Nama ku Kartika Sari. Aku adalah seorang istri yang bisa di bilang hidup berkecukupan. Suami ku selalu memenuhi segala kebutuhan ku lahir dan batin.
Nama : Kartika Sari
Usia : 27 tahun
Namun itu semua tidak lah cukup bagi ku. Aku selalu merasa kurang dan kurang dalam segi apa pun. Hingga pada akhirnya, aku pun memutuskan untuk menjalin hubungan terlarang dengan sahabat suamiku sendiri yang bernama Thomas.
Dia adalah lelaki mapan dan juga tampan, yang juga berstatus sebagai suami orang. Aku tidak perduli akan hal itu, yang terpenting bagi ku adalah, aku bisa mendapatkan uang lebih serta kepuasan batin dari nya.
Memang ku akui, dia sangat pandai dalam memuaskan hasrat ku. Sampai-sampai aku di buat terlena oleh sentuhan dan kehangatan tubuh nya.
Awal mula terjadi nya hubungan terlarang ini, di saat aku sedang berada sendiri di dalam rumah. Thomas datang dengan mengendarai mobil hitam nya.
Setelah memarkirkan kendaraan roda empat nya di depan rumah ku, Thomas datang dan mengetuk pintu rumah ku.
Aku sedang duduk santai di ruang tamu dan hanya menggunakan lingerie yang cukup seksi langsung terkejut mendengar suara ketukan tersebut.
Tok tok tok...
"Assalamualaikum," salam Thomas dari luar.
"Wa'laikum salam," balas ku.
Aku bergegas membukakan pintu untuk sahabat suamiku itu, tanpa memperdulikan pakaian seksi yang aku gunakan.
Nama : Thomas Anggara
Usia : 35 tahun
Saat pintu terbuka lebar, mata Thomas pun langsung membulat sempurna. Ia menelan ludah dengan susah payah sambil terus memperhatikan lekuk tubuh ku yang terlihat begitu menggoda.
"Ada apa, Thom?" tanya ku berpura-pura cuek dengan tatapan mata nya.
Thomas tidak menyahut. Ia mematung di tempat dan terus menikmati keindahan tubuh ku. Karena merasa di abaikan, aku pun kembali mengulang pertanyaan yang sama kepada nya.
"Heh, Thomas! Kok diem aja sih? Ada perlu apa kamu datang kesini?" tanya ku seraya menepuk lengan nya.
Thomas yang sedang asyik bermain dengan khayalan nya pun langsung terkejut karena mendapat tepukan dari ku.
"Eh iya, maaf maaf. Habis nya kamu cantik banget sih, bikin otak ku traveling saja, hehehehe..." balas Thomas salah tingkah.
"Heleh, gombal." Aku berpura-pura kesal sambil memanyunkan bibir.
"Siapa yang gombal? Aku serius tauuu. Kamu memang cantik banget hari ini, sumpah!" tambah Thomas berusaha meyakinkan ku.
"Ya ya ya, terserah kau saja lah."
Aku tetap berusaha cuek di depan Thomas, agar dia semakin penasaran dengan sikap ku itu. Aku melipat kedua tangan di atas perut, kemudian menyandar di daun pintu.
"By the way, ada perlu apa kamu datang kesini?" tanya ku mengulang pertanyaan yang sama.
"Oh iya, hampir saja aku lupa." Thomas menepuk jidat nya.
"Aku kesini ingin menyerahkan ini kepada suami mu," ucap Thomas seraya menyerahkan setumpuk uang merah ke tangan ku.
"Uang apa ini?" tanya ku penasaran.
"Kamu tidak perlu tau, nona manis. Yang pastinya uang itu harus sampai ke tangan suami mu, ngerti!" tutur Thomas seraya menoel dagu ku dan mengerlingkan sebelah mata nya.
"Dasar, genit!" umpat ku sambil menepis tangan jahil Thomas.
"Genit-genit dikit boleh lah, hehehehe..." canda Thomas lagi.
"Gak boleh, kita sama-sama milik orang, paham!" tegas ku dengan wajah serius.
"Kalau kita melakukan nya diam-diam, gimana? Boleh gak?" tawar Thomas sembari menaik turunkan alis nya.
Aku tidak langsung menjawab. Aku termangu sesaat sambil memikirkan ucapan lelaki tampan yang ada di hadapanku itu.
