...*"Menikahlah denganku! Maka akan aku lunasi semua biaya operasi ibumu!" Dara Calista Wirasta.*...
________________________________________
Bagaimana jadinya jika seorang wanita cantik yang sangat kaya, tiba-tiba meminta seorang pria sederhana untuk menikah dengannya?
Dara Calista Wirasta. Seorang wanita berumur yang sudah menginjak kepala tiga.
Kehidupannya sebagai seorang anak tunggal dari keluarga konglomerat mengharuskan ia untuk menekuni dunia bisnis seorang diri, yang membuatnya melupakan akan kehidupan pribadinya sendiri.
Dia adalah seorang wanita yang pernah jatuh cinta. Namun cintanya kandas disaat ia mengetahui perselingkuhan pacarnya bersama sahabatnya sendiri beberapa tahun yang lalu. Membuat Dara membuang jauh-jauh pemikiran untuk memulai sebuah hubungan yang hanya akan membuatnya jatuh semakin dalam ke sebuah gurun penderitaan sebuah hubungan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi itu. Di sebuah kantor yang sangat besar. Dara yang sedang bekerja di salah satu perusahaan miliknya tiba-tiba mendapat kabar bahwa ayahnya telah jatuh sakit.
Ya. Dara memang memiliki rumah sendiri. Bukan karena tidak ingin tinggal bersama kedua orang tuanya. Itu karena ia ingin hidup sebagai wanita yang mandiri.
"Nona! Tuan Wirasta menelpon. Katanya beliau sedang sakit. Tuan ingin Nona kembali kerumah sekarang!" Rian selaku Sekertaris pribadi Dara pun melaporkan kabar yang ia dengar kepada Dara di depan meja kerjanya.
Dara mengangkat wajahnya dengan raut khawatir, "Siapkan mobil segera. Aku akan menyusul ke bawah" Jawab Dara dingin dengan nada memerintah.
Sekretarisnya Rian pun mengangguk setelah mendapat perintah. Lalu menunduk hormat sebelum meninggalkan Nona mudanya.
Dara pun menyelesaikan pekerjaannya segera mungkin. Lalu ia menitipkannya kepada Sekertarisnya yang bertugas di kantor.
Setelah merasa cukup. Dara pun pergi dari sana.
Di depan perusahaan Anatarna Grup. Seorang pria dengan setelan jas hitamnya yang rapi sedang berdiri di samping mobil mewah sembari menunggu kedatangan Dara.
Ya. Dia adalah Rian. Sekertaris yang selalu ada di samping Dara dan menemani kemanapun Dara pergi. Rian juga merupakan orang kepercayaan ayahnya yang memang bertugas untuk membantu Dara dalam menghadapi segala situasi di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.
Beberapa orang yang Dara lewati pun terlihat menyapa dengan sangat hormat. Mereka tahu bahwa Dara adalah seorang Bos cantik yang begitu tegas dan sangat dingin. Walaupun begitu tidak membuat para adam untuk terus berkhayal agar bisa bersanding dengan wanita cantik yang kaya raya itu. Sering juga Dara disebut-sebut sebagai perawan tua karena memang umur Dara yang juga sudah cukup matang untuk berumah tangga.
"Silahkan masuk Nona!" Rian menunduk hormat. Lalu membuka pintu mobil belakang.
Dara pun masuk ke dalam mobil. Sementara Rian berjalan memutar dengan setengah berlari menuju ke pintu kemudi mobilnya.
Rian pun melajukan mobilnya meninggalkan tempatnya. Melesat dengan kecepatan sedang menuju kediaman keluarga Wirasta.
Sesampainya disana. Para pengawal dan pelayan rumah pun menyambut dengan sangat hormat kedatangan nona mudanya itu. Mereka sangat senang melihat Dara kembali kerumah. Karena sudah hampir 6 bulan wanita itu tidak pernah pulang dengan alasan tidak ingin di tanya kapan nikah oleh kedua orang tuanya.
"Tuan! Nyonya! Nona Dara datang!" Kata seorang pengawal melaporkan. Suami istri itu hanya saling melempar pandangan. Tidak lama Dara pun masuk ke dalam kamar. Kamar yang begitu besar dan sangat mewah bagi kalangan biasa. Bisa disebut itu seperti sebuah kamar seorang raja. Ya, itu sangat terlihat dari interior design yang sangat menakjubkan.
