Ckiiiitttt
brug!
"Sial, keluar kau!" Umpat seorang pria yang baru saja turun dari dari motornya menunjuk sebuah mobil hitam yang baru saja menyenggol motor sport kesayangannya.
"Ada apa?" Tanya Gadis cantik yang duduk di kursi belakang mobil.
"Sepertinya kita menabrak seseorang Non," jawab sang sopir seraya menoleh ke belakang.
Serena dengan mata tajamnya melihat ke arah pria yang sedari tadi menunjuk nunjuk mobilnya sambil berteriak menyuruhnya keluar.
"Tetap disini." Ucap Serena yang di angguki sang sopir.
brug!
Serena keluar dari mobilnya dan berjalan ke depan ke arah pria yang sedang mengomel sejak tadi. dengan sikap angkuh dan sombongnya Serena melipat tangan di dada menatap tajam pria di hadapannya.
"Kenapa?"
Aura dingin dan tegas terpancar dari cara bicaranya dengan sang pria barusan. Alih-alih menjawab pertanyaan Serena, pria itu justru menelisik mobil Alphard hitam yang ada di hadapannya.
"Kau ganti mobil baru?" Tanya pria itu tak tahu malu.
Serena menoleh kebelakang, kemudian kembali menatap pria itu dengan masih melipat tangan di dada.
"Hadiah dari kakak ku." Jawabnya singkat padat dan jelas.
"Sialan dia terlalu memanjakanmu Serena," umpat pria itu.
"Mau kemana kau? " Tanya nya kembali.
"Aku ada pertemuan dengan Tuan Galaksi Manopo, " jawab Serena dengan nada dingin dan ketusnya.
wusss...
Pria itu melempar kunci motornya dan langsung di tangkap Serena.
"Au ikut denganmu." Ucap Ryan dengan angkuh.
Yah dia adalah Ryan Sebastian Lubis, putra ke empat dari pasangan Fernando Sebastian Lubis dan Widya Adi Nugraha. Pria tampan berusia 20 tahun yang merupakan kakak kandung Serena Nugraha Sebastian Lubis itu memang selalu bersikap angkuh dan menyebalkan.
Serena mengambil jaket dan helm yang ada di dalam mobilnya kemudian berjalan menuju sang kakak yang sudah menunggunya di depan mobil. Serena menyuruh sopirnya untuk kembali saja ke rumah, karena dia akan pergi dengan Ryan.
Bruumm... Bruumm...
Serena bersiap melajukan motor sport berwarna hijau itu untuk membelah jalanan dan Ryan pria itu duduk manis di belakang sambil bermain ponsel, oh tidak maksudnya sambil menonton video yang baru saja di kirimkan ke kasihnya. video porno.
Ulangi : Video Porno
Dengan kecepatan tinggi Serena melakukan motor sport nya dan sang kakak yang asik menonton video di belakang tak terganggu sama sekali meskipun Serena melakukan motornya sangat kencang.
" Bangsat! " Umpat Serena yang melihat Ryan cengar cengir dengan ponselnya dari balik kaca spion. Serena sudah menduga apa isi di layar ponsel dan otak kakaknya itu.
Meskipun tak mendengar suara apapun karena Ryan dengan pintarnya menghubungkan audio ponsel dengan erapone yang terpasang di telinganya, cerdas bukan?
Jika tidak! Serena akan mendengar suara desahan wanita yang berasal dari layar ponselnya dan mengakibatkan ponselnya akan melayang ke jalanan, dan benar saja.
Byuuur!
Serena melempar ponsel yang sejak tadi di pegang Ryan ke dalam sungai.
"Aah... sial! Kenapa kau melempar ponselku?" Geram Ryan tak Terima ponselnya di buang Serena begitu saja.
"Turun!"
Titahnya pada Ryan, suaranya naik satu oktaf. Mau tak mau Ryan pun turun dari motor, pandangannya menoleh ke sungai yang airnya sangat deras di bawah sana. Pasti ponselnya sudah terbawa arus sekarang.
Tanpa aba-aba Serena kembali melajukan motornya dengan kencang, meninggalkan Ryan yang masih berdiri di tempat nya.