"Kamu tidak usah takut, Honey. Semua nya tidak lah gratis. Nih, uang muka nya. Sisanya akan aku berikan setelah kau mau menuruti keinginan ku," ucap Thomas sembari mengeluarkan segepok uang merah dan menyerahkan nya ke tangan ku.
Mata ku langsung terbelalak lebar, saat melihat tumpukan uang yang sangat banyak di tangan ku.
"Waahhh, boleh juga nih. Apa aku terima saja ya tawaran nya?" batin ku mulai goyah.
"Gimana, apa kau mau menuruti keinginan ku, Honey?" tanya Thomas memastikan.
"Ta-tapi nanti kalau kita ketahuan, gimana?" tanya ku gugup.
"Kamu tidak usah khawatir, aku yang akan mengatur semua nya," jawab Thomas meyakinkan ku.
Aku kembali bungkam. Aku merasa dilema dengan godaan yang sangat menggiurkan ini. Sedangkan Thomas, ia masih terus menunggu jawaban ku sambil memperhatikan dua bukit kembar yang tampak begitu menantang di depan nya.
"Gimana, apakah kau mau menerima tawaran ku ini?" tanya Thomas lagi.
Setelah beberapa saat berpikir dan menimbang-nimbang, akhirnya aku pun mengangguk menyetujui permintaan nya.
"Yes, akhirnya aku bisa mendapatkan mu juga, Honey," ucap Thomas girang.
Aku hanya diam. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi kepada Thomas. Keputusan ku untuk menerima tawaran nya, itu saja sudah membuat kepala ku pusing tujuh keliling. Apa lagi harus memikirkan yang lain nya?
Ah, entah lah. Seperti nya aku harus minum obat, untuk meredakan pusing di kepala ku ini.
Melihat keterdiaman ku, Thomas pun kembali berceloteh. Ia memintaku untuk bersiap-siap, kapanpun dan dimana pun dia mau melakukan nya, aku harus selalu siap untuk melayani nya.
"Baik lah kalau begitu, aku pulang dulu ya, Honey. Tapi ingat, kalau aku mengajakmu untuk melakukan nya, kau harus siap kapanpun dan dimana pun, ngerti!" tegas Thomas.
"Iya iya, aku ngerti." Aku mengangguk pelan.
"Oke good, anak manis. Ya sudah, aku pulang dulu ya, bye!" pamit Thomas sembari mencium kilat bibir ku.
Aku terperangah seketika, akibat aksi nekat nya barusan. Aku menatap kepergian sahabat suamiku itu dengan dada yang berdebar-debar hebat.
Deg deg deg...
"Ada apa ini? Kenapa jantung ku jadi deg-degan gini?" batin ku bingung.
Setelah bayangan Thomas hilang dari pandangan ku, aku pun kembali melangkah masuk ke dalam rumah dan menjatuhkan diri di atas sofa ruang tamu.
"Wah, lumayan juga nih duit."
Aku meletakkan semua uang pemberian Thomas di atas meja kaca yang berada tepat di depan ku. Kemudian, aku menatap langit-langit ruang tamu dan kembali mengingat kejadian yang baru saja aku alami.
"Thomas... Thomas... Kenapa sih kau harus menggoda ku seperti itu? Bikin gelisah aku saja," gumam ku dengan senyum mengembang, membayangkan wajah tampan sahabat suamiku itu.
Sedang asyik berkhayal, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara ketukan pintu yang kembali terdengar.
Tok tok tok...
"Assalamualaikum," salam suami ku.
Nama : Dodi Reza
Usia : 33 tahun
Ya, ternyata yang mengetuk pintu itu adalah mas Dodi suami ku. Sebelum membukakan pintu, aku pun bergegas menyimpan uang pemberian Thomas ke bawah kolong sofa.
Setelah selesai, aku bergegas melangkah menuju pintu lalu membuka nya.
"Wa'laikum salam," jawab ku sembari mencium punggung tangan suami ku itu.
🌷 Terimakasih sudah berkunjung sahabat. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen setelah membaca ya 🙏🌷
Mas Dodi memandangi penampilan ku dari atas sampai bawah, persis seperti yang Thomas lakukan tadi. Ia tampak begitu terpana melihat kemolekan tubuh ku yang hanya di balut lingerie hitam transparan.
"Kamu cantik sekali, Sayang."
Mas Dodi memeluk tubuh ku, lalu mendarat kan kecupan-kecupan kilat di wajah dan bibir ku.