"Ma! Pa!" Seru Dara
"Penyakit papa kambuh lagi?" lanjutnya bertanya. Lalu duduk di bibir tempat tidur ayahnya.
Bisa Dara lihat, bahwa ayahnya sangat pucat dan lemah saat ini.
"Iya nak. Jantung Papamu kumat lagi" Jawab mamanya, Shopia.
Dara menghela nafas berat, "Pa! Apa Papa sedang banyak pikiran? Kenapa Papa sampai sakit lagi? Apa Dokter Toni tidak merawat papa dengan baik?" Tanya Dara lagi.
"Dokter Toni sangat baik dalam merawat Papa nak. Papa memikirkan kamu akhir-akhir ini. Kapan kamu akan menikah? Papa takut jika umur papa tidak akan sampai untuk melihatmu menikah anakku" Jawab Pak Wirasta sedih.
Dara terdiam. Jujur. Dara belum memikirkan pernikahan saat ini. Namun mendengar perkataan ayahnya membuat Dara menjadi sedih.
"Papa ingin kamu menikah nak! Papa sudah menyiapkan calon yang tepat untukmu. Dia adalah Farhan. Anak teman Papa yang juga seorang pengusaha"
"Tapi Pa! Aku tidak ingin di jodohkan seperti ini!" Bantah Dara cepat.
"Dara! Sekali saja turuti keinginan papa" Kata ayahnya lagi dengan sedikit memaksa.
Dara kembali diam untuk berpikir. Dia tidak ingin menikah saat ini. Apalagi masalah percintaan beberapa tahun lalu membuat Dara trauma untuk memulai sebuah hubungan lagi.
Tidak ingin terjerat dan anti terhadap pria, membuat Dara memikirkan jalan pintas untuk mencari seseorang untuk di jadikan suami bayaran.
"Ya. Aku harus mencari seseorang untuk menjadi suami sementara" gumam Dara di dalam hatinya.
"Bagaimana nak? Papamu sangat ingin melihatmu menikah!" Tanya mamanya kepada Dara.
Dara menghela nafas panjang, "Baiklah. Aku akan menikah tapi bukan dengan Farhan!" jawab Dara. Membuat kedua orang tuanya mengernyit heran.
"Lalu... Kau akan menikah dengan siapa?" Tanya mamanya penasaran.
"Beri aku waktu Ma! Pa!. Aku tidak ingin di jodohkan dengan seseorang yang tidak aku kenal. Beri aku waktu dua bulan untuk aku mencari sendiri pasangan hidupku. Ini adalah pernikahan ku. Dan aku yang akan menjalani kehidupan setelahnya, jadi ijinkan aku untuk memilih suamiku sendiri" Pinta Dara dengan penuh harap.
"Bagaimana jika kau tidak menemukannya?" Tanya ayahnya.
"Aku akan bersedia menikahi Farhan jika dalam waktu dua bulan aku tidak menemukan pasangan pilihanku" Jawab Dara mantap.
Kedua orang tuanya pun sejenak diam dengan saling melempar pandangan.
"Baiklah nak. Papa setuju. Dan jika dalam kurun waktu dua bulan ini kamu tidak menemukannya, menikahlah dengan pria pilihan papa" Jawab Pak Wirasta menyetujui.
Dara pun tersenyum senang, lalu memeluk tubuh ayahnya dengan sangat erat.
"Terimakasih pa!"
.
.
.
.
Bersambung
Hari pun berlalu begitu saja. Sudah satu bulan semenjak hari itu, Dara tidak kunjung juga menemukan pria yang cocok dengan kriteria dirinya. Hal itu membuatnya sedikit khawatir.
Di sebuah rumah mewah. Rian masuk dan membawa beberapa pria masuk ke dalam rumah tuannya.
Beberapa pria itu rencananya akan menjadi calon pengantin pria dan Nona Mudanya akan memilih sendiri pria yang dia mau.
"Nona" seru Rian.
Dara yang sedang membaca sebuah majalah pun terpaksa harus menghentikannya kegiatannya ketika Rian datang menyeru dan menatap dingin ke arah mereka.