"SERENAAAAA..."
Teriakan Ryan tentu saja tak akan di dengar Serena. Itulah akibatnya jika kau bermain-main dengan sang Queen Mafia yang anti dengan video video menjijikan seperti itu.
* * *
Ciiitttt
Serena membuka helmnya setelah memarkirkan motornya di depan gedung perkantoran yang tinggi menjulang. Zyn, Reymond dan beberapa anak buahnya sudah menunggu kedatangan sang Queen Mafia cantik berdarah Bazil Inggris itu.
"Kau sudah di tunggu Tuan Galaksi di dalam." Ucap Reymond mengambil alih helm sang adik.
Serena mengangguk mengerti kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung di ikuti para pria tampan di belakangnya. Kedatangannya langsung di sambut oleh pemilik perusahaan ' Galaksi Grup ' yaitu Tuan Fredoson Cash Galaksi.
"Selamat datang Nona Serena. Selamat datang," ucap Tuan Galaksi berjabat tangan dengan Serena.
"Mari mari silahkan duduk."
Serena duduk di kursi yang sudah di siapkan dengan Zyn dan Reymond yang berada di sisi kiri dan kanannya. Sudah seperti bodyguard sang Queen Mafia saja kedua pria tampan yang merupakan kakak dan sahabatnya itu.
"To the point aja," ucap Serena tanpa ingin berlama lama.
Tuan Galaksi mengangguk mengerti, Berurusan dengan Queen Mafia bernama Serena Adi Nugraha memang lah tidak mudah. Semua keputusannya mutlak dan tidak bisa di bantah siapapun.Harus siap dengan semua resiko yang di berikan, dan satu hal lagi. Memenuhi segala persyaratan maka semuanya akan berjalan mudah dan lancar.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Reymond setelah Tuan Galaksi menjelaskan semua rencana proyeknya.
"Kau tahu semua resikonya kan?" Ucap Serena menatap tajam Tuan Galaksi yang berada di hadapannya sekarang.
Tuan Galaksi terdiam, dia harus pandai merangkai kata agar tidak menyinggung sang Queen Mafia dan proyeknya akan mudah di dapatkan. Jika tidak maka nyawa lah bayarannya.
"Tuan Galaksi akan mendirikan pabrik di tanah kosong, dengan bantuanmu semuanya akan lebih mudah karena daerah itu di kuasai gengster ternama di sana," ucap Tuan Sebastian yang baru saja datang.
Fernando Sebastian Lubis adalah seorang pengusaha kaya raya yang bergerak di bidang properti dan perbankan. Semua orang termasuk Tuan Galaksi menoleh ke arah pria berusia 65 tahun itu. Zyn bangkit dari duduknya dan mempersilahkan Tuan Sebastian untuk duduk.
"Papa yakin dengan bantuanmu dan Chetaz proyek ini akan berhasil," ucap Tuan Sebastian pada Serena.
"Papa tahu kan aku tidak suka menindas rakyat yang tak berdosa. " Ucap Serena telak.
Tuan Sebastian mengangguk, "Yah papa tahu itu. Makanya papa mengusulkan Tuan Galaksi untuk bekerja sama denganmu."
"Apa keuntungnya untukku jika aku membantu nya? " Tanya Serena ketus dan dingin.
"Jika kita berhasil menyingkirkan gangster itu dan Tuan Galaksi berhasil mendirikan pabrik. Maka orang-orang desa tidak akan kekurangan lagi. Mereka juga akan mendapatkan pekerjaan." Ucap Zyn menjelaskan.
"Dan kita?" Tanya Serena.
"Daerah itu akan jadi kekuasaan kita. Kita bisa mendirikan markas baru disana." Pungkas Reymond.
Serena menopang dagu, sejenak berpikir jernih apa yang harus di lakukan. Serena tak ingin mengambil resiko yang akan merugikan perusahaannya.
"Ku harus menepati janjimu, jika tidak kepalamu bayarannya," pungkas Serena menatap tajam Tuan Galaksi.