"Ah, kamu bisa saja, Mas." Aku tersipu malu mendengar gombalan maut suamiku sendiri.
Mas Dodi mulai menggerayangi tubuh ku sambil terus mencium bibir ranum ku dengan rakus. Hingga membuat ku susah bernafas akibat ulah nya itu.
"Sayang, kita ke kamar yok! Mas ingin memakan mu sekarang," bisik mas Dodi dengan wajah sendu akibat terbakar gairah nya sendiri.
Aku tersenyum lalu mengangguk menyetujui permintaan nya. Setelah melihat anggukan ku, tanpa berkata-kata lagi, mas Dodi pun langsung mengangkat tubuh ku sampai ke dalam kamar.
Aku reflek melingkar kan kedua tangan ku di leher nya, untuk menjaga pertahanan tubuh ku agar tidak terjatuh dari gendongan nya.
Setibanya di kamar, mas Dodi merebahkan tubuh ramping ku ke atas ranjang, kemudian kembali menggerayangi tubuh ku dengan semangat menggebu-gebu.
Sebagai seorang istri, aku pun membalas kegiatan suamiku dengan tak kalah ganas. Setelah melakukan hubungan suami istri selama hampir dua jam, mas Dodi pun menyudahi aksinya.
Masih dengan nafas tersengal-sengal, ia pun mengecup dahi ku sembari berucap...
"Terima kasih ya, sayang. Permainan mu sungguh sangat luar biasa. Mas sampai kewalahan di buatnya," puji mas Dodi.
"Permainan mu juga tak kalah hebat, Mas. Aku sangat menyukai nya," balas ku dengan senyum sumringah.
"Benar kah?" tanya mas Dodi tidak percaya.
"Iya serius, aku gak bohong."
Mas Dodi tersenyum lebar mendengar kejujuran ku. Ia tampak begitu bahagia karena telah berhasil membahagiakan ku, terutama untuk urusan di atas ranjang.
"Alhamdulillah, syukur lah kalau kamu suka dengan pelayanan ku tadi, sayang. Aku senang mendengar nya," ucap mas Dodi girang.
Mas Dodi kembali mendaratkan kecupan mesra di wajah dan bibir ku. Setelah itu, ia pun menjatuhkan tubuh basah nya di sebelah tubuh polos ku, lalu mulai memejamkan mata perlahan.
Masih dengan keadaan sama-sama polos, kami berdua pun mulai beristirahat di atas ranjang dengan posisi telentang.
Merasa sangat kelelahan akibat pertempuran panas barusan, akhirnya aku dan mas Dodi pun langsung tertidur pulas dan masuk ke alam mimpi masing-masing
Sedang asyik-asyiknya menjelajahi alam mimpi, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara dering ponsel dari atas meja.
Kring kring kring... Kring kring kring...
"Aduuuhhh, siapa sih tengah malam begini telpan-telpon? Ganggu orang aja, hoaamm..." gerutu ku seraya menguap lebar.
Dengan gerakan malas dan mata yang masih tertutup, aku berusaha meraih ponsel yang masih berdering itu, lalu menempelkan nya di telinga.
"Ya halo, ada apa?" tanya ku tanpa melihat nama si penelepon.
"Hai, Honey. Ini aku Thomas. Kamu lagi ngapain sekarang?" tanya Thomas basa-basi.
Mendengar suara lelaki yang tadi sore menggoda ku, mata ku pun langsung terbelalak selebar-lebarnya.
"Tho-Thomas..." gumam ku lirih sembari menutup mulut dengan satu tangan.
"Ya, ini aku. Emang nya kenapa?" tanya Thomas heran.
"Ti-tidak apa-apa," jawab ku gugup sambil sesekali melirik ke arah mas Dodi yang masih setia menutup mata nya.
"Kamu kenapa sih? Kok suara nya kayak lagi ketakutan gitu? Apa suami mu ada di samping mu sekarang?" tebak Thomas.
"Ya, di-dia ada di samping ku sekarang," jawab ku jujur.
Mendengar kegugupan ku, tawa Thomas pun langsung pecah seketika. Ia sangat senang karena sudah berhasil membuat ku mati ketakutan seperti saat ini.
"Hahahaha... Kamu tidak usah takut, Honey. Suami mu tidak akan tahu tentang hubungan kita, percayalah!" ucap Thomas.
"I-iya, aku percaya pada mu. Ta-tapi tetap saja aku takut," balas ku terbata.