"Siang Nona. Ini adalah beberapa pria yang bersedia untuk menjadi suami bayaran untuk Nona" ujar Rian melapor.
Dara meletakkan majalahnya, lalu dengan wajah dinginnya ia menyilang sebelah kakinya.
"Silahkan perkenalkan diri kalian!" Perintah Dara kepada ketiga pria di depannya.
Satu persatu pria itu pun mulai memperkenalkan dirinya. Beberapa pertanyaan lagi Dara ajukan mengenai pekerjaan sehari-hari. Serta apa kegiatan selain bekerja. Dan apa tujuan mereka ingin menjadi suami bayaran.
Beberapa ada yang menjawab bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan ada lagi yang juga menjawab sebagai pengangguran yang sedang membutuhkan uang.
Sebenarnya Dara tidak mempermasalahkan pekerjaan mereka. Hanya saja Dara merasa tidak ada yang cocok dengan kriteria pilihan yang papanya inginkan. Dia ingin pria yang memiliki postur tubuh yang bagus dan wajahnya bisa meyakinkan bahwa dia benar-benar orang yang baik.
"Rian! Antar mereka kembali! Tidak seorang pun yang aku inginkan dari mereka" ujar Dara dingin, usai menimbang lagi keputusan untuk memilih diantara ketiga pria itu.
Rian mengangguk mengiyakan, lalu membawa beberapa pria itu keluar dari rumahnya.
"Aneh ya! Pria seperti apa yang dia cari? Masak dari kita semua tidak ada yang dipilih?" Tanya seseorang dengan nada kesal ketika sudah berada di luar rumah.
"Entahlah."
"Aku rasa dia akan menjadi perawan tua selamanya jika masih memilih-milih calon suami seperti ini. Haha" lanjutnya dengan gelak tawa mengejek.
Sementara itu. Masih di dalam rumah mewah itu. Rian berdiri di depan Dara yang sedang duduk di kursi keluarga.
"Nona! Apa perlu saya Carikan lagi pria yang sesuai dengan kriteria yang Nona inginkan?" Tanya Rian memecah keheningan disaat melihat wajah Dara yang terlihat kalut.
Dara mengangkat wajahnya menatap Rian. Lalu ia pun berdiri setelah beberapa saat terdiam.
"Aku ingin makan di luar. Bersiaplah! Aku akan menyusul ke mobil" Jawab Dara kemudian.
Ia pun berlalu pergi menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Setelah beberapa saat bersiap. Dia pun keluar dengan pakaian yang sudah rapi dan cukup elegan untuk kaum wanita seumur dia.
Di dalam mobil. Rian kembali bertanya, "Nona ingin makan kemana?" Tanya Rian.
"Tempat biasa!" Jawab Dara acuh. Dia masih fokus kepada handphone di genggaman tangannya.
Rian yang memang mengerti pun mulai melajukan mobilnya menuju tempat yang di maksud oleh Dara.
Sesampainya di restoran sederhana langganannya. Dara pun keluar dari mobil.
Ya. Meskipun ia adalah anak seorang konglomerat. Tidak membuat Dara merasa malu untuk makan di restoran biasa. Karena baginya bukan penampilan mewah saja yang ia inginkan. Melainkan rasa makanan itu sendiri yang membuatnya jatuh cinta, sehingga membuatnya selalu makan di restoran sederhana tersebut.
"Kau tidak ingin makan?" Tanya Dara ketika melihat Rian hanya berdiam diri di dekat mobil.
Rian tersenyum tipis, "Saya menunggu di mobil saja Nona" Jawabnya.
"Baiklah. Terserah saja" Ucap Dara acuh.
Sesampainya di dalam restoran. Dara duduk di salah satu kursi paling ujung.
Tidak lama setelah kedatangannya, dia pun langsung disapa oleh pemilik restoran dan menawarkannya masakan dengan resep terbaru mereka.
Dara pun tertarik dan ingin mencobanya. Ia pun menyetujui usulan pemilik restoran tersebut dan tidak lama setelah itu, makanan pun siap.
Setelah merasakan di gigitan pertama, Dara langsung menyukainya. Memang masakan disana tidak ada bandingannya dengan restoran lainnya. Sayangnya, banyak orang hanya ingin pergi ke restoran mewah dan elegan. Sehingga restoran sederhana ini dengan interior design yang juga kuno membuat restoran ini menjadi sepi.