Tuhan Galaksi gemetar mendengar ancaman Serena, yah ancaman. Meskipun terdengar biasa tapi kata-katanya begitu sangat menusuk dan hal ini baru pertama di rasakan oleh Tuan Galaksi. Selama bertahun-tahun menjalankan bisnis, baru kali ini Tuan Galaksi berurusan dengan Mafia muda nan cantik namun menyeramkan seperti Serena.
" I-iya pasti Nona, " jawab Tuan Galaksi dengan terbata.
Zyn menahan tawa di belakang melihat reaksi Tuan Galaksi yang terlihat takut dengan Serena. padahal usianya jauh dia atas Serena yang masih berusia 14 tahun.
'Badan aja gede, menghadapi bocah kecil aja ciut, hahah...' Cibir Zyn dalam hati.
'Katanya pengusaha hebat, di gertak gitu aja takut hahah.. 'Cibir Zyn kembali dalam hati.
"Zyn." Panggil Serena.
Zyn yang sedang sibuk mencibir Galaksi pun buyar langsung mendengar namanya di panggil oleh Boss Chetaz itu,
"Ah ya, kenapa?"
"Siapkan semuanya." Titah Serena tegas.
"Kau menerima kontrak kerja ini Serena?" Tanya Zyn memastikan. Bukan apa apa, baru saja sahabat sekaligus Boss nya itu mempersulit segalanya, dan sekarang?
"Telingamu gak tuli kan?" Ketus Serena.
"Tentu saja enggak, kau fikir aku sudah tua." Protes Zyn, mulutnya itu memang tak bisa di kendalikan.
buuggghh....
"Aaahhh... Sakit kak!"
Nah kan dapet senggolan keras dari Reymond karena sudah menyindir sang Tuan besar Lubis yang sedang duduk cantik disana.
"Jaga mulutmu itu."
Zyn melirik ke samping ke arah Sebastian yang sudah menatapnya horor, dengan susah payah Zyn menelan salivanya.
"Heheh.. Maaf Om, " ucapnya seraya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
Konyol memang si Zyn ini. Pria berusia 21 tahun yang sudah di anggap anak kandung oleh pasangan Tuan dan Nyonya Lubis ini kalo ngomong memang tak pernah di saring, asal ceplos saja saja begitulah akibatnya.
"40% , cukup kan?" Ucap Serena tegas.
Itulah saham yang akan Serena berikan sebagai tanda terjadinya kerja sama antara Galaksi Grups dengan Chetaz dan Cakhadara yang merupakan perusahaan Serena.
Galaksi kaget setengah mati mendengar tenor yang baru saja di sebutkan Serena. Sebenarnya Galaksi tak berharap Serena akan menyimpan saham dalam proyeknya, dengan di terimanya kontrak kerjasama ini saja Galaksi sudah senang. karena proyeknya akan berjalan lancar tanpa gangguan para gangster yang akan menghambat jalannya proyek pembangunan pabrik ini.
Serena menatap horor Galaksi yang tak kunjung menjawab pertanyaannya sedari tadi.
"Ba-baik lah saya setuju. Terimakasih banyak Nona." ucap Galaksi dengan terbata.
"Selamat Tuan Galaksi. Selamat."
Sebastian berdiri dan mengulurkan tangannya pada Galaksi seraya tersenyum.Tentu saja Galaksi akan menyambut uluran tangan Sebastian yang merupakan rekan kerja sekaligus teman kuliahnya dahulu.
" Trimakasih Tuan."
" Sekali lagi saya ucapkan selamat," ucap Sebastian yang di balas senyuman oleh Galaksi.
"Kontrak kerja samanya akan di kirim besok," ucap Reymond pada Galaksi yang tentu saja Galaksi cepat mengangguk tanda mengerti. Mereka pun berjabat tangan. Saat akan berjabat tangan dengan Serena, entah mengapa wajahnya kini pucat, tangannya gemetar dan berkeringat.