Aku terus saja memfokuskan pandangan ku ke arah mas Dodi yang masih tertidur pulas dengan tatapan kosong.
"Biar kamu tidak ketakutan lagi, bagaimana kalau kita bersenang-senang sekarang?" tawar Thomas dari seberang sana.
"Apa...? Bersenang-senang? Sekarang?" pekik ku dengan nada tertahan.
"Iya, emang kenapa? Kamu gak mau ya?" tanya Thomas lagi.
"Gila kamu ya, Thom? Bisa-bisanya kamu mengajak ku bersenang-senang di saat mas Dodi ada di rumah? Dimana akal sehat mu, hah?" omel ku ketus.
"Hehehe, jangan marah-marah gitu dong, Honey. Entar cantik nya hilang loh," canda Thomas terkekeh.
"Bodo," balas ku cuek.
Aku memanyunkan bibir mendengar candaan receh selingkuhan ku itu.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa. Besok siang temui aku di hotel X. Aku tunggu kehadiran mu disana, oke. Jangan sampai lupa ya. Bye, Honey. Emuaaach..." ucap Thomas menutup panggilan sepihak.
"Ta-tapi, Thom..."
Tut tut tut...
Belum sempat aku menjawab perkataan Thomas, panggilan pun langsung terputus. Aku membanting ponsel itu ke atas bantal dengan perasaan kesal.
"Huuhh, dasar laki-laki gila! Seenak jidat nya saja kalau ngomong. Bikin puyeng kepala ku saja," gerutu ku kesal.
Aku melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.
"Dari pada mikirin si Thomas gila itu, mendingan aku molor lagi ah, mumpung masih jam segini," gumam ku sembari menarik selimut lalu memejamkan mata kembali.
Tak lama berselang, aku pun kembali terlelap dan menyambung mimpi yang sempat tertunda, akibat ulah selingkuhan ku Thomas.
🌷 Di kediaman Thomas 🌷
Sementara itu di tempat yang berbeda, Thomas tersenyum-senyum sendiri di dalam kamar nya sambil membayangkan wajah seseorang.
"Kartika... Aku sangat tidak sabar ingin segera menikmati tubuh indah mu itu, sayang."
"Entah kenapa? Kalau mata ini sudah memandang mu, hasrat ku pasti langsung meronta-ronta, Honey."
"Dedek kecil ku juga langsung bangun, kalau sudah berhadapan dengan bukit kembar mu yang gede itu."
Thomas menatap langit-langit kamar dengan wajah berbinar. Ia begitu terpesona dengan kecantikan istri dari sahabat nya itu.
Saking terlena nya dengan khayalan nya, hingga membuat Thomas lupa kalau ada seorang wanita yang sedang tertidur pulas di samping nya, yaitu Mira istri nya sendiri.
Mira adalah seorang wanita bertubuh gempal. Ia tidak pernah telaten untuk merawat wajah dan bentuk tubuh nya. Penampilan nya selalu berantakan dan acak-acakan.
Sangat jauh berbeda jika di bandingkan dengan penampilan Kartika, yang selalu menjaga penampilan serta bentuk tubuh nya.
Dan itu membuat Thomas menjadi muak dan bosan, hingga akhirnya Thomas tergiur dengan kemolekan tubuh istri sahabat sendiri, yang terlihat begitu menggoda hasrat nya.
"Huufff, andai saja si gendut ini bisa secantik Kartika, mungkin aku tidak akan nyeleweng seperti ini," batin Thomas kembali melirik istri gempal nya.
Thomas menghela nafas panjang, lalu membalikkan badan menghadap tembok. Ia mulai memejamkan mata perlahan sambil memeluk guling.
"Kartika... I love you," gumam Thomas lirih.
Beberapa menit kemudian, lelaki itu pun mulai terlelap dan masuk ke alam bawah sadar nya. Sedangkan Mira istri Thomas, ia sudah terlelap dari sore akibat kelelahan berjualan pakaian di pasar.
Saking lelahnya berjualan, hingga terdengar suara dengkuran halus dari hembusan nafas wanita bertubuh gempal itu.
Grr...Grr... Grr...
🌷 Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen setelah membaca ya man teman 🙏🌷
Nama : Mira Wati
Usia : 32 tahun
Status : Istri sah Thomas
~ Keesokan harinya ~
Kukuruyuuukk...
Suara kokok ayam saling bersahutan memecah keheningan pagi. Aku mengucek-ngucek mata dan terjaga dari mimpi indah ku.