"Siapa yang membuat masakan ini?" Tanya Dara antusias.
"Pembuat resepnya adalah koki baru Nona. Dia ada di ujung sana!" Kepala restoran itu pun menunjuk seorang pria yang ada di ujung sana.
Dara pun langsung mengalihkan pandangan ke arah pria tersebut.
"Dia....? Dia terlihat sangat cocok untuk kriteria yang ayah inginkan. Tapi..? Bagaimana aku bisa menjadikan dia sebagai suami bayaran ku?" Gumam Dara di dalam hati.
Setelah melihat pria yang berprofesi sebagai koki tersebut membuat Dara langsung menyukainya. Poster tubuh yang sangat sempurna. Dengan wajahnya yang juga sangat tampan membuat Dara merasa dia adalah pria yang sangat cocok untuk menjadi suaminya. Tapi bagaimana caranya membujuknya?
Setelah selesai makan. Dara pun merasa kantung kemihnya begitu penuh. Sehingga membuatnya ingin segera ke toilet untuk memberinya ruang.
Sesaat Dara sudah selesai dari toilet. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Dara tidak sengaja mendengar Suara seseorang yang membuatnya sangat penasaran dan ingin mendengarkan lebih lanjut akan apa yang terjadi.
"Berikan saya waktu Suster. Saya akan menebus pengobatan ibu saya segera. Beri saya waktu beberapa hari lagi. Saya mohon" Terdengar pria itu berbicara seakan memohon dengan begitu mendesak.
Dara yang penasaran pun mengintip ke toilet pria yang ada di samping toilet wanita.
Dan betapa terkejutnya ia, ternyata yang sedang berbicara tersebut adalah pria yang tadi kepala restoran itu tunjuk kepadanya.
Dara yang tidak sengaja mendengar bahwa pria itu yang sedang membutuhkan uang untuk membayar operasi ibunya pun menggunakan kesempatan ini untuk menjeratnya ke dalam pernikahan.
Walaupun terkesan sangat licik. Tapi Dara tidak ingin ambil resiko. Dia ingin Pria itu yang harus menjadi suami bayarannya bagaimana pun caranya. Toh, dia juga sedang membutuhkan uang bukan?
Dara pun tersenyum menyeringai. Lalu pergi dari sana.
Setelah membayar biaya makanannya. Dara pun memberikan uang tip kepada koki tersebut. Lalu memberikan kartu namanya untuk ke kepala restoran untuk diberikan kepada Pria yang sudah ia ketahui namanya dari kepala restoran.
Ya. Namanya adalah Barra Triadmadja. Seorang pria sederhana yang berprofesi sebagai koki di restoran langganan Dara. Pria yang akan ia gunakan sebagai suami bayaran untuk menjadi suami pura-puranya.
.
.
.
.
Bersambung.
Dukung Karya ini dengan like dan komen ya ☺️
Keesokan harinya. Barra dengan senang hati pergi ke sebuah perusahaan besar, yang dikenal sebagai Anatarna Grup. Sebuah perusahaan ternama di kotanya.
Kabarnya, pemilik perusahaan tersebut adalah seorang wanita cantik dan sangat kaya raya.
Kepala restoran berkata, bahwa seseorang ingin meminjamkan uang kepadanya. Dan menyuruhnya untuk datang ke alamat yang tertera di kartu nama.
Barra yang memang sedang membutuh uang dengan jumlah besar pun merasa sangat bersyukur ada yang ingin membantunya. Ia berpikir, bahwa orang yang ingin membantunya tersebut adalah orang yang sangat dermawan.
Setelah sampai. Rian yang merupakan Sekertaris pribadi Dara pun menyambut kedatangan Barra secara pribadi. Lalu membawa Barra menuju ruangan kerja Dara yang berada di lantai sepuluh.
Tok
Tok
Tok
Suara pintu diketuk.
"Masuk"
Rian pun membuka pintu setelah mendapatkan jawaban dari dalam ruangan.
Dara langsung menghentikan kegiatannya setelah melihat kedatangan Barra.
"Silahkan duduk!" ujarnya segera.
Dara pun mempersilahkan Barra untuk duduk di kursi panjang yang memang ada di dalam ruangannya. Sementara Rian sudah pergi keluar meninggalkan Nona mudanya itu bersama pria pilihannya. Yaitu Barra Triadmadja.