* *
"Hahah... Kau lihat ekspresi mukanya tadi Sel, astaga gue gak kuat pengen ketawa. Kenapa juga harus takut berjabat tangan dengan bocah kecil sepertimu, padahal yang paling menyeramkan itu Om Sebastian. Tapi yang di takuti adalah kau hahah.. " Ucap Zyn seraya tertawa, mereka sudah keluar dari ruang rapat dan kini sedang berada di parkiran kantor.
Serena menanggapi ocehan sahabatnya itu dengan menggelengkan kepalanya begitu juga dengan Reymond, benar juga apa yang di katakan Zyn barusan. Sedangkan Sebastian terkekeh mendengar ocehan Zyn.
"Papa senang kau menerima permintaan papa untuk membantu Galaksi, dia teman kuliah papa," ucap Sebastian. Tangannya mengelus rambut panjang Serena yang sejak tadi di rangkul nya.
"Tentu ada harganya pah, tidak ada yang gratis di dunia ini." Balas Serena.
Sebastian mengerutkan keningnya tak mengerti, "Maksudnya?"
Serena tersenyum menatap sang papa. Sedangkan Reymond menatap malas adik bungsunya itu, Reymond sudah tahu Serena dan akal bulus adiknya itu yang tak jauh jauh dari balapan liar.
* * *
"Loh pak bukannya itu Mas Ryan yah?" Ucap Mang Sapri menunjuk seorang pria yang sedang duduk di pinggir jalan. Sebastian menyipitkan mata memastikan.
"Benar itu Ryan, minggir Mang."
"Baik Pak."
Tid.. Tid..
Mobil berhenti tepat di depan Ryan, Ryan segera bangkit setelah melihat Sebastian keluar dari mobilnya.
"Lagi apa kamu disini Yan?" Tanya Sebastian heran. Putranya duduk sendirian di pinggir jalan sambil memegangi helm nya, persis kaya orang baru saja putus cinta dan mau bunuh diri. Eh tidak cukup galau saja deh, Ryan masih waras.
"Ini semua gara-gara anak papa," gerutu Ryan, wajahnya berubah kesal mengingat kejadian tadi.
"Kenapa gak nelpon supir aja sih, malah duduk di sini kaya orang baru putus cinta aja kamu Yan."
"Mau nelpon gimana pah, HP nya aja di buang ke sana." Ryan menunjuk sungai di belakangnya dengan menggerakan kepalanya.
"Alah kamu pasti bikin ulah Yan, sampe ade kamu buang HP kamu gitu." Cibik Sebastian, yang sudah hafal dengan sifat buruk sang putra.
"Ayo masuk." Ucapnya kembali.
* * *
"Papa gak nanya tadi Serena mau kemana? ini udah malem loh pah?"
Gerutu Widya pada suaminya. Wanita paruh baya itu terlihat sangat cemas mendapati putri bungsunya belum pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Sebastian menggeleng, "Tadi sih bilangnya mau ke gudang sama Zyn," dusta Sebastian, tentu saja Sebastian akan berbohong kemana perginya sang putri karena tadi jelas jelas Serena mengatakan akan mengikuti balapan liar malam ini.
Widya menatap jengah suaminya yang sedari bersikap tenang, sedangkan dirinya sudah bolak balik menatap menatap jam yang terus berdetak.
"Kamu susulin gih Yan ade kamu, entah kemana anak itu malam malam begini belum pulang."
"Alah paling juga balapan dia sama Zyn, males ah mah Ryan ada kuliah pagi besok mau tidur capek," Ucap Ryan enteng. Matanya masih asik menatap layar besar TV yang berada di depannya.
"Kamu itu Yan gak ada khawatir-khawatirnya sama ade kamu sendiri, dia itu anak gadis loh," omel Widya pada putra ke empatnya itu.
"Serena itu bukan gadis biasa mah, dia gak bakalan jadi queen mafia kalo dia gadis biasa, lagian ada Zyn juga kan disana." Ucap Ryan dengan menekan kata Queen Mafia.
Widya berdecak benar benar kesal pada putra dan suaminya yang bersikap biasa saja sedangkan dari tadi perasaannya tak tenang.
"Seenggaknya kamu telpon lah Zyn, tanyain keadaan Serena Yan. Entah kenapa perasaan mama tak enak sejak tadi, mama takut terjadi apa-apa sama Serena, " ucap Widya seraya memegangi dadanya.
