah bulat. Nggak ada lagi yang bisa dipertahankan lagi di dalam pernikahan kita."
"Ada. Gina dan Gani..mereka sayang banget sama kamu."
"Nggak usah jadiin mereka sebagai alasan mas..!!"
"Tapi kamu sayang juga kan sama mereka?"
"Nggak."
"Bohong."
"Aku nggak sayang sama Gina aku nggak sayang Gani, aku juga nggak sayang sama kamu mas..!!"
"Kedua-duanya bohong, semuanya bohong..!!"
Aku tau kamu sayang banget sama aku."
"Kepedean banget kamu, Mas."
Lantas Alex melonggarkan pelukan nya dan menatap tepat di bola mata istrinya,begitu pun dengan Fifian yang langsung berhenti berontak. Seolah terhipnotis oleh tatapan Alex, matanya tak bisa teralih dari mata elang suaminya.
"Awas aja, jangan berani-berani menciumku."
Cup...
Mata Fifian langsung melotot.
"Mas kamu...!!!"
Cup...
Sekarang Fifian melotot sambil ternganga. Fifian tidak bisa membayangkan ekspresinya seperti apa sekarang. Bangun tidur, wajah kusut, rambut acak-acakan, mata melotot, mulut menganga. Pasti jelek sekali. Mungkin juga napasnya bau naga api, tapi Alex sama sekali tak peduli dan terlihat masih ingin mencium nya lagi.
"Mau di cium lagi?"
"Nggak!"
"Nggak nolak kan... maksudnya?" ucap Alex sambil teetawa
"Nggak mau ihh."
Alex tertawa kecil. Lalu perlahan tawanya menghilang dan wajahnya berubah serius. Dan secara otomatis, Fifian juga ikut serius. Dia pun sudah berhenti berontak. Sejak tadi tubuh mungilnya masih ada dalam rangkulan suaminya.
Jadi seperti ini rasanya dipeluk suami sendiri..pikir Fifian..
Setelah tiga tahun, akhirnya Fifian bisa merasakan nya. Meskipun dia ingin bercerai, hatinya belum rela sepenuh nya untuk berpisah. Detak jantung nya
Yang menggila dalam pelukan suami nya, tidak bisa dibohongi. fifian ingin terus bertahan, tapi fifian tak kuat harus merasakan terus tekanan batin setiap hari.
Seandainya Fifian tidak mencintai Alex, dia tidak akan sakit saat melihat alex bersama febi, hatinya tak akan sesakit ini. Dan fifian tak akan meminta cerai, karena meskipun Alexander tidak pernah menyentuh nya, alex selalu memberikan banyak uang dan tidak pernah memaksanya ini itu.
"Sekali aja. Beri aku kesempatan sekali." ucap Alex memohon kepada fifian
"Udah lah, Mas. Aku udah lelah"
"Sekali ini aja, please."
Fifian pun terdiam sesaat.
"Nggak, Mas. Keputusan ku sudah bulat. Aku benar-benar udah nggak kuat."
Fifian menyingkirkan tangan Alex yang sedang memeluk pinggang nya, tapi Alex enggan untuk melepas pelukannya.
"Mas, aku mau ke kamar mandi."
"Sebentar."
"Aku udah kebelet ini, mau aku pipis di kasur!"
Alex langsung melepas pelukannya.
"Ck, udah aku tahan-tahan dari tadi."
Fifian langsung melengos pergi dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
***
Keesokan paginya..
Seperti biasa setelah bangun, fifian langsung menyiapkan sarapan. Bagaimanapun sekarang status fifian masih menjadi istri Alex, Fifian harus tetap melakukan kewajiban nya sebagai seorang istri dan seorang ibu untuk anak anak nya Alex..
Ketika Fifian sampai di dapur, darah nya langsung mendidih,amarah fifian memuncak kala melihat febi sedang memasak di dapur
"Nggak punya rumah ya, pagi-pagi udah di rumah orang ," sindir fifian
"Ini rumahku," ucap Febi dengan penuh percaya dir..
" Jangan lupa, Fifian, sebelum kamu tinggal di sini, aku sudah lima tahun tinggal di sini. Dan sekarang aku kembali, sudah saat nya kamu pergi. Dan kamu jangan lupa, aku yang menemani Alex dari bawah.sampai Dia sukses juga karena aku. Kamu nggak ada apa-apanya, kamu nggak akan mampu bersaing denganku. Lebih baik kamu cerai saja dengan Mas Alex."
"Oke."
febi mengernyitkan alis.
"Oke???apa maksud nya..!!" tanya febi seakan tak mengerti dengan ucapan Fifian
"Kenapa? Kaget ya aku nggak marah atau nyindir-nyindir kamu? Udah males. Terserah kamu mau di rumah ini. Mau masak, mau tidur, atau mau salto jungkir balik juga terserah.."
Febi langsung terdiam sesaat. Dia masih terkejut karena Fifian tiba-tiba berubah cuek. Biasanya saat febi datang ke rumah ini, ada saja tingkah Fifian untuk mengusir nya.
Fifian pernah menumpahkan makanan ke bajunya, pernah menyindirnya dengan kata-kata pedas, bahkan pernah menjambak nya.
Tapi sekarang tiba tiba Fifian hanya bersikap cuek.
"Nggak usah kaget gitu, biasa aja mukanya," Fifian mengambil apel dan mengigitnya.
"Apa yang sedang kamu rencanakan? Kamu pasti merencanakan sesuatu kan?"
Fifian tertawa.
"Sini deh sini, aku kasih tau rencanaku, aku berencana mau bunuh kamu. aku merasa Jijik aja liat pelakor. Pelakor tuh sampah dan sangat pantas untuk disingkirkan. Tapi kayaknya aku nggak jadi deh, toh kamu juga lagi sakit kan, bentar lagi juga mati..!!"
"Jaga bicara kamu. Aku nggak akan mati, tidak akan secepat ini. Penyakit ku pasti akan segera sembuh."
"Jangan main-main deh sama penyakit. Kena kanker beneran, nangis darah kamu."
Febi mengepalkan tangan nya, dia melangkah sedikit maju, karena ingin menampar mulut kurang ajar Fifian, tapi langsung tertahan ketika melihat Alex berjalan ke arahnya.
"Kenapa sih, hiks, kenapa kamu jahat banget sama aku, Fifian.. Kamu bahkan mendoakan aku cepat mati. Aku di sini berjuang mati-matian untuk kesembuhan ku, tapi kamu justru..."
"Febi,kamu kenapa?"
"Mas Alex," febi langsung memeluk alex dengan air mata yang berderai..
"Aku nggak tau apa salahku sama istri kamu. Berulang kali aku bilang, aku nggak ada niat jadi pelakor, aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu ku bersama Gina dan Gani.. Tapi nyatanya Fifian terus menuduhku pelakor, dia bahkan menyumpahiku cepat mati. Hiks." febi berpura-pura menangis sangat histeris..
Alex langsung menatap tajam Fifian..
Apa yang akan di lakukan Alex kepada fifian..???
Tunggu bab selanjutnya yah..!!
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!