"Berapa umurmu?" Tanya Dara tiba-tiba usai duduk di kursi di depan Bara.
Barra mengangkat wajahnya yang tertunduk, "Dua puluh lima" jawab Barra sekenanya.
Jujur ia sangat malu berhadapan dengan wanita secantik Dara saat ini.
Dara pun kembali melanjutkan ucapannya, "Aku tahu kamu sedang membutuhkan uang saat ini. Itu karena ibumu yang sedang berada di rumah sakit bukan?" Ujar Dara, menatap dingin ke arah Bara.
Barra seolah melebar matanya terkejut, Bahkan dia belum mengatakan maksud kedatangan dirinya, namun wanita di depannya seolah sudah mengetahuinya.
"Bagaimana Nona tahu. Aku bahkan tidak mengenalmu Nona!" jawab Barra yang memang juga merasa heran sekaligus penasaran.
"Masalah aku tahu darimana itu tidak penting. Menikahlah denganku! Maka aku akan memberikan uang untuk mengobati ibumu!"
Barra terkejut bukan main. Matanya melebar sempurna dengan mulut yang menganga lebar. Ia sangat terkejut. Apakah dirinya sedang dilamar?
Ahh. Ini sudah seperti dunia terbalik. Bagaimana bisa seorang wanita yang tidak ia kenal mengajaknya menikah secara mendadak seperti ini.
Ditengah keterkejutannya, Dara kembali bertanya, "Bagaimana? Aku mengajakmu menikah dengan tidak percuma! Aku membayar mu. Apakah kamu ingin menunda operasi ibumu di rumah sakit?" Tanya Dara lagi seketika menyadarkan Barra dari lamunannya.
Barra menjadi kikuk sendiri. Dia tidak bisa memutuskan hidupnya seperti ini. Tapi dia tidak naif. Dara juga merupakan wanita yang sangat cantik. Siapapun akan sangat beruntung jika mendapatkan dirinya.
Di tengah lamunan Barra. Dara pun kembali berbicara, "Kamu jangan khawatir. Aku hanya ingin kau menjadi suami pura-pura ku di depan semua keluarga ku. Kita akan menikah selama satu tahun. Dan setelah satu tahun selesai. Maka kau bebas untuk menentukan hidupmu sendiri. Bagaimana?" Lanjut Dara lagi.
"Jadi maksud Nona, saya harus menikah dengan Nona kalau Nona membayarkan uang operasi ibu saya?" tanya Barra lagi mencoba memperjelas dugaannya. Karena saking syoknya, sejak tadi ia tidak bisa mencerna dengan jelas apa yang Dara bicarakan.
"Benar!"
"Bukankah ibumu butuh pertolongan? lalu untuk apa kau berpikir lagi?" Tanya Dara lagi mendesak.
Barra pun tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui. Toh ini hanyalah sebatas suami bayaran bukan? Dia hanya perlu mengambil jatah peran di depan keluarga Dara saja. Tidak lebih.
Lagipula masalah biaya operasi ibunya. Dia memang sangat membutuhkannya saat ini. Jika tidak ia ambil kesempatan ini, maka nyawa ibunya akan segera melayang. Begitulah pikir Barra.
"Baiklah. Aku setuju!" Jawab Barra pada akhirnya. Membuat senyum Dara melukis sempurna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah hari itu. Dara pun mempersiapkan pernikahannya dengan sangat sempurna. Bahkan kedua orang tuanya juga ikut bahagia melihat putri kesayangan mereka sekarang sudah akan menikah.
Suasana di gedung hotel berbintang tempat kedua mempelai menggelar resepsi setelah ijab Kabul pun terlihat sangat ramai. Ribuan orang datang untuk menghadiri pesta pernikahan putri dari konglomerat kaya tersebut.
Siapa lagi kalau bukan Dara Calista Wirasta. Seorang putri tunggal dengan sejuta pesona yang membahana. Putri satu-satunya yang akan mewarisi segala kekayaan dari keluarga Wirasta.
Banyak diantara orang-orang mengucapkan selamat kepada pria beruntung yang telah mendapatkan cinta Dara. Ada juga yang merasa heran dan iri kepada Barra sang pria miskin yang secara tidak sengaja bisa mendapatkan hati Dara saat ini.