"Wah, sudah terang ternyata, hoam..." gumam ku menguap lebar.
Dengan langkah sempoyongan, aku mulai beranjak dari ranjang lalu menyambar handuk yang tergantung di samping lemari pakaian. Setelah melilitkan handuk putih itu di tubuh ku, aku pun melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, aku kembali melangkah keluar kemudian mengambil daster tipis dari dalam lemari. Sesudah berpakaian dan merapikan diri di depan cermin, aku kembali mengayunkan langkah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Selesai memasak nasi goreng, aku juga menyiapkan dua gelas teh manis hangat lalu meletakkan nya di atas meja makan. Setelah semua nya tertata rapi, aku kembali masuk ke dalam kamar untuk membangunkan mas Dodi.
"Mas, bangun, mas!" ucap ku sembari mengguncang-guncang bahu nya.
"Hmmmm..."
Mas Dodi menggeliat lalu membuka mata. Ia mengarahkan pandangan nya ke jam dinding yang bertengger di tembok.
"Ayo, buruan mandi! Entar kamu telat loh," desak ku.
"Iya iya, berisik banget sih," sungut mas Dodi dengan suara serak khas bangun tidur.
Dengan keadaan setengah sadar, mas Dodi pun mulai bangkit dari ranjang. Ia mengambil handuk yang tergantung di samping pintu kamar mandi, lalu melilitkan nya ke pinggang.
Sambil menunggu mas Dodi selesai mandi, aku pun mulai menyibukkan diri dengan beberes isi kamar yang berantakan seperti kapal pecah. Setelah selesai, aku segera menyiapkan pakaian kerja mas Dodi, lalu meletakkan nya di atas meja.
Ceklek...
Suara pintu kamar mandi terbuka. Mas Dodi mengusap-usap rambut basah nya dengan handuk kecil sambil berjalan ke arah meja.
"Kamu buat sarapan apa, sayang?" tanya mas Dodi sembari memakai pakaian dan merapikan rambut.
"Nasi goreng," jawab ku.
"Huufff, nasi goreng lagi... Nasi goreng lagi... Bosen tau gak?" gerutu mas Dodi seraya membuang handuk yang baru saja ia gunakan ke atas pangkuan ku.
"Gak usah ngedumel. Kalau mau, ya di makan. Kalau gak mau, ya sudah tidak usah di makan, simpel kan?" jawab ku ketus lalu melangkah pergi meninggalkan mas Dodi.
Aku membanting pintu kamar dengan cukup kuat. Aku merasa sangat kesal dengan perkataan suami ku barusan.
"Tinggal makan aja pun, banyak kali cerita nya, sebel."
Aku menggerutu sambil terus mengayunkan langkah menuju meja makan. Sedangkan mas Dodi, ia mengikuti langkah ku sampai ke dapur dengan wajah masam.
Kami berdua duduk bersebelahan. Mas Dodi mencuri-curi pandang ke arah ku dengan ekor mata nya.
Ia tahu, kalau aku sedang kesal dengan nya. Maka dari itu, dia tidak berani untuk menatap wajah ku yang terlihat sangat horor menurut nya.
Aku dan mas Dodi menyantap nasi goreng itu dengan suasana hening, tanpa percakapan apa pun. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan di antara kami berdua.
Setelah acara sarapan selesai, aku mengantar mas Dodi sampai ke depan pintu, lalu mencium punggung tangan nya.
"Mas berangkat kerja dulu ya, sayang. Assalamualaikum," pamit mas Dodi seraya mengecup dahi ku.
"Iya, hati-hati di jalan. Wa'laikum salam," jawab ku tersenyum tipis.
Setelah bayangan mas Dodi hilang dari pandangan, aku kembali masuk ke dalam rumah kemudian mengunci pintu rapat-rapat.
Di saat sedang sibuk membereskan meja makan, terdengar suara dering ponsel dari dalam kamar.
Kring kring kring...
"Ck, siapa lagi sih itu? Pagi-pagi buta gini ganggu orang saja," sungut ku kesal.
Dengan perasaan dongkol, aku melangkah masuk ke dalam kamar, lalu mengambil ponsel yang masih berdering itu dari atas meja rias.
"Thomas...?"
"Ck, mau apa lagi sia dia? Gak ada bosan-bosannya gangguin bini orang," gerutu ku semakin kesal saat melihat nama yang tertera di layar ponsel milik ku.