Ryan terdiam mendengar ucapan Widya, sekilas Ryan menoleh pada sang mama yang sedari tadi mondar mandir sambil memegangi dadanya. Ryan pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya.
* * *
Di jalanan malam Jakarta Serena dan beberapa motor lainnya kini tengah berpacu dengan jalanan malam dengan motor sport kesayangannya.
"Bangsat!" Umpat Serena.
ckiiitttt...
sreeekkkkk...
Drug.. Drug.. Drug..
Duaaark!
* *
PRANKKKK....
Widya bergegas berlari mendekati bingkai foto Serena yang tiba-tiba saja jatuh barusan, perasaanya makin tak enak saja.
"Apa? Serena jatuh ke jurang? Ok ok gue otw kesana," ucap Ryan. Baru saja dia mendapat telpon dari Zyn.
Ryan bergegas menuruni anak tangga dengan memakai jaketnya. Widya dan Sebastian masih ada di ruang tengah, Widya segera menghampiri Ryan yang terlihat tergesa-gesa.
"Ada apa Yan?"
"Kamu mau kemana malam malam gini?"
"Serena kecelakaan mah, pah, dia masuk jurang. Ryan mau kesana."
"APA?"
tak ada yang kaget, Widya meluruh di dekapan suaminya tak kuasa mendengar berita mengejutkan tentang putrinya, ternyata inilah perasaan tak enak yang sejak tadi dia rasakan. Widya tak sanggup berkata-kata lagi, dadanya terasa sesak, napasnya tersenggal. Ucapannya hanya sebatas kerongkongan, Widya menangis di pelukan suaminya.
"Apa papa perlu kesana Yan?"
Ryan menatap Widya yang sudah bersimpuh dengan begitu banyak air mata. Ryan pun kemudian menggeleng.
"Gak usah pah biar aku aja cari. Aku juga udah nelpon kak Rey dia otw kesana."
Ryan menatap Widya, memeluknya sebentar.
"Mama tenang aja Serena pasti baik-baik aja, Ryan bakalan bawa pulang Serena," ucap Ryan menenangkan Serena. Kemudian berlalu dengan motornya.
Tak tahan lagi akhirnya Widya tumbang tak sadarkan diri. Sebastian panik dan berteriak memanggil para pelayan rumahnya.
"Kau sudah menemukannya Zyn?" Tanya Leon yang juga ikut mencari Serena di hutan.
Leon Ferdian Lubis adalah putra ke tiga Sebastian Lubis dan merupakan saudara kembar Ryan. Memiliki wajah yang sama persis seperti Ryan tetapi dengan sifat yang jauh berbeda.
Zyn menggeleng, "Hutan ini sangat lebat."
Hari sudah pagi hingga memudahkan mereka untuk mencari Serena. Sejak semalam Zyn dan para anak buahnya mencari keberadaan Serena hingga pagi menjelang mereka belum menemukan tanda apapun. Ryan langsung berpencar ke arah lain agar mempercepat pencarian, sedangkan Reymond menyisir tebing jurang berharap Serena dapat di temukan.
Namun semuanya nihil, bukan hanya Serena bahkan bangkai motornya pun tak di temukan. Entah jatuh dimana gadis itu? menurut saksi Serena jatuh di tepian jurang dimana Reymond kini berdiri menatap ke dalam jurang sedalam 30 meter itu.
Bugghh....
Zyn yang baru saja sampai mendapat hadiah berupa bogem mentah dari Reymond.
"Apa yang kau kerjakan hah? menjaga adiku saja kau gak becus," murka Reymond. Reymond jelas jelas tahu kemarin Serena pergi bersama Zyn, dan sekarang adiknya itu entah bagaimana kondisinya.
"So-sory bang aku gak tahu kalo bakal jadi begini," sesal Zyn memegangi wajahnya yang baru saja di pukul Reymond, sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.
"Kita pulang dulu mama sakit," ucap Leon menepuk pundak Reymond. Mereka pun kembali ke kediaman Lubis.
* *
Nampak Widya tengah berbaring di atas ranjang dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Keadannya begitu memperihatinkan, setelah mendengar kabar kecelakaan Serena yang jatuh ke jurang semalam, Widya syok dan tak sadarkan diri sampai sekarang.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Sebastian pada Sean. Dokter muda yang baru saja memeriksa keadaannya.
Sean menoleh kebelakang kemudian menatap Reymond, Zyn, Leon dan juga Ryan baru saja tiba.
"Kalian belum menemukan Serena?" Tanya Sean.
Sean Alison Lubis pria tampan berusia 30 tahun yang merupakan dokter bedah terkenal dan juga merupakan putra sulung Sebastian dan Widya.
Reymond menggeleng, "Aku sudah mengerahkan semua anak buahku untuk mencari Serena," ucapnya.
Sean mengangguk mengerti.
"Bagaimana keadaan mama bang?" Tanya Ryan merasa khawatir dengan keadaan sang mama yang terbaring tak berdaya di usianya yang sudah mencapai 60 tahun.
"Mama hanya syok," jawab Sean.
"Apa kita perlu bantuan polisi untuk mencari Serena?" Tanya Sebastian yang juga khawatir tentang putri bungsunya.
"Gak perlu! Ryan sudah mengarahkan semua anggota Chetaz untuk mencari Serena. Lagi pula bang Reymond juga mengerahkan semua anak buahnya kan? " Sargah Ryan cepat.
Mereka berpikir dengan terlibatnya polisi mereka tidak akan leluasa dalam mengambil tindakan. Dan itulah yang sering mereka hindari, Polisi dan Mafia tak akan pernah sejalan dalam segala hal, itulah yang ada di benak Ryan dan juga Reymond.
Reymond mengangguk membenarkan ucapan Ryan. Cukuplah para anak buahnya dan juga anggota Chetaz yang mencari keberadaan Serena.
* * *
"Emmhh.. Dimana aku?"
Serena baru saja sadar, dia mengedarkan pandangan menatap langit langit yang terbuat dari bilik bambu. Serena segera bangkit dari tidurnya memegangi kepalanya yang pusing.
"Kau sudah bagun nak?" Ucap seorang pria tua, dia berjalan dengan segelas air di tangannya menghampiri Serena.
"Siapa kau?"
Wajah tegas dan dingin itu menatap nyalang pria tua yang dengan santainya duduk di kursi di depannya.
"Panggil saja aku ki Bowo, kau berada di rumahku sekarang." Ucapnya. Ki Bowo menyerahkan gelas berisi air itu pada Serena.
"Minumlah, ini akan memulihkan tenagamu."
Serena mengambil gelas itu dan melihat isinya. Hijau! itulah hal pertama yang di lihat Serena. Air itu berwarna hijau. Air yang sudah di pastikan sebagai ramuan obat herbal yang berbau menyengat.
Serena menaikan sebelah alisnya, "Apa ini?"
"Ramuan herbal."
Tanpa rasa pahit sedikitpun Serena langsung meneguk air itu dan mengembalikan gelas itu pada ki Bowo.
"Pahit?"
Serena menggeleng.
"Jika orang biasa yang meminumnya maka akan terasa sangat pahit. Minuman itu terbuat dari daun daun yang amat begitu pahitnya."
"Aku sudah pernah meminum racun yang lebih mematikan dari ini," jawab Serena.
Ki Bowo mengangguk, "Yah kamu memang spesial, racun manapun tak kan bisa menyentuh tubuhmu. Aku tahu itu."
Serena mengerutkan keningnya tak mengerti dengan ucapan ki Bowo yang tak masuk akal baginya.
"Kau berada di puncak gunung Bromo. Bisma yang membawa mu kesini."
Serena terperangah kaget bukan main, masih segar di ingatannya malam itu dia di jebak oleh Erick hingga membuat Serena menabrak pembatas jalan dan motornya terguling. Serena jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam, tubuhnya terguling dan perutnya menancap pada sebuah kayu yang sangat runcing.
Ulangi : Kayu runcing.
Serena menyibak bajunya, dia meraba perutnya sendiri. tak ada bekas luka apapun disana, ingatannya masih jelas kayu itu menancap permisi di perut kirinya, Serena pikir dia sudah mati karena itu. tapi sekarang? tak ada luka apapun disana.
"Bisma yang membawa mu kesini, dia sudah menemukan Tuannya," ucap ki Bowo.
Serena mengerutkan keningnya tak mengerti dengan ucapan ki Bowo. Bagaiman bisa Serena berada di gunung Bromo yang letaknya saja sudah sangat jauh dari lokasi kejadian saat Serena tiba-tiba di hadang seseorang, hingga akhirnya serena jatuh ke jurang.
"Siapa Bisma?" Tanya Serena.
Tiba-tiba terdengar suara auman keras dari balik pepohonan hutan. Serena keluar dari gubuk reyot ki Bowo, mengedarkan pandangan ke sekitar pepohonan yang menjulang tinggi.
AUUUUMMMM...
Sekali lagi suara itu terdengar sangat nyaring. Serena celingukan penasaran dari mana asalnya suara itu?
Tiba-tiba seekor Harimau Sumatera melompat ke arahnya, Serena beringsut mundur hingga jatuh terperangah. Tubuhnya bergetar, wajahnya pucat, seekor Harimau besar dengan berat 200kg berada di hadapannya. Dua kaki depannya menginjak tubuh mungil Serena, mata tajamnya menatap gadis yang sudah ketakutan setengah mati itu.
"Dia tidak akan memakan Tuan nya, " ucap ki Bowo santai.
Serena kaget bukan main, dia menoleh cepat ke arah ki Bowo yang tengah berdiri menatap lebatnya hutan dengan cerutu yang baru saja di hisapnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Serena kembali.
"Bisma adalah makhluk gaib. Tentu saja hal itu sudah menjawab pertanyaanmu kan?"
Serena benar-benar tidak mengerti dengan ucapan pria tuan di depannya.
"Bukan hal yang tak mungkin kau bepergian kemanapun dengan makhluk gaib. Bahkan mereka bisa berpindah tempat dengan hitungan detik saja." Ucap Ki Bowo.
"Itu tak masuk akal." Tegas Serena.
"Hahaha...."
Namun apa yang ada di dalamnya benar-benar terlihat nyata. Serena benar-benar sedang berada di bawah tubuh besar harimau buas.
* * *
Meninggalkan Serena dengan ketakutannya kita kembali lagi ke kediaman Lubis.
"APA KALIAN BELUM JUGA MENEMUKAN SERENA SAMPAI DETIK INI?" Murka seorang Sebastian Lubis pada ke empat anaknya.
Para pria itu hanya mampu menunduk dan terdiam di hadapan ayahnya. Sudah seminggu sejak kecelakaan yang menimpa Serena, tapi gadis itu belum juga di temukan. tak ada jejaknya sama sekali.
"Papa sudah menelpon jendral Subagyio untuk meminta bantuannya mencari Serena, " ucap Sebastian.
Reymond kaget dan langsung menatap Sebastian. Namun kata katanya di ungkap lebih dulu sang adik.
"Bukan kah sudah ku katakan jangan libatkan polisi? kenapa papa malah melibatkannya? " Tanya Ryan, suaranya naik satu oktaf.
"RYAN!" Bentak Sean.
Ryan terdiam tak berani bersuara lagi setelah mendapat teriakan dari kakak tertuanya. Ryan mendengus kesal membuang pandangannya.
"Rey akan turun tangan sendiri mencari Serena," ucap Reymond.
"Yah itu lebih baik. Cepat temukan adikmu," ucap Sebastian tegas, Sebastian tak ingin menunggu lebih lama lagi. Sudah satu minggu tapi Serena belum juga ada kabar.
"Bagaiman keadaan Mama bang?" Tanya Reymond pada Sean.
Sean menghembuskan napasnya, "Masih sama. Cepatlah temukan Serena Rey, Mama pasti akan sembuh jika Serena sudah kembali."
Reymond mengangguk mengerti, dia pun berlalu keluar dari kamar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!