Banyak pria kaya dan sederajat yang ingin mendekati Dara. Bahkan ingin mempersunting Dara menjadi istrinya. Namun Dara samasekali tidak tertarik. Dan malah tertarik kepada pria biasa yang tidak tau asal usulnya dari mana. Begitulah pikir beberapa pria yang pernah mendekati Dara.
Dara dan Barra pun terlihat sangat bahagia. Itu terlihat jelas dari raut wajah mereka berdua.
Keduanya terlihat cukup bahagia di depan semua orang. Tanpa kedua orang tua Dara ketahui bahwa pernikahan ini hanyalah atas dasar keterpaksaan.
Setelah acara resepsi selesai. Dara dan Barra ingin segera pulang. Karena Dara sangat ingin tidur saat ini. Tubuhnya terasa sangat lelah dan capek.
Namun belum sempat sepasang pengantin itu pergi. Suara Pak Wirasta menghentikan langkah keduanya.
"Dara! Pulanglah kerumah Papa bersama suamimu! Papa ingin kalian tinggal bersama kami" pinta sang ayah sungguh-sungguh. Demi memastikan bahwa anaknya benar-benar bahagia. Kedua orang tua Dara tiba-tiba meminta Dara untuk tinggal bersama dengan mereka.
"Benar Nak! Tinggallah bersama mama dan papa. Apa kamu gak kasihan sama kami?" Sambung Mama Shopia penuh harap.
"Tapi Ma...." Suara Dara sudah lebih dulu di potong oleh ibunya.
"Kalian harus secepatnya memberikan kami seorang cucu. Jika belum mendapatkannya, maka kalian tidak boleh pergi dari rumah mama dan papa" Ucap mama Shopia yang langsung memotong perkataan Dara.
Agar tidak di curigai. Dara pun terpaksa mengikuti ingin kedua orang tuanya.
"Baiklah ma. Aku ikut kalian saja" Jawab Dara pasrah.
Sebenarnya ia tidak ingin pergi kesana. Bisa-bisa rahasianya bersama Barra akan terbongkar. Namun demi membuat kedua orang tuanya senang dan tidak curiga. Dara pun menyetujui dan pergi pulang bersama kedua orang tuanya ke rumah.
Sesampainya disana. Dara langsung berpamitan untuk masuk ke dalam kamarnya. Dan Barra pun juga masuk ke dalam kamar mengikuti langkah Dara.
Jika bukan di rumah kedua orang tuanya. Dara tidak akan mengijinkan Barra tidur di kamarnya. Ia terpaksa mengijinkan Barra untuk sekamar dengannya sementara waktu. Jika saja di rumah pribadinya, Barra sudah pasti akan menginap di kamar yang berbeda dengannya. Karena ini hanyalah pernikahan kontrak untuk mengelabui kedua orang tuanya agar tidak menjodohkan dirinya dengan Farhan, pria pilihan mereka.
Dara pun merasa sangat kelelahan. Ia pun duduk di sopa sambil memijit kakinya sendiri dengan kesal.
"Apa kau hanya akan Berdiri disana? Kaki ku sangat sakit. Apakah kau tidak ingin melayani aku? Cepat lakukan!"
Barra tersentak, "Ok, baiklah!" Barra pun salah menanggapi dan menurunkan resleting celananya. Membuat Dara langsung berteriak histeris.
"Apa yang kau lakukan? Cepat tutup!" Bentak Dara.
Barra cepat-cepat menaikan kembali resleting celananya, "Bukankah aku disuruh melakukannya? Kedua orang tuamu meminta anak darimu!" Tanya Barra bingung.
Dara merasa sangat kesal. Lalu melototi Barra yang sangat menyebalkan itu.
"Aku menyuruhmu untuk memijit kakiku" Ucap Dara sedikit menaikan intonasi suaranya.
Barra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Oh. Aku pikir di suruh melakukan itu"
Wajah Dara seketika merona menahan malu, "Bagaimana bisa dia berpikir sejauh itu. Dasar mesum!" Gerutu Dara kesal di dalam hatinya.
.
.
.
.
Bersambung.
Dukung Karya ini dengan like dan komen ya ☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!