"Ya, ada apa lagi?" tanya ku ketus saat menerima panggilan dari lelaki selingkuhan ku itu.
"Pagi, Honey..." sapa Thomas dengan nada lembut.
"Udah, gak usah pake acara basa-basi segala. Cepat katakan, ada perlu apa?" lanjut ku semakin ketus.
"Widiih, judes amat sih sayang ku ini. Aku gigit nih, hahahaha..." gelak Thomas.
"Preeetttt..." jawab ku asal.
Aku mendudukkan diri di tepi ranjang sembari menatap wajah ku dari pantulan cermin meja rias.
"Jangan galak-galak dong, Honey! Entar cepat tua loh," hihihi..." canda Thomas cekikikan.
"Udah, gak usah haha hihi terus. Cepat katakan, ada perlu apa?" ucap ku mengulang pertanyaan yang sama.
"Iya iya, sabar dikit napa sih? Ngebet amat," ledek Thomas.
"Kalau kamu gak ngomong juga, aku matiin nih," ancam ku semakin emosi dengan candaan receh Thomas.
"Eits, jangan gitu dong, Honey! Oke oke, aku ngomong nih. Jadi gimana rencana kita semalam?" tanya Thomas mulai serius.
"Rencana apaan?" tanya ku berpura-pura lupa.
"Wah wah wah, kayak nya udah mulai pikun nih orang," cibir Thomas.
"Bukan pikun, tapi lupa," jawab ku cuek.
"Sama aja, dodol!" umpat Thomas kesal.
Aku tersenyum-senyum sendiri mendengar kekesalan Thomas. Karena merasa pegal di bagian pinggang, aku pun merebahkan diri di atas ranjang dengan kedua kaki yang masih menjuntai ke bawah.
"Ya ya ya, terserah kau saja lah. Mau bilangin aku pikun kek, gila kek, amnesia kek, bodo amat!" ucap ku ketus.
"Hahahaha... Sadar diri juga ternyata dia," gelak Thomas.
Aku tidak bergeming. Aku menatap langit-langit kamar sambil terus menempelkan ponsel di telinga.
"Kamu siap-siap ya! Bentar lagi kita ketemuan di hotel X," ucap Thomas mengingatkan.
"Jam berapa?" tanya ku.
"Jam 1, selesai jam makan siang. Gimana, bisa gak?" balas Thomas.
"Oke, bisa. Nanti aku kabari kalau aku sudah siap," jawab ku.
"Oke, sip. Aku tunggu ya, Honey. Bye..." pamit Thomas menutup panggilan.
"Oke, bye."
Setelah panggilan berakhir, aku melempar kan ponsel itu secara asal di atas ranjang. Kemudian aku menutup mata sejenak, membayangkan apa yang akan terjadi antara aku dan Thomas di hotel X nanti.
"Kira-kira, Thomas bisa memuaskan hasrat ku gak ya?" gumam ku lirih.
"Atau jangan-jangan, dia malah kayak ayam. Baru masuk sudah langsung keluar," lanjut ku menduga-duga tentang kekuatan Thomas di atas ranjang.
Setelah beberapa saat mengkhayal yang tidak-tidak tentang Thomas, aku pun kembali duduk di tepi ranjang dengan perasaan bingung.
"Apa sebaiknya aku batalkan saja perjanjian ini ya?" gumam ku ragu.
"Tapi kalau di batalkan, aku bakalan jadi penasaran terus dengan keahlian Thomas di atas ranjang."
"Duuuhhh, malah jadi pusing begini sih mikirin nya!" gerutu ku sembari mengacak-acak rambut.
Aku terus saja berperang dengan isi kepala sendiri. Aku bingung, aku dilema memikirkan perselingkuhan yang baru saja akan di mulai ini.
"Dari pada penasaran terus dengan si Thomas gila itu, mendingan aku lanjutkan saja lah. Soal resiko, pikir belakangan saja."
Setelah memantapkan hati, aku pun bergegas membersihkan diri ke dalam kamar mandi. Setelah selesai, aku langsung berganti pakaian dan memoles sedikit wajah.
"Thomas, aku otewe sekarang."
Aku mengirim pesan kepada Thomas, kemudian memesan taksi online.
Ting...
Tak lama kemudian, balasan pesan dari lelaki itu pun muncul di layar ponsel ku.
"Oke, aku meluncur sekarang," balas Thomas.
🌷 Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen setelah membaca ya man teman 🙏🌷